Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Atas Perbuatan Pialang Saham Yang Tidak Beritikad Baik

33

BAB II

TANGGUNG JAWAB HUKUM PIALANG SAHAM KEPADA INVESTOR
PADA KEGIATAN DI PASAR MODAL

A. Tinajauan Umum Tentang Pialang Efek
1. Pengertian Pialang Efek
Pialang dikenal di dalam dunia pasar modal dengan isitilah Perantara
Pedagang Efek atau disingkat (PPE), menurut Pasal 1 Ayat 18, Undang – undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menerangkan bahwa
Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan usaha jual beli
efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain, begitu juga definisi
pialang secara terminologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah perantara di dalam kegiatan jual beli atau juga disebut
dengan makelar. 35
Istilah pialang di dalam dunia pasar modal Indonesia mengandung dua makna
yaitu: 36
a. Perantara dalam jual beli efek, artinya bertindak sebagai perantara dalam aktifitas
jual beli efek, karena investor tidak boleh melakukan kegiatan jual beli secara

langsung tanpa melalui perantara atau pialang, jadi setiap transaksi jual dan beli
harus melalui perantara. Untuk jasa sebagai perantara tersebut, maka perantara
mendapatkan komisi dari investor baik untuk kegiatan jual maupun beli;
b. Pedagang efek artinya disamping bertindak sebagai perantara maka perusahaan
efek juga dapat melakukan aktivitas jual beli saham untuk kepentingan perusahaan
efek tersebut.

35

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke II,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1998) hal: 765
36
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia Edisi 3, (Jakarta:
Salemba 4, 2011) hal: 39

25

34

Perusahaan Pialang atau juga disebut broker Anggota Bursa (AB), adalah

pihak yang membantu investor untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di
bursa. 37 Pialang adalah suatu profesi yang lahir akibat adanya globalisasi sektor
pelayanan jasa khususnya bidang keuangan, maka terhadap pelayanan jasa keuangan
yang diberikan oleh pialang efek haruslah diliputi dengan pengetahuan dan kesadaran
hukum yang berlaku, guna memberikan pengetahuan dengan setiap akibat yang
timbul dan ketentuan dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Di dalam melaksanakan kegiatannya sebagai pedagang perantara efek, pialang
harus terlebih dahulu memperoleh izin dari Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) 38

sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8

tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Bapepam Nomor V. B. 1 tentang
Perijinan Wakil Perusahaan Efek, Kep/25/PM/1996, tangal 17 Januari 1996, namun
kewenangan Bapepam sekarang sudah diganti oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
berdasarkan UU No. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, akan tetapi
segala aturan yang belum dimiliki atau diperbaharui oleh OJK, maka OJK masih
menggunakan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam terdahulu, seperti
halnya kegiatan pialang efek, dan berkenaan dengan kegiatan pialang harus tunduk
juga kepada Self Regulation


Organization (SRO) yang diberikan Bapepam dan

sekaligus kepada semua peraturan pasar modal.

37

Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo, 2004), hal.6
38
Peran Pengawasan bidang pasar modal yang sebelumnya pada Bapepam-LK sudah
digantikan oleh Otoritas Jasa Keuangan sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 21 aTahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan tertanggal 22 November 2011

35

Di dunia pasar modal dikenal istilah sisi jual (sell side) dan sisi beli (buy side),
sisi jual adalah lembaga atau individu yang mendapatkan penghasilan dari komisi
atas pelakanaan order jual atau order beli yang dilaksanakannya. 39 Sebagai contoh A
ingin membeli saham,


maka

A

perlu mencari pialang untuk melaksanakan

maksudnya itu, setelah bertemu pialang maka A akan memberikan amanah atau order
kepada pialang tersebut, dan selanjutnya pialang itu akan mendapatkan order A ke
bursa untuk melaksanakan amanah yang diterimanya. Dalam melaksanakan order
atau perintah dari

A,

maka pialang akan mendapatkan komisi, yang besarnya

tergantung kesepakatan kedua belah Pihak.
Gambar 1
Kerangka Penjualan Efek di Bursa Efek Indonesia


Sumber: Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

Begitu juga sebaliknya B ingin menjual saham, sama halnya dengan A yang
menggunakan jasa pialang, maka B pun harus mencari pialang untuk melaksanakan
keinginanya itu, setelah bertemu dengan pialang, maka

39

B akan memberikan

Sawidji Widoatmojo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, (Jakarta. Kompas Gramedia
2012), hal. 21

36

mandat kepada pialang tersebut untuk melakukan pembelian saham yang dimaksud.
Pialang pun dapat segera memasukan amanah untuk menjual saham itu ke bursa,
untuk melaksanakan amanah dari B tadi. Pekerjaan melaksanakan penjualan saham
ke bursa maka si pialang akan mendapatkan komisi dari B, yang besarnya tergantung
kedua belah Pihak.

Contoh sederhana di atas dapat dilihat bahwa kedua pialang yaitu yang
melaksanakan pembelian saham atas amanah dari A dan yang melakukan penjualan
atas amanah dari B, maka mendapatkan komisi yang besaranya tergantung dari
negoisasi, dengan demikian maka pialang dapat digolongkan sebagai lembaga atau
individu yang memperoleh penghasilan dari komisi, atau dengan kata lain, pialang
termasuk dalam sisi jual (sell side).
Sebagai lawan dari sisi jual adalah sisi beli, lembaga ini bertugas
mengumpulkan dana dari investor, kemudian menginvestasikannya pada alat – alat
investasi yang menurut perhitungannya bisa menguntungakan investor, untuk tugas
ini lembaga sisi beli mendapatkan keuntungan. Lembaga

ini

tidak bertugas

melaksanakan amanah, tetapi mewakili kepentingan investor, jadi yang bertugas
membeli dan menjual tetap saja pialang. 40

40


Ibid

37

2. Jenis-jenis pialang
Ada 5 (lima) jenis pialang di dalam pasar modal, diantarannya, ritel / retal /
broker, institutional broker, discount broker, full service broker, internet online
broker. 41
a. ritel / retail / broker
Ritel broker juga sering disebut sebagai individual broker, pialang jenis ini
hanya melayani kepentingan pelanggan individu, jadi tidak melayani pelanggan
lembaga seperti reksadana. Pialang seperti ini tentu mendapatkan komisi bila pialang
telah melakukan amanah dari investor untuk melakukan penjualan atau pembelian,
dari hasil itulah pialang mendapatkan penghasilan, namun tidak semua komisi masuk
sebagai penghasilan pialang, sebagian akan diberikan kepada perusahaan dimana
pialang tersebut bekerja.
b. institutional broker
Sebagai lawan dari individual broker adalah institutional broker. Institutional
broker hanya melayani pelanggan yang bersifat lembaga atau institusi. Lembaga –
lembaga yang menggunakan jasa institusional broker adalah buy side instution.

