Gambaran Kepuasan Kerja Guru Taman Kanak-kanak (TK) di Kota Medan
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik
dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa
serta keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut pendidikan memiliki
peran sangat penting (Porters, 1976), oleh karena itu setiap warga negara
harus dan wajib mendapatkan pendidikan (Haryanto, 2012). Di Indonesia
sendiri sistem pendidikan diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang tersebut mengatakan bahwa
pendidikan terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan
menengah,
dan
pendidikan
tinggi,
yang keseluruhannya
merupakan kesatuan yang sistematik. Artinya pendidikan harus dimulai dari
usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), karena PAUD
merupakan
pendidikan
yang
sangat
mendasar
dan
strategis
dalam
pembangunan sumberdaya manusia.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah :
“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantui pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Universitas Sumatera Utara
14
Menurut Sujiono (2013) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal.
PAUD jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD pada jalur nonformal
berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluaga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan
anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun
berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di
lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian,
psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar
50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4
tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi
ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004).
Periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan
yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak pada periode berikutnya. Oleh karena itu, sebagai dasar jenjang
pendidikan, PAUD diharapkan dapat mengoptimalkan perkembagan selama
masa usia dini dan memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan
untuk belajar pada jenjang selanjutnya (Sujiono, 2013).
Universitas Sumatera Utara
15
Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang penting dalam
pemberian rangsangan yang tepat pada anak. Pemberian rangsangan yang tepat
pada pendidikan anak usia dini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak (Sujiono, 2013). Guru merupakan pusat dari sistem
pendidikan, Guru merupakan figur yang sangat penting dalam berlangsungnya
pendidikan (Kumar, 2007). sedangkan menurut Utami (2003) walaupun
fasilitas pendidikan lengkap dan canggih, namun bila tidak didukung dengan
adanya guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar
dan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru
memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar
seorang guru bertugas untuk menuangkan bahan pelajaran kepada anak
didiknya, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan
membina murid agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan
mandiri (Djamarah, 2002).
Berdasarkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD tercantum standar bagi pendidik dan
tenaga kepedidikan bagi Anak Usia Dini (AUD). Peran guru dalam Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) khusunya taman kanak-kanak (TK) lebih kepada
menjadi sebagai mentor atau fasilitator, penting bagi guru untuk dapat mengerti
cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak,
memahami bagaimana anak mengatasi masalah, menyediakan dan memberikan
materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih dalam
membantu anak berpikir dan membetuk pengetahuan (Sujiono, 2013).
Universitas Sumatera Utara
16
Menurut Hymes, Read dan Patterson, Yardley (Sujiono, 2013) guru yang
baik untuk anak-anak adalah yang memiliki kehangatan hati, kepekaan, mudah
beradaptasi, jujur, ketulusan hati, sifat bersahaja, sifat yang menghibur,
menerima perbedaan individu, mampu mendukung pertumbuhan tanpa terlalu
melindungi, badan yang sehat dan kuat, ketegaran hidup, perasaan
kasihan/keharuan, menerima diri, emosi yang stabil, percaya diri, mampu
untuk terus menerus berprestasi dan dapat belajar dari pengalaman. Seorang
guru TK juga dituntut untuk dapat mengelola emosi dengan baik, karena
seorang guru TK tidak dibenarkan untuk memperlihatkan sikap negatif di
depan anak didiknya (Aisyah, 2008). Secara emosional profesi guru memiliki
tugas yang lebih berat jika dibandingkan dengan profesi yang lain (2009).
