Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan.

(1)

PERLI

Diajuk

PERLI

INDUNGA PIALA

kan untuk M un D U INDUNGA PIALA AN HUKUM ANG BERJ Melengkapi ntuk Memp ISWAN DEPARTE FA UNIVERSI AN HUKUM ANG BERJ M TERHA JANGKA Y SKRIP i Tugas-Tu peroleh Gel OLEH N HIDAYAT 0702000 EMEN HUK AKULTAS ITAS SUM MEDA 2011 M TERHA JANGKA Y DAP NASA YANG DIB PSI

ugas dan M lar Sarjana H : T NASUTI 053 KUM EKO HUKUM MATERA U AN 1 DAP NASA YANG DIB ABAH PER BUBARKA Memenuhi S a Hukum ION ONOMI UTARA ABAH PER BUBARKA RUSAHAA AN Syarat-Syar RUSAHAA AN AN rat AN


(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

ISWAN HIDAYAT NASUTION 070200053

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha, SH, M.Hum NIP.197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

NIP.195302151989032002 NIP.197302202002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmad dan rizkinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang diberikan.

Skripsi ini adalah sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan”.

Skripsi ini dapat diselesaikan penulis karena adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk material maupun spiritual serta informasi yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH, M.Hum ,selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting, SH.M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

3. Bapak Syafruddin SH, M.Hum, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

4. Bapak M.Husni, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

5. Ibu Windha,SH,M.Hum selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan;

6. Bapak Ramli Siregar,SH,M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan;

7. Bapak Prof.Dr.Bismar Nasution, SH.MH selaku Dosen Pembimbing I dan Dr.Mahmul Siregar, SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini;


(4)

9. Orang tua tercinta Abdul Mukti Nasution dan Yaniar yang telah memberikan dukungan morill maupun materil;

10. Sahabat-sahabat dekat penulis yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini;

11. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan khususnya stambuk 2007 buat persahabatan yang terjalin semama ini, semoga banyak rezeki.

Akhir kata sebagai makhluk ciptaan tuhan, penulis berserah diri kepada tuhan dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada lagi, kekurangan dalam menyelesaikan skripsi ini baik dari segi bahasa, penulis maupun penyajian materinya. Namun demikian penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan

Medan, Juni 2011

Penulis,

Iswan Hidayat Nasution Nim: 070200053


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI………..……….iii

ABSTRAK………...…………..……….iv

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang……….1

B.Perumusan Masalah………..6

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan……….6

D.Keaslian Penulisan………...7

E.Tinjauan Kepustakaan………..8

F.Metode Penulisan………12

G.Sistematika Penulisan……….15

BAB II.PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA KOMODITI INDONESIA A.Sejarah Pendirian Bursa Berjangka Komoditi di Indonesia…………...17

B.Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Kegiatan Bursa Berjangka Komoditi……….…………...22

C.Pengertian Perusahaan Pialang Bursa Berjangka Komoditi…………...30

D.Pendirian Dan Pembubaran Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi di Indonesia………34

1.Pendirian Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi………...34

2.Pembubaran Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi………..42

F.Hak Dan Kewajiban Antara Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi Dengan Nasabah………47

1. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka………..47

2. Hak dan Kewajiban Nasabah………56

BAB.III.PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA YANG DIBUBARKAN A.Faktor Penyebab Dibubarkannya Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi………59

B.Kedudukan Hukum Nasabah Dari Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi yang Dibubarkan………...63


(6)

C.Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi yang Dibubarkan………..67

1.Perlindungan Preventif (sebelum kejadian)….………67 2.Perlindungan Revresif (sesudah kejadian)……….………..70 BAB IV.TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA

YANG DIBUBARKAN TERHADAP NASABAH

A.Bentuk Pertanggungjawaban Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi Terhadap Nasabah……….72 B.Akibat Hukum Dari Kelalaian Dalam Memenuhi Tanggungjawab

Terhadap Nasabah……….74 C.Upaya Hukum yang Dilakukan Nasabah Akibat Tidak Terpenuhinya

Tanggungjawab Dari Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi……...77 1. Melalui Perusahaan Pialang Berjangka……….79 2. Melalui Bursa Berjangka………...79 3.Melalui Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi……79 BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan……….81 B.Saran………...82 DAFTAR PUSTAKA………83


(7)

ABSTRAK

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan

Prof.Dr.Bismar Nasution, SH.MH106 Dr.Mahmul Siregar, SH.M.Hum

Iswan Hidayat Nasution

Perkembangan perdagangan dalam bursa berjangka diberbagai negara termasuk Indonesia sangat pesat dan juga merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi, namun banyak orang yang melakukan investasi didalam perdagangan bursa berjangka komoditi walaupun mereka belum sepenuhnya mengerti. Ketidak mengertian terhadap perdagangan berjangka oleh masyarakat banyak dapat dimanfaatkan oleh Pialang Berjangka, dengan menjaring sebanyak-banyaknya nasabah dan menyelewengkan dana milik nasabah tersebut dengan melakukan mal praktek. Akibat perbuatan mal praktek ini dapat berujung pembubaran pialang berjangka yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap nasabah dari pialang berjangka yang dibubarkan tersebut.

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Bahan hukum dikumpulkan dengan teknik studi kepustakaan dan dianalisis secara kualitatif.

Perlindungan hukum terhadap nasabah diberikan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) karena BAPPEBTI telah diberi wewenang untuk melindungi kepentingan pihak yang terdapat dalam perdagangan berjangka oleh Undang-Undang No.32 Tahun 1997. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap nasabah dari perusahaan Pialang Berjangka komoditi yang dibubarkan berupa pengembalian dana yang seharusnya dikembalikan kepada nasabah, penyelesaian masalah (proses pengembalian dana) harus ditempuh terlebih dahulu dengan cara perdata, BAPPEBTI menyediakan sarana penyelesaiaannya dengan melalui beberapa cara, yaitu langsung meminta ganti rugi kepada pialang berjangka, jika tidak mendapat pengembalian dana atau dana yang dikembalikan belum sepenuhnya maka dapat meminta ke bursa berjangka, jika belum puas juga dapat melaporkannya ke BAPPEBTI dan jika belum selesai juga maka dapat dilakukan melalui lembaga peradilan.

Keyword: Perlindungan hukum, Nasabah pialang berjangka, Pialang berjangka

106

 Dosen Pembimbing I

 Dosen Pembimbing II


(8)

ABSTRAK

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan

Prof.Dr.Bismar Nasution, SH.MH106 Dr.Mahmul Siregar, SH.M.Hum

Iswan Hidayat Nasution

Perkembangan perdagangan dalam bursa berjangka diberbagai negara termasuk Indonesia sangat pesat dan juga merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi, namun banyak orang yang melakukan investasi didalam perdagangan bursa berjangka komoditi walaupun mereka belum sepenuhnya mengerti. Ketidak mengertian terhadap perdagangan berjangka oleh masyarakat banyak dapat dimanfaatkan oleh Pialang Berjangka, dengan menjaring sebanyak-banyaknya nasabah dan menyelewengkan dana milik nasabah tersebut dengan melakukan mal praktek. Akibat perbuatan mal praktek ini dapat berujung pembubaran pialang berjangka yang dapat mengakibatkan kerugian terhadap nasabah dari pialang berjangka yang dibubarkan tersebut.

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Bahan hukum dikumpulkan dengan teknik studi kepustakaan dan dianalisis secara kualitatif.

Perlindungan hukum terhadap nasabah diberikan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) karena BAPPEBTI telah diberi wewenang untuk melindungi kepentingan pihak yang terdapat dalam perdagangan berjangka oleh Undang-Undang No.32 Tahun 1997. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap nasabah dari perusahaan Pialang Berjangka komoditi yang dibubarkan berupa pengembalian dana yang seharusnya dikembalikan kepada nasabah, penyelesaian masalah (proses pengembalian dana) harus ditempuh terlebih dahulu dengan cara perdata, BAPPEBTI menyediakan sarana penyelesaiaannya dengan melalui beberapa cara, yaitu langsung meminta ganti rugi kepada pialang berjangka, jika tidak mendapat pengembalian dana atau dana yang dikembalikan belum sepenuhnya maka dapat meminta ke bursa berjangka, jika belum puas juga dapat melaporkannya ke BAPPEBTI dan jika belum selesai juga maka dapat dilakukan melalui lembaga peradilan.

Keyword: Perlindungan hukum, Nasabah pialang berjangka, Pialang berjangka

106

 Dosen Pembimbing I

 Dosen Pembimbing II


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dunia usaha semakin berkembang dengan adanya era perdagangan bebas,107 maka untuk menghadapi era perdagangan bebas tersebut yang sejalan dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket Reformasi 15 Januari 1998, pemerintah Indonesia telah mengurangi campur tangan di bidang tata niaga komoditi dan menyerahkannya pada mekanisme pasar. Kehadiran Bursa Berjangka di Indonesia sebagai tempat diselenggarakannya perdagangan Kontrak Berjangka Komoditi sangatlah relevan, karena Kontrak Berjangka merupakan instrumen pasar yang telah dikenal luas di negara-negara maju dan berkembang dan yang paling banyak digunakan untuk pengelolaan resiko harga yang dibutuhkan dunia usaha.108

Perdagangan Berjangka merupakan suatu bentuk kegiatan yang dapat dimanfaatkan dan dilakukan oleh kalangan dunia usaha sebagai sarana “lindung nilai”109 yang sangat efektif untuk menunjang kemantapan strategi manajemen

107

Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 8-9.

