AKLIMATISASI MENCIT JANTAN

A. JUDUL PERCOBAAN
:
AKLIMATISASI Mus musculus JANTAN
B. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Mengetahui keberhasilan dari hasil dari proses aklimatisasi yang telah
dilakukan
2. Mengetahui ciri perilaku biologi mencit yang aktif
3. Mengetahui karakteristik kandang yang baik bagi mencit
4. Mengetahui jenis pakan dan minum yang baik bagi mencit
5. Mengetahui tenik/cara penanganan mencit
C. TINJAUAN TEORITIS
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi
dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya.
Beberapa kondisi yang pada umumnya disesuaikan adalah suhu
lingkungan, derajat keasaman (pH), dan kadar oksigen. Proses penyesuaian ini
berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi tergantung dari jauhnya
perbedaan kondisi antara lingkungan baru yang akan dihadapi,dapat berlangsung
selama beberapa hari hingga beberapa minggu (Rittner,2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri antara lain (Nofiana,
2010) :

Faktor Fisiologis., yang merupakan struktur jasmani merupakan kondisi
yang primer dari tingkah laku yang penting bagi proses penyesuaian diri
Faktor Psikologis, banyak faktor psikologis yang mempengaruhi
penyesuaian diri antara lain pengalaman, aktualisasi diri, frustasi, depresi, dsb.
Jenis prilaku yang terdapat pada hewan ada dua macam, yaitu:
1. Perilaku bawaan (Innate Behaviour)
Perilaku yang dikendalikan secara genetik. Jenis-jenis dari perilaku
bawaan adalah gerakan refleks yang merupakan bentuk sederhana dari
perilaku bawaan dan insting yang merupakan bentuk kompleksnya
(McLAren & Rotundo, 1985)
2. Perilaku hasil pembelajaran Learned Behaviour)
Perilaku hasil pembelajaran berdasarkan pengalaman yang didapatkan
organisme dan menghasilkan perubahan prilaku. Perilaku ini tidak dibedakan
dari jenis gen pada organisme.Pembelajaran di dapatkan melalui adaptasi
pada perubahan (McLaren & Rotundo, 1985).
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan mamalia hasil domestikasi
dari mencit liar yang paling umum digunakan sebagai hewan percobaan pada
laboratorium, yaitu sekitar 40%-80%. Banyak keunggulan yang dimiliki oleh
mencit sebagai hewan percobaan, yaitu memiliki kesamaan fisiologis dengan
manusia, siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak,

variasi sifatsifatnya tinggi dan mudah dalam penanganan (Moriwaki, 1994).

1

Gambar 1. Mencit Jantan
Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut
berwarna putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat. Mencit
merupakan hewan nokturnal yang sering melakukan aktivitasnya pada malam
hari. Perilaku mencit dipengaruhi oleh beberapa faktor , diantaranya faktor
internal seperti seks, perbedaan umur, hormon, kehamilan, dan penyakit ; faktor
eksternal seperti makanan, minuman, dan lingkungan disekitarnya (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1998).
Mencit (Mus musculus) adalah salah satu anggota kelompok kerajaan
hewan animalia. Hewan ini ditandai dengan ciri sebagai berikut: jinak, takut
cahaya, aktif pada malam hari, mudah berkembangbiak, siklus hidup yang
pendek, dan tergolong poliestrus (Hasanah, 2015)
D. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
No
Nama Alat

.
1.
Kandang (40 x 30 x 15) cm
2.
Kawat penutup (50 x 40) cm
3.
Tempat makan
4.
Tempat minum
5.
Alat kebersihan
6.
Kamera
7.
Alat tulis
b. Bahan
No
.
1.
2.

3.
4.

Jumlah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
1 set
1 buah
1 set

Nama Bahan

Jumlah

Mus musculus Jantan
Pelet
Air minum
Sekam kayu


8 ekor
1 kg
Secukupnya
Secukupnya

E. PROSEDUR KERJA
2

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.


