Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Atas Perbuatan Pialang Saham Yang Tidak Beritikad Baik

9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, memerlukan
pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Banyak negara yang
sudah menyadari bahwa pasar modal merupakan suatu sarana yang bernilai positif
dan produktif guna mendorong perekonomian negaranya masing-masing. Di samping
itu, pasar modal merupakan alternatif baru bagi para pemodal untuk melakukan
investasi. Berbagai alternatif investasi yang telah ada seperti perbankan, properti, dan
komoditi para pemodal dapat melakukan pilihan-pilihan investasi secara tepat serta
memberikan manfaat terbaik. 1
Kegiatan pasar modal hampir di seluruh belahan dunia sudah tidak mengenal
lagi batas waktu dan negara. Perkembangannya saat ini dapat dipantau secara
nasional dan global dari waktu ke waktu, sehingga tidak menutup kemungkinan bagi
pasar modal suatu negara dapat menjadi tujuan investasi bagi investor negara lain,
dan biasanya melibatkan dana yang tidak sedikit. Situasi dan kondisi yang demikian
tentu saja memiliki konsekuensi bagi para pelaku pasar modal yang ingin tetap eksis
dan ingin meraih kesempatan untuk diakui sebagai pemain kelas dunia dengan


1

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: Alumni
2008), hal.3

10

menunjukkan komitmen untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan atau aturan main
yang lazim berlaku secara global. 2
Meskipun kegiatan pasar modal bertujuan untuk mendapatkan keuntungan,
namun semua kegiatan tersebut tidak terlepas dari kemungkinan ada resiko, berarti
kegiatan di pasar modal merupakan mata uang atau koin yang bermuka dua. Satu sisi
akan memberikan keuntungan, sisi lain kegiatan dihadapkan pada resiko. Oleh karena
itu diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup, serta naluri bisnis untuk
menganalisa efek mana yang akan dibeli dan efek mana yang akan dijual, di samping
mempunyai dana atau modal. 3
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan baik berupa obligasi, saham, reksa dana, dan
sebagainya. Pasar modal pada dasarnya mirip dengan pasar pada umumnya, yaitu

tempat bertemunya penjual dan pembeli, perbedaannya adalah pada komoditas yang
diperdagangkan. Semua yang diperjualbelikan di pasar modal diharapkan akan
mendapatkan keuntungan pada masa yang akan datang. 4
Proses jual beli di pasar modal seperti yang telah disebutkan di atas mengenai
surat-surat berharga dapat dikatakan sebagai bentuk jual beli yang tidak berdiri
sendiri, hal ini dikarenakan dalam prosesnya dibantu oleh pihak-pihak lain. Sebut saja
penjamin emisi efek yang merupakan pihak paling banyak terlibat membantu emiten

2

Tim Studi Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal Dan
Lembaga Keuangan “ Kajian Perilaku Perusahaan Efek Dalam Menjalankan Kegiatan Sebagai
Perantara Pedagang Efek” tahun 2010, hal: 1
3
Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990),
hal: 15
44
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Perspektif Hukum Ekonomi Islam, (Yogyakarta:
UII Press, 2001), hal.9


11

dalam rangka penerbitan saham. 5 Perusahaan yang telah siap untuk melakukan
penawaran umum akan menawarkan saham kepada masyarakat dan masyarakat dapat
membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. 6
Setelah tahapan penawaran umum dilaksanakan atau sering juga disebut dalam
pasar perdana, kemudian perusahaan akan melangkah ke tahapan selanjutnya yaitu
memasuki pasar sekunder. Disinilah proses jual beli saham yang dilakukan oleh para
investor ataupun emiten lainnya yang ada di bursa efek dan disini pula peran dari
pialang saham sangat menentukan dalam bertransaksi di pasar modal. 7
Melakukan transaksi perdagangan saham di bursa efek pada prinsipnya dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu; dengan bantuan pialang saham dan tanpa bantuan
pialang saham. Dengan bantuan pialang saham dapat dilakukan oleh pialang dengan
cara pialang saham melakukan proses jual beli saham di lantai bursa (trading floor)8
ataupun dengan cara remote trading dimana sistem perdagangan jarak jauh yang
memungkinkan order transaksi di kantor perusahaan efek dimana saja langsung
dikirim ke sistem perdagangan bursa efek tanpa harus melalui terminal milik
perusahaan efek yang ada di lantai bursa. 9 Untuk tanpa bantuan pialang saham,
investor dapat melakukan transaksi secara langsung ke bursa dengan kata lain
investor dapat melakukan jual-beli saham secara langsung dengan menggunakan