Menurut Aisyah (2008) guru TK memiliki tantangan tersendiri didalam
pekerjaanya. Seorang guru TK memiliki tiga peran pokok di dalam
pekerjaannya, yaitu peran sebagai perencana, peran sebagai pelaksana, dan
peran sebagai evaluator. Peran guru TK sebagai perancana adalah untuk
merencanakan suatu kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan bersama
anak didik, mulai dari kegiatan tahunan, semester, mingguan, sampai harian
harus dibuat oleh guru TK. Peranan guru yang selanjutnya adalah peran guru
sebagai pelaksana, Setelah rencana pembelajaran selesai disusun maka tugas
guru selanjutnya adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam
kegiatan pembelajaran dikelas. Peran yang terakhir adalah peran sebagai
evaluator, Peran guru TK sebagai evaluator adalah melakukan penilaian
terhadap proses kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian
Universitas Sumatera Utara
17
dilakukan secara observasi dan pengamatan terhadap cara belajar anak baik
individual atau kelompok. Tujuan penilaian ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana perkembangan yang dicapai oleh anak. Hasil karya anak dapat
kita pajang ditempat pemajangan sebagai tanda hasil kegiatan yang telah
dilakukan, hal ini dapat membangun rasa kebanggaan pada diri anak dan dapat
memotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Evaluasi harus
mampu memperdayakan guru, anak dan orang tua. Guru sebagai evaluator
harus melihat penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan
pengalaman anak didik serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses
maupun belajar anak didik.
Beberapa kompetensi dan peran seorang guru TK yang telah disampaikan
diatas, mutlak harus dimiliki oleh seorang guru TK agar seorang guru TK
memiliki kualitas mengajar yang baik dan dapat mengoptimalkan kemampuan
anak (Sujiono, 2013). Guru merupakan pusat dari suatu sistem pendidikan
(Kumar, 2007). Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu pendidikan yang
berkualitas tinggi perlu untuk memperhatikan kepuasan kerja dari pengajar
(Perie, 1997). Menurut Robbins dan Judges (2013) kepuasan kerja adalah
perasaan positif terhadap pekerjaan berdasarkan hasil evaluasi dari
karakteristik pekerjaan tersebut. Sedangkan Menurut Cranny, Smith, and Stone
(1992) Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional terhadap pekerjaan sebagai
suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan
kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan yang didapatkan.
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja sangat penting dalam setiap
pekerjaan karena merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kepuasan kerja memiliki hubungan
yang positif dengan prestasi kerja guru. Semakin tinggi kepuasan kerja guru
akan meningkatkan prestasi kerja guru (Siregar, 2012). Sementara itu, Perie &
Barker (1997) mengatakan bahwa kepuasan kerja guru berhubungan dengan
keefektifan guru dalam mengajar di kelas dan berpengaruh terhadap prestasi
siswa. Anhaneyulu (dalam Kumar, 2007) mengatakan bahwa guru yang puas
terhadap pekerjaanya, memiliki murid yang memiliki perilaku dan kualitas
yang unggul dan baik. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kedisipilinan,
kualitas kerja, dan prestasi kerja guru (Perie & Baker, 1997). Kepuasan kerja
juga dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja guru (Latham,
dalam Hughes 2006). Kepuasan kerja guru juga dapat meningkatkan retensi
pada guru (Houchins, Shippen & Cattret, 2004).
Kepuasan kerja guru dapat dilihat dari sikap seorang guru dalam bekerja
atau mengajar. Jika guru merasa puas terhadap pekerjaanya, maka dia akan
bekerja dengan baik (Suwar, 2008). Menurut Carr (2004) individu yang
bahagia dengan pekerjaan maka individu tersebut akan merasa puas dengan
pekerjaannya. Sementara menurut Beer & Beer (1992) ketidakpuasan kerja
menyebabkan emosi negatif terhadap pekerjaan. ketidakpuasan kerja guru
merupakan faktor utama seorang guru meninggalkan profesinya sebagai guru
(Huberman, 1993). Menurut Lester (dalam Knox, 2011) terdapat Sembilan
aspek dari kepuasan kerja guru, yaitu pengawasan (supervision), rekan kerja
Universitas Sumatera Utara
19
(colleagues), kondisi pekerjaan (job condition), imbalan/gaji (pay), tanggung
jawab (responsibility), pekerjaan itu sendiri (work it self), kenaikan jabatan
(advancement), keamanan (security), penghargaan (recognition).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada 60 guru TK di Kota
Medan didapatkan beberapa masalah yang dialami oleh guru TK. Hasil survei
tersebut antara lain adalah sebagai berikut ; sebanyak 38 (63%) guru
mengatakan bahwa atasan mereka jarang memberikan arahan dan feedback.