PROSEDUR KERJA
Menyiapkan kandang yang telah berisi sekam kayu. Sekam kayu diayak
terlebih dahulu agar tidak kasar dan tidak melukai badan mencit.
Mengisi makanan dan minuman mencit secukupnya
Memasukkan mencit ke dalam kandang, masing-masing kandang
sebanyak 4 ekor mencit
Memasukkan tempat makan ke dalam kandang, masing-masing kandang 1
buah tempat makan
Menutup kandang dengan kawat penutup
Meletakkan minuman botol diatas kandang
Meletakkan kandang mencit di atas tempat yang telah disediakan
Melakukan proses aklimatisasi selama 1 minggu (mengganti sekam mencit
selama 3 hari sekali dan memberi makan dan minum setiap harinya)
Mencatat segala bentuk perilaku mencit setiap harinya

F. HASIL PENGAMATAN
Hari KeI
(Pengisian sekam)
II

III
IV
(Penggantian sekam
I)
V
VI
VII
(Penggantian sekam
II)

Keaktifan

Parameter Pengamatan
Intensitas terjadinya
Sisa makanan
perkelahian

Sisa
minuman


Pasif

Sering

Banyak

Sedang

Pasif
Agak
pasif

Sering

Banyak

Sedang

Sering


Banyak

Sedikit

Mulai
aktif

Sedang

Sedang

Sedikit

Aktif
Aktif

Jarang
Tidak ada

Sedang

Sedang

Sedikit
Sedikit

Aktif
sekali

Tidak ada

Sedikit

Sedikit

Tabel Hasil Pengamatan Aklimatisasi Mencit
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan, pada hari
pertama sampai hari kedua gerak mencit tidak terlalu aktif dan gerakannya terus
mulai aktif sampai dengan hari keenam. Pada hari terakhir pengamatan yaitu
hari ketujuh mencit tampak sangat aktif sekali bergerak, seperti mencari makan,
kejar-kejaran dengan mencit yang lain, dan lain sebagainya.

Pada hari pertama sampai kelima, masih ada saja terjadi perkelahian
antar mencit. Hanya saja intensitas perkelahiannya semakin berkurang. Bahkan

3

pada hari ketujuh dan delapan tidak ada sama sekali terlihat bentuk perkelahian
antar mencit.
Pada hasil pengamatan kami sisa minuman lebih banyak dibanding sisa
makanan tiap harinya. Mencit lebih banyak makan mulai dati hari keempat
sampai hari terakhir.
Penggantian sekam yang kami lakukan adalah sebanyak 2 kali dalam
seminggu, yakni pada hari keempat dan hari ketujuh. Sekam yang diganti juga
tidak lembab, hanya saja terdapat banyak kotoran kering dari mencit-mencit
tersebut.
G. PEMBAHASAN
1. Perilaku Biologis Mencit
Mencit merupakan hewan yang hidupnya berkelompok dimana pejantan
sangat dominan. Semua mencit sangat teritorial, dan pejantan serta betinanya
menunjukkan perilaku agonistik, seperti mengejar, menggigit, dan menjepit
ketika diperkenalkan dengan mencit dewasa baru yang belum dikenalnya.
Untuk menurunkan dominasi mencit jantan maka dapat dilakukan kastrasi.
Kaki mencit berfungsi untuk bergerak, berjalan, melompat, dan memanjat.
Mencit yang merasa aman di lingkungannya, berjalan dengan ekor
dijulurkan ke belakang, sedangkan jika tertekan atau takut maka mencit
menekankan diri ke lantai kandang dan menyeret ekornya. Induk mencit
yang sedang bunting akan membangun sarang untuk persiapan kelahiran.
Sarang merupakan komponen yang sangat penting untuk perawatan anak
mencit baru lahir yang belum mampu bergerak sendiri (altricial) dan dengan
suhu tubuh internal yang bervariasi (poikilotherm) sehingga harus dilindungi
dari suhu ekstrem. Mencit mudah menampilkan berbagai perilaku abnormal
pada lingkungan suboptimal, termasuk mengunyah rambut (barbering),
stereotype seperti berputar-putar berulang-ulang atau jungkir balik dan jika
melihat hewan lainnya perilaku agonistik dan menggigit akan meningkat.
Mencit juga dapat melukai diri sendiri (autotony) jika mempunyai luka
terbuka atau mengalami nyeri neuropatik kronis dan kanibalisme di antara
sisa mencit yang hidup jika ada hewan yang mati dalam kandang (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2016).
2. Sistem Perkandangan
Mencit jantan akan berkelahi jika dipasangkan dan ditempatkan secara
berkelompok yang berakibat timbulnya luka yang serius, sehingga untuk
menghindarinya mencit jantan harus ditempatkan berpasangan dalam
kelompok kecil atau dilakukan kastrasi sebelum masa kematangan seksual
atau dapat pula disediakan partisi visual dalam kandang untuk bersembunyi
dari interaksi agonistik. Meskipun mencit jantan secara umum sebaiknya
ditempatkan secara individual, namun lebih tepat jika mencit ditempatkan
dalam kandang sosial.