5

Iswi Hariyani, R, Serfianto, dkk, Merger, Konsolidasi, Akuisisi & Pemisahan Perusahaan:
Cara Cerdas Mengembangkan & Memajukan Perusahaan, (Jakarta: Visimedia, 2011) , hal. 295
6
Ibid, hal. 296
7
Widhoatmodjo Sawidji, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, (Jakarta: PT Jumalindo
Aksara Grafika, 1996), hal: 28
8
Bursa Efek Indonesia, “Proses Pelaksanaan Perdagangan di Bursa”, dalam
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/mekanismeperdagangan/saham.aspx. Diakses pada
tanggal 19 Agustus 2014
9
Jaka E. Cahyono, Investing in JSZ Now? No, I’m Not That Fool: Another 22 Strategi dan
Teknik. Meraih Untung di Bursa Saham, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2002), hal. 193

12

perangkat keras seperti gadget yang dapat dijadikan media bertransaksi. Investor

dapat memilih kedua cara di atas namun keduanya memiliki sisi kelemahan masingmasing. Akan tetapi di Indonesia, online trading menjadi permasalahan karena
kecepatan eksekusinya tidak terlalu bagus. Akses onlie trading mengalami lambat
dalam proses transaksi apalagi lokasi nasabah dengan sever JATS jauh . 10
Alasan jaringan akses di atas senada dengan apa yang dinyatakan oleh M.
Pintor Nasution sebagai

Head of Capital Market Information Center – Medan

Marketing Division dari Bursa Efek Indonesia, bahwa online trading terkadang
menjadi masalah

ketika akses internet sedang lambat oleh karena itu untuk

menghindari kendala ini M. Pintor Nasution menyarankan agar transaksi jual beli
saham sebaiknya dilakukan dengan bantuan pialang saham. 11
Pada pokoknya pialang saham bukan merupakan profesi sembarangan, untuk
dapat melakukan perdagangan pada suatu bursa efek, pialang saham umumnya harus
terdaftar sebagai anggota pada bursa efek yang bersangkutan. Ketentuan keanggotaan
suatu bursa efek biasanya ditetapkan oleh Otoritas bersama Self Regulatory
Organization (SRO) dimana bursa efek berada. Di Indonesia Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) merupakan lembaga pengawas pasar modal (otoritas) dan Bursa Efek
Indonesia (BEI) merupakan lembaga self regulatory organization, serta ditunjang
oleh Kliring dan Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI).

10

Gregorius Sihombing, Kaya dan Pinter Jadi Trader & Investor Saham, (Yogyakarta:
Indonesia Cerdas, 2008), hal. 152
11
Hasil wawancara dengan M. Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation Center –
Medan Marketing Division, Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Juni 2014

13

Peran pialang saham kepada investor adalah

membantu investor dalam

menilai saham mana yang cocok dengan keadaan keuangan si investor dan pilihan

keuntungan serta tingkat keberanian investor untuk mengambil resiko. Para pialang
saham akan memberikan nasehat dan saran-saran mereka, serta biasanya juga akan
melaksanakan keinginan investor untuk membeli atau menjual sekuritas tertentu.
Peran pialang saham tersebut dilakukan ketika investor memang hanya menggunakan
jasa perantara, maka apa yang dilakukan pialang saham terhadap investor dapat
digolongkan sebagai bisnis kepercayaan. Dengan demikian adanya persyaratan
kejujuran dan integritas moral yang tinggi sangat diperlukan dalam melaksanakan
amanat dari investor. Hilangnya kepercayaan nasabah berarti hilangnya peluang
bisnis perusahaan efek bahkan lebih dari itu dapat merusak tujuan dan sistem pasar
modal itu sendiri. Disinilah dituntut profesionalisme para pialang saham yang harus
dapat menimbulkan kepercayaan investor. Perlindungan dan kepastian hukum bagi
setiap pelaku pasar modal sangat mutlak dibutuhkan. 12
Hubungan antara investor dengan pialang saham merupakan hubungan yang
saling menguntungkan, ketika investor mendapatkan jasa dari seorang pialang saham
maka pialang saham tersebut akan mendapatkan komisi tertentu atas transaksi
tersebut. Besarnya komisi yang diterima oleh pialang saham adalah sebesar 0,3% atau
paling besar 1%. 13 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjalin
antara investor dengan pialang saham merupakan hubungan simbiosis mutualisme.