Sementara 22 guru mengatakan bahwa atasan mereka selalu memberikan
arahan dan feedback. Bentuk dan frekuensi dalam memberikan arahan dan
feedback dapat memberikan pengaruh yang luar biasa pada level kepuasan
kerja seorang pekerja (Knox, 2011). Hasil survei lainnya juga mengatakan
bahwa 24 (60%) guru mengatakan bahwa sekolah di tempat mereka bekerja
tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk membantu mereka dalam
mengajar dan membantu anak dalam belajar. Herzberg (1959) menemukan
bahwa terdapat efek langsung dari fasilitas pendidikan terhadap kualitas
mengajar seorang guru. Hal ini dipertegas dengan banyaknya TK di Kota
Medan yang tidak memiliki bangunan yang representatif sebagai TK. Kondisi
pekerjaan tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja pada guru. Hal ini
dapat menyebabkan ketidakpuasan, karena guru membandingkan kondisi
pekerjaanya dengan guru lain yang dibayar dengan jumlah yang sama, tetapi
mendapatkan fasilitas yang lebih baik untuk bekerja (Knox, 2011).
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pendidikan Kota Medan (2015)
terdapat 354 TK, dengan jumlah siswa sebanyak 41.144, dan guru TK
Universitas Sumatera Utara
20
sebanyak 1.666. Jika dirasiokan maka hasilnya 25 : 1, sedangkan perbandingan
jumlah murid dengan guru yang ideal adala 15 : 1 (Peraturan Pemerintah
Nomor 7 tahun 2008 Tentang Guru). Sedangkan menurut Sujiono (2013)
perbandingan yang ideal adalah 10 : 1. Menurut Taleb (2013) bahwa kondisi
kerja, perilaku sosial anak-anak, orang tua murid mempengaruhi kepuasan
kerja guru TK. Kepuasan kerja guru juga berhubungan dengan kinerja guru,
keterlibatan guru, komitmen, dan motivasi. Hal ini tidak hanya penting bagi
guru, namun juga berpengaruh pada siswa dan sekolah (Sargent & Hannum,
2005).
Hasil survei lainnya yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 54
(90%) guru mengatakan bayaran yang mereka terima setiap bulannya sangat
kecil dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Menurut
Anjaneyulu (dalam Kumar, 2007) mengatakan bahwa pendapatan yang terlalu
kecil merupakan penyebab utama ketidakpuasan kerja guru. Hal ini diperkuat
dengan maraknya aksi Guru TK menuntut kesejahteraan. Ratusan guru TK
mendatangi kantor DPRD untuk menuntut kesejahteraan. Melalui aksi yang
dilakukan,
ratusan
guru
TK
tersebut
menuntut
segera
peningkatan
kesejahteraan, melalui penambahan besaran gaji. (Detik, 2010). Menurut
McShane dan Glinow (2010) Voice salah satu indikasi dari ketidakpuasan
terhadap pekerjaan. Voice merupakan suatu upaya untuk mengubah situasi
yang
tidak
memuaskan
dengan
cara
yang
konstruktif,
seperti
merekomendasikan cara bagi manajemen untuk memperbaiki situasi, atau
dapat lebih konfrontatif, seperti mengajukan keluhan resmi atau membentuk
Universitas Sumatera Utara
21
koalisi untuk menentang keputusan. bahkan yang paling ekstrimnya pekerja
dapat melakukan mogok kerja.
Guru TK juga dihadapkan dengan permasalahan kenaikan jabatan,
berdasarkan hasil survei bahwa 49 (89%) guru mengatakan bahwa mereka
tidak memiliki kesempatan untuk promosi atau naik jabatan. Kepuasan kerja
dapat diperoleh ketika pekerja percaya bahwa mereka memiliki kesempatan
untuk memperoleh kenaikan jabatan (Cranny, 1992). Seorang guru TK juga
dihadapkan dengan permasalahan orangtua siswa yang seperti memberikan
tanggungjawab pendidikan anaknya sepenuhnya kepada guru di sekolah dan
sering mendapatkan keluhan dari orangtua jika anaknya mengalami masalah
dalam belajar. Sebanyak 37 (61%) guru mengatakan bahwa orangtua siswa
melakukan keluhan dan menyalahkan guru jika anaknya mengalami masalah
belajar. Menyalahkan dan kritikan dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan dan dengan pertimbangan
belum ada penelitan yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru TK
berdasarkan sudut pandang psikologi, maka penelitian ini akan berfokus untuk
melihat bagaimana “Kepuasan Kerja Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota
Medan”.
