Pelaksanaan Eksekusi Harta Pailit Melalui Lelang dan Penjualan Di Bawah Tangan (Studi Pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan)

BAB II
MEKANISME PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI HARTA PAILIT
PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG
MEDAN

H. Tinjauan Umum Kepailitan dan Lelang
1. Kepailitan
Istilah “pailit” dijumpai dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis,
Latis dan Inggris. Dalam bahasa Perancis, istilah “faillite” artinya pemogokan atau
kemacetan dalam melakukan pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau
berhenti membayar utangnya disebut dengan le faille. Di dalam bahasa Belanda
dipergunakan istilah faillite yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan
kata sifat. Sedangkan dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah to fail, dan di dalam
bahasa Latin dipergunakan istilah failure. 64
Kepailitan merupakan suatu lembaga hukum perdata sebagai realisasi dua
asas pokok yang terdapat dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata. Pasal 1131
KUHPerdata menentukan bahwa “semua benda bergerak dan tidak bergerak dari
seorang debitor, baik yang sekarang ada, maupun yang akan diperolehnya (yang
masih akan ada) menjadi tanggungan atas perikatan-perikatan pribadinya”. Pasal
1132 KUHPerdata menentukan bahwa “benda-benda itu dimaksudkan sebagai
jaminan bagi para kreditornya bersama-sama dan hasil penjualan atas benda-benda itu

dibagi diantara mereka secara seimbang, menurut imbangan/perbandingan tagihan
64

Sunarmi, op.cit., hal.23

Universitas Sumatera Utara

mereka, kecuali bilamana diantara mereka atau para kreditor terdapat alasan
pendahuluan yang sah”. Dari ketentuan tersebut debitor dipaksa untuk memenuhi
prestasinya kepada kreditor. Apabila debitor lalai yang berarti telah terjadi
wanprestasi, maka seluruh harta kekayaannya akan menjadi jaminan seluruh
utangnya. Hasil penjualan harta kekayaan debitor akan dibagi secara seimbang
kepada kreditor. 65
Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor tidak mampu untuk
melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para kreditornya.
Keadaan tidak mampu membayar lazimnya disebabkan karena kesulitan kondisi
keuangan (financial distress) dari usaha debitor yang telah mengalami kemunduran.
Sedangkan kepailitan merupakan putusan pengadilan yang mengakibatkan sita umum
atas seluruh kekayaan debitor pailit, baik yang telah ada maupun yang aka nada di
kemudian hari. Pemberesan kepailitan dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan

hakim pengawas dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta kekayaan
tersebut untuk membayar seluruh utang debitor pailit tersebut secara proposional
(proporate parte) dan sesuai dengan struktur kreditor. 66
Dalam Black’s Law Dictionary, pailit atau bankrupt adalah “the state or
conditional of a person (individual, partnership, corporation, municipality who is
unable to pay its debt as they are, or became due, The teerm includes a person
against whom an involuntary petition has been filed, or whohas filed a voluntary
petition, or who has been adjudged a bankrupt.” 67
65

Ibid, hal.20
Hadi Subhan, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), hal.1
67
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Kepailitan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1991), hal.11
66

Universitas Sumatera Utara


Dari pengertian bankrupt yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary di atas,
diketahui bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk
membayar dari seorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.
Ketidakmampuan untuk membayar tersebut diwujudkan dalam bentuk tidak
dibayarnya utang meskipun telah ditagih dan ketidakmampuan tersebut harus disertai
dengan proses pengajuan ke Pengadilan, baik atas permintaan debitor itu sendiri
maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya. Selanjutnya, Pengadilan
akan memeriksa dan memutuskan tentang ketidakmampuan seorang debitor. Putusan
tentang pailitnya debitor haruslah berdasarkan putusan Pengadilan, dalam hal ini
adalah Pengadilan Niaga yang diberikan kewenangan untuk menolak atau menerima
permohonan tentang ketidakmampuan debitor. Putusan Pengadilan ini diperlukan
untuk memenuhi asas publisitas, sehingga perihal ketidakmampuan seorang debitor
itu akan dapat diketahui oleh umum. Seorang debitor tidak dapat dinyatakan pailit
sebelum ada putusan pailit dari Pengadilan yang berkekutan hukum tetap. 68
Pailit adalah suatu keadaan dimana seseorang berhenti tidak mampu lagi
membayar hutangnya dengan putusan Hakim atau Pengadilan Negeri. 69
Mengenai defenisi kepailitan itu sendiri, tidak ditemukan dalam Faillisements
Verordening maupun dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1998. Namun, dalam
rangka untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas ada baiknya diketahui
pendapat dari beberapa sarjana tentang pengertian pailit, antara lain :