12


Jusuf Anwar, Op. Cit, hal: 20
Johar Arifin dan A. Fauzi, Cara Cerdas Merancang dan Menghitung Pensiun dengan Excel,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007), hal. 177
13

14

Bentuk kepercayaan yang diberikan oleh seorang investor kepada pialang
saham selain untuk melakukan jual-beli saham, terdapat kepercayaan lainnya yaitu
seorang pialang saham dapat keluar masuk ke dalam rekening investor, karena tanpa
ini pialang saham tidak dapat melakukan proses jual beli saham. Walaupun
penggunaan dana yang ada di dalam rekening saham milik investor membutuhkan
persetujuan dari investor terlebih dahulu, akan tetapi keleluasaan ini adalah suatu
bentuk kepercayaan yang diberikan oleh investor kepada pialang saham yang
terkadang disalahgunakan.
Keleluasaan yang dimiliki oleh pialang saham untuk memasuki rekening
saham milik seorang investor ini menjadi bomerang tersendiri bagi investor karena
terdapat pialang-pialang saham nakal yang dengan sengaja menggunakan dana
nasabah untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan dari perusahaan yang

diwakilinya. Tanpa ada persetujuan dari investor, pialang saham menggunakan
sejumlah dana nasabah tersebut untuk membeli saham. 14 Berdasarkan informasi dari
M. Pintor Nasution terdapat kasus dimana pialang saham menggunakan dana investor
tanpa sepengetahuan investor tersebut. Investor mengetahui dananya diambil ketika
investor melihat dananya telah terjadi pengurangan. 15
Selain itu, pialang saham juga berperilaku tidak jujur dengan mendahulukan
kepentingan pribadinya dari pada mendahulukan kepentingan investor. Sebagai
contoh, ketika ada saham yang dinilai memberi keuntungan besar apabila saham

14

Hasil wawancara dengan M. Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation Center –
Medan Marketing Division, Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Juni 2014
15
Hasil wawancara dengan M. Pintor Nasution, Head of Capital Market Infotmation Center –
Medan Marketing Division, Bursa Efek Indonesia tanggal 16 Juni 2014

15

tersebut dibeli. Di saat yang bersamaan, investor berkeinginan membeli saham

tersebut, namun karena ketidakjujuran dari pialang saham maka pada akhirnya apa
yang diperintahkan oleh investor tersebut tidak menjadi prioritas dari pialang saham.
Pada dasarnya terdapat beberapa peraturan yang telah dikeluarkan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, atau biasa disebut Bapepam-LK,
diantaranya peraturan Nomor V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek (PPE), Peraturan Nomor V.D.1
Tentang Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai Perusahaan Efek dan Peraturan
OJK Nomor 1/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Aturan-aturan ini mengatur mengenai bagaimana dan apa-apa saja yang seharusnya
dilakukan oleh pialang saham terhadap investor. Akan tetapi bagaimana pun, tetap
saja ada perilaku dari pialang saham yang tidak dapat dikendalikan yang mana
pengawasan tidak selalu dapat menyentuk seluruh pialang saham di Indonesia.
Tindakan pialang saham yang tidak beritikad baik seperti; membocorkan
kerahasiaan investor yang meminta jasa Pialang Saham untuk menjual sahamnya,
membocorkan rahasia investor kepada investor lainnya, sehingga menyebabkan
investor dirugikan, atau pialang saham yang juga memiliki saham dalam perusahaan
efek tersebut rentan lebih mendahulukan kepentingan diri pialang saham dari pada
investor yang telah memberi kuasa kepada pialang saham untuk melakukan
pembelian saham atau penjualan saham milik investor tersebut pada dasarnya telah
melanggar kode etik yang dibuat oleh Bapepam-LK yang diantaranya Peraturan

Nomor V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Sebagai

16

Perantara Pedagang Efek (PPE) dan Peraturan Nomor V.D.1 tentang Pengawasan
Terhadap Wakil dan Pegawai Perusahaan Efek
Terdapatnya tindakan pialang saham yang telah melanggar aturan-aturan yang
telah dibuat oleh Bapepam-LK tersebut serta kode etik yang ada, menjadi ulasan yang
sangat penting dan sangat menarik untuk dianalisis atas jenis-jenis tindakan pialang
saham yang tidak beritikad baik sehingga merugikan investor dan bagaimana
perlindungan hukum yang diberikan oleh peraturan-peraturan pasar modal di
Indonesia atas tindakan tidak beritikad baik tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penulisan ini
merumuskan tiga permasalahan yang diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggungjawab hukum pialang saham kepada investor pada
kegiatan di Pasar Modal?
2. Bagaimana bentuk – bentuk perbuatan pialang saham yang tidak beritikad
baik?
3. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan
pialang saham yang tidak beritikad baik?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dari rumusan permalahan di atas, maka yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tanggungjawab hukum pialang dalam memperantarai
hubungan emiten dengan investor pada kegiatan di pasar modal