B. Pertanyaan Penelitian
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimanakah gambaran kepuasan kerja guru TK di Kota Medan secara
umum ?
Universitas Sumatera Utara
22
2. Bagaimanakah gambaran kepuasan kerja guru TK di Kota Medan ditinjau
dari setiap aspeknya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan
kerja guru TK di Kota Medan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dapat
memberi
sumbangan
informasi
dan
pemikiran
untuk
mengembangkan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan tentang
kepuasan kerja guru TK di Kota Medan.
2. Manfaat Praktis
a. Kepada pihak guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran
tentang kepuasan kerja yang mereka miliki. Sehingga guru TK dapat
mengetahui apa-apa saja yang dapat membuat mereka puas atau tidak puas
terhadap pekerjaanya.
b. Kepada pihak sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang kepuasan kerja para guru TK dan dengan demikian
pihak sekolah dapat membuat perencanaan yang tepat terhadap
peningksatan kepuasan kerja guru yang dapat berpengaruh terhadap
kinerja guru di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
23
c. Kepada pihak dinas pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan gambaran tentang kepuasan kerja guru TK, sehingga
pemerintah dapat melakukan intervensi melalui kebijakan yang tepat
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh guru TK, terutama
dalam hal kepuasan kerja guru TK.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Berisikan uraian singkat mengenai latar belakang permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kepuasan kerja.
Bab III : Metode Penelitian
Berisikan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel
penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian,
metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji coba alat
ukur dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan, serta metode analisis data.
Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan
dengan teori yang ada.
Universitas Sumatera Utara
24
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi
uraian
kesimpulan
sebagai
jawaban
permasalahan
yang
diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang
meliputi saran metodologis dan saran praktis.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik
dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa
serta keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut pendidikan memiliki
peran sangat penting (Porters, 1976), oleh karena itu setiap warga negara
harus dan wajib mendapatkan pendidikan (Haryanto, 2012). Di Indonesia
sendiri sistem pendidikan diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang tersebut mengatakan bahwa
pendidikan terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan
menengah,
dan
pendidikan
tinggi,
yang keseluruhannya
merupakan kesatuan yang sistematik. Artinya pendidikan harus dimulai dari
usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), karena PAUD
merupakan
pendidikan
yang
sangat
mendasar
dan
strategis
dalam
pembangunan sumberdaya manusia.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah :
“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantui pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”
Universitas Sumatera Utara
14
Menurut Sujiono (2013) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal.
PAUD jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD pada jalur nonformal
berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluaga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan
anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun
berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di
lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian,
psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar
50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4
tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi
ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004).
Periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan
yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak pada periode berikutnya. Oleh karena itu, sebagai dasar jenjang
pendidikan, PAUD diharapkan dapat mengoptimalkan perkembagan selama
masa usia dini dan memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan
untuk belajar pada jenjang selanjutnya (Sujiono, 2013).
Universitas Sumatera Utara
15
Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang penting dalam
pemberian rangsangan yang tepat pada anak. Pemberian rangsangan yang tepat
pada pendidikan anak usia dini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak (Sujiono, 2013). Guru merupakan pusat dari sistem
pendidikan, Guru merupakan figur yang sangat penting dalam berlangsungnya
pendidikan (Kumar, 2007). sedangkan menurut Utami (2003) walaupun
fasilitas pendidikan lengkap dan canggih, namun bila tidak didukung dengan
adanya guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar
dan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru
memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar
seorang guru bertugas untuk menuangkan bahan pelajaran kepada anak
didiknya, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan
membina murid agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan
mandiri (Djamarah, 2002).
Berdasarkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD tercantum standar bagi pendidik dan
tenaga kepedidikan bagi Anak Usia Dini (AUD). Peran guru dalam Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) khusunya taman kanak-kanak (TK) lebih kepada
menjadi sebagai mentor atau fasilitator, penting bagi guru untuk dapat mengerti
cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak,
memahami bagaimana anak mengatasi masalah, menyediakan dan memberikan
materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih dalam
membantu anak berpikir dan membetuk pengetahuan (Sujiono, 2013).
Universitas Sumatera Utara
16
Menurut Hymes, Read dan Patterson, Yardley (Sujiono, 2013) guru yang
baik untuk anak-anak adalah yang memiliki kehangatan hati, kepekaan, mudah
beradaptasi, jujur, ketulusan hati, sifat bersahaja, sifat yang menghibur,
menerima perbedaan individu, mampu mendukung pertumbuhan tanpa terlalu
melindungi, badan yang sehat dan kuat, ketegaran hidup, perasaan
kasihan/keharuan, menerima diri, emosi yang stabil, percaya diri, mampu
untuk terus menerus berprestasi dan dapat belajar dari pengalaman. Seorang
guru TK juga dituntut untuk dapat mengelola emosi dengan baik, karena
seorang guru TK tidak dibenarkan untuk memperlihatkan sikap negatif di
depan anak didiknya (Aisyah, 2008). Secara emosional profesi guru memiliki
tugas yang lebih berat jika dibandingkan dengan profesi yang lain (2009).
Menurut Aisyah (2008) guru TK memiliki tantangan tersendiri didalam
pekerjaanya. Seorang guru TK memiliki tiga peran pokok di dalam
pekerjaannya, yaitu peran sebagai perencana, peran sebagai pelaksana, dan
peran sebagai evaluator. Peran guru TK sebagai perancana adalah untuk
merencanakan suatu kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan bersama
anak didik, mulai dari kegiatan tahunan, semester, mingguan, sampai harian
harus dibuat oleh guru TK. Peranan guru yang selanjutnya adalah peran guru
sebagai pelaksana, Setelah rencana pembelajaran selesai disusun maka tugas
guru selanjutnya adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam
kegiatan pembelajaran dikelas. Peran yang terakhir adalah peran sebagai
evaluator, Peran guru TK sebagai evaluator adalah melakukan penilaian
terhadap proses kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian
Universitas Sumatera Utara
17
dilakukan secara observasi dan pengamatan terhadap cara belajar anak baik
individual atau kelompok. Tujuan penilaian ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana perkembangan yang dicapai oleh anak. Hasil karya anak dapat
kita pajang ditempat pemajangan sebagai tanda hasil kegiatan yang telah
dilakukan, hal ini dapat membangun rasa kebanggaan pada diri anak dan dapat
memotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Evaluasi harus
mampu memperdayakan guru, anak dan orang tua. Guru sebagai evaluator
harus melihat penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan
pengalaman anak didik serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses
maupun belajar anak didik.
Beberapa kompetensi dan peran seorang guru TK yang telah disampaikan
diatas, mutlak harus dimiliki oleh seorang guru TK agar seorang guru TK
memiliki kualitas mengajar yang baik dan dapat mengoptimalkan kemampuan
anak (Sujiono, 2013). Guru merupakan pusat dari suatu sistem pendidikan
(Kumar, 2007). Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu pendidikan yang
berkualitas tinggi perlu untuk memperhatikan kepuasan kerja dari pengajar
(Perie, 1997). Menurut Robbins dan Judges (2013) kepuasan kerja adalah
perasaan positif terhadap pekerjaan berdasarkan hasil evaluasi dari
karakteristik pekerjaan tersebut. Sedangkan Menurut Cranny, Smith, and Stone
(1992) Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional terhadap pekerjaan sebagai
suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan
kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan yang didapatkan.