Apabila reksadana atau lembaga pensiun akan melakukan pembelian atau penjualan
surat – surat berharga yang dimilikinya, maka mereka bisa menggunakan jasa
institusioanl broker.

41

Agus Pranoto Susilo, Broker Prenerurship, (Jogjakarta: FlashBooks,.2014) hal: 148

38

c. discount broker
Discount Broker adalah pialang yang memberikan pelayanan yang tidak
lengkap, yang dimaksud lengkap adalah, disamping melaksanakan eksekusi order,
pialang juga memberikan pelayanan berupa nasihat, penyampaian informasi terbaru
atau menyampaiakan hasil analisis perusahaan tempatnya bekerja. Karena pelayanan
pialang demikian tidak lengkap, maka komisi yang harus diberikan oleh investor juga
menjadi lebih rendah. Sehingga apabila investor tidak memerlukan nasihat atau
informasi, atau investor sudah bisa menganalisis sendiri surat-surat berharga yang
akan dibeli serta sudah memiliki informasi dari sumber-sumber tertentu, maka
investor lebih baik menggunakan discount broker. Discount broker atau juga disebut

dengan broker diskon memastikan suatu transaksi yang diinginkan oleh investor
dilaksanakan tetapi tidak menawarkan saran. 42

d. full service broker
Pialang jenis ini memberikan pelayanan lengkap, mulai dari pelaksanaan
amanah, pemberian informasi dan pemberian nasihat juga sampai dengan pemberian
laporan hasil analisis yang dilakukan oleh perusahaan tempat pialang berkerja. Broker
layanan penuu ini menyediakan saran bagi investor mengenai saham mana yang
sebaiknya dibeli atau dijual dan memastikan bahwa transaksi yang diinginkan oleh
investor telah dilaksanakan. 43

42
43

Jeff madura, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2007), hal. 575
Ibid

39

e. internet online broker

Hadirnya teknologi komunikasi dan

informasi secara dunia maya yang

dikenal dengan internet, yang membawa pengaruh besar pada dunia pasar modal,
salah satunya adalah internet broker. Pialang jenis ini tidak berbeda dengan pialang
konvensional dalam melayani investor, hanya mekanisme pelayanan saja yang
berbeda, yaitu melalui internet. Dengan internet broker ini investor bisa
menyelesaikan semua proses transaksi, termasuk mengakses data dan analisis melalui
komputer.

B. Perusahaan Efek Sebagai Pialang Efek / Perantara Pedagang Efek (PPE)
Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai
Penjamin Emisi Efek (PEE), PPE, dan atau Manajer Investasi. 44 PE dapat melakukan
kegiatannya setelah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK sebagai PPE dan atau
sebagai PEE. Dari segi perizinan, izin usaha sebagai PEE berlaku juga sebagai izin
usaha sebagai PPE. Sedangkan PE yang hanya memiliki izin usaha sebagai PPE tidak
dapat melakukan kegiatan sebagai PEE. Pasal 1 angka 18 UUPM menyatakan bahwa
“PPE adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan
sendiri atau pihak lain”.

Menurut ketentuan yang berlaku yakni Peraturan Bapepam Lk Nomor V.A.1
tentang Perizinan Perusahaan Efek, PE dapat melakukan usaha sebagai Penjamin

44

Tim Studi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan
Lembaga Keuangan Op. Cit, hal: 4

40

Emisi Efek (PEE), Perantara Pedagang Efek (PPE), dan atau Manager Investasi (MI)
serta kegiatan lain sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam-LK.
Perusahaan Efek disebut juga dengan Perusahaan Sekuritas, atau peran yang
dimainkanya adalah mata rantai penting dalam pasar modal. 45 Sejarah pasar modal
dunia menunjukan bahwa lembaga yang menjalankan fungsi yang dilakukan PE
sekarang ini muncul pada abad ke 21, sedangkan bursa pertama didirikan sekitar tiga
abad kemudian, yakni pada awal abad ke 16 di Eropa, dan lembaga otoritas didirikan
jauh setelah itu, di US lembaga otoritas baru didirikan pada 1934 setelah terjadinya
Crash-1929. 46
Fakta di atas menunjukan tanpa adanya PE kegiatan pasar modal tidak bisa
berjalan, atau bisa dibalik, kegiatan pasar modal bisa berjalan meskipun bursa dan
lembaga pengawas tidak ada sepanjang ada PE. Hal ini dikarenakan PE diperlukan
oleh dua pelaku pasar yang lain yaitu lembaga baik pemerintah ataupun swasta yang
ingin menggalan dana, dan pihak lain yang memiliki dana baik itu kreditur ataupun
investor, lembaga nirlaba, maupun individu.
Jika PE melakukan transaksi untuk mewakili nasabah, maka PE tersebut
berperan sebagai pialang dan atas layanan itu PE akan menerima komisi yang besaran
umumnya tergantung pada nilai transaksi. Jika PE melakukan transkasi untuk
kepentingan sendiri, maka PE tersebut berperan sebagai bandar dan atas transaksi

45

Abi Hurairah Mochadi dan Haryajid Ramelan, Gerbang Pintar Pasar Modal (Jakarta:
PT.Capital Bridge Advisory, 2012) hal: 221
46
Ibid

41

tersebut PE akan mempertaruhkan modalnya sendiri. Secara legal orang yang
berfungsi sebagai pialang disebut Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE). 47
PE bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan efek
yang dilakukan oleh Direktur, pegawai, dan pihak lain yang bekerja untuk perusahaan
tersebut. Yang dimaksud dengan “segala kegiatan yang berkaitan dengan efek”
tersebut diatas adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh PE sebagai PPE. Yang
dimaksud dengan “pegawai” adalah seseorang yang bekerja pada pihak lain, di mana
pihak lain tersebut mempunyai kewenangan untuk mengendalikan dan mengarahkan
orang dimaksud untuk melakukan pekerjaan dengan memperoleh upah atau gaji
secara berkala. Sedangkan yang dimaksud dengan “pihak lain yang bekerja untuk
PE” adalah pihak yang ditunjuk oleh PE untuk melakukan tugas tertentu meskipun
pihak tersebut bukan pegawai PE dimaksud. 48
Pasal 38 UUPM menjelaskan bahwa
. “PE yang bertindak sebagai PPE dilarang melakukan transaksi atas efek
yang tercatat pada Bursa Efek untuk pihak terafiliasi atau kepentingan
sendiri apabila nasabah yang tidak terafiliasi dari PE tersebut telah
memberikan instruksi untuk membeli dan atau menjual efek yang
bersangkutan dan PE tersebut belum melaksanakan instruksi tersebut”
Larangan tersebut berlaku bagi PE yang bertindak selaku PPE dalam hal yang
bersangkutan akan membeli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak terafiliasinya
di mana pada saat yang bersamaan terdapat pesanan beli dari pihak yang tidak
terafiliasi dengan persyaratan transaksi efek yang sama atau lebih tinggi dari