17

2. Untuk mengetahui bentuk - bentuk perbuatan pialang saham yang tidak
beritikad baik
3. Untuk mengetahui ketentuan perundang-undangan terkait dengan bentuk bentuk perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham
yang tidak beritikad baik

D. Manfaat Penelitian
Dalam kegiatan penelitian ini memberikan sejumah manfaat bagi semua
Pihak, yang dapat dikelompokkan dalam dua bagian yakni:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat yakni bahan kajian penelitian lebih
lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum serta dapat memberikan
manfaat menambah khasanah ilmu hukum dalam Pasar Modal berkenaan dengan
perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham yang tidak
beritikad baik
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan informasi kepada praktisi hukum, perusahaan
sekuritas, investor, emiten, Otoritas Jasa Keuangna, Bursa Efek Indonesia serta
pelaku pasar modal secara keseluruhan berkenaan dengan perlindungan hukum
terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham yang tidak beritikad baik.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dari penelusuran yang telah dilakukan di
Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Fakultas Hukum

18

Universitas Sumatera Utara oleh peneliti, maka penelitian ini dengan judul “Analisis
Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Atas Perbuatan Pialang Saham Yang Tidak
Beritikad Baik” belum pernah ada yang melakukan penelitian ini sebelumnya namun
ada beberapa tesis terdahulu yang menyangkut dengan masalah pialang yaitu:
1. Purnama Sari Putri (037005066) dengan judul “Tanggung Jawab Pialang Dalam
Perdagangan Saham di Dalam Pasar Modal”
2. Megarita (057005013) “Perlindungan hukum terhadap pembeli saham yang
digadaikan dalam kaitannya dengan perjanjian kredit”
3. Parlin Dony Sipayung (077005088) “Perlindungan Hukum Bagi Investor terhadap
penghentian perdagangan saham emiten di Pasar Modal Indonesia”
4. Syarief Oesman Ahimsa (037005050) “Perlindungan Hukum Bagiinvestor
Terhadap Praktek Insider Trading Dalam Perdagangan Saham Di Bursa Efek”
Meskipun demikian permasalahan dan penyajian dari penelitian ini tidaklah
sama dengan penelitian tersebut khususnya penelitian yang dilakukan oleh Purnama
Sari Putri. Dalam penelitian terdahulu membahas tanggung jawab pialang saham atas
prinsip keterbukaan kepada investor serta tanggung jawab hukum dan perlindungan
yang diberikan kepada investor sebagai akibat adanya fakta material yang
menyesatkan dari pialang saham, sedangkan dalam penelitian ini membahas
mengenai perbuatan dari pialang saham yang tidak beritikad baik dimana bentuk
tidak itikad baik ini bukan tidak hanya mengenai memberikan informasi jelas (prinsip
keterbukaan) tetapi terdapat beberapa jenis dari bentuk tidak itikad baik. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan tindakan tidak

19

tidak baik serta mengklasifikasikan jenis-jenis dari tindakan tidak beritikad baik
tersebut.
Penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur,
rasional, objektif, dan terbuka, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
kebenaranya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran yang
membangun, dan apabila dikemudian hari ternyata telah melanggar asas-asas
keilmuan, maka peneliti bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

F. Kerangka Teori dan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori
perlindungan hukum, Indonesia mengukuhkan dirinya sebagai negara hukum yang
tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3 yang berbunyi:
Indonesia adalah negara hukum, Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
hukum, dengan sendirinya perlindungan hukum menjadi unsur esensial serta menjadi
konsekuensi dalam negara hukum. Negara wajib menjamin hak-hak hukum warga
negaranya. Perlindungan hukum merupakan pengakuan terhadap harkat dan martabat
warga negaranya sebagai manusia. Karena itu Teori Perlindungan Hukum ini menjadi
sangat penting.
Teori Perlindungan Hukum yang berkembang atau yang sering dipakai adalah
teori perlindungan hukum dari Philipus M Hadjon dalam bukunya yang berjudul
Pelindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia – Sebuah Buku Tentang Prinsip-