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja sangat penting dalam setiap
pekerjaan karena merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kepuasan kerja memiliki hubungan
yang positif dengan prestasi kerja guru. Semakin tinggi kepuasan kerja guru
akan meningkatkan prestasi kerja guru (Siregar, 2012). Sementara itu, Perie &
Barker (1997) mengatakan bahwa kepuasan kerja guru berhubungan dengan
keefektifan guru dalam mengajar di kelas dan berpengaruh terhadap prestasi
siswa. Anhaneyulu (dalam Kumar, 2007) mengatakan bahwa guru yang puas
terhadap pekerjaanya, memiliki murid yang memiliki perilaku dan kualitas
yang unggul dan baik. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kedisipilinan,
kualitas kerja, dan prestasi kerja guru (Perie & Baker, 1997). Kepuasan kerja
juga dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja guru (Latham,
dalam Hughes 2006). Kepuasan kerja guru juga dapat meningkatkan retensi
pada guru (Houchins, Shippen & Cattret, 2004).
Kepuasan kerja guru dapat dilihat dari sikap seorang guru dalam bekerja
atau mengajar. Jika guru merasa puas terhadap pekerjaanya, maka dia akan
bekerja dengan baik (Suwar, 2008). Menurut Carr (2004) individu yang
bahagia dengan pekerjaan maka individu tersebut akan merasa puas dengan
pekerjaannya. Sementara menurut Beer & Beer (1992) ketidakpuasan kerja
menyebabkan emosi negatif terhadap pekerjaan. ketidakpuasan kerja guru
merupakan faktor utama seorang guru meninggalkan profesinya sebagai guru
(Huberman, 1993). Menurut Lester (dalam Knox, 2011) terdapat Sembilan
aspek dari kepuasan kerja guru, yaitu pengawasan (supervision), rekan kerja
Universitas Sumatera Utara
19
(colleagues), kondisi pekerjaan (job condition), imbalan/gaji (pay), tanggung
jawab (responsibility), pekerjaan itu sendiri (work it self), kenaikan jabatan
(advancement), keamanan (security), penghargaan (recognition).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada 60 guru TK di Kota
Medan didapatkan beberapa masalah yang dialami oleh guru TK. Hasil survei
tersebut antara lain adalah sebagai berikut ; sebanyak 38 (63%) guru
mengatakan bahwa atasan mereka jarang memberikan arahan dan feedback.
Sementara 22 guru mengatakan bahwa atasan mereka selalu memberikan
arahan dan feedback. Bentuk dan frekuensi dalam memberikan arahan dan
feedback dapat memberikan pengaruh yang luar biasa pada level kepuasan
kerja seorang pekerja (Knox, 2011). Hasil survei lainnya juga mengatakan
bahwa 24 (60%) guru mengatakan bahwa sekolah di tempat mereka bekerja
tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk membantu mereka dalam
mengajar dan membantu anak dalam belajar. Herzberg (1959) menemukan
bahwa terdapat efek langsung dari fasilitas pendidikan terhadap kualitas
mengajar seorang guru. Hal ini dipertegas dengan banyaknya TK di Kota
Medan yang tidak memiliki bangunan yang representatif sebagai TK. Kondisi
pekerjaan tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja pada guru. Hal ini
dapat menyebabkan ketidakpuasan, karena guru membandingkan kondisi
pekerjaanya dengan guru lain yang dibayar dengan jumlah yang sama, tetapi
mendapatkan fasilitas yang lebih baik untuk bekerja (Knox, 2011).
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pendidikan Kota Medan (2015)
terdapat 354 TK, dengan jumlah siswa sebanyak 41.144, dan guru TK
Universitas Sumatera Utara
20
sebanyak 1.666. Jika dirasiokan maka hasilnya 25 : 1, sedangkan perbandingan
jumlah murid dengan guru yang ideal adala 15 : 1 (Peraturan Pemerintah
Nomor 7 tahun 2008 Tentang Guru). Sedangkan menurut Sujiono (2013)
perbandingan yang ideal adalah 10 : 1. Menurut Taleb (2013) bahwa kondisi
kerja, perilaku sosial anak-anak, orang tua murid mempengaruhi kepuasan
kerja guru TK. Kepuasan kerja guru juga berhubungan dengan kinerja guru,
keterlibatan guru, komitmen, dan motivasi. Hal ini tidak hanya penting bagi
guru, namun juga berpengaruh pada siswa dan sekolah (Sargent & Hannum,
2005).