47

Admin,
“Apa
itu
WPPE,
WPEE,
WMI?”,
19
Mei
2014
dalam
http://www.edukasisaham.co.id/apa-itu-wppe-wpee-wmi/. Diakses pada tanggal 19 Juli 2014
48
Hasil wawancara dengan M. Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation Center –
Medan Marketing Division, Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Juni 2014

42

persyaratan transaksi efek untuk kepentingan PPE yang bersangkutan atau Pihak
terafiliasinya. Akan tetapi, dalam hal PPE dimaksud membeli efek dengan
persyaratan transaksi efek yang lebih tinggi dibandingkan dengan persyaratan yang
diajukan oleh pihak yang tidak terafiliasi, PPE dimaksud dapat membeli efek
tersebut, baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun pihak terafiliasinya.
Larangan yang sama berlaku pula dalam hal PPE bermaksud melakukan
penjualan efek untuk kepentingan sendiri atau pihak terafiliasinya di mana pada saat
yang bersamaan terdapat pesanan jual dari pihak yang tidak terafiliasi dengan
persyaratan transaksi efek yang sama atau lebih rendah dari persyaratan transaksi
Efek untuk kepentingan PPE yang bersangkutan atau pihak terafiliasinya. Akan
tetapi, dalam hal PPE bermaksud menjual efek dengan persyaratan transaksi efek
yang lebih rendah dibandingkan dengan persyaratan yang diajukan oleh pihak yang
tidak terafiliasi, maka PPE dimaksud dapat menjual efek tersebut, baik untuk
kepentingan dirinya sendiri maupun pihak terafiliasinya. 49
Pasal 98 UUPM juga dinyatakan bahwa
“PE yang memiliki informasi orang dalam mengenai emiten atau
perusahaan publik dilarang melakukan transaksi efek emiten atau
perusahaan publik tersebut, kecuali apabila transaksi tersebut dilakukan
bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah nasabahnya dan PE
tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada nasabahnya mengenai efek
yang bersangkutan”. 50

49

Ibid
Informasi orang dalam adalah informasi material yang dimiliki oleh orang dalam yang
belum tersedia untuk umum. Iswi Hariyani, R, Serfianto, dkk, Merger, Konsolidasi, Akuisisi &
Pemisahan Perusahaan: Cara Cerdas Mengembangkan & Memajukan Perusahaan, (Jakarta:
Visimedia, 2011), hal. 187
50

43

Ketentuan pasal di atas memberi kemungkinan bagi PE untuk melakukan
transaksi efek semata-mata untuk kepentingan nasabahnya karena salah satu kegiatan
PE adalah sebagai PPE yang wajib melayani nasabah dengan sebaik-baiknya.
Pelaksanakan transaksi efek dimaksud, PE tidak memberikan rekomendasi apa pun
kepada nasabahnya. Apabila larangan dalam Pasal ini dilanggar, PE melanggar
ketentuan orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 UUPM, yaitu orang
dalam dari emiten atau perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam
dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek emiten atau perusahaan
publik dimaksud atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau
perusahaan publik yang bersangkutan, dan Pasal 96 UUPM, yaitu mempengaruhi
pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek dimaksud atau
memberi informasi orang dalam kepada pihak mana pun yang patut diduganya dapat
menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas
efek berdasarkan Pasal 95 UUPM.
Orang dalam dari emiten atau perusahaan publik yang mempunyai informasi
orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas efek, yang dimaksud
dengan “orang dalam” dalam Pasal 95 UUPM adalah, komisaris, direktur, atau
pegawai emiten atau perusahaan publik, pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik, orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau
karena hubungan usahanya dengan emiten atau perusahaan publik memungkinkan

44

orang tersebut memperoleh informasi orang dalam, pihak yang dalam waktu 6 (enam)
bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud. 51
“Kedudukan” dalam penjelasan huruf c ini adalah jabatan pada lembaga,
institusi, atau badan pemerintah, yang dimaksud dengan “hubungan usaha” dalam
penjelasan huruf c ini adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha,
antara lain hubungan nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur, yang
dimaksud dengan “informasi orang dalam” dalam penjelasan huruf c adalah
Informasi Material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum tersedia untuk umum.
Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 UUPM dilarang
mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek
dimaksud atau memberi informasi orang dalam kepada pihak mana pun yang patut
diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas efek.
Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 UUPM dilarang
mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian dan atau penjualan atas efek
dari emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan, walaupun orang dalam
dimaksud tidak memberikan informasi orang dalam kepada pihak lain, karena hal ini
dapat mendorong pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan efek
berdasarkan informasi orang dalam, selain itu orang dalam dilarang memberikan
informasi orang dalam kepada pihak lain yang diduga akan menggunakan informasi
tersebut untuk melakukan pembelian dan atau penjualan efek. Dengan demikian
orang dalam mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam menyebarkan informasi
51

Penjelasan Pasal 95 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

45

agar informasi tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak yang menerima informasi
tersebut untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.