20

prinsipnya, Penanganannya dan Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum
dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara.
Menurut peneliti belum ada Teori Perlindungan Hukum lain yang lebih
general atau berlaku umum. Maksudnya belum ada yang mengemukakan pendapat
tentang perlindungan hukum yang tidak menitikberatakan pada hukum tertentu.
Karena banyak yang mengemukakan tentang teori perlindungan hukum tetapi
menitikberatkan pada hukum tertentu, seperti Hukum Perlindungan Konsumen,
Perlindungan hukum terhadap saksi, Perlindungan Anak, Perlindungan terhadap Hak
atas Kekayaan Intelektual, dan lain-lain. Semua teori tersebut selalu merujuk pada
Teori Perlindungan Hukum milik Philipus M Hadjon. Oleh karena teori-teori
Perlindungan Hukum yang ada menitikberatkan atau lebih mengkhususkan pada
hukum tertentu, maka belum ada juga pengertian tentang perlindungan hukum yang
general atau berlaku umum.
Menurut Philipus M Hadjon, yang mengemukakan prinsip negara hukum
Pancasila:
a) Adanya hubungan hukum antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas
kerukunan;
b) Hubungan fungsional yang proposional antara kekuasaan-kekuasaan Negara;
c) Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan
sarana terakhir;
d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban. 16
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang

16

Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), hal: 37

21

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.
Aspek dominan dalam konsep barat tertang hak asasi manusia menekankan
eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan statusnya
sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan di atas semua organisasi
politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat. Karena konsep ini,
maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat tentang hak-hak asasi
manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian dengan masuknya hak-hak
sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural, terdapat kecenderungan mulai
melunturnya sifat indivudualistik dari konsep Barat.
Perumusan prinsi-prinsip perlindungan hukum di Indonesia, landasannya
adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum
bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep rechtstaat dan ”Rule of The
Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka berfikir dengan
landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip
pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber
pada Pancasila.
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan
bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia karena menurut sejarahnya di barat, lahirnya konsep-konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada

22

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. 17 Atas
dasar ini, perlindungan hukum terhadap tindakan pialang saham yang tidak beritikad
baik sebagai dasar dari hak-hak asasi manusia dapat merujuk kepada Peraturan OJK
Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.
Perlindungan konsumen yang dimaksud adalah perlindungan terhadap Konsumen
dengan cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan.
Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan, investor dalam hal ini disebut sebagai konsumen,18
sedangkan pialang efek yang merupakan perwakilan dari perusahaan sekuritas adalah
sebagai pelaku usaha dalam sektor jasa keuangan. 19
Jika dilihat dari sarananya perlindungan hukum dibagi menjadi dua, yaitu
sarana perlindungan hukum preventif dan sarana perlindungan hukum represif.
Menurut Philipus M Hadjon, di Indonesia belum ada pengaturan secara khusus
mengenai sarana perlindungan hukum preventif. Hukum preventif merupakan
serangkaian upaya tindakan yang dimaksudkan sebagai pencegahan agar tidak terjadi
pelanggaran atau penyimpangan ketentuan yang ada. 20
Penegakaan hukum preventif ini dapat dilakukan dengan memberikan bekal
pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat maupun pihak-pihak yang berkaitan
dengan masalah perlindungan hukum atas investor terhadap perbuatan pialang saham

17

Ibid, hal. 38
Pasal 1 angka 2 Peraturan OJK Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan
19
Pasal 1 angka 1 Peraturan OJK Nomor 01/POJK/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan
20
Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan: Problem dan Upaya Pembenahan, (Jakarta: Grasindo, 2009),
hal. 111
18

23

yang tidak beritikad baik agar memahami apa yang diinginkan oleh pembuat
perundang-undangan.
Philipus M Hadjon lebih menitikberatkan kepada sarana perlindungan hukum
yang represif, seperti penanganan perlindungan hukum di lingkungan Peradilan
Umum. Ini berarti bahwa perlindungan hukum baru diberikan ketika masalah atau
sengketa sudah terjadi, sehingga perlindungan hukum yang diberikan oleh Peradilan
Umum bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Begitu juga dengan teori-teori lain
yang menyinggung tentang perlindungan hukum juga membahas sarana perlindungan
hukum yang bersifat represif. 21
Perwujudan sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif dapat dilihat
dalam peraturan mengenai, perlindungan hukum terhadap investor dalam Pasar
Modal, contohnya Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal. Perlindungan hukum yang diberikan berkaitan dengan investor dalam pasar
modal, sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan No: 1/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan
apabila pialang saham melakukan tindakan yang merugikan investor. Dengan adanya
perlindungan hukum, Investor dapat melaksanakan aktifitas pasar modalnya dengan
perasaan aman dan nyaman. Tetapi di lain pihak, investor harus melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagai investor terhadap peratuaran perundang-undangan yang
berlaku.
Perwujudan lain mengenai sarana perlindungan hukum yang bersifat preventif
dalam pelaksasaanya yaitu dalam pembuatan perjanjian atau kontrak, antara investor
21