108

Welin Kusuma, “Perdagangan Berjangka Komoditi”, www.bursaberjangka.blogspot.com Diakses terakhir pada hari Sabtu, tanggal 26 Maret 2011

109

Lindung nilai yaitu tindakan mengambil posisi di pasar berjangka yang berlawanan dengan posisi yang dimilikinya di pasar fisik, dengan tujuanuntuk mengurangi resiko kerugian yg mungkin dihadapinya karena perubahan harga di pasar fisik. Misalnya seorang produsen gula mengharapkan dapat menjual gula yang akan dihasilkannya dalam waktu 2 atau 3 bulan mendatang. Produsen tersebut memperhitungkan bahwa untuk memperoleh keuntungan yang wajar, dia harus dapat menjual gula yang akan dihasilkan pada harga US $ 190/ton. Harga di pasar berjangka untuk tiga bulan mendatang sebesar US$ 204/ton menurur perhitungannya cocok dengan harapannya. Si produsen kemudian menggunakan jasa Pialang Berjangka untuk menjual sejumlah kontrak di pasar berjangka yang ekivalen dengan produk yang akan dihasilkannya untuk penyerahan bulan mei pada harga US$ 204/ton. Pada akhir april ketika si produsen siap menjual gulanya , ternyata harga gula di pasar fisik turun menjadi US$ 170 ton, sementara harga untuk


(10)

perusahaan dari pengaruhi timbulnya risiko/kerugian yang disebabkan karena adanya fluktuasi harga. Selain itu perdagangan berjangka ini dapat digunakan sebagai sarana alternatif investasi bagi para pihak yang bermaksud untuk menanamkan investasi bagi para pihak yang bermaksud untuk menanamkan (menginvestasikan) modal di Bursa Berjangka. Perkembangan perdagangan berjangka di berbagai negara sangat pesat dan saat ini telah menjadi salah satu infrastruktur penunjang pertumbuhan perekonomian suatu negara. Namun masih banyak orang yang belum mengerti mengenai cara melakukan perdagangan dalam bursa berjangka tersebut, hal ini dapat memberikan kesempatan kepada para perusahaan pialang berjangka untuk melakukan penipuan terhadap nasabahnya yaitu dengan melakukan mal praktek.110Seperti yang dilakukan PT. Graha Finesa Futures sebagaimana ditayangkan pada sejumlah tayangan berita stasiun televisi yang lalu, transaksi yang dilakukan di Graha Finesa membuat sebagian besar nasabah pialang merugi dan ulah pencarian nasabah oleh perusahaan pialang berjangka itu melalui iklan lowongan kerja di media massa juga menyalahi aturan, hal yang dilakukan Graha Finesa tersebut hanyalah puncak gunung es. Masih banyak lagi perusahaan pialang berjangka (futures) yang melakukan malpraktik dengan modus sama.111

penyerahan bulan Mei di pasar berjangka turun menjadi US$ 180/ton. Si produsen menjual gulanya di pasar lokal pada harga US$ 170/ton, dan pada saat yang sama mengintruksikan kepada Pialangnya untuk membeli kembali sejumlah kontrak yang sama di pasar berjangka untuk penyerahan bulan mei pada harga US$ 180/ton. Berarti si produsen sekarang memiliki kontrak jual pada harga US$ 204/ton dan kontrak beli pada harga US$180/ton, yang memberikan keuntungan sebesar US$ 24/ton di pasar berjangka .Keuntungan ini di tambahkan pada penerimaan yang diperoleh dari pasar lokal pada harga US$ 170/ton, sehingga harga jual sebenarnya menjadi US$ 194/ton.

110  Ibid  111

  Jian Ibnu Zain AB, “Kasus Perdagangan Berjangka Indonesia”, www.jianibnuzab.blogspot.com , Diakses terakhir pada hari Sabtu, tanggal 19 Pebruari 2011


(11)

Akar permasalahannya ada di Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang dilanggar oleh pialang berjangka. Lembaga lain yang terlibat di dalamnya selain perusahaan pialang berjangka adalah PT. Bursa Berjangka Jakarta, BAPPEBTI dan PT. Kliring Berjangka Indonesia (Persero). Secara umum, yang diperdagangkan perusahaan pialang berjangka adalah derivative saham-saham di bursa luar negeri, seperti HANG SENG, NIKKEI dan KOSPI. Komoditi produk-produk pertanian yang diperdagangkan di bursa Tokyo serta Perdagangan Valuta Asing, seperti EUR/USD, GBP/USD, USD/JPY, AUD/USD dan USD/CHF. Padahal, secara jelas dan tegas telah diatur dalam pasal 3 UU no. 32 tahun 1997, bahwa “subjek kontrak berjangka ditetapkan dengan Keputusan Presiden.”112Dalam hal ini terdapat 3 Keppres yang menetapkan subjek kontrak berjangka yaitu Keppres No.12 Tahun 1999 menetapkan kopi dan minyak kelapa sawit, Keppres No.73 Tahun 2000 menetapkan plywood, Karet, Kakao dan lada, Keppres No.119 Tahun 2001 menetapkan gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen, dan pupuk.

Sementara itu, tidak ada satu pun Keppres yang mengatur tentang perdagangan HANG SENG, NIKKEI, KOSPI, VALAS serta Komoditi produk bursa TOKYO. Tentunya, tujuan Undang-Undang ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani lokal dengan membentuk bursa komoditi yang sehat dan wajar di Indonesia agar para petani dapat terlepas dari tengkulak. Selain itu,

112


(12)

menciptakan stabilisasi harga dalam batasan yang wajar. Namun pada kenyataannya, hampir semua perusahaan pialang berjangka yang menjadi anggota Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan mempunyai lisensi dari BAPPEBTI melakukan malpraktik dan melanggar undang-undang,113seperti menyalahgunakan dana nasabah di rekening terpisah, tidak mendaftarkan seluruh transaksi ke bursa, tidak memenuhi ketentuan mengenai wakil pialang dan tidak dapat memfasilitasi penyampaian amanat dari para nasabahnya.114

Hong Kong Exchanges and Clearing Ltd ( HKEx ) (BAPEPAM-nya Hong Kong) tidak mengakui transaksi-transaksi tersebut. Bahkan mereka menyatakan bahwa untuk dapat melakukan transaksi di bursa Hong Kong harus melalui pialang yang terdaftar di bursa Hong Kong. Sementara itu, tidak satu pun pialang berjangka di Indonesia yang tercatat sebagai anggota Hong Kong clearing house. Dari sini dapat disimpulkan bahwa transaksi HANG SENG yang dilakukan oleh para pialang berjangka anggota Bursa Berjangka Jakarta adalah illegal.115

Dengan kata lain, karena illegal dan tidak tercatat resmi dibursa Hong Kong, maka mereka memegang posisi nasabah dan menjadi lawan nasabah.116 Ketika nasabah untung, pihak pialang yang mengalami rugi, begitu sebaliknya. Sehingga pihak pialang selalu berusaha menjaring nasabah sebanyak-banyaknya dengan janji-janji keuntungan cepat. Setelah nasabah terjaring, dalam beberapa waktu uang akan habis dan nasabah diminta untuk menambah dana lagi agar

113

Ibid 114

 Republika newsroom, “BBJ Bekukan PT Masterpiece Futures”, www.republika.co.id diakses terakhir tanggal 4 Maret 2011 

115

Jian Ibnu Zain AB,Op.Cit. 116


(13)

investasinya tidak hilang. Begitulah gambaran yang terjadi di dunia berjangka Indonesia saat ini. Masih banyak sekali memerlukan pembenahan dan sistem yang baik serta tidak memihak atau merugikan bagi semua pihak yang berkecimpung di dalamnya bukan hanya mengeruk keuntungan sepihak dan merugikan kalangan nasabah.117

Akibat dari perbuatan mal praktek yang dilakukan oleh perusahaan pialang berjangka tersebut dapat berujung kepada pencabutan izin perusahaan oleh BAPPEBTI. Karena modal nasabah yang ada pada pialang adalah bagian dari perusahaan, maka pencabutan izin ini dapat merugikan pihak nasabah, seperti yang diberitakan dalam beberapa media sebelumnya, salahsatunya yaitu www.republika.co.id, yang memberitakan bahwa hanya Rp459 juta atau 31% dari total klaim yang dapat dikembalikan oleh Bappebti akibat dari dibubarkannya perusahaan pialang berjangka. Hal ini tentu merugikan pihak nasabah karena tidak semua uang yang diklaim dapat di terima oleh nasabah.

Dari apa yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengajukan penulisan skripsi dengan judul: Perlindungan Hukum Terhadap

Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan. B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap nasabah perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan?

117


(14)

2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan terhadap nasabah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penulisan tentang perlindungan hukum terhadap nasabah perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui dan memahami ketentuan perundang-undangan yang memberikan perlindungan hukum bagi nasabah perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan.

2. Untuk dapat mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan terkait tanggung jawab perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan terhadap nasabah.

Manfaat Penulisan skripsi ini secara praktis, diharapkan pembahasan terhadap masalah ini akan memberikan penambahan pemahaman dan pandangan yang baru mengenai kegiatan jual dan beli dalam bursa berjangka di Indonesia.

Sementara secara akademis sebagai Karya Tugas Akhir dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan yakni Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(15)

D. Keaslian Penulisan

Penulisan Skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran secara pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penulusuran di perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan Internet. Penulisan mengenai masalah perlindungan hukum terhadap nasabah perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan ini belum pernah dilakukan sebelumnya dalam topik dan permasalahan yang sama di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Karena itu keaslian penulisan ini terjamin adanya. Kalaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, bahwa yang dimaksud Perdagangan Berjangka Komoditi, yang selanjutnya disebut Perdagangan Berjangka, adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka. Sedangkan komoditi, menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 adalah barang dagangan yang menjadi subjek Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.

Undang-Undang No.32 Tahun 1997 juga memberikan pemahaman tentang bagaimana melakukan perdagangan didalam bursa berjangka komoditi Pasal 14 ayat (1) menyebutkan bahwa:


(16)

“Kegiatan transaksi Kontrak Berjangka hanya dapat dilakukan di Bursa Berjangka yang telah memperoleh izin usaha dari BAPPEBTI dan berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya”

Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa:

“Kegiatan usaha sebagai Pialang Berjangka hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka yang berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha Pialang Berjangka dari BAPPEBTI.”

Dari ketentuan diatas dapat diketahui bahwa sebelum memulai perdagangan didalam bursa berjangka komoditi maka harus mendaftarkan diri menjadi nasabah dari salah satu anggota bursa berjangka atau Pialang Berjangka Komoditi agar dapat memulai transaksi.