C. Hubungan Antara Nasabah dengan Pialang Saham
1. Perjanjian sebagai dasar terjalinnya hubungan antara nasabah dengan
pialang
Perjanjian dalam Kamus Hukum didefenisikan sebagai persetujuan secara
tertulis atau lisan yang dibuat dua pihak atau lebih dimana masing-masing berjanji
akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu sebagai kesepakatan bersama,
persetujuan atau kesepakatan resmi antara dua orang atau pihak atau negara atau lebih
dalam bidang tertentu. 52
Perjanjian tertuang di dalam Pasal 1313 KUHPerdata, yang menerangkan
bahwa “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Membahas lebih jauh lagi
definisi perjanjian yang diterangkan menurut para sarjana antara lain ialah; Subekti
menerangkan “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau di
mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”. 53 Gunawan
Widjaja menerangkan bahwa “Perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan
dirinya kepada orang lain”. 54 Begitu juga dengan Munir Fuady menerangkan bahwa
“Perjanjian” dalam hukum perjanjian merupakan “kesepadanan dari istilah

52

Marwan & Jimmy P. “Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition” (Surabaya:
Reality Publisher, 2009), hal. 507
53
Subekti. Op. Cit, hal: 1
54
Gunawan Widjaja. Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) dalam Hukum
Perdata. (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2006), hal. 248

46

“overeenkomst” dalam bahasa belanda, atau “agreement” dalam bahasa Inggris”. 55
Abdulkadir Muhammad menerangkan “perjanjian adalah persetujuan dengan mana
dua Pihak atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal yang
bersifat kebendaan di bidang harta kekayaan”. 56
Pengertian perjanjian secara luas bila mengutip pengertian perjanjian dari para
sarjana di atas dapat disimpulkan bahwa adalah suatu hubungan hukum antara dua
orang atau lebih, yang mana pihak yang satu memiliki hak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain, dan Pihak yang lain memiliki kewajiban untuk memenuhi tuntutan
tersebut.
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang
tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu
perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,
perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janjijanji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 57
Hubungan antara perikatan dan perjanjian menimbulkan suatu hal bahwa
perjanjian yang dibuat kedua belah pihak dapat menimbulkan suatu perikatan,
sebagaimana yang telah disepakati kedua belah pihak yang telah sepakat membuat
sebuah perjanjian. Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, disampingnya
ada juga sumber-sumber lain yang dapat menimbulkan perikatan. Suatu perjanjian
juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.

55

Munir Fuady. Hukum Kontrak Dari Sudut Padang Hukum Bisnis. (Bandung: Citra Aditya
Bakti. 2007), hal. 2
56
Abdulkadir Muhammad. Hukum Perdata Indonesia. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
2010), hal: 290
57
Subekti, Op. cit. hal: 1

47

Dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama
artinya.
Unsur-unsur dalam perjanjian yang dibuat oleh pialang dan nasabahnya
haruslah meliputi, unsur ensesialia, unsur naturalia, unsur aksidentalis, sebagai
berikut: 58
a. unsur essensialia
Inti dari unsur esensialia ini adalah suatu prestasi-prestasi yang di buat oleh kedua
belah pihak mempunyai perbedaan dari jenis perjanjian yang lain dan mempunyai
karakteristik sendiri-sendiri. Seperti dalam membuat definisi, rumusan bahkan
pengertian dari perjanjian. Contoh perjanjian sewa-menyewa, harga sewa dalam
perjanjian tersebut harus jelas. Begitu juga dengan hak-hak dari si penyewa untuk
dapat menikmati penggunaan objek yang disewa tersebut tanpa menikmati
penggunaan objek yang disewa tersebut tanpa adanya gangguan dari pihak-pihak
lain selama masa perjanjian sewa menyewa.
b. unsur naturalia
Unsur naturalia ini adalah unsur perjanjian yang pada umumnya melekat diatur
dalam undang-undang. Namun, keberlakuannya unsur tersebut belum dapat di
kesampingkan oleh para pihak yang berkontrak melalui suatu kesepakatan yang
tegas untuk mengesampingkan keberlakuannya. Contoh; dalam guarantee
agreement si guarantor pada umumnya memilik hak istimewa yang diatur dalam
Pasal 1831 dan 1833 KUHPerdata untuk tidak bisa secara otomatis diminta untuk

58

Ricardo Simanjuntak, Hukum Kontrak: Teknik Peracangangan Kontrak Bisnis, cetakan
kedua, (Jakarta: Kontan Publishing, 2011), hal. 114-116

48

membayar kreditur sebelum kreditur tersebut membuktikan telah melakukan
upaya-upaya maksimal untuk memperoleh pembayaran dari si debitur utama.
c. unsur accidentalia
Unsur aksidentalia adalah unsur yang pada dasarnya menggambarkan keterbukaan
dari suatu kontrak dalam mewujudkan prinsip kebebasan berkotrak bagi para
pihak. Para pihak dalam hal ini dapat memperjanjikan hal-hal yang telah
disepakati bersama dan menuangkannya dalam kontrak walaupun hal-hal yang
disepakati tersebut tidak secara tegas diatur dalam undang-undang yang telah ada
sepanjang bentuk-bentuk kesepakatan tersebut tetap memenuhi dasar dari
persyaratan keabsahan suatu kontrak berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata.
Hubungan yang terbentuk antara pialang saham dengan investor adalah
hubungan yang didasarkan dari hubungan perjanjian atau kontraktual. Perjanjian di
ini dilakukan pada saat pembukaan rekening yang dilakukan oleh calon investor.
Investor menandatangani perjanjian dengan perusahaan efek yang menyangkut hak
dan kewaiban kedua belah pihak. 59 Dengan adanya pembukaan rekening dari calon
investor (brokerage account) maka pada dasarnya calon investor akan membentuk
suatu perjanjian hubungan kontraktual, 60 namun yang harus dipahami adalah pada
dasarnya hubungan kontraktual ini dilakukan oleh investor dengan perusahaan efek
namun secara tidak langsung hubungan dengan pialang saham yang merupakan
bagian dari perusahaan efek tersebut juga terjadi.

59

Alam S, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal.76
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Kanisius,
2010), hal. 80
60

49

Berlandaskan pada Pasal 1313 KUHPerdata, yang menerangkan bahwa “suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”, maka apa yang dilakukan antara calon
investor dengan pialang saham adalah sesuai dengan Pasal 1313 KUHPerdata.
Investor mengikatkan dirinya kepada pihak lain, namun disini perbedaannya adalah
perikatan tersebut dilakukan kepada perusahaan efek yang juga secara tidak langsung
mengikat kepada pialang saham. Dengan kata lain terdapat pemberian kuasa yang
dilakukan calon investor di dalam perjanjian tersebut.
Pasal 1792 KUHPerdata menyebutkan bahwa “pemberian kuasa adalah
perjanjian dimana seseorang memberikan kekuasaan kepada orang lain yang
menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan”. Yang dimaksud
dengan menyelenggarakan suatu urusan adalah melakukan suatu perbuatan hukum
yaitu tindakan subjek hukum yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum yang
dikehendaki oleh pelaku. 61 Maka ada dua pihak dalam perjanjian pemberian kuasa
ini, yaitu: 62
a. pihak yang memberi kuasa yang biasa disebut pemberia kuasa dalam hal ini si
calon investor
b. pihak yang menerima kuasa yang biasa disebut kuasa/juru kuasa/penerima kuasa
dalam hal ini perusahaan efek dan secara tidak langsung mengikat kepada pialang
saham
c.