Hasil survei lainnya yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 54
(90%) guru mengatakan bayaran yang mereka terima setiap bulannya sangat
kecil dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Menurut
Anjaneyulu (dalam Kumar, 2007) mengatakan bahwa pendapatan yang terlalu
kecil merupakan penyebab utama ketidakpuasan kerja guru. Hal ini diperkuat
dengan maraknya aksi Guru TK menuntut kesejahteraan. Ratusan guru TK
mendatangi kantor DPRD untuk menuntut kesejahteraan. Melalui aksi yang
dilakukan,
ratusan
guru
TK
tersebut
menuntut
segera
peningkatan
kesejahteraan, melalui penambahan besaran gaji. (Detik, 2010). Menurut
McShane dan Glinow (2010) Voice salah satu indikasi dari ketidakpuasan
terhadap pekerjaan. Voice merupakan suatu upaya untuk mengubah situasi
yang
tidak
memuaskan
dengan
cara
yang
konstruktif,
seperti
merekomendasikan cara bagi manajemen untuk memperbaiki situasi, atau
dapat lebih konfrontatif, seperti mengajukan keluhan resmi atau membentuk
Universitas Sumatera Utara
21
koalisi untuk menentang keputusan. bahkan yang paling ekstrimnya pekerja
dapat melakukan mogok kerja.
Guru TK juga dihadapkan dengan permasalahan kenaikan jabatan,
berdasarkan hasil survei bahwa 49 (89%) guru mengatakan bahwa mereka
tidak memiliki kesempatan untuk promosi atau naik jabatan. Kepuasan kerja
dapat diperoleh ketika pekerja percaya bahwa mereka memiliki kesempatan
untuk memperoleh kenaikan jabatan (Cranny, 1992). Seorang guru TK juga
dihadapkan dengan permasalahan orangtua siswa yang seperti memberikan
tanggungjawab pendidikan anaknya sepenuhnya kepada guru di sekolah dan
sering mendapatkan keluhan dari orangtua jika anaknya mengalami masalah
dalam belajar. Sebanyak 37 (61%) guru mengatakan bahwa orangtua siswa
melakukan keluhan dan menyalahkan guru jika anaknya mengalami masalah
belajar. Menyalahkan dan kritikan dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan dan dengan pertimbangan
belum ada penelitan yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru TK
berdasarkan sudut pandang psikologi, maka penelitian ini akan berfokus untuk
melihat bagaimana “Kepuasan Kerja Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota
Medan”.
B. Pertanyaan Penelitian
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu:
1. Bagaimanakah gambaran kepuasan kerja guru TK di Kota Medan secara
umum ?
Universitas Sumatera Utara
22
2. Bagaimanakah gambaran kepuasan kerja guru TK di Kota Medan ditinjau
dari setiap aspeknya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan
kerja guru TK di Kota Medan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Dapat
memberi
sumbangan
informasi
dan
pemikiran
untuk
mengembangkan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan tentang
kepuasan kerja guru TK di Kota Medan.
2. Manfaat Praktis
a. Kepada pihak guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran
tentang kepuasan kerja yang mereka miliki. Sehingga guru TK dapat
mengetahui apa-apa saja yang dapat membuat mereka puas atau tidak puas
terhadap pekerjaanya.
b. Kepada pihak sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
gambaran tentang kepuasan kerja para guru TK dan dengan demikian
pihak sekolah dapat membuat perencanaan yang tepat terhadap
peningksatan kepuasan kerja guru yang dapat berpengaruh terhadap
kinerja guru di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
23
c. Kepada pihak dinas pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan gambaran tentang kepuasan kerja guru TK, sehingga
pemerintah dapat melakukan intervensi melalui kebijakan yang tepat
dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh guru TK, terutama
dalam hal kepuasan kerja guru TK.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Berisikan uraian singkat mengenai latar belakang permasalahan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kepuasan kerja.
Bab III : Metode Penelitian
Berisikan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel
penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian,
metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji coba alat
ukur dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan, serta metode analisis data.
Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan
dengan teori yang ada.
Universitas Sumatera Utara
24
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi
uraian
kesimpulan
sebagai
jawaban
permasalahan
yang
diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang
meliputi saran metodologis dan saran praktis.
Universitas Sumatera Utara