Pertama, menghubungi wakil pialang untuk mendapatkan keterangan mengenai resiko dalam Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK), setelah diketahui bahwa calon nasabah layak untuk melakukan transaksi dibursa berjangka komoditi lalu calon nasabah harus menandatangani dokumen yang berisi mengenai perjanjian antara nasabah dengan pialang berjangka komoditi,118

Kedua, mengenai mekanisme transaksinya ada beberapa tahap yang perlu diketahui yaitu:

a. Nasabah menyetor margin ke rekening terpisah Pialang Berjangka (PB) di Bank Penyimpanan.

118

  Kementrian Perdagangan, “Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia”, www.bappebti.go.id, Diakses terakhir pada hari, Sabtu tanggal 26 Maret 2011


(17)

b. Menghubungi wakil pialang untuk melakukan transaksi.

c. Wakil pialang menyetor margin ke Lembaga Kliring Berjangka. d. Wakil pialang menyampaikan amanat nasabah ke bursa berjangka.

e. Bursa berjangka melakukan konfirmasi laporan transaksi ke Lembaga Kliring Berjangka.

f. Lembaga Kliring Berjangka menyampaikan konfirmasi laba/rugi transaksi kepada wakil pialang.

g. Wakil pialang menyampaikan konfirmasi pelaksanaan amanat kepada nasabah.119

Dan juga perlu diketahui beberapa istilah yang akan dipergunakan dalam melakukan transaksi di bursa berjangka komoditi yaitu:

a. Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka. Sedangkan komoditi yang diperdagangkan yaitu gula pasir, kacang tanah, kedelai, cengkeh, udang, ikan, bahan bakar minyak, gas alam, tenaga listrik, emas, batubara, timah, pulp dan kertas, benang, semen, dan pupuk, kopi, minyak kelapa sawit, plywood, Karet, Kakao dan lada.

b. Kontrak berjangka yaitu suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual komoditi dalam jumlah, mutu, jenis, tempat,dan waktu penyerahan di kemudian hari yang telah ditetapkan.

c. Kontrak opsi yaitu yang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli atau menjual kontrak berjangka atas komoditi tertentu pada tingkat harga, jumlah,

119


(18)

dan jangka waktu tertentu yg telah ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar premi.

d. Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada Nasabah yang bukan Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya sebagai Pialang Berjangka.

e. Margin yaitu sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka.

f. Lindung nilai (hedging) yaitu tindakan mengambil posisi di pasar berjangka yang berlawanan dengan posisi yang dimilikinya di pasar fisik, dengan tujuan untuk mengurangi resiko kerugian yg mungkin dihadapinya karena perubahan harga di pasar fisik.

Sesudah dapat melakukan transaksi dibursa berjangka komoditi, maka resiko kerugian tidak hanya datang dari perdagangan yang dilakukan di dalam bursa berjangka, kemungkinan kerugian juga dapat terjadi pada saat dibubarkannya perusahaan pialang berjangka komoditi (wakil pialang) yang dapat berpengaruh kerugian terhadap para nasabah dari pialang berjangka komoditi tersebut.

Walaupun sudah terdapat Undang-Undang No.32 Tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi yang mengatur mengenai kegiatan didalam bursa berjangka dan juga memuat mengenai perlindungan terhadap para pihak yang


(19)

terdapat dalam kegiatan perdagangan berjangka komoditi dari perusahaan pialang berjangka, seperti yang terdapat dalam pasal 5 huruf b menyebutkan bahwa:

“Melindungi kepentingan semua pihak dalam Perdagangan Berjangka” Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 5 huruf b Undang-Undang No.32 Tahun 1997 tersebut namun tidak sepenuhnya perlindungan dapat diberikan kepada BAPPEBTI terhadap nasabah perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan.120

F. Metode Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini ,disini penulis menentukan metode apa yang diterapkan121 agar tujuannya lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan. Dapat diartikan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, kemudian menjadi penyidikan atau penelitian berlangsung menurut cara tertentu. Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Tipe penelitian bahan hukum yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Dalam hal penelitian hukum normatif, penulis melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan. Pengumpulan bahan dilakukan melalui studi kepustakaan (library research) yakni dengan mempelajari sumber-sumber atau bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Metode penelitian hukum nomatif ini dipilih adalah mengetahui

120 

Undang-Undang No.32 Tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi  121

 Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek,(Jakarta:Sinar Grafika, 2008) hal


(20)

bagaimana perlindungan terhadap nasabah dari perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan.

2. Pendekatan masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni metode penelitian hukum normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan. Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang dipergunakan dalam skripsi ini antara lain :

a. Bahan hukum primer, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Pedagangan Berjangka Komoditi, Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Komoditi Berjangka.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil seminar, makalah, tesis maupun pendapat dari kalangan pakar hukum yang terkait dengan pembahasan tentang bursa berjangka komoditi.

c. Bahan hukum tersier (bahan hukum penunjang) adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum maupun kamus bahasa Indonesia.


(21)

4. Prosedur pengumpulan bahan hukum

Pengumpulan bahan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan. Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis buku-buku, makalah ilmiah, internet, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.

5. Analisis data

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu data diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif yang mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif digunakan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analisis, yaitu data yang akan diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.

Analisis data dilakukan dengan:

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Memilih kaedah-kaedah hukum yang sesuai dengan penelitian.


(22)

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memenuhi makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain dapat dilihat sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II: PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA KOMODITI INDONESIA

Berisi mengenai sejarah pendirian bursa berjangka komoditi indonesia, pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan bursa berjangka komoditi, pengertian perusahaan pialang bursa berjangka komoditi, pendirian dan pembubaran perusahaan pialang berjangka komoditi di indonesia, hak dan kewajiban antara perusahaan pialang berjangka komoditi dengan nasabah.

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH

PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA YANG DIBUBARKAN

Menjelaskan mengenai faktor penyebab dibubarkannya perusahaan pialang berjangka komoditi, kedudukan hukum nasabah dari perusahaan pialang berjangka komoditi yang dibubarkan, bentuk


(23)

perlindungan hukum terhadap nasabah perusahaan pialang berjangka komoditi yang dibubarkan.

BAB IV: TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PIALANG

BERJANGKA KOMODITI YANG DIBUBARKAN TERHADAP NASABAH

Terdiri dari bentuk pertanggungjawaban perusahaan pialang berjangka komoditi terhadap nasabah, akibat hukum dari kelalaian dalam memenuhi tanggungjawab terhadap nasabah, upaya hukum yang dilakukan nasabah akibat tidak terpenuhinya tanggungjawab dari perusahaan pialang berjangka komoditi.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang memuat secara keseluruhan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.


(24)

BAB II

BURSA BERJANGKA KOMODITI INDONESIA

A. Sejarah Pendirian Bursa Berjangka Komoditi di Indonesia

Perkembangan bursa komoditi diawali dengan terjadinya perdagangan barang-barang kebutuhan yang dilakukan antar daerah secara tradisional pada awal abad ke-12, sehingga para pedagang atau saudagar pada waktu itu sering menitipkan barang dagangannya di suatu tempat sebelum diserahkan kepada pembeli.122

Di Indonesia pasar berjangka sudah lama dirasakan kebutuhannya, tetapi realisasinya sangat lambat. Berbagai kendala seperti sedikitnya yang berminat jadi promotor, kesan bahwa perdagangan berjangka sama dengan judi dan sebagainya. Krisis ekonomi dan keuangan mereposisikan urgensi akan bursa berjangka di Indonesia yang sudah sangat telat dibanding negara lain yang telah memulai perdagangan sejak abad yang lalu. Akibat kendala diatas maka sosialisasi akan perlunya pasar berjangka menjadi terabaikan.123

Kegunaan utama pasar berjangka sama seperti seabad yang lalu yaitu menyediakan mekanisme yang efisien dan efektif untuk manajemen risiko harga bagi produsen dan konsumen komoditi dengan melindungi risikonya yang diambil alih oleh spekulan .124

122

Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Sejarah & Peraturan, Seri Training Kit, Jakarta, hal 1

123

 Hanafi Sofyan, Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia ( Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2000 ) hal. vii   

124

 The Fei Ming, Day Trading Valuta Asing (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2000 ) hal. 3   


(25)

Pemerintah Indonesia sejak lama sudah sadar akan perlunya bursa berjangka sebagai sarana lindung nilai (hedging). Sederetan menteri sejak zaman Presiden Soeharto mencoba memfasilitasi berdirinya Bursa Berjangka dan mencegah menjadikannya suatu Kasino.125

Bermain di bursa manapun banyak mengandung resiko apalagi di luar negeri yang tidak jelas keberadaan bursanya. Apakah benar amanat diteruskan atau tidak, tidak jelas.126

Pemerintah mengambil tindakan mulai tahun 1977, yaitu: Melarang penyaluran amanat keluar negeri (Instruksi Mendag No. 03/M/lNS/VI/77). Mendirikan BAPPEBTI (Badan Pelaksana Bursa Komoditi)serta PT. Kliring dan Jaminan Bursa Komoditi (PP No. 35 tahun 1982) karena banyaknya tantangan dan kurangnya pengetahuan masyarakat, usaha pemerintah untuk mendirikan bursa komoditi tidak berhasil.127

Tahun 1991 Pemerintah mulai banting setir. Kalau dahulu mereka mencoba menentukan komoditi mana yang pantas diperdagangkan derivatifnya di Bursa Berjangka, mereka sudah mulai terjun dan bertanya kepada pelaku pasar anggota berbagai asosiasi, namun hanya 3 asosiasi yang bersedia memperdagangkan komoditinya dibursa yaitu : Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI) dan Gabungan

Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Diikuti dengan keputusan

125

Herdiansyah Hamzah, “Sejarah Pendirian Bursa Berjangka Komoditi di Indonesia”, www.paguyubantrading.blogspot.com, Diakses terakhir pada hari Sabtu, tanggal 19 Pebruari 2011

126  Ibid  127


(26)

BAPPEBTI No. 07/BAPEBTI/KP/XJ/1991 untuk mengangkat team kecil yang sudah mulai bekerja bulan Agustus 1991.128