61
62

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2009) , hal. 112
Ibid, hal. 113

50

Skema 1
Bentuk Terjalinnya Hubungan Perjanjian yang kemudian
Adanya Pemberian Kuasa Kepada Pialang Saham

Calon Investor

Perusahaan efek

Perusahaan efek

Hubungan perjanjian terjalin antara investor dengan
perusahaan efek namun secara tidak langsung juga akan
mengikat kepada pialang saham yang merupakan bagian dari
perusahaan efek, dan pada perjanjian pembukaan rekening
juga terdapat pemberian kuasa yang diberikan oleh invesor
kepada perusahaan efek untuk melakukan jual beli saham.

2. Syarat sahnya suatu perjanjian
Suatu perjanjian yang akan dibuat tentu memiliki suatu aturan atau pun syarat
yang harus terpenuhi di dalam membuat suatu perjanjian, karena itu merupakan suatu
hal sangat terpenting dan bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka perjanjian yang
dibuat dapat dinyatakan tidak sah. Dalam perjanjian antara investor dengan pialang
saham ada beberapa ketentuan-ketentuan hukum yang harus diperhatikan, yaitu
mengenai syarat sahnya suatu perjanjian, agar jangan sampai terjadi suatu perjanjian
yang batal demi hukum karena tidak sah menurut undang-undang. Menurut ketentuan
Pasal 1320 KUHPerdata.
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:
a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya
b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
c. Mengenai suatu hal tertentu
d. Suatu sebab yang halal

51

Keempat syarat yang tertulis di atas adalah syarat yang harus terpenuhi
menurut Pasal 1320 KUH Perdata. Dua syarat yang pertama merupakan syarat-syarat
subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan
perjanjian, sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif
karena mengenai perjanjiannya sendiri atau perbuatan hukum yang dilakukan itu. 63
Syarat yang pertama disebut dengan syarat subjektif yaitu adanya kesepakatan
dan cakap hukum. kesepakatan merupakan persesuaian pernyataan kehendak antara
satu orang dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah pernyataannya karena
kehendak itu tidak dapat dilihat/diketahui. 64 Dalam perjanjian antara calon investor
dengan pialang saham, kesepakatan terjadi ketika pialang saham melalui
perusahaannya mengirimkan ID user beserta password ke email milik investor. BNI
Sekuritas sebagai contoh melakukan ini ketika aplikasi pengajuan dokumen
perjanjiannya sebagai calon investor. 65 Pemahaman kesepakatan ini didasarkan
kepada teori pengiriman (verzendtheorie) dimana kesepakatan terjadi apabila pihak
yang menerima penawaran mengirimkan telegram dalam contoh ini dikirim melalui
email.
Kecakapan untuk melakukan tindakan hukum merupakan kewenangan yang
diberikan dan dijamin oleh hukum baik terhadap orang pribadi dan juga korporasi.66
Seseorang dikatakan cakap hukum pada dasarnya karena orang tersebut sudah dewasa

63

Ibid. hal: 17
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), hal. 33
65
BNI Sekuritas, “persyaratan dan Ketentuan Perdagangan”, hal. 2
66
Ricardo Simanjuntak, Op.Cit, hal. 196
64

52

atau akil balig serta sehat pikirannya sedangkan badan hukum dikatakan cakap
hukum apabila tidak dinyatakan dalam keadaan pailit oleh putusan pengadilan. 67
Menurut Pasal 1330 KUHPerdata, orang yang tidak cakap adalah; orang yang
belum dewasa, orang yang dibawah pengampuan dan orang perempuan dalam hal
yang ditetapkan oleh undang-undang dan semua orang kepada siapa undang-undang
telah melarang membuat perjanjian tertentu. Dalam hal ini calon investor yang
dikatakan sesuai dengan syarat sahnya perjanjian adalah yang sudah dewasa dan yang
dikatakan dewasa ini adalah yang sudah berumur 21 Tahun dan berakal sehat begitu
pula dengan pialang saham harus juga yang sudah dewasa. 68 Apabila syarat ini tidak
terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan demi hukum.
Investor akan diminta tanda pengenal sebagai contoh Kartu Tanda Penduduk
(KTP). Perjanjian investor dengan pialang saham yang ada di BNI Sekuritas
mewajibkan calon investor untuk mengisi beberapa dokumen yang diantaranya
adalah mengenai data pemohon. Dalam data ini akan terlihat apakah calon investor
sudah sesuai atau tidak berdasarkan syarat sahya secara subjektif dimana secara
kecakapan merupakan salah satu dari syarat sahnya perjanjian. Oleh karena itu KTP
ataupun tanda pengenal lainnya yang disyaratkan oleh BNI Sekuritas menjadi
penting.

67

Nusye K. L. Jayanti, Penyelesaian Hukum dalam Malpraktik Kedokteran, (Jakarta: Pustaka
Yustisia, 2009), hal. 23
68
Advendi S dan Elsi kartika Simangunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta: Grasindo,
2007) , hal. 8

53

Badan hukum merupakan badan-badan atau perkumpulan yang diciptakan
oleh hukum. oleh karena itu badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak
hukum seperti manusia. 69 Maka badan hukum yang sudah cakap hukum apabila: 70
1) Didirikan dengan akta notaris
2) Didaftarkan di kantor panitera pengadilan negeri setempat
3) Dimintakan pengesahan anggaran dasar (AD) kepada Menteri Kehakiman dan
HAM, sedangkan khsusu untuk badan hukum dana pensiun, pengesahan anggaran
dasarnya dilakukan oleh Menteri Keuangan
4) Diumumkan dalam Berita Negara RI
Syarat objektif dalam membuat suatu perjanjian juga menjadi ketentuan yang
harus dipenuhi, sebagaimana di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, mengenai suatu
tertentu dan adanya sebab yang halal. Ketentuan tesebut harus menerangkan akan
suatu hal tertentu apa yang diperjanjikan, dan apakah perjanjian tersebut melanggar
undang-undang yang berlaku atau tidak, sebab apabila melanggar undang-undang
maka akan menjadi sesbab yang tidak halal. Begitu juga hubungan perjanjian antara
pialang dengan nasabah, yaitu adanya suatu hal tertentu yaitu nasabah memberi
investasi keperusahaan efek dan menggunakan jasa pialang pada perusahaan efek
tersebut, dan ketentuan tersebut tidak melanggar undang-undang yang berlaku.
Terkait syarat sahnya perjanjian dari segi objektif maka perjanjian investor
dengan pialang saham adalah berupa jasa dari pialang saham yaitu melakukan
tindakan jual atau beli berdasarkan instruksi investor. Syarat sahnya perjanjian yang
terakhir adalah mengenai suatu sebab yang halal. Tentu saja perjanjian antara investor
dengan pialang saham diharuskan berdasarkan suatu sebab yang halal karena apabila
tidak berdasarkan sebab yang halal maka perjanjian antara kedua belah pihak batal
69
70