4

Penempatan mencit jantan dan betina dalam kelompok menyebabkan
tingkat istirahat rata-rata mencit lebih rendah dari pada mencit yang
ditempatkan secara individual, hal ini menunjukkan bahwa hewan dalam
kelompok mengalami fisiologis yang positif sebagai akibat dari lingkungan
sosial. Ukuran optimal untuk penempatan sekelompok mencit dewasa adalah
terdiri dari 3-5 ekor mencit betina dan 3 ekor pejantan. Mencit jantan
cenderung lebih sosial dan toleran terhadap pejantan lain ketika
dikelompokkan sebelum kematangan seksual. Selama mencit jantan
dikandangkan dalam struktur dan ruangan yang memadai seperti tersedia
terowongan, rak, atau partisi ruang untuk bersembunyi dari mencit sejenis,
indeks fisiologis stres akan berkurang dalam kondisi berpasangan atau
kelompok dibandingkan dengan kondisi individual (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, 2016).
Ruangan fasilitas kandang untuk mencit harus memenuhi kebutuhan
fisiologis dasar dan perilaku termasuk makan, minum, buang air kecil, buang
air besar, akses hijauan, eksplorasi, menggerogoti, sembunyi, memanjat,
bermain, menggali sarang dalam berbagai kegiatan sosial. Luas minimal
lantai kandang mencit individual adalah 250 cm² , sedangkan untuk 2 ekor
mencit luas lantai minimal adalah 500 cm² dengan tambahan luas lantai
minimal 60 cm² per tambahan satu ekor tikus dewasa dalam kelompok yang
lebih besar. Ketinggian kandang harus memungkinkan tikus untuk berdiri di
atas kaki belakangnya, meregangkan badan sepenuhnya dan memanjat pada
bar tutup kandang (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2016).
Kandang mencit harus ditangani dan dikelola untuk meminimalkan
kerusakan dan kandang tidak boleh ditumpuk lebih dari 15 kandang.
Kandang plastik dan botol harus dicuci dengan air panas suhu sekitar 60-66
°C dan dengan memakai deterjen atau bahan lain sesuai dengan rekomendasi
dari produsen. Bedding harus disediakan di kandang mencit dan tersedia
dengan kuantitas cukup untuk dapat menutupi seluruh lantai kandang.
Ketinggian bedding yang diperlukan bervariasi, idealnya mencit dapat
menggali atau bersembunyi di bawah bedding. Sebagai panduan, ketinggan
bedding minimal adalah 2 cm.
Kelembaban relatif lingkungan di kandang mencit dewasa yang
direkomendasikan berkisar 55% ± 15% (40-70 %), dengan temperatur udara
kandang harus dipertahankan pada suhu 22 0C, dan ventilasi udara 15 ACH
(air change per hour) untuk meminimalkan konsentrasi kadar amonia. Kadar
amonia dalam kandang harus dijaga pada kondisi 25 ppm atau lebih rendah
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2016).
3. Pakan dan minum
Mencit adalah binatang nocturnal dan pemakan segala (omnivora),
sehingga makan dan minum atau perkawinan dilakukan pada malam hari.
Mencit pada malam hari photoperiodism dan cenderung mengkonsumsi

