T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Metode Pembelajaran Jigsaw dengan Metode Pembelajaran Team Games Turnament (TGT) terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas X SMK Sultan Fattah Salatiga T1 BAB II

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Nana
sudjana (2010:3) mendefinisikan hasil belajar pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut
mulyasa (2006:248) hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik
secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat
perubahan perilaku yang bersangkutan. Hasil belajar akan menjadi tolak
ukur guru untuk melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa.
Menurut agus suprijono (2011: 6) hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
keanusiaan saja. Menurut winkel (2012:82) hasil belajar adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa
disekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Niali siswa saat
pembelajaran ataupun saat test akan menjadi prestasi belajar siswa didalam
kelas. Prestasi siswa akan dilihat dari angka yang didapatkan.
Menurut nana sudjana (2010:39) hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang
datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Lingkungan belajar

yang paling dominan memepngaruhi hasil belajar disekolah yaitu kualitas
pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi
rendahnya atau efektif tidaknya poses belajar mengajar dalam mencapai
tujuan pengajaran.
Klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom dalam nana sudjana
(2010:22-23) secara garis besar dibagi dalam tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan
8

evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranmah
psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan
kompleks dan gerakan eksperif dan representative.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27)
menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau
metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan
kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami
dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang
telah kecil.
5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Menurut wasliman dalam Susanto (2013: 12) hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

yang mempengaruhi, baik factor internal maupun eksternal. Secara perinci,
uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

9

1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal
ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta
didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri,
perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan seharihari yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman dalam Susanto (2013: 13)
bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil
belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas

pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.
Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru,
sebagaimana dikemukakan oleh Wina Sanjaya dama Susanto (2013N: 13),
bahwa

guru adalah

komponen

yang sangat

menentukan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat
ditegaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang sangat berperan
memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses
pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran guru, apalagi
untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh
perangkat lain, seperti, televise, radio, dan computer. Sebab, siswa adalah
organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan

bantuan orang dewasa.
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Nana Sudjana (2010:56),
melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri
sebagai berikut.

10

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan
prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah
dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang
tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan
tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar
sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4. Hasil

belajar

yang

diperoleh

siswa

secara

menyeluruh

(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau
wawasan,

ranah

afektif


(sikap)

dan

ranah

psikomotorik,

keterampilan atau perilaku.
5. Kemampuan

siswa

untuk

mengontrol

atau


menilai

dan

mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Sehingga pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
secara keseluruahan sebagai prestasi belajar siswa disekolah yang
diwujudkan dalam bentuk angka yang salah satunya dipengaruhi oleh
kulatitas pengajaran atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru
untuk mencapi tujuan pengajaran yang dinilai berdasarkan ranah kognitif
afektif dan psikomotoris.
B. Metode Pembelajaran
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya
dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai
apabila peserta didik dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya

11


dengan hasil belajar yang baik. Hasil belajar seseorang, ditentukan oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi

hasil

belajar

seseorang

yaitu,

kemampuan

guru

(profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metodemetode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi peserta didik untuk
mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang
lebih baik. Menurut UU No. 14 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban

untu Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Sehingga guru bertanggung jawab ata proses pembelajaran yang
berlangsung.
Menurut Nana Sudjana (2010: 76) metode pembelajaran adalah,
“Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan

hubungan

dengan

siswa

pada

saat

berlangsungnya


pengajaran” Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode
pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang
dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa
dalam upaya untuk mencapai tujuan. Berdasarkan definisi / pengertian
metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau
strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada
diri siswa untuk mencapai tujuan.
Ada berbagai macam jenis metode pemeblajaran, diantaranya menurut
Alma,( 2010:45):
a. Metode ceramah
b. Metode diskusi
c. Metode demonstrasi
d. Metode resitasi
e. Metode eksperimental
f. Metode karya wisata

12

g. Metode pengajaran beragu.
C. Metode Pembelajaran Jigsaw
Menurut rusman (2011: 217) Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah
gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu
sebuah teka–teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif
metode Jigsaw mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu
siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Rusman (2011:218) Metode
pembelajaran Jigsaw adalah metode belajar kooperatif yang menitik
beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.
Sedangkan menurut isjoni (2013:54) Pembelajaran kooperatif jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam meguasai materi pelajaran untuk
mencapai prestasi yang maksimal. Dalam pemeblajaran ini siswa akan
dibentuk kedalam kelompok yang dipilih secara heterogen oleh guru.
Jumlah siswa yang bekerja dlam kelompok masing-masing harus dibatasi,
agar kelompok yang terbentuk dapat bekerja secara efektif, karena suatu
ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya.
Menurut Robet E. Slavin (2005:14) Pembelajaran Kooperatif tipe
Jigsaw merupakan pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar yang
heterogen beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang peserta didik. Materi
pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada
anggota tim yang lain. Menurut Achmad Sudrajat (2008:17) pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Menurut Hisyam Zaini (2004:59) kelebihan dari strategi jigsaw ini
adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain. Paul Eggen (2012:138) mengemukakan