Ibid, hal. 9
Ibid

54

demi hukum dan mewajibkan kedua belah pihak untuk meniadakan perjanjian
tersebut.
3. Asas-asas perjanjian
Beberapa asas dalam hukum perjanjian dapat dilihat di dalam Pasal 1338
KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”.Suatu perjanjian tidak dapat ditarik
kembali selain dengan sepakat kedua belah Pihak, atau karena alasan- alasan
yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik”
Beberapa asas dalam hukum perjanjian yang tercantum di dalam Pasal 1338
KUHPerdata Bachsan Mustafa dkk, mengklasifikasikan asas dalam hukum perjanjian
sebagai berikut:
Asas ke 1:

Bahwa semua perjanjian yang sah berlaku sebagai undang-undang g
mereka yang membuatnya;

Asas ke 2:

Asas kebebasan dalam membuat perjanjian (disimpulkan dari asas 1
atas)

Asas ke 3:

Bahwa perjanjian-perjanjian itu tidak dapat dibatalkan secara
sePihak, atau dapat dibatalkan oleh Hakim berdasarkan alasanalasan undang-undang;

Asas ke 4:

Asas bahwa persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. 71

a. perjanjian berlaku sebagai undang-undang
Asas ini disebut sebagai asas kepastian hukum karena perjanjian yang dibuat
secara sah mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

71

Ibid hal: 81

55

72

Asas perjanjian berlaku sebagai Undang-undang diatur dalam Pasal 1338

ayat (1)

“semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”. Berdasarkan rumusan tersebut berarti setiap pihak
tunduk terhadap isi yang ada dalam perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Segala bentuk dan isi mengenai apa-apa saja yang telah disepakati oleh para pembuat
perjanjian menjadi undang-undang yang mengikat kedua belah pihak.
Asas pacta sunt servanda atau daiartikan sebagai perjanjian itu mengikat para
pihak, biasa juga disebut asas kepastian hukum (legal certainty). Asas ini bertujuan
agar hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh
para pihak. Asas ini dapat disimpulkan diambil dari Pasal 1338 ayat 1 BW yang
menegaskan “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”
Dari Pasal 1338 ini dapat disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak,
akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para
pihak yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya memaksa. Suatu
perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau
karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.
Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan
didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian,
diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.
Perjanjian yang dibuat antara nasabah dengan pialang efek mengandung
peraturan-peraturan yang disepakati oleh kedua belah pihak, seperti diantaranya

72

Much. Nurachmad, Buku Pintar Memahami dan Membuat Surat Perjanjian, (Jakarta:
Transmedia Pustaka, 2010), hal. 15

56

nasabah berhak mendapatkan jasa dari pialang efek berupa menjualkan saham di BEI
dan atau membeli saham, dan juga nasabah mendapatkan masukan-masukan yang
baik dan menguntungkan, begitu juga dengan pialang efek berhak mendapatkan
succes fee dan honor fee, atas jasa yang diberikanya terhadap nasabah. Kesepakatan
yang dibuat antara keduabelah pihak haruslah ditaati oleh kedua belah pihak karena
itu telah menjadi undang-undang yang mengikat kedua belah pihak, dan apabila ada
pihak yang melanggar perjanjian maka dianggap tidakberitikad baik.
Perjanjian yang dilaksanakan antara investor dengan pialang saham
merupakan perjanjian yang menjadi dasar kedua belah pihak untuk bertindak, dalam
arti kata perjanjian tersebut merupakan dasar atau undang-undang bagi kedua belah
pihak untuk bersikap yang mana telah terjalin suatu hak dan kewajiban. Oleh karena
itu apabila salah satu pihak bertindak diluar apa yang telah diatur di dalam perjanjian
tersebut, maka salah satu pihak yang telah dirugikan dapat meminta ganti rugi atas
kerugian yang telah diakibatkan si penerbit kerugian berdasarkan perjanjian tersebut.

b. asas kebebasan membuat perjanjian
Asas kebebasan berkontrak merupakan asas hukum yang penting dalam
kontrak. Artinya, masyarakat bebas membuat kontrak apa saja baik yang sudah ada
pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya. 73Dengan adanya asas ini
dalam hukum perjanjian maka setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian
apapun baik yang sudah diatur, maupun yang belum diatur dalam undang-undang.
Ketentuan mengenai asas ini dicantumkan dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata
73

Sandrina Wijaya, Surat Perjanjian Bisnis: Langsung Deal, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2009), hal. 10

57

yang berbunyi "semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya".
Aspek-aspek kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 KUHPerdata (BW)
yang menyiratkan adanya tiga asa dalam perjanjian, yaitu: 74
1) Mengenai terjadinya perjanjian. Asas yang disebut konsesualisme artinya menurut
BW, perjanjian hanya terjadi apabila telah adanya persetujuan kehendak antara
para pihak
2) Tentang akibat perjanjian. Bahwa perjanjian mempunyai kekuatan yang mengikat
antara pihak-pihak itu sendiri. Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1338 Ayat (1) BW
yang menegaskan dalam perjanjian dibuat secara sah di antara para pihak berlaku
sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian
3) Tentang isi perjanjian. Sepenuhnya diserahkan kepada para pihak yang
bersangkutan
Dengan adanya perjanjian baku maka untuk melindungi nasabah sebagai
konsumen yang menggunakan jasa keuangan maka OJK mengeluarkan ketentuan
akan perjanjian baku yang dibuat oleh Perusahaan Efek, sebagaimana yang tertuang
di dalam Pasal 7 ayat (1) POJK No: 1/pojk.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menggunakan istilah,
frasa, dan/atau kalimat yang sederhana dalam Bahasa Indonesia yang mudah
dimengerti oleh Konsumen dalam setiap dokumen yang diantaranya sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Memuat hak dan kewajiban konsumen
Dapat digunakan konsumen untuk mengambil keputusan
Memuat persyaratan dan dapat mengikat konsumen secara hukum
Bahasa indonesia dalam dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
disandingkan dengan bahasa lain jika diperlukan
5) Pelaku usaha jasa keuangan wajib menggunakan huruf, tulisan, simbol, diagram
dan tanda yang dapat dibaca secara jelas
6) Pelaku usaha jasa keuangan wajib memberikan penjelasan atas istilah, frasa,
kalimat dan/atau simbol, diagram dan tanda yang belum dipahami oleh konsumen