Dibulan Juli 1992 kedua team kecil berhasil merampungkan bab XIII dan bab X dan Peraturan Tata Tertib Bursa yang akan dijalankan BAPPEBTI dengan suatu peraturan pemerintah. Pemenintah berubah pikiran dan minta swasta saja yang mendirikan bursa. Pertemuan dilakukan dengan Menteri Muda Perdagangan bulan Nopember 1992 dan baru pada tanggal 26 Pebruari 1993 diangkat suatu team kecil dengan Keputusan Menteri. Anggota tim adalah utusan dari Federasi Asosiasi Minyak Nabati Indonesia (FAMNI) yang merupakan gabungan dari AIMMI dan GAPKI serta AEKI. Team ini mengumpulkan uang untuk membiayai konsultan dan Australia dan Malaysia untuk membuat studi kelayakan, rencana usaha dan rancangan tata tertib bursa. Disamping itu pemerintah juga mengusahakan adanya Undang-Undang Perdagangan Berjangka untuk mengatur perdagangan berjangka yang ada di Indonesia.129

Usaha AEKI dan FAMNI untuk menghilangkan kata komoditi dari RUU tidak berhasil, usaha untuk memasukkan produk finansial secara eksplisit juga tidak berhasil tetapi diserahkan kepada Presiden. Team yang ditunjuk Memperindag untuk mempersiapkan berdirinya bursa ditolak DPR dan dijadikan alasan untuk menunda keluarnya Undang-Undang itu. Desas – desus tanpa bukti beredar bahwa ada pihak-pihak membiayai penundaan itu. Juga disebar desas – desus bahwa AEKI dan FAMNI ingin memonopoli bursa berjangka.130

128  Ibid  129

 Ibid  130


(27)

Undang-Undang No. 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi yang akhirnya keluar. Undang-undang tersebut jelas: tidak menutup kemungkinan ada lebih dari 1 (satu) bursa (tidak monopoli), melarang pendiri terafiliasi, melarang pemegang saham memiliki atau menguasai lebih dari 1 (satu) saham, pemegang saham baru (selain pendiri) harus pialang, sedangkan kita tahu tidak ada satupun pendiri pialang, mengharuskan direksi independen dan profesional, mengharuskan paling sedikit 1 (satu) komisaris mewakili masyarakat, karena kebutuhan uang dan menghilangkan citra bahwa bursa tidak akan dimonopoli oleh AEKI dan FAMNI, diikutsertakan PT. Kliring dan Jaminan Bursa Komoditi untuk menampung calon pendiri non AEKI - non FAMNI dengan perjanjian historis yang disaksikan BAPPEBTI. Pada tanggal 8 Juni 1998.131

Undang-Undang No. 32 tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi keluar pada saat krisis ekonomi memuncak. Selama tahun 1998 boleh dikatakan tidak ada minat untuk melakukan apa-apa di sektor ini. Tingkah laku Pemerintah kambuh lagi dengan larangan ekspor sawit. Baru setelah keluar PP No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Komoditi Berjangka tanggal 27 Januari 1999 gerakan pendirian bursa dimulai lagi.132

AEKI dan FAMNI bekerja cepat, rekrutmen calon pendiri dilakukan oleh anggota masing-masing dan dari luar. Orang-orang baru yang sama sekali tidak mengerti bursa berjangka, bermodal kecil dan belum pernah membaca Undang-undang No. 32 tahun 1997 dan PP No. 9 tahun 1999 termasuk pelanggar Undang-

131  Ibid  132


(28)

undang dan peraturan pemerintah berlomba-lomba masuk. Ada juga usaha untuk memasukkan pihak-pihak terkait.133

BAPPEBTI mengharuskan bahwa semua pendiri layak dan patut. Setelah pemeriksaan beberapa calon ditolak. Ada yang tidak layak dan patut, ada yang ditolak karena terafiliasi dan ada yang mengundurkan diri karena keinginannya tidak terpenuhi. Satu jam sebelum pertemuan pembentukan perseroan tanggal 19 Agustus semua itu baru selesai. AEKI dan FAMNI berhasil mengumpulkan 29 perusahaan tidak terafiliasi dan industri (kopi, sawit, keuangan dan perdagangan) banyak diantaranya baru bertemu pertama kali dalam satu perseroan dalam waktu begitu pendek (5 bulan sejak ditunjuk menjadi promotor) dalam keadaan masih krisis.134

Pada tanggal 11 Juli 2000 jam 16.00 dimasukkanlah permohonan oleh 29 perusahaan tidak terafiliasi dan industri (kopi, sawit, keuangan dan perdagangan) untuk ijin usaha suatu bursa berjangka kepada BAPPEBTI. Ini merupakan permohonan ijin usaha pertama untuk satu bursa berjangka dalam sejarah Republik Indonesia.135 Dan pada tanggal 15 Desember Tahun 2000 untuk pertama kalinya Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) membuka perdagangan di lantai bursa dengan memperdagangkan dua kontrak komoditi, yaitu minyak kelapa sawit (CPO) dan kopi Robusta.136

133  Ibid  134

 Ibid  135

 Ibid 

136

Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Pengantar & Peraturan, hal 20-21


(29)

B. Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Kegiatan Bursa Berjangka Komoditi

Perdagangan berjangka melibatkan beberapa pihak terkait antara lain Menteri Perdagangan, BAPPEBTI, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka, Pialang Berjangka dan Wakil Pialang Berjangka, Pedagang Berjangka, Penasihat Berjangka dan Wakil Penasihat Berjangka, Sentra Dana Berjangka, Pengelola Sentra Dana Berjangka dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka, Bank Penitipan, dan Nasabah. Khusus untuk perdagangan berjangka di luar negeri melibatkan Bursa Berjangka di Luar Negeri dan Badan Pengawas Berjangka Luar Negeri.137

Lebih jelasnya mekanisme transaksi antara pihak-pihak dalam perdagangan berjangka dapat diuraikan sebagai berikut:

Untuk dapat melakukan kegiatan perdagangan didalam bursa berjangka yang memperdagangkan komoditi dari pedagang berjangka, terlebih dahulu harus menjadi anggota/nasabah dari pialang berjangka yang menjadi anggota dari bursa berjangka, hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Pasal 31 ayat 1 Undang-Undang No.32 Tahun 1997, namun jika ingin melakukan transaksi dibursa berjangka luar negeri maka harus menjadi anggota/nasabah dari pialang berjangka anggota kliring atau langsung mendaftar menjadi anggota pialang yang ada diluar

137

 Welin Kusuma, Komoditi dan Kontrak yang Diperdagangkan di Bursa Berjangka, www.bursaberjangka.blogspot.com, Diakses pada hari Sabtu, tanggal 26 Maret 2011


(30)

negeri. Jika hanya ingin melakukan investasi dengan tidak terlibat dalam pengambil keputusan hanya perlu menjadi peserta dari Sentra Dana Berjangka.138

Mekanisme transaksinya yaitu nasabah yang sudah terdaftar menjadi anggota dari pialang berjangka tersebut harus terlebih dahulu melakukan setoran margin ke rekening terpisah di Bank Penitipan agar dapat melakukan transaksi, berikut skemanya:

Skema Nomor I: Mekanisme Penerimaan Nasabah.139

138

  Kementrian Perdagangan, “Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Di Indonesia”, Makalah disampaikan pada seminar Perdagangan Berjangka, Jakarta,28 Januari 2010, hal 15. 

139

Ibid. hal. 19. 

Nasabah

Wakil Pia

Hubungi Pialang

Beri Penjelasan mengenai resiko dalam PBK


(31)

Setelah itu menghubungi wakil pialang untuk melaporkan bukti setoran margin ke kliring berjangka sekaligus melakukan transaksi, wakil pialang tersebutlah yang akan menyampaikan laporan ke Kliring Berjangka dan amanat nasabah ke Bursa Berjangka untuk melakukan pembelian komoditi, lalu Bursa Berjangka yang sudah menerima amanat nasabah melalui wakil pialang melakukan konfirmasi laporan transaksi ke Kliring Berjangka, selanjutnya Kliring Berjangka akan menyampaikan konfirmasi ke wakil pialang mengenai untung/rugi transaksi dan wakil pialang akan melaporkan konfirmasi pelaksanaan amanat terhadap nasabah.140Berikut skemanya:

Skema Nomor II: Mekanisme Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi.141

140

 Ibid. hal .20  141


(32)

Kegiatan transaksi tersebut tentunya diawasi oleh badan pengawas perdagangan berjangka komoditi yaitu BAPPEBTI yang dibawahi oleh Menteri Perdagangan.142

Penjelasan lebih lanjut mengenai pihak-pihak yang terdapat dalam kegiatan perdagangan berjangka tersebut yaitu sebagai berikut:

142  Ibid 

Nasabah

Wakil Pialang

 

Setor margin ke rekening terpisah

PB di Bank Penyimpan

HUBUNGI WP UNTUK MELAKUKAN TRANSAKSI

KONFI RMASI PELAKSANAAN

AMANAT

KONFI RMASI LABA/ RUGI TRANSAKSI

 


(33)

1. Menteri Perdagangan

Menteri Perdagangan adalah Menteri yang bertanggung jawab sekaligus mengawasi perdagangan berjangka komoditi.