68

Sunarmi, op.cit., hal.23-24
M. Marwan dan Jimmy P., Kamus Hukum, Dictionary of Law Complete Edition, (Surabaya,
Reality Publisher, 2009), hal.574
69

Universitas Sumatera Utara

R. Soekardono menyebutkan “kepailitan adalah penyitaan umum atas harta
kekayaan si pailit bagi kepentingan semua penagihnya, sehingga Balai Harta
Peninggalanlah yang ditugaskan dengan pemeliharaan dan pemberesan boedel dar
orang yang pailit.” 70
Menurut Memorie van Toelichting (penjelasan umum) bahwa “kepailitan
adalah suatu pensitaan berdasarkan hukum atas seluruh harta kekayaan si berutrang
guna kepentingannya bersama para yang mengutangkan.” 71
Siti Soemarti Hartono mengatakan bahwa “kepailitan adalah suatu lembaga
hukum dalam Hukum Perdata Eropah sebagai relaisasi dari dua asas pokok dalam
Hukum Perdata Eropah yang tercantum dalam Pasal-pasal 1131 dan 1132
KUHPerdata.” 72

Pengertian pailit dijumpai dalam Pasal 1 angka (1) UUK dan PKPU yang
menyebutkan “kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.”
Pasal 1 angka (1) ini secara tegas menyatakan bahwa kepailitan ada sita
umum, bukan sita individual. Karena itu, disyaratkan dalam Undang-undang
Kepailitan bahwa untuk mengajukan permohonan pailit, harus memiliki 2 (dua) atau
lebih kreditor. Seorang debitor yang hanya memiliki 1 (satu) kreditor tidak dapat
dinyatakan pailit karena hal ini bertentangan dengan prinsip sita umum. Apabila
70

Sunarmi, op.cit., hal.26
R. Suryatin, Hukum Dagang I dan II, (Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita, 1983), hal.264
72
Sunarmi, op.cit., hal.26

71

Universitas Sumatera Utara


hanya satu kreditor maka yang berlaku adalah sita individual, dimana sita individual
bukanlah sita dalam kepailitan. Dalam sita umum, maka seluruh harta kekayaan
debitor akan berada di bawah penguasaan dan pengurusan Kurator, sehingga debitor
tidak memiliki hak untuk mengurus dan mengausai harta kekayaannya. 73
Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (UUK dan PKPU) dalam penjelasan umumnya
mengemukakan bahwa Undang-undang tersebut didasarkan pada beberapa asas.
Asas-asas tersebut antara lain (secara eksplisit disebutkan dengan kata-kata “antara
lain”, yang berarti tidak terbatas pada asas-asas yang disebutkan itu saja), adalah : 74
1. Asas Keseimbangan
Undang-undang ini mengatur beberapa ketentuan yang merupakan perwujudan
dari asas keseimbangan, yaitu di satu pihak terdapat ketentuan yang dapat
mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor
yang tidak jujur, di lain pihak terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya
penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditor yang tidak beritikad
baik.
2. Asas Kelangsungan Usaha
Dalam

Undang-undang


ini

terdapat

ketentuan

yang memungkinkan

perusahaan debitor yang prospektif tetap dapat dilangsungkan.

73

Ibid., hal.29
Penjelesan Umum Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
74

Universitas Sumatera Utara


3. Asas Keadilan
Dalam kepailitan, asas keadilan mengandung pengertian, bahwa ketentuan
mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang
berkepentingan. Asas keadilan adalah untuk mencegah terjadinya kesewenanganwenangan pihak penagih yang menbusahakan pembayaran atas taguhan masingmasing teerhadap debitor, dengan tidak memperdulikan kreditor lainnya.
4. Asas Integrasi
Asas integrasi dalam undang-undang