Ibid

24

dengan Pialang Saham atau PPE. Dalam hukum perdata Indonesia mengenal apa
yang dinamakan asas kebebasan berkontrak, yang tercantum dalam Pasal 1338 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Disana dikatakan bahwa kedua belah
Pihak yang mengadakan perjanjian, dapat menetukan sendiri apa isi dari perjanjian
tersebut, dan apa yang tertuang dalam perjanjian tersebut akan menjadi undangundang bagi Pihak yang bersangkutan dengan perjanjian tersebut.
Oleh karena itu perjanjian atau kontrak harus dibuat dengan kesepakatan
bersama kedua belah Pihak dan harus mewakili kepentingan kedua belah Pihak, tidak
boleh berat sebelah. Ketika membuat perjanjian juga harus di cantumkan klausula
mengenai kejadian-kejadian yang tidak diduga di masa akan datang yang mungkin
terjadi, termasuk juga mengenai penyelesaian sengketa jika terjadi sengketa di
kemudian hari, serta mengenai pilihan hukum yang dihendaki bersama kedua belah
Pihak. Ini menunjukkan bahwa ada perwujudan perlindungan hukum yang preventif.
Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyebutkan “Suatu perjanjian harus
dilakukan dengan itikad baik”. Pasal ini bermakna perjanjian yang telah disepakatai
oleh para Pihak harus dilaksanakan sesuai dengan kepatutan dan keadilan. Secara
teoritis itikad baik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 22
a. Itikad baik subjektif, yaitu sebelum perjanjian dilaksanakan para Pihak harus
menunjukkan kejujuran. Biasanya itikad baik subjektif ada pada tahap negosiasi,
dimana para Pihak secara terbuka memberikan informasi yang sesungguhnya
tentang siapa dirinya dengan memberikan bukti berupa dokumen tentang dirinya
(misalnya dokumen anggaran dasar jika Pihak dalam perjanjian adalah badan
hukum PT) dan Pihak lain wajib memeriksa dengan teliti)
b. Itikad baik objektif, yaitu pada saat pelaksanaan perjanjian harus sesuai dengan
kepatutan atau keadilan
22

Antari Innaka, Sa’ida Rusdiana dan Sularto, Penerapan Asas Itikad Baik Tahap Prakontraktual
Pada Perjanjian Jual Beli Perumahaan, (Yogyakarta: UII Press, 2011), hal: 505

25

Apabila memahami pengertian asas itikad baik diatas, maka akan dapat
disimpulkan bahwa tidak itikad baik adalah sebelum perjanjian dilaksanakan para
Pihak tidak menunjukkan kejujuran. Tidak itikad baik secara subjektif akan
bermakna, para Pihak tidak akan secara terbuka memberikan informasi yang
sesungguhnya tentang siapa dirinya dengan tidak memberikan informasi apapun
seperti berupa bukti dokumen. Tidak itikad baik secara objektif akan bermakna pada
saat pelaksanaan perjanjian tidak sesuai dengan kepatutan atau keadilan.

23

Pengertian yang diberikan terkait tidak itikad baik yang merupakan lawan frase
dari itikad baik adalah asas yang seharusnya tidak dapat diterapkan di dalam kegiatan
bisnis di Indonesia. Perjanjian seharusnya memiliki itikad baik dari kedua belah
Pihak yang melakukan perjanjian tersebut, hal ini bertujuan untuk kesuksesan dari
tujuan perjanjian tersebut dibuat.
Antara nasabah dengan pialang saham pada prinispnya telah terjalin hubungan
perjanjian dimana pialang saham merupakan Pihak yang dapat melakukan eksekusi
jual beli saham (berdasarkan perintah nasabah) apabila nasabah tidak dapat
melakukan ekseksui jual beli saham), namun apabila pialan saham sudah tidak
beritikad baik dalam hal ini tidak itikad baik secara objektif maka pelakasanaan untuk
eksekusi jua beli saham tidak akan berjalan dengan kepatutan atau keadilan. Dengan
memahami teori asas tidak itikad baik maka akan mengetahui berupa tindakan dari
pialanh saham khususnya tidak itikad baik secara objektif yaitu disaat pelaksanaan
perjanjian antara pialang saham dengan nasabah.