2. Badan Pengawas

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) merupakan badan yang melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEPTI bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan, selain itu BAPPEBTI jg memiliki wewenang dalam mengawasi perdagangan berjangka komoditi yaitu:

a. membuat penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;

b. memberikan:

1) izin usaha kepada Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka; 2) izin kepada orang perseorangan untuk menjadi Wakil Pialang Berjangka,

Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka; 3) sertifikat pendaftaran kepada Pedagang Berjangka;

4) persetujuan kepada Pialang Berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat Nasabah dalam negeri ke Bursa Berjangka luar negeri; dan

5) persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan dana Nasabah, Dana Kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka serta untuk pembentukan Sentra Dana Berjangka;


(34)

c. menetapkan daftar Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak Berjangkanya; d. melakukan pemeriksaan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang

perseorangan, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran;

e. menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang BAPPEBTI,

f. memerintahkan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;

g. menyetujui peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, termasuk perubahannya;

h. memberikan persetujuan terhadap Kontrak Berjangka yang akan digunakan sebagai dasar jual beli Komoditi di Bursa Berjangka, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan;

i. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu anggota dewan komisaris dan/atau direksi serta menunjuk manajemen sementara Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka sampai dengan terpilihnya anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi yang baru oleh Rapat Umum Pemegang Saham;

j. menetapkan persyaratan keuangan minimum dan kewajiban pelaporan bagi Pihak yang memiliki izin usaha berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;


(35)

k. menetapkan batas jumlah maksimum dan batas jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap Pihak;

l. mengarahkan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu apabila diyakini akan terjadi keadaan yang mengakibatkan perkembangan harga di Bursa Berjangka menjadi tidak wajar dan/atau pelaksanaan Kontrak Berjangka menjadi terhambat;

m. mewajibkan setiap Pihak untuk menghentikan atau memperbaiki iklan atau kegiatan promosi yang menyesatkan berkaitan dengan Perdagangan Berjangka dan Pihak tersebut mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud; n. menetapkan ketentuan tentang dana Nasabah yang berada pada Pialang

Berjangka yang mengalami pailit;

o. memeriksa keberatan yang diajukan oleh suatu Pihak terhadap keputusan Bursa Berjangka atau Lembaga Kliring Berjangka serta memutuskan untuk menguatkan atau membatalkannya;

p. membentuk sarana penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka;

q. mengumumkan hasil pemeriksaan, apabila dianggap perlu, untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dan ketaatan semua Pihak terhadap ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;


(36)

r. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; dan

s. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan ketentuan Undang-undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

3. Bursa Berjangka

Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan / atau sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka. Bursa Berjangka di Indonesia adalah Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange).

4. Bursa Berjangka Luar Negeri

Bursa Berjangka Luar Negeri adalah Bursa Berjangka yang daftarnya ditetapkan oleh BAPPEBTI. Bursa Berjangka ini antara lain: Chicago Board of Trade, Chicago Mercantile Exchange, New York Board of Trade, Malaysia Derivatives Exchange, Hongkong Exchange and Clearing Limited, Singapore Exchange, Tokyo Grain Exchange, Tokyo Commodity Exchange, Osaka Mercantile Exchange dan Korean Stock Exchange.

5. Lembaga Kliring Berjangka

Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang bertugas menyediakan fasilitas yang cukup untuk terlaksananya penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, menyusun peraturan dan tata tertib Lembaga Kliring Berjangka


(37)

serta menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk pelaksanaan kliring sebagai penjaminan transaksi di Bursa Berjangka.

6. Pialang Berjangka

Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan / atau surat berharga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi Kontrak Berjangka.

7. Pialang Berjangka Anggota Kliring Tertentu

Pialang Berjangka Anggota Kliring Tertentu adalah perusahaan yang dapat menawarkan dan / atau menyalurkan amanat Nasabah untuk transaksi kontrak berjangka ke bursa luar negeri. Saat ini telah diberikan persetujuan kepada 3 perusahaan Pialang Berjangka, yaitu PT. Pacific 2000 Futures, PT. Asia Kapitalindo Komoditi Berjangka, dan PT. Jalatama Artha Berjangka.

8. Pedagang Berjangka

Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak melakukan transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok usahanya.

9. Penasihat Berjangka

Penasihat Berjangka adalah Pihak yang memberikan nasihat kepada pihak lain mengenai jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka dengan menerima imbalan.


(38)

10. Sentra Dana Berjangka

Sentra Dana Berjangka adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana secara kolektif dari masyarakat untuk diinvestasikan dalam Kontrak Berjangka. 11. Pengelola Sentra Dana Berjangka

Pengelola Sentra Dana Berjangka adalah pihak yang melakukan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana dari peserta Sentra Dana Berjangka untuk diinvestasikan dalam Kontrak Berjangka.

12. Bank Penitipan

Bank Penitipan adalah bank tempat menyimpan rekening terpisah milik Nasabah (segregated account).

13. Nasabah

Nasabah adalah pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka.143

C. Pengertian Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi

Perusahaan Pialang atau juga disebut Broker Aggota Bursa (AB), adalah pihak yang membantu nasabah untuk melakukan pembelian atau penjualan efek di bursa.144 Perusahaan pialang adalah institusi yang melayani order nasabah untuk menjual atau membeli produk-produk berjangka. Perumpamaan seperti toko grosir yang bertindak sebagai perantara antara tukang belanja dan perusahaan yang memproduksi makanan-makanan tersebut, perusahaan pialang bertindak sebagai

143  Ibid 

144

Sawidji Widoatmodjo, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004), hal.6


(39)

perantara antara produk-produk yang diperdagangkan dan nasabah yang hendak membeli atau menjualnya. Dengan demikian, Perusahaan Pialang hanya akan melakukan pembelian atau penjualan jika sudah mendapat perintah dari nasabah.145

Harga dan besarnya volume juga ditentukan oleh nasabah. Jadi perusahaan pialang tidak bisa menetapkan harga atau jumlah yang akan dibeli / jual sekehendak hatinya. Namun ada juga perusahaan pialang yang melakukan pembelian atau penjualan atas nama perusahaan pialang itu sendiri.146

Pialang berjangka menawarkan banyak kesempatan bagi investor dengan modal dan adanya risiko. Spekulator berjangka sama halnya dengan mereka yang berinvestasi pada saham, obligasi, dan properti yaitu mencari keuntungan dengan mengambil risiko tentunya dengan ekspektasi mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga.147

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Perusahaan Pialang yang selanjutnya disebut dengan Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan / atau surat berharga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi tersebut.148

Dalam menjaring nasabahnya, Pialang Berjangka wajib dan harus tunduk pada ketentuan etika/ pedoman perilaku sebagaimana dimaksud dan diatur Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

145  Ibid  146

 Ibid  147 

Hamdy Hady, Forex For Manager ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2001 ) hal. 13    148

 Undang-Undang no 32 tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi, Pasal 1 Ayat (1) 


(40)

dan Peraturan-peraturan yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh BAPPEBTI (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka komoditi).149

Pasal 50 Undang-Undang No. 32 Tahun 1997, mensyaratkan bahwasanya Pialang Berjangka dalam menjalankan usahanya dan ketika berhadapan dengan calon nasabah/ nasabah wajib mengetahui latar belakang, keadaan keuangan, dan pengetahuan mengenai Perdagangan Berjangka dari Nasabahnya (pasal 50 ayat (1) UU No. 32/1997). Bahwa kemudian, dalam rangka perlindungan Nasabah, Pialang Berjangka wajib terlebih dahulu menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan kepada Nasabahnya, yang antara lain memuat keterangan mengenai organisasi dan kepengurusan perusahaan tersebut. Adapun yang dikatakan Dokumen keterangan Perusahaan adalah sebagaimana yang dimaksud Pasal 3 ayat (1) huruf (b) Peraturan Kepala BAPPEBTI No. 64/ BAPPEBTI/ per/ 1/ 2009 tentang Perubahan Peraturan Kepala BAPPEBTI No.63/BAPPEBTI/per/9/2008 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka yakni dokumen Keterangan Perusahaan berupa profil perusahaan yang telah disetujui BAPPEBTI.150

Setelah menjelaskan dokumen keterangan perusahaan, Pialang Berjangka diwajibkan terlebih dahulu untuk menjelaskan segala risiko yang mungkin dihadapi nasabahnya, sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko. Apabila Nasabahnya mengerti dan dapat menerima risiko tersebut, nasabah tersebut harus menandatangani dan memberi tanggal pada dokumen tersebut, yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah mengerti

149

 www.redgage.com, Diakses terakhir Tanggal 9 Mei 2011  150


(41)

risiko yang akan dihadapi dan menyetujuinya (pasal 50 ayat (2) UU No. 32/1997).151

Perlu diperhatikan, bahwasanya berdasarkan Pasal 7 huruf (b) Peraturan Kepala BAPPEBTI No.64/ BAPPEBTI/per/1/2009, Pegawai Pialang Berjangka atau pihak lainnya yang memiliki kepentingan dengan Perusahaan Pialang Berjangka dilarang: secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi calon nasabah atau nasabah dengan memberikan informasi yang menyesatkan untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka. Jadi, dalam aktifitasnya mencari nasabah, wakil pialang dan atau marketing Pialang Berjangka tidak diperkenankan untuk memberikan prediksi keadaan pasar bursa berjangka kepada calon nasabah/ nasabahnya apalagi menjanjikan suatu keuntungan (profit) dari nilai investasi yang diberikan.152

D. Pendirian Dan Pembubaran Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi 1.Pendirian Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi

Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Perdagangan Berjangka Komoditi maka untuk mendirikan perusahaan tersebut harus mengikuti aturan yang mengatur mengenai Bursa Berjangk Komoditi. Untuk mendirikan Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi maka harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan telah mendapat izin dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) seperti yang

151

Ibid  152


(42)

terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No.32 Tahun 1997, yaitu sebagai berikut:

“Kegiatan usaha sebagai Pialang Berjangka hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka yang berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha Pialang Berjangka dari BAPPEBTI.”