74

Ibid

58

7) Dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan menggunakan bahasa asing, bahasa asing tersebut
harus disandingkan dengan bahasa indonesia.
c. Asas Konsensuil
Hukum perjanjian juga menganut asas konsensual. Maksud dari asas
konsensual ini adalah bahwa suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai
kata sepakat, tentunya selama syarat-syarat sahnya kontrak lainnya sudah dipenuhi.75
Dengan adanya sepakat, perjanjian tersebut pada prinsipnya sudah mengikat dan
sudah mempunyai akibat hukum, sehingga mulai saat itu juga sudah timbul hak dan
kewajiban di antara para pihak. 76
Asas konsensualisme dapat dilihat dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata
yang juga termasuk salah satu syarat sahnya dalam perjanjian yaitu sepakat mereka
yang mengikatkan dirinya. Unsur terpenting dalam suatu perjanjian yaitu subjek
hukum. Didalam membuat suatu perjanjian haruslah adanya persesuaian kehendak
yang dibuat oleh kedua belah pihak baik secara tertulis ataupun lisan.

d. asas itikad baik
Pasal 1338 Ayat (3) KUHPerdata menyatakan bahwa perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad baik ada 2 (dua) yaitu: 77
1) Bersifat obyektif, artinya mengindahkan kepatutan dan kesusilaan. Contoh, Bapak
A melakukan perjanjian jual beli pupuk oganik dengan Bapak B. Bapak A ingin

75

Sukarmi, Cyber Law: Kontrak Elektronim dalam Bayang-Bayang Pelaku Usaha, (Bandung:
Pustaka Sutra, 2007), hal. 30
76
Ibid
77
Handri Raharjo.. Hukum Perjanjian di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2009), hal. 45

59

memakai pupuk merek gajah namun di pasaran habis maka diganti merek semut
oleh Bapak B dengan kualitas yang sama dengan merek gajah.
2) Bersifat subjektif, artinya ditentukan sikap batin seseorang. Contoh, Ibu Budi ingin
membeli motor, kemudian datanglah Bapak Paijo yang mau menjual motor tanpa
surat-surat yang tidak lengkap dan dengan harga sangat murah. Ibu Budi tidak mau
membeli karena takut bukan barang halal atau barang ilegal.
Asas itikad baik (tegoeder trouw) merupakan salah satu sendi penting dalam
hukum perjanjian, artinya dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian harus
mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Selain itu, setiap pihak yang
membuat dan melaksanakan perjanjian juga harus melandasinya dengan niat baik. 78
Perjanjian yang dibuat oleh investor dengan pialang haruslah berdasarkan
itikad yang baik, dengan maksud yang jujur dan tanpa ada maksud untuk saling
merugikan dan apabila salah satu pihak di kemudian hari ditemukan pelaksanaan
perjanjian yang merugikan salah satu pihak, misalnya salah satu pihak wanprestasi
maka pihak yang melakukan hal tersebut telah melanggar asas itikad baik. 79
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dalam pergaulan hidup ditengahtengah masyarakat, pihak yang jujur atau beritikad baik haruslah dilindungi dan
sebaliknya pihak yang tidak jujur atau tidak beritikad baik patut merasakan akibat
dari ketidak jujurannya itu. Itikad baik adalah faktor yang paling penting dalam
hukum karena tingkah dari anggota masyarakat itu tidak selamanya diatur dalam

78

Frans Satriyo Wicaksono, Panduan Lengkap Surat-Surat Kontrak, (Jakarta: Transmedia
Pustaka, 2008), hal. 5
79
Rini Pamungkasih, 101 Draft Surat Perjanjian dan Kontrak, (Yogyakarta: Gradien
Mediatama, 2009), hal, 13

60

peraturan perundang undangan, tetapi ada juga dalam peraturan yang berdasarkan
persetujuan masing-masing pihak dan oleh karena peraturan-peraturan tersebut hanya
dibuat oleh manusia biasa maka peraturan-peraturan itu tidak ada yang sempurna. 80

D. Tugas dan Tanggung Jawab Pialang Efek
1. Tugas pialang efek
Pialang efek dalam menjalankan tanggung jawabnya atas amanah dari nasabah
yang diwakilkannya bertugas sebagai berikut: 81
a. Sales yang bertugas sebagai penjual efek;
b. Dealer yang bertugas mencatat order dari nasabah untuk menjual atau membeli
efek, kemudian meneruskannya kepada floor trader;
c. Floor broker / trader yang bertugas memasukan order yang diterima dari dealer
kedalam sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System) untuk
dieksekusi. Khusus untuk pekerjaan floor broker / trader, selain izin sebagai
wakil perantara pedagang efek, juga diberlakukan persyaratan tambahan, yakni
sertifikat JATS sebagai bukti kelulusan mereka setelah mengikuti pendidikan dan
pelatihan sistem komputer JATS yang diselenggarakan oleh bursa efek, hanya
JATS trader yang berhak mengoperasikan komputer perdagangan;
d. Firm manager yang bertugas sebagai kooerdinator para floor broker / floor
trader dari suatu anggota bursa, apabila suatu anggota bursa memiliki banyak floor
broker / floor trader di lantai perdagangan, maka salah satu diantara mereka akan

80
81

R.Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perdata, (Bandung: Sumur, 1983), hal:56
Agus Pranoto Susilo, Op.Cit, hal: 148

61

ditunjuk sebagai firm manager dan yang memiliki anggota bursa ketika berurusan
dengan bursa efek.