23

Ibid

26

2. Konsepsional
Bagian kerangka konsepsional ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan konsep yang digunakan dalam penelitian ini, agar secara operasional
diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan sesuai dengan
judul penelitian ini, adapun penjelasan konsepsional sebagai berikut:
a. Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia
yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat
agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.24
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang
saham yang tidak beritikad baik, sebagaimana yang diatur di dalam Undangundang Pasar Modal, para pialang saham diberi batasan dalam melakukan
penjualan saham milik investor, dan ketentuan tersebut merupakan bentuk
perlindungan hukum terhadap investor. Dengan merujuk kepada Pasal 1 angka 3
Pasal 1 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No: 1/POJK.07/2013, maka
perlindungan hukum terhadap nasabah adalah perlindungan terhadap konsumen
dengan cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan.
b. Investor adalah pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di
perusahaan yang melakukan emisi, 25 pada umumnya investor dibagi menjadi dua,
yaitu investor individual (individual / retail investors), dan investor intitusional
(intitutional investors), investor individual terdiri dari individu-individu, yang

24

Satjipto Raharjo. Penyelenggaraan Keadilan dalam Masyarakat yang Sedang Berubah.
(Jakarta: Jurnal Masalah Hukum, Vol.III/No-01/April/1993), hal: 39
25
Eduardus Tandelilin, “Portopolio dan Investasi Teori dan Aplikasi” (Yogyakarta: Kanisius
2010), hal: 2-3

27

melakukan aktifitas investasi, sedangkan investor intitusional biasanya terdiri dari
perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana, lembaga dana pensun
mau pun perusahaan investasi. 26
c. Pialang saham biasa disebut dengan Perantara Pedagang Efek (PPE), atau juga
disebut, Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), seringkali disebut juga broker
dealer. PPE adalah Pihak yang mewakili jual beli efek untuk kepentingan sendiri
ataupun Pihak lain, 27
d. Perbuatan tidak beritikad baik adalah suatu ketidak jujuran, bermaksud untuk
menggelapkan, dengan curang dalam melakukan perjanjian dengan seseorang. 28
Dalam proses penjualan saham oleh pialang saham, Pasal 38 Undang-undang
Psar Modal

menjelaskan bahwa PE

yang

bertindak sebagai PPE dilarang

melakukan transaksi atas Efek yang tercatat pada Bursa Efek untuk Pihak
terafiliasi atau kepentingan sendiri apabila nasabah yang tidak terafiliasi dari PE
tersebut telah memberikan instruksi untuk membeli dan atau menjual Efek yang
bersangkutan dan PE tersebut belum melaksanakan instruksi tersebut. Larangan
tersebut berlaku bagi PE yang bertindak selaku PPE dalam hal yang bersangkutan
akan membeli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak terafiliasinya di mana
pada saat yang bersamaan terdapat pesanan beli dari Pihak yang tidak terafiliasi
dengan persyaratan transaksi Efek yang sama atau lebih tinggi dari persyaratan
transaksi Efek untuk kepentingan PPE yang bersangkutan atau Pihak terafiliasinya.
26

Ibid
Mohammad Samsul, “Pasar Modal dan Managamen Portopolio” (Bandung: Erlangga
2006), hal: 98
28
Saduran dari bahasa asli bad faith: deceit, intent to defraud, dishonesty in dealingwith
someone Kamus oxford advanced learner’s dictionary
27

28

Akan tetapi, dalam hal PPE dimaksud membeli Efek dengan persyaratan transaksi
Efek yang lebih tinggi dibandingkan dengan persyaratan yang diajukan oleh Pihak
yang tidak terafiliasi, PPE dimaksud dapat membeli Efek tersebut, baik untuk
kepentingan dirinya sendiri maupun Pihak terafiliasinya.
e. Nasabah

menurut

Peraturan

Bank

Indonesia

No.7/7/PBI/2005

jo

No.