Untuk memperoleh izin dari BAPPEBTI maka harus memenuhi syarat yang terdapat dalam PP No.9 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi yang terdapat dalam Pasal 40 dan 41 yaitu sebagai berikut:

Pasal 40

(1) Permohonan untuk memperoleh izin usaha Pialang Berjangka diajukan kepada BAPPEBTI disertai dengan dokumen dan/atau keterangan sebagai berikut: a. akta pendirian Perseroan Terbatas yang telah disahkan oleh Menteri

Kehakiman;

b. daftar nama pemegang saham; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

d. rencana kegiatan usaha yang meliputi organisasi, sistem penerimaan dan pendidikan serta pelatihan pegawai, penyiapan sarana telekomunikasi dan sistem informasi, sistem pengawasan dan pelaksanaan peraturan, rencana operasi dan pengelolaan transaksi, serta proyeksi keuangan untuk 3 (tiga) tahun;

e. neraca pembukaan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik; f. daftar nama komisaris dan direksi;


(43)

g. tanda bukti pembukaan rekening terpisah untuk dana Nasabah;

h. bukti keanggotaan pada Bursa Berjangka dan setoran Dana Kompensasi; i. daftar nama supervisor; dan

j. daftar nama tenaga ahli yang memiliki izin sebagai Wakil Pialang Berjangka dari BAPPEBTI.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan dengan menggunakan formulir yang bentuk dan isinya ditetapkan oleh BAPPEBTI. (3) Izin usaha Pialang Berjangka diberikan setelah memperhatikan semua

persyaratan dan berita acara pemeriksaan sarana fisik yang dilakukan oleh BAPPEBTI.153

Pasal 41

Pialang Berjangka wajib sekurang-kurangnya memiliki 3 (tiga) orang Wakil Pialang Berjangka yang berkedudukan sebagai salah seorang direktur dan 2 (dua) orang pegawai Pialang Berjangka yang bersangkutan.154

Agar dapat memenuhi syarat untuk memperoleh izin dari BAPPEBTI maka harus dilakukan pendirian Perseroan Terbatas terlebih dahulu, ketentuan pendirian Perseroan Terbatas tentunya terdapat pada UU No.40 Tahun 2007 seperti dibutuhkan minimal 2 orang sebagai Pendiri Perseroan yang juga sekaligus bertindak sebagai Pemegang Saham didalam Perseroan. Para pendiri PT disini adalah Warga Negara Indonesia yang turut menyertakan modal ke dalam perseroan, dengan ketentuan minimum Modal dasar Rp.50.000.000,- ( limapuluh

153

  Peraturan-Pemerintah No.9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Komoditi Berjangka, Pasal 40

154

Peraturan-Pemerintah No.9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Komoditi Berjangka, Pasal 41 


(44)

juta rupiah ). Para pendiri juga dapat bertindak sebagai Pengurus didalam Perseroan ini baik sebagai Direktur atau Komisaris. Jika terdapat jumlah Direktur atau Komisaris lebih dari satu orang maka salah satu dapat diangkat sebagai Direktur Utama atau sebagai Komisaris Utama.

Pertama kali yang harus dilakukan untuk mendirikan Perseroan Terbatas (PT) adalah menetapkan Kerangka Anggaran Dasar Perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan Akta Otentik sebagai Akta Pendirian oleh Notaris yang berwenang. Kerangka Anggaran Dasar Perseroan meliputi;

a. Pendiri Perseroan

Untuk menetapkan nama para pendiri Perseroan maka harus memenuhi ketentuan seperti dibawah ini ;

1) Jumlah Pendiri minimal 2 ( dua ) orang.

2) Pendiri harus Warga Negara Indonesia kecuali pendirian PT yang dimaksud adalah dalam rangka fasilitas Penanaman Modal Asing ( PMA ). 3) Para pendiri pada saat perseroan ini didirikan yaitu saat Pembuatan Akta

Pendirian PT harus menjadi Pemegang Saham didalam Perseroan.

4) Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu pengurus baik sebagai Direktur atau Komisaris dan jika Anggota Direktur atau Komisaris lebih dari satu orang maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama atau Komisaris Utama.


(45)

b. Nama Perseroan Terbatas

Mengingat pemakaian PT tidak boleh sama atau mirip sekali dengan Nama PT yang sudah ada maka yang perlu siapkan adalah 2 atau 3 pilihan nama PT, usahakan nama PT mencerminkan kegiatan usaha. Sebelum akta dibuat, Notaris akan melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk mengetahui Nama PT tersebut bisa digunakan atau tidak. Jika bisa, sebaiknya langsung melakukan pemesanan untuk menghindari nama tersebut akan digunakan oleh pihak lain.

Pemakaian nama Perseroan Terbatas diatur oleh Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Kedudukan perseroan harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan menyebutkan nama Kota dimana perseroan melakukan kegiatan usaha sebagai Kantor Pusat.

c. Maksud dan Tujuan Serta Kegiatan Usaha

Setiap perseroan yang didirikan dapat melakukan kegiatan usaha yang sama dengan perseroan lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan keinginan para pendiri perseroan. Namun ada beberapa bidang usaha yang hanya bisa didirikan dengan ketentuan modal tertentu sesuai dengan peraturan yang mengatur kegiatan usaha tersebut. Karena ini membahas tentang pendirian Perusahaan Pialang Berjangka maka maksud dan tujuan serta kegiatan usaha adalah sebagai jasa bagi investor yang ingin melakukan investasi di Bursa Berjangka.

d. Modal Perseroan

Perseroan Terbatas harus memiliki modal dasar minimal Rp. 50.000.000,- ( limapuluh juta ) kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang


(46)

atau Peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan usaha tertentu di Indonesia. Dari modal dasar tersebut minimal 25% ( dua puluh lima persen ) atau sebesar Rp.12.500.000,- ( dua belas juta limaratus ribu ) harus sudah ditempatkan dan disetor penuh pada saat akan mengajukan permohonan Persetujuan Menteri Kehakiman RI.

Pemegang saham untuk pertama kali adalah Pendiri Perseroan jumlahnya minimal 2 (dua) orang, jadi harus ditentukan sendiri berapa jumlah modal yang ditempatkan dan disetor oleh para pendiri perseroan.

e. Pengurus Perseroan

Jumlah pengurus dalam perseroan minimal 2 (dua) orang, satu sebagai Direktur dan satu lagi sebagai Komisaris. Jika jumlah pengurus lebih dari 2 (dua) orang, misalnya yang akan menjadi Direktur ada 2 dan Komisaris 1 orang, maka salah satu Direktur diangkat menjadi Direktur Utama begitu juga jika komisaris ada 2 orang maka salah satu diangkat menjadi Komisaris Utama.

Dalam hal ini pendiri perseroan dapat diangkat sebagai Direktur atau Komisaris atau mengangkat sesorang menjadi Direktur atau Komisaris didalam Perseroan.

f. Jangka Waktu Berdirinya Perseroan

Sebagai pendiri, maka dapat menetapkan jangka waktu berdirinya Perseroan selama 10 tahun, 20 tahun atau lebih atau bahkan tidak perlu ditentukan lamanya artinya berlaku seumur hidup. Setelah Akta Pendirian selesai dibuat, yang harus dilakukan adalah melengkapi pendaftaran dan perizinan yang harus dimiliki untuk dapat melakukan kegiatan usaha seperti ; Domisili


(47)

Perusahaan, NPWP (Nomor pokok wajib pajak), SP-PKP, Pengesahan Menteri Kehakiman RI, SIUP atau Izin Usaha Lainnya dan TDP(Tanda daftar perusahaan).

Tahapan Proses Pendirian dan Perizinan PT

TAHAP 1 : Persiapan ( Konsultasi, Pengisian Formulir Pendirian PT dan Surat Kuasa )

Konsultasi diperlukan untuk mengetahui ruang lingkup pendirian PT, biaya dan cara pembayaran, prosedur dan persyaratan yang dibutuhkan untuk pendaftaran dan perizinan serta berbagai aspek terkait dengan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan perseroan. Persiapan dilakukan oleh para pendiri peseroan dengan mengisi formulir dan surat kuasa pendirian PT.

TAHAP 2 : Pemeriksaan Formulir, Surat kuasa dan Pengecekan Nama PT

Pemeriksaan formulir dan surat kuasa dilakukan untuk memastikan kebenaran data yang disampaikan, pengecekan dilakukan untuk mengetahui Apakah nama perseroan yang dipilih sudah dimiliki perusahaan lain atau belum, jika belum nama tersebut langsung bisa didaftarkan oleh Notaris dan jika nama perseroan sudah dimiliki, maka harus mengganti dengan nama yang lain. Persyaratan ;

a. Melampirkan asli Formulir dan Surat Kuasa Pendirian PT b. Melampirkan copy KTP para pendiri dan pengurus

c. Melampirkan copy KK pimpinan perusahaan (pesero aktif/direktur perseroan) Lama Proses ; 1 (satu) hari kerja setelah Formulir & Surat kuasa diterima


(48)

TAHAP 3 : Pendaftaran dan Persetujuan pemakaian nama PT

Proses pendaftaran dilakukan oleh Notaris untuk mendapatkan Persetujuan dari Instansi terkait ( Menteri Kehakiman ) sesuai dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang PT dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1998 tentang “ Pemakaian Nama Perseroan Terbatas ”, lama proses persetujuan ; 5 (lima) hari kerja setelah permohonan diajukan

TAHAP 4 : Pembuatan Draft/Notulen Anggaran Dasar PT

Draf/Notulen anggaran dasar dibuat berdasarkan informasi yang dibuat oleh para pendiri perseroan didalam Formulir pendirian PT dan Surat Kuasa, lama proses ; 1 ( satu ) hari kerja setelah permohonan diajukan dan persyaratan yang dibutuhkan ; sama dengan Tahap 2

TAHAP 5 : Pembuatan Akta Pendirian PT oleh Notaris yang berwenang Proses pembuatan Akta Pendirian dilakukan setelah Nama PT disetujui, Akta Pendirian PT akan dibuat dan ditandatangani oleh Notaris yang berwenang dan dibuat dalam bahasa Indonesia sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang “ Perseroan Terbatas ”, lama Proses ; 1 ( satu ) hari kerja setelah permohonan diajukan, persyaratannya melampirkan Copy KTP Pendiri Perseroan dan Copy KTP Pengurus jika berbeda dengan Pendiri Perseroan

TAHAP 6 : Surat Keterangan Domisili Perusahaan

Permohonan Surat Keterangan Domisili diajukan kepada Kepala Kantor Kelurahan setempat sesuai dengan Alamat Kantor perusahaan berada, sebagai