2. Kewajiban dan tanggung jawab pialang efek
Seorang pialang efek dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya,
harus memperhatikan kode etik perantara pedagang efek seperti yang diatur di dalam
Peraturan Bapepam No. V.E.1: 82
a. Perusahaan

efek

wajib

mendahulukan

kepentingan

nasabahnya

sebelum

melakukan transaksi untuk kepentingannya sendiri;
b. Perusahaan efek dalam hal memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk
membeli atau menjual efek wajib memperhatikan keadaan keuangan dan maksud
serta tujuan investasi dari nasabah;
c. Dalam hal perusahaan efek mempunyai kepentingan dalam efek yang
direkomendasikan kepada nasabahnya, perusahaan efek wajib memberitahukan
adanya hal dimaksud kepada nasabanhya sebelum nasabah tersebut membeli atau
menjual efek yang direkomendasikan;
d. Perusahaan efek wajib terlebih dahulu memberitahukan kepada nasabahnya bahwa
transaksi dengan nasabah tersebut dilakukan untuk kepentingan sendiri atau
kepentingan Pihak terafiliasinya;
e. Perusahaan efek dilarang menggunakan efek dan atau uang yang diterima dari
nasabah sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman untuk kepentingan

82

www.bapepam.go.id diakses pada tanggal 11 Juli 2014

62

perusahaan efek tersebut tanpa persetujuan tertulis dari nasabah yang
bersangkutan;
f. Wakil perantara pedagang efek dilarang melakukan: (1) transaksi untuk
kepentingan perusahaan efek dimana ia bekerja yang tidak tercatat dalam
pembukuan perusahaan efek tersebut; dan (2) transaksi atas nama nasabah tanpa
atau tidak sesuai dengan perintah nasabahnnya;
g. Wakil perantara pedagang efek wajib memberikan keterangan mengenai efek yang
diketahuinnya kepada nasabah apabila diminta oleh nasabah yang bersangkutan;
h. Perusahaan efek dilarang memberikan: (1) rekomendasi kepada nasabah untuk
membeli, menjual, mempertukarkan efek, tanpa memperhatikan tujuan investasi
serta keadaan keuangan nasabah; dan (2) jaminan atas kerugian yang diderita
nasabah dalam suatu transaksi efek;
i. Perusahaan efek wajib membubuhi jam, hari, dan tanggal atas semua pesanan
nasabah pada formulir pemesanan;
j. Perusahaan efek wajib memberikan konfirmasi kepada nasabah sebelum
berakhirnnya hari bursa setelah dilakukannya tansaksi;
k. Perusahaan efek wajib menerbitkan tanda terima setelah menerima efek atau uang
dari nasabah;
Tanggung jawab hukum seorang pialang efek di dalam kegiatan pasar
modal, berkenaan dengan fungsi, tanggung jawab dan perilaku serta kewajiban dan
larangan yang terkait dengan Direksi dan Dewan Komisaris, karyawan dan kegiatan
PE sebagai PPE. Berlandaskan pada tinjauan aspek Undang-undang Pasar Modal
(UUPM), Undang Undang RI Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

63

(UUPT), dan ketentuan

International

Organization Of

Securities Commission

(IOSCO) sebagai dasar pengaturan pada Pasar Modal Indonesia. 83 Apabila
Perusahaan Efek dan juga Pialang Efek melanggar tanggungjawabnya maka dapat
dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi dan bila perlu pencabutan izin dalam
duni Pasar Modal Indonesia.
Perizinan Perusahaan Efek sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam
Nomor V.A.1 tentang Perizinan Perusahaan Efek yang mengatur persyaratan menjadi
Perusahaan Efek diberikan Bapepam sesuai dengan jenis kegiatan usaha yang
diajukan oleh Pihak yang mengajukan permohonan izin. Jenis kegiatan perizinan
Perusahaan Efek sebagaimana Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 (UUPM) adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi
Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi.
Namun Penjelasan Pasal 30 ayat (2) UUPM mengatur lain, dimana Izin Usaha
sebagai Penjamin Emisi Efek berlaku juga sebagai izin usaha Perantara Pedagang
Efek. Dengan demikian, Perusahaan Efek yang telah memiliki izin tersebut
disamping dapat bertindak sebagai Penjamin Emisi Efek juga dapat bertindak sebagai
Perantara Pedagang Efek. Sedangkan Perusahaan Efek yang hanya memiliki izin
sebagai Perantara Pedagang Efek tidak dapat melakukan kegiatan sebagai Penjamin
Emisi Efek. Perusahaan Efek yang telah memiliki izin, dapat menentukan sendiri
statusnya apakah akan menjadi anggota Bursa (Perusahaan Efek Anggota Bursa) atau
tidak (Perusahaan Efek Non Anggota Bursa).

83

Hasil wawancara dengan Bapak Mhd Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation
Center – Medan Marketing Division. Pada tanggal 16 Juni 2014

64

Bagi Perusahaan Efek Anggota Bursa dimana kondisi perdagangan di Bursa
Efek (BEJ dan BES) sangat memberikan pengaruh pada kinerja Perusahaan karena
Perusahaan Efek Anggota Bursa Indonesia sebagian besar pendapatan mereka masih
sangat bergantung pada perdagangan Efek tersebut. Keadaaan ini semakin diperburuk
dengan banyaknya jumlah Perusahaan Efek Anggota Bursa dan penyebaran nilai
transaksi yang tidak merata di antara mereka, selain itu tidak kalah pentingnya adalah
menurunnya jumlah investor. 84 Kondisi tersebut mengakibatkan banyak Perusahaan
Efek mengalami kesulitan operasional dan bahkan terpaksa menutup usahanya.

3. Kewajiban dan tanggung jawab pialang sebagai bentuk bentuk hubungan
kontraktual
Hubungan kontraktual adalah hubungan hukum yang dimaksudkan untuk
menimbulkan akibat hukum, yaitu menimbulkan hak dan kewajiban terhadap para
pihak dalam perjanjian. Apabila salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya
dan karenanya menimbulkan kerugian bagi pihak lain, pihak yang dirugikan tersebut
dapat mengugat dengan dalil wanprestasi.
Hubungan kontraktual antara investor dengan pialang

saham merupakan

adalah bentuk tanggung jawab yang tidak dapat dilepaskan. Hubungan yang mengikat
antara investor dengan pialang saham memberikan keduanya pembebanan hak dan
kewajiban berdasarkan apa yang telah disepakati. Kewajiban-kewajiban dari seorang
pialang saham terhadap investor merupakan bentuk dari tanggung jawab yang timbul
karena adanya hubungan kesepakatan kedua belah pihak.

84

Ibid

65

Sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana bentuk hubungan yang terjalin