5

sebagian besar pakan, meskipun sebagian kecil makanan juga dimakan
sepanjang hari. Pengurangan konsumsi pakan dan penurunan berat badan
terjadi secara signifikan ketika mencit tidak memiliki akses ke air minum.
Mencit tidak dapat muntah namun regurgitasi pasif dapat terjadi jika perut
over distensi. Mencit memilih pakan terkait dengan diet selama menyusui
dan membutuhkan masa transisi ketika diperkenalkan pada pakan baru, dan
pakan yang mengandung sereal atau biji-bijian lebih disukai.
Sebagai hewan pengerat, gigi seri mencit terus berkembang sehingga
memerlukan objek di lingkungan untuk dikunyah sebagai upaya mencegah
malocculasion. Mencit secara alami koprofagia (memakan feces sendiri) dan
memperoleh beberapa manfaat gizi dari proses ini. Banyak strain mencit
memiliki kecenderungan poligenik untuk menjadi obesitas. Mencit yang
dibatasi konsumsi pakannya hingga 40% menunjukkan peningkatan umur
dan penurunan kejadian tumor. Mencit tidak memodulasi asupan kalori
dengan baik dan sering menjadi gemuk saat pakan diberikan secara ad
libitum, yang mengakibatkan kerentanan ditandai dengan penyakit
degeneratif ginjal kronis dan berbagai tumor serta penurunan kesuburan dan
umur mencit. Mencit tumbuh secara perlahan sepanjang hidupnya, dan bobot
mencit jantan dewasa berkisar 400 gram akan menjadi lebih dari 1 kilogram
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2016).
Kebutuhan air minum mencit adalah 15 ml/100 gram/hari (sekitar 5-8
ml/ekor/hari) sedangkan kebutuhan berat pakan kering 15 gram/100
gram/hari (sekitar 48 gram/ekor/hari). Pakan dan asupan air minum
dipengaruhi oleh kondisi suhu lingkungan, misal kenaikan suhu udara 29-33
°C membuat asupan pakan mencit berkurang secara nyata. Mencit juga harus
mendapatkan akses air minum ad libitum, dan air minum tidak boleh
tercemar mikroorganisme, untuk itu harus dilakukan treatmen pada air
terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat kontaminasi mikroba. Seperti
halnya dengan spesies nocturnal lainnya, hingga 85% konsumsi makanan
dan air minum pada mencit terjadi dalam beberapa jam pada fase gelap,
meskipun makanan kecil dapat dimakan sepanjang hari (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, 2016).
Mencit secara alami adalah neophobic (waspada terhadap objek baru dan
makanan). Mencit lebih menyukai lingkungan yang stabil sehingga
pemberian pakan baru yang diperkenalkan mengakibatkan konsumsi dalam
jumlah kecil. Mencit juga memiliki rasa dan persepsi terhadap pakan sama
seperti hal nya manusia serta cenderung memilih makanan manis dan
berlemak jika diberikan pilihan diet (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, 2016).
4. Penanganan dan Pengendalian Mencit
Mencit umumnya mudah ditangani dan dikendalikan, tetapi karena
ukuran tubuhnya yang kecil sehingga rentan terhadap cedera fisik jika jatuh
karena beberapa mencit sangat aktif dan bahkan dapat melompat. Teknik
6

untuk mengangkat mencit dilakukan dengan memegang bagian ekor pada
sepertiga proksimal, selanjutnya ditempatkan pada permukaan yang kasar
seperti permukaan kandang dan kemudian tengkuk mencit dipegang di
antara ibu jari dan jari telunjuk, sementara ekor tetap dipegang (Gambar 2).