(49)

bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan, lama Proses ; 2 ( dua ) hari kerja setelah permohonan diajukan. Persyaratan lain yang dibutuhkan :

a. Copy Kontrak/Sewa tempat usaha atau bukti kepemilikan tempat usaha

b. Surat keterangan dari pemilik gedung apabila berdomisili digedung perkantoran c. Copy PBB tahun terakhir sesuai tempat usaha untuk perusahaan yang

berdomisili di Ruko/Rukan

TAHAP 7 : NPWP-Nomor Pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan sebagai Wajib Pajak

Permohonan pendaftaran nomor pokok wajib pajak diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan, lama Proses NPWP ; 2 ( dua ) hari kerja setelah permohonan diajukan dan lama Proses SKT wajib pajak ; 2 ( dua ) hari kerja setelah permohonan diajukan. Persyaratan lain yang dibutuhkan :

- Bukti PPN atas sewa/kontrak tempat usaha bagi yang berdomisili di gedung perkantoran

TAHAP 8 : Pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

Permohonan ini diajukan oleh Notaris kepada Menteri Kehakiman RI untuk mendapatkan pengesahan Anggaran Dasar Perseroan (Akta Pendirian) sebagai Badan Hukum PT sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2007155

2.Pembubaran Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi

155

 Andhyka, Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas, http: //indonesiamembangun.com, Diakses terakhir hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2011 


(50)

Perusahaan Pialang Berjangka Komoditi merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) maka secara umum, ketentuan mengenai pembubaran terdapat pada Undang-Undang No.40 Tahun 2007 diatur dalam pasal 142 sampai dengan pasal 152. Hal-hal yang dapat mengakibatkan dibubarkannya perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yaitu:

a. Berdasarkan keputusan RUPS;

Pelaksanaan RUPS dengan materi acara Pembubaran PT diikuti dengan penunjukan Likuidator untuk melakukan proses likuidasi (pasal 142 ayat 1 dan 2). Likuidator harus mengumumkan 3 kali dalam Surat Kabar ( mengenai pembubaran, rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi dan hasil akhir proses likuidasi ) dan 1 kali dalam BNRI (mengenai pembubaran), serta memberitahukan kepada Menteri 2 kali (mengenai pembubaran dan hasil akhir likuidasi).156

b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;

Dalam hal Pembubaran Perseroan terjadi karena jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir, paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah jangka waktu berdirinya Perseroan berakhir RUPS menetapkan penunjukan likuidator dan direksi tidak boleh melakukan perbuatan hukum baru atas nama Perseroan setelah jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar berakhir.157

Menteri, atas permohonan Direksi dapat memperpanjang jangka waktu tersebut. Permohonan memperpanjang jangka waktu tersebut hanya dapat

156 

Jusuf Patrich, “Praktek Pelaksanaan Pembubaran”, http:// notarissby. blogspot. Com , Diakses terakhir hari minggu, tanggal 22 Mei 2011. 

157


(51)

dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah saham tersebut. Dalam hal jangka waktu berdirinya PT berakhir dan RUPS memutuskan tidak memperpanjang jangka waktu tersebut, proses likuidasinya dilakukan sesuai dengan ketentuan likuidasi perseroan.158

c. Berdasarkan penetapan pengadilan;

Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan terbatas atas :

1).permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan;

2). permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam akta pendirian;

3). permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.159

Dalam penetapan Pengadilan ditentukan pula penunjukkan likuidator.

d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan.

158 

Santi Lina, “Pembubaran dan Likuidasi dalam Perseroan Terbatas”, http:// entrepreneur muda. Com, Diakses terakhir hari minggu tanggal 22 Mei 2011. 

159


(52)

Dalam hal pembubaran Perseroan terjadi dengan dicabutnya kepailitan , pengadilan niaga sekaligus memutuskan pemberhentian kurator dengan memperhatikan ketentuan dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.160

e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan

insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan

melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.161

Perusahaan pialang berjangka dapat dibubarkan karena disebabkan pencabutan izin oleh BAPPEBTI, pencabutan izin dapat disebabkan oleh perbuatan mal praktek yang dilakukan oleh perusahaan tersebut seperti menyalahgunakan dana nasabah direkening terpisah, tidak mendaftarkan seluruh transaksi ke bursa, tidak memenuhi ketentuan mengenai wakil pialang dan tidak dapat memfasilitasi penyampaian amanat dari nasabah.

Dalam hal terjadi pembubaran Perseroan karena hal diatas:

1). wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; Likuidasi dari perseroan terbatas yang telah bubar wajib diberitahukan kepada semua krediturnya dengan surat tercatat mengenai bubarnya perseroan terbatas. Pemberitahuan tersebut memuat nama dan alamat likuidator; tata cara

160

 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 142 ayat 4  161


(53)

pengajuan tagihan; dan jangka waktu mengajukan tagihan. Perseroan terbatas yang telah bubar, PT tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali terbatas dalam proses likuidasi. Proses pemberesan ini biasa disebut dengan likuidasi. Selama dalam proses likuidasi, Anggaran Dasar perseroan dengan segala perubahannya yang berlaku pada saat perseroan berakhir tetap berlaku sampai pada hari likuidator dibebaskan dari tanggung jawabnya oleh RUPS.

Dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, Likuidator harus mengumumkan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia serta memberitahukan kepada Menteri ( pasal 147 ayat 1). Catatan : Dalam tahap ini Menteri hanya mencatat bahwa Perseroan dalam likuidasi.

Dalam tahap pemberesan harta kekayaan Perseroan, Likuidator wajib mengumumkan dalam Surat Kabar dan BNRI (Berita Negara Republik Indonesia) mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi (pasal 149).

Dan terakhir diadakan RUPS tentang pertangggung jawaban Likuidator dalam melaksanakan proses likuidasi, sekaligus memberikan pelunasan dan pembebasan kepada Likuidator; yang diikuti pengumuman dalam Surat Kabar mengenai hasil akhir proses likuidasi dan pemberitahuan kepada Menteri.(pasal 152 ayat 3)

Setelah itu lalu, Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama Perseroan dari Daftar Perseroan diikuti dengan pengumuman dalam BNRI (pasal 152 ayat 5 jo ayat 8).


(54)

Likuidasi merupakan cara perseroan terbatas yang bubar untuk tetap memenuhi pembayaran kewajibannya terhadap para krediturnya. Adapun tindakan pemberesan tersebut meliputi :

1. Pencatatan dan pengumpulan kekayaan perseroan terbatas. 2. Penentuan tata cara pembagian kekayaan.

3. Pembayaran kepada kreditur.

4. Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.

5. Tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.

2).Perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan Perseroan dalam rangka likuidasi.162

E. Hak Dan Kewajiban Antara Perusahaan Pialang Berjangka Dengan Nasabah.

Suatu perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian mempunyai hak dan kewajiban yang dipikul oleh masing-masing pihak. Lazimnya suatu perjanjian adalah timbal balik atau bilateral. Artinya, suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu, juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikannya kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya itu.163

162

 Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 142 ayat 2  163


(55)

1. Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka

a. Hak-hak perusahaan pialang :

1) Hak Pialang berjangka melikuidasi posisi nasabah.

Nasabah bertanggung jawab memantau /mengetahui posisi terbukanya (posisi dari transaksi yang sedang berlangsung) secara terus menerus dan kewajibannya. Apabila dalam jangka waktu tertentu dana pada rekening nasabah kurang dari yang dipersyaratkan (jumlah tergantung dari Pialang Berjangka), Pialang Berjangka dapat menutup posisi terbuka Nasabah secara keseluruhan atau sebagian, membatasi transaksi, atau tindakan lain untuk melindungi dirinya dalam pemenuhan margin tersebut dengan terlebih dahulu memberitahu Nasabah dan Pialang Berjangka tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat tindakan tersebut.164

2) Pialang berjangka dapat membatasi posisi.

Pialang berjangka berhak untuk membatasi posisi terbuka165 Kontrak Berjangka nasabahnya tanpa pemberitahuan sebelumnya.166

3) Pemindahan Dana.

Pialang Berjangka dapat setiap saat mengambil/mengalihkan dana dari rekening nasabah sehubungan dengan kegiatan transaksi yang dilakukan nasabah

164

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Nomor : 64/BAPPEBTI/Per/1/2009, Pasal 3.

165

 Membatasi Posisi Terbuka maksdunya adalah membatasi jumlah posisi jual atau beli pada transaksi di Bursa Berjangka. Contohnya: seorang nasabah hanya memiliki sisa margin yang cukup untuk membuka 1 posisi di Bursa Berjangka, maka nasabah tersebut tidak bisa membuka 2 posisi karena telah dibatasi oleh Pialang Berjangka.

166


(56)

seperti pembayaran komisi, keterlambatan dalam memenuhi kewajibannya, tanpa terlebih dahulu memberitahukan kepada nasabah. Transfer yang telah dilakukan harus segera diberitahukan secara tertulis kepada nasabah.167

Sedangkan Kewajiban Perusahaan Pialang yaitu:

1) Pialang Berjangka wajib membuat, memelihara, dan menyimpan semua catatan keuangan secara benar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum serta tersedia setiap saat untuk diperiksa, dan catatan transaksi termasuk semua kartu, memo atau rekaman yang berkaitan dengan kegiatan transaksi Kontrak Berjangka, opsi, dan komoditi dipasar fisik.

Hal diatas meliputi semua pesanan yang telah ditransaksikan, kartu transaksi,kartu tanda tangan, buku catatan transaksi,jurnal, buku kas, cek yang dibatalkan, salinan informasi, salinan pernyataan jual beli, Dokumen Perjanjian Pemberian Amanat, Dokumen Pemberitahuan Resiko, dan catatan lainnya yang dibuat berkaitan dengan pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Opsi Komoditi di pasar fisik. Untuk transaksi Opsi harus dicatat informasi mengenai waktu transaksi, transaksi Opsi jual atau beli, waktu jatuh tempo, jumlah transaksi, jenis Opsi, harga patokan, premi, komisi, dan biaya lainnya.168

2) Pialang Berjangka menerima amanat wajib segera mencatat dalam kartu amanat, nama pihak yang memberi amanat, nomor rekening dan data amanat.

167  Ibid 

168

Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 92.