13

bahwa jigsaw bisa digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang
materi-materi yang telah ditulis sebelumnya, seperti buku teks siswa.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut
Hisyam Zaeni (2007:57)
1. Pilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen atau
bagian.
2. Bagi siswa mejadi beberapa kelompok sesuai dengan segmen yang
ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara segmen 5, maka masingmasing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah terlalu banyak
bagi lagi menjadi 2, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang
setelah proses selesai gabung kembali kedua kelompok tadi.
3. Setiap kelompok mendapatkan mendapatkan tugas membaca dan
memahami materi yanmg berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain
untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dikelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula, kemudian tanyakan ada
persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Beri siswa /mahasiswa beberapa pertanyaan untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi.
Metode pembelajaran jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa menjadi aktif dan menguasai pelajaran dengan
membentuk sebuah kelompok secara heterogen yang dipilih oleh guru
sejumlah 4-5 orang dalam satu kelompok, dalam setiap anggota kelompok
bertanggung jawab untuk mengajarkan materi kepada kelompok lainnya.
D. Metode Pembelajaran Team Games Turnament (TGT)
Slavin (2005: 163) mengemukakan TGT adalah metode pembelajaran
kooperatif menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim
lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Menurut
rusman (2011:224) TGT adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

14

menempatkan

siswa

dalam

kelompok-kelompok

belajar

yang

beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memliki kemampuan,
jenis kelain dan suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut Asma (2006: 54) metode TGT adalah suatu metode
pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah
pertanyaan kepada siswa. Setelah itu siswa pindah ke kelompok masingmasing untuk mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan
atau masalah-masalah yang diberikan guru. Sebagai ganti tes tertulis siswa
akan bertemu di meja turnamen. Lebih lanjut Huda (2014:116)
mengemukakan bahwa penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal
komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya
jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras,
etnik, dan gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada level
kemampuan saja. Trianto (2010: 83) menambahkan bahwa pada metode
TGT siswa dibagi menjadibeberapa kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang
untuk memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
Metode TGT pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan
Keith Edwards, merupakan metode pembelajaran pertama dari John
Hopkins (Slavin, 2005: 13). Metode ini memiliki banyak kesamaan
dengan STAD, tetapi TGT menambahkan dimensi kegembiraan dengan
mengganti kuis pada STAD menjadi permainan atau tournament. Menurut
Huda (2014: 117) dengan TGT siswa akan menikmati bagaimana suasana
turnamen, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok yang
memiliki kemampuan setara, membuat TGT terasa lebih fair dibandingkan
kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umumnya.
Menurut slavin (2005:166-169) Metode TGT terdiri atas lima
komponen utama. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai
berikut:

15

1. Presentasi di kelas.
Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung seperti diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, atau dapat juga dengan
menggunakan presentasi audiovisual. Presentasi kelas berbeda
dengan pengajaran biasa, presentasi kelas harus benar-benar
terfokus pada unit TGT. Sehingga siswa harus dapat benar-benar
memperhatikan selama presentasi kelas, karena akan dapat
membantu mereka dalam melakukan game turnamen.
2. Tim
Tim terdiri dari tiga sampai lima siswa yang memiliki komposisi
kelompok berdasarkan kemampuan akademik, ras, etnik, dan
gender. Siswa belajar bersama dalam tim untuk memastikan
bahwa setiap anggota kelompoknya telah benar-benar siap
melakukan pertandingan di meja turnamen. Skor turnamen yang
diperoleh tiap individu akan mempengaruhi skor kelompok.
Artinya,

keberhasilan

kelompok

sangat

dipengaruhi

oleh

keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok. Belajar
dalam tim biasanya berupa pembahasan permasalahan bersama,
membandingkan

jawaban,

dan

mengoreksi

tiap

kesalahan

pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3. Game.
Pertanyaan dalam game dirancang dari materi yang relevan
dengan materi yang telah disampaikan guru pada presentasi kelas
untuk menguji pengetahuan siswa yang telah diperoleh. Game
dimainkan di atas meja dengan tiga atau empat orang siswa (sesuai
jumlah kelompok), perwakilan setiap kelompok. Setiap siswa
mengambil sebuah kartu bernomor dan menjawab pertanyaan
sesuai nomor yang tertera pada kartu.
4. Turnamen.
Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan di
meja turnamen. Turnamen dilakukan setelah guru memberikan

16

presentasi kelas dan kelompok melaksanakan kerja kelompok,
biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit. Pada
turnamen

pertama,

guru

menempatkan

beberapa

siswa

berkemampuan tinggi dari setiap kelompok pada meja turnamen 1,
siswa berkemampuan sedang di meja turnamen 2 atau 3, dan siswa
berkemampuan rendah pada meja turnamen 4. Setelah turnamaen
pertama, siswa bertukar meja sesuai kinerja mereka pada turnamen
terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja
berikutnya yang lebih tinggi dan yang skornya paling rendah
“diturunkan”. Penempatan meja turnamen dapat dilihat pada
gambar 1 di bawah ini:
Gambar 2.1. Penempatan Pada Meja Turnamen