Gambar 2. Cara mengangkat dan memegang mencit
Teknik memindahkan mencit secara cepat, misalnya melakukan transfer
mencit ke kandang baru dapat menggunakan forcep dengan cara mengangkat
bagian ekor atau dengan memegang kulit yang longgar di bagian belakang
secara lembut, dan kemudian dengan cepat di transfer ke kandang baru.
Sarung tangan atau forcep harus dibersihan dengan desinfektan seperti
vircon setiap kali memindahkan mencit dari kelompok lainnya.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, gerak mencit semakin
aktif setiap harinya. Hal ini berarti mencit yang ada di kandang kami sudah
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan barunya. Sisa makanan dan minuman
juga tidak banyak berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa nafsu makan dan
minum mencit terus bertambah.
Mencit yang merasa aman di lingkungannya, berjalan dengan ekor
dijulurkan ke belakang, sedangkan jika tertekan atau takut maka mencit
menekankan diri ke lantai kandang dan menyeret ekornya.
. Ukuran optimal untuk penempatan sekelompok mencit dewasa adalah
terdiri dari 3-5 ekor mencit betina dan 3 ekor pejantan. Mencit jantan cenderung
lebih sosial dan toleran terhadap pejantan lain ketika dikelompokkan sebelum
kematangan seksual. Selama mencit jantan dikandangkan dalam struktur dan
ruangan yang memadai seperti tersedia terowongan, rak, atau partisi ruang untuk
7

bersembunyi dari mencit sejenis, indeks fisiologis stres akan berkurang dalam
kondisi berpasangan atau kelompok dibandingkan dengan kondisi individual.
Mencit secara alami adalah neophobic (waspada terhadap objek baru dan
makanan). Mencit lebih menyukai lingkungan yang stabil sehingga pemberian
pakan baru yang diperkenalkan mengakibatkan konsumsi dalam jumlah kecil.
Mencit juga memiliki rasa dan persepsi terhadap pakan sama seperti hal nya
manusia serta cenderung memilih makanan manis dan berlemak jika diberikan
pilihan diet.
Teknik memindahkan mencit secara cepat, misalnya melakukan transfer
mencit ke kandang baru dapat menggunakan forcep dengan cara mengangkat
bagian ekor atau dengan memegang kulit yang longgar di bagian belakang
secara lembut, dan kemudian dengan cepat di transfer ke kandang baru. Sarung
tangan atau forcep harus dibersihan dengan desinfektan seperti vircon setiap kali
memindahkan mencit dari kelompok lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

8

Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan, 2016. Penggunaan dan Penanganan
Hewan Coba Rodensia dalam Penelitian Sesuai dengan Kesejahteraan Hewan.
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Hasanah, Uswatun.., dkk. 2015. Analisis Pertumbuhan Mencit (Mus musculus L.) ICR
Dari Hasil Perkawinan Inbreeding Dengan Pemberian Pakan AD1 dan AD2.
Jurnal : Prosiding Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan.
Fakultas Sains dan Teknologi : UIN Alauddin Makassar.
McLaren, J.E., dkk. 1985. Health Biology. Massachusetss. D.C Heath and Company.
Moriwaki, K., dkk. 1994. Genetic in Wild Mice. Its Aplication to Biomedical Research.
Tokyo : Japan Scientific Sosieties Press. Karger.
Rittner, D., dkk. 2005. Encyclopedia of Chemistry. AS : Facts on File.
Mangkoewidjojo, S., dkk. 1988. Pemeliharaan, Pembiakandan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis Indonesia. Jakarta : University Press.

9