(57)

Kartu Amanat sebagaimana dimaksud diatas, wajib segera diberi tanda waktu terima amanat dengan menggunakan peralatan atau mesin pencatat waktu.169

3) Pialang Berjangka wajib membuat catatan keuangan yang terpisah untuk setiap Nasabah, meliputi uang masuk dan keluar dan semua transaksi Kontrak Berjangka di Bursa Berjangka dalam negeri maupun di luar negeri yang mencakup waktu, harga, jumlah transaksi, dan jenis komoditi.170

4) Pialang Berjangka wajib menyampaikan konfirmasi tentang posisi keuangan Nasabah, mencakup berbagai biaya yang dikeluarkan untuk transaksi dan jasanya kepada Nasabah setiap hari, selambatnya pukul 12.00 hari berikutnya.171

5) Pialang Berjangka wajib membuat konfirmasi sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali kepada Nasabah tentang posisi terbuka Kontrak Berjangka dan harga yang terjadi, laba atau rugi bersih yang belum nyata, semua Dana Nasabah, dan berbagai biaya yang dibebankan kepada Rekening Nasabah Tersebut.172

6) Pialang Berjangka wajib membuat laporan keuangan termasuk perhitungan modal bersih disesuaikan setiap 3 (tiga) bulan dan setiap tahun sesuai dengan bentuk laporan yang ditetapkan oleh BAPPEBTI.

169

Peraturan pemerintah no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi. Pasal 93

170

  Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 94 ayat 1 

171

  Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 94 ayat 2 

172

Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 94 ayat 3


(58)

Laporan Keuangan triwulan sebagaimana dimaksud diatas, wajib disampaikan kepada BAPPEBTI dan Bursa Berjangka paling lambat 45 (empat puluh lima) hari setelah tanggal periode pelaporan berakhir sedangkaan laporan keuangan tahunan, harus ditaati oleh Akuntan Publik dan diserahkan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah berakhirnya tahun laporan.173

7) Pialang Berjangka wajib melaporkan kepada BAPPEBTI keadaan sebagai berikut:

a) Perusahaan Pialang Berjangka akan memulai, menghentikan sementara, membuka kembali, atau memberhentikan secara tetap kegiatannya;

b) Perusahaan Pialang Berjangka yang bersangkutan atau salah satu komisaris, direksi, manajer, atau Wakil Pialang Berjangka sedang dalam proses perkara di pengadilan, dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana dibidang ekonomi atau keuangan atau dinyatakan pailit oleh pengadilan, atau melakukan pelanggaran di bidang perbankan atau sedang dalam proses penyelesaian hutangnya dengan pihak ketiga;

c) Terdapat pengurus perusahaan Pialang Berjangka yang melakukan kegiatan diluar kewenangannya;

d) Terdapat pengurusan perusahaan atau pegawai Pialang Berjangka yang dianggap tidak layak lagi melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi, karena yang bersangkutan bersikap tidak jujur atau tidak adil;

e) Terdapat pengurus Pialang Berjangka yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi;

173

Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 95


(59)

f) Terdapat perubahan kepemilikan saham perusahaan Pialang Berjangka yang melebihi 10% (sepuluh perseratus ) dari jumlah saham yang disetor;

g) Tidak memenuhi batas modal bersih disesuaikan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi; atau

h) Volume transaksi perusahaan Pialang Berjangka untuk Nasabah telah mencapai jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan-undangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi.

Apabila Pialang Berjangka mengetahui terjadinya keadaan sebagaimana dimaksud :

a) huruf a,b,c,d dan huruf e dilaporkan kepada BAPPEBTI selambat-lambatnya 5 (lima) hari sejak diketahui atau dari tanggal permasalahan itu terjadi;

b) huruf f dilaporkan kepada BAPPEBTI paling lambat 15 (lima belas) hari ; dan c) huruf g dan huruf h dilaporkan segera kepada BAPPEBTI.174

8) Pialang Berjangka wajib mempertahankan modal bersih disesuaikan sebagaimana ditetapkan oleh BAPPEBTI.175

9) Pialang Berjangka wajib mengetahui dan memiliki data atau informasi mengenai Nasabahnya meliputi nama, kedudukan dan alamat, pekerjaan dan umur, kemampuan keuangannya, pengetahuan mengenai Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Informasi lainnya yang diperlukan.

174

Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi,. Pasal 96.

175

Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 102


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan untuk menjawab dari permasalahan-permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Pasal 6 huruf r Undang-undang No.32 Tahun 1997 memberikan wewenang kepada BAPPEBTI untuk melindungi kepentingan para pihak dalam kegiatan perdagangan berjangka komoditi, salah satunya yaitu nasabah dari perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan, dengan wewenang yang diberikan oleh Undang-undang kepada BAPPEBTI maka nasabah bisa mendapat perlindungan berupa pengembalian dana milik nasabah yang ada pada Perusahaan pialang berjangka komoditi tersebut.

2. Untuk mendapatkan kembali dana yang ada pada perusahaan pialang berjangka yang dibubarkan sesuai dengan Pasal 61 Undang-undang No.32 Tahun 1997 untuk penyelesaian perselisihan maka diutamakan melalui musyawarah dan memanfaatkan sarana yang disediakan oleh BAPPEBTI yaitu nasabah dari perusahaan pialang berjangka komoditi tersebut dapat langsung meminta ke pialang berjangka, jika usaha untuk meminta langsung ke pialang berjangka tidak berhasil maka nasabah dapat memintanya ke bursa berjangka, namun jika nasabah masih juga belum puas maka dapat meminta kepada BAPPEBTI.


(2)

B. Saran

1. Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) harus lebih ketat dalam mengawasi setiap Pialang Berjangka dan wakil-wakilnya. Karena banyak sekali pialang berjangka yang melakukan pelanggaran sehingga menyebabkan nasabah mengalami kerugian.

2. Untuk meningkatkan perlindungan terhadap nasabah dari perusahaan pialang berjangka seharusnya BAPPEBTI juga ikut bertanggung jawab untuk mengganti kerugian yang diderita oleh nasabah karena perusahaan pialang berjangka komoditi tersebut mendapat izin dari BAPPEBTI, agar kerugian yang diderita oleh nasabah bisa lebih sedikit dibanding kerugian yang didapat seperti penyelesaian-penyelesaian sebelumnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku

Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Peristilahan Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi, Jakarta Maret 1999

,Sejarah & Peraturan, Seri Training Kit, Jakarta, 1999 ,Pengantar & Peraturan, Jakarta , 1999

Hady, Hamdy, Forex For Manager, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2001 Hendarto, Kusumarsono, Belajar Trading, Yogyakarta:Andi,2005

Manan, Bagir, “Perlindungan Debitor dan Kreditor dalam Undang-Undang Kepailitan”, Makalah disampaikan pada Seminar Kepailitan tentang Perlindungan Debitor dan Kreditor dalam Kepailitan Mengahadapi Era Globalisasi, Bandung, 17 Oktober 1998

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 1986

Subekti, Hukum Perjanjian, Cet.14, Jakarta : Intermedia, 1992

Sofyan, Hanafi, Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2000

Sutedi, Adrian, Hukum Perbankan, Jakarta:Sinar Grafika,2010 ,Hukum Kepailitan, Bogor : Ghalia Indonesia, 2009


(4)

The Fei Ming, Day Trading Valuta Asing Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2000

Widjaja Gunawan, Almira Prajna Ramaniya, Reksa Dana dan Peran Serta Tanggung jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal, Jakarta: Prenada Media Group, 2006

Wahyu, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta:Sinar Grafika, 2008 Widoatmodjo, Sawidji, Cara Cepat Memulai Investasi Saham, (Jakarta : PT. Elex

Media Komputindo, 2004

B.Tesis

H.Achmad Busro,“Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Investasi Antara Investor Dengan Perusahaan Pialang Berjangka”, Semarang, Program Studi Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2008.

C.Makalah

Kementrian Perdagangan, “Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Di Indonesia”, Makalah disampaikan pada seminar Perdagangan Berjangka, Jakarta,28 Januari 2010

D.Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Komoditi Berjangka


(5)

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Nomor : 64/BAPPEBTI/Per/1/2009 tentang Ketentuan Teknis Prilaku Pialang Berjangka dan Penasihat Berjangka.

Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Pedagangan Berjangka Komoditi Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

E Kamus

Poerwadarminta, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999.

F.Internet

Andhyka, “Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas”, http:// indonesia membangun. com, Diakses terakhir hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2011

CRM, “Bappebti Mencabut Status Keanggotaan Dea U Trade di Bursa Berjangka”,  www.hukumonline.com, terakhir diakses pada hari Senin, tanggal 23 Mei 2011.

Detik,”Bappebti Bekukan Dua Pialang di Triwulan I-2011” , www.liputan-berita.com, Diakses terakhir hari Selasa Tanggal 7 Juni 2011.

http://www.google.co.id/#hl=id&q=hak+perusahaan+pialang+&meta=&aq=f&oq =hak+perusahaan+pialang+&fp=f4ec9b8c46474e66, Diakses terakhir hari Selasa, tanggal 27 Januari 2010.

http://groups.yahoo.com/group/free_speech/message/6944, diakses terakhir pada hari Minggu, tanggal 8 Mei 2011


(6)

Jusuf Patrich, “Praktek Pelaksanaan Pembubaran”, http:// notarissby. blogspot. Com , Diakses terakhir hari minggu, tanggal 22 Mei 2011.

Taufik,Bintang, “Surat Peringatan”, www.blogbintang.com, Terakhir diakses hari Selasa Tanggal 7 Juni 2011. 

www.bursaberjangka.blogspot.com Diakses terakhir pada hari Sabtu, tanggal 26 Maret 2011

www.jianibnuzab.blogspot.com Diakses terakhir pada hari Sabtu, tanggal 19 Pebruari 2011.

www.bappebti.go.id Diakses terakhir pada hari, Sabtu tanggal 26 Maret 2011. www.paguyubantrading.blogspot.com Diakses terakhir pada hari Sabtu, tanggal

19 Pebruari 2011.

www.repubika.co.id, diakses terakhir terakhir tanggal 4 Maret 2011.