5. Rekognisi Tim.
Tim yang mencapai skor rata-rata berdasarkan kriteria tertentu
akan mendapatkan penghargaan khusus.
Pembelajaran Team Games Turnament yaitu satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan lima sampai enam orang siswa yang memliki
kemampuan, jenis kelain dan suku kata atau ras yang berbeda yang

17

menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis, dimana
para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain
yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka, siswa akan
bertemu di meja turnamen yang ak untuk memperoleh tambahan poin
untuk skor tim mereka.
Ada beberapa langkah dalam penggunaan metode pembelajaran TGT
yang

perlu

diperhatikan.

Langkah-langkah

penggunaan

metode

pembelajaran TGT menurut Slavin (2005: 170) sebagai berikut:
1. Presentasi di kelas.
2. Belajar tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim
mereka untuk menguasai materi.
3. Turnamen. Para siswa memainkan game akademik dalam
kemampuan yang homogen.
4. Rekognisi tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen
anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka
berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Trianto (2010: 84) langkah-langkah pembelajaran TGT
secara runtut, yaitu:
1. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang
yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan suku.
2. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam
tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasi pelajaran tersebut.
3. Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak
dapat saling membantu.
E. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Melisa Sari pada tahun 2016
dengan membandingkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dengan tipe Student Team Achievement Devision (STAD) terhadap
hasil belajar siswa SMP Negeri 1 batanghari.Hasil penelitian

18

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar IPS
Terpadu menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw dengan tipe
STAD.
b. Penelitian yang dilakukan oleh alif suseno dengan menganalisis
perbedaan hasil belajar dengan metode pemeblajaran kooperatif team
games turnament (TGT) dan konvensional dalam mata pelajaran dasar
otomotif sepeda motor pada siswa Kelas X Smk Ma’arif Nu 01
Bumiayu Brebes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan
hasil belajar setelah penerapan modelpembelajaran Kooperatif tipe
TGT dalam mata pelajaran Dasar Otomotif Sepeda Motor pada siswa
kelas X jurusan Sepeda Motor SmkMa’arifNu 01 Bumiayu Brebes,
dan ada perbedaan hasilbelajar dengan metode pembelajaran
Kooperatif tipe TGT dan Konvensional dalam matapelajaran Dasar
Otomotif Sepeda Motor pada siswa kelas X jurusan Sepeda Motor
SmkMa’arifNu01 Bumiayu Brebes.
F. Kerangka Berfikir
Kerangka fikir merupakan metode konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagi masalah
yang penting.salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
adalah metode yang digunkan guru pada saat mengajar. Faktor tersebut
sangat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.
Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan hasil belajar kewirausahaan
yang

menggunkan

metode

pembelajaran

Jigsaw

dengan

metode

pembelajaran Team-Games-Turnament (TGT) pada meteri visi misi
perusahaan siswa kelas X SMK Sultan Fattah Salatiga. Penelitian akan
dimulai dengan memberikan pretest terhadap kedua kelas dengan sal yang
sama

pada

jam

pelajaran

kewirausahaan

masing-masing,

untuk

mengetahui tingkat kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan.
Setelah

didapatkan hasil pretest, kemudian akan ditentukan kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dengan perbedaan bahwa pada
kelompok eksperimen 1 penelitian akan dilakukan dengan menggunakan

19

metode pembelajaran jigsaw dan kelas eksperimen 2 menggunakan
metode pembelajaran Team Games Turnament (TGT). Kemudian setelah
adanya tretment pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2, akan
diadakan posttest pada siswa dikedua kelompok eksperimen tersebut,
untuk menegathui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar dengan
menggunkan metode pembelajaran jigsaw dan metode pembelajaran Team
Games Turnament.
Gambar 2.2. kerangka berfikir

Kelompok
eksperimen 1

Metode
pembelajaran
jigsaw

Pretest

Kemampuan awal
kedua kelompok
sama

Kelompok
eksperimen 2

Pretest

posttest

Uji beda rata-rata hasil
posttest apakah terdapat
perbedaan hasil belajar
kewirausahaan yang
signifikan antara metode
pembelajaran jigsaw dengan
TGT

Metode pembelajaran
Team Games
Turnament (TGT)

posttest

G. Hipotestis
Hipotesisi statistik

: H0 : µ1 = µ2

Hipotesis kerja

: hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran
jigsaw sama dengan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode pembelajaran TGT

20

Hipotesis statistik

:Ha : µ1 ≠ µ2

Hipotesis kerja

: hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran
jigsaw berbeda dengan hasil belajar siswa yang
menggunakan metode pembelajaran TGT

21

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Diskriminasi Daun Gandarusa (Justicia gendarrusa Burm.f.) Asal Surabaya, Jember dan Mojokerto Menggunakan Metode Elektroforesis

0 61 6

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5