10/10/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah Pasal 1 angka 2 yang
adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak memiliki
rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan transaksi keuangan
(walk-in customer). Nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening
simpanan atau pinjaman pada bank˝ 29
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan
maupun teknologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologi dan konsisten, melalui
proses penelitian tersebut diadakan analisa dan kontruksi data yang telah
dikumpulkan. 30
Oleh karena penelitian merupakan suatu sarana ilmiah bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metodolgi penelitian yang ditetapkan harus
senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. 31

29

Saladin Djaslim, Dasar-dasar Manajemen Pemasaran Bank, (Jakarta : CV Rajawali, 1994),

hal: 32
30

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pres, 2005) hal: 5-6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal: 64
31

29

1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah penelitian
yuridis normatif yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaedahkaedah hukum atau norma-norma. 32 dalam hal ini tentu yang berkaitan dengan
perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang saham yang tidak
beritikad baik, dengan melakukan riset di Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek
Indonesia sebagai sumber data primer. Penelitian normatif dapat dikatakan juga
dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi
terhadap pengertian-pengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum,
subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek
hukum. 33
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analisis. Penelitian deskriptif analisis
adalah penelitian dengan penelusuran dokumen atau lebih banyak dilakukan terhadap
data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah suatu pendekatan yang
dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang berkaitan dengan perlindungan
hukum terhadap investor atas pialang saham yang tidak beritikad baik, dan
Pendekatan analitis (analytical approach) memiliki arti bahwa suatu pendekatan yang
dilakukan demi mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat di dalam
peraturan perundang-undangan, dengan demikian peneliti akan memperoleh

32

Jhony Ibrahim, Teori dan metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia,
2008) hal: 282
33
Ibid

30

pengertian atau makna baru dari istilah-istilah hukum dan menguji penerapannya
secara praktis dengan menganalisis putusan-putusan hakim. 34
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang didukung
oleh data primer. Data skunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
skunder, bahan hukum tertier yaitu :
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan-aturan
hukum yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau peraturan perundangundangan, seperti KUH Perdata, KUH Dagang, Undang-undang Pasar Modal No. 8
Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Peraturan Pemerintah dan Peraturan yang telah
dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, atau biasa
disebut Bapepam-LK, diantaranya peraturan Nomor V.E.1 Tentang Perilaku
Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek (PPE)
dan Peraturan Nomor V.D.1 Tentang Pengawasan Terhadap Wakil dan Pegawai
Perusahaan Efek, yang dianggap perlu ditinjau kembali mengingat peraturanperaturan tersebut dikeluarkan tahun 1996.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku,
jurnal-jurnal, pendapat-pendapat sarjana yang bertujuan untuk menjelaskan mengenai
bahan hukum primer tersebut.
34

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 188

31

c. Bahan hukum tertier
Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum,
ensiklopedia dan sebagainya.
Data sekunder tersebut didukung oleh data primer yang diperoleh melalui
wawancara terhadap Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia dan BNI
sekuritas yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah atas
perbuatan pialang saham yang tidak beritikad baik.

3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mencakup analisis data maka data sekunder dikumpulkan dari studi
pustaka dengan mengumpulkan alat pengumpulan data berupa studi pustaka dan,
studi dokumen, yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan
indentifikasi data. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut
selanjutnya akan dipilih guna memperoleh peraturan-peraturan di dalam undangundang terkait, yang berisi kaedah-kaedah hukum yang kemudian dihubungkan
dengan permasalahan yang dihadapi dan disistematikakan sehingga menghasilkan
klasifikasi yang selaras dengan penelitian ini.
Penelitian ini juga mengumpulkan data, dokumen-dokumen yang relevan
dimana yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia yang
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah atas perbuatan pialang
saham yang tidak beritikad baik.

32

Data skunder tersebut didukung oleh data primer yang diperoleh dari
wawancara, dengan bentuk menyampaikan pertanyaan-pertanyaan seputar tindakan
pialang saham yang tidak beritikad baik terhadap nasabah, oleh

nara sumber

yaitu Pusat Informasi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan sekuritas.

4. Analisis Data
Data sekunder baik berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
yang diperoleh dan dianalisi secara normatif, analisis tersebut dilakukan dengan
mengkaji Peraturan-peraturan dan undang-undang yang ada dengan permasalahan
yang ada dan selanjutnya membuat sistematika dalam bentuk kaidah

hukum

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada sehingga menghasilkan
klasifikasi yang relevan.
Data yang dipersoleh dari hasil penelitian dikelompokkan menurut
permasalahan yang selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif. Analisa secara
kualitatif dimaksudkan untuk menganalisa dengan penjelasan dalam bentuk kalimat
bukan dengan angka-angka. Berdasarkan analisa terhadap substansi pembahasan
dalam penulisan ini, maka dapat dilakukan penfasiran dengan metode interpretasi
yang dikenal dalam ilmu hukum. Hasil dari interpretasi yuridis ini diharapkan dapat
menjawab segala permasalahan hukum yang diajukan dalam penulisan ini secara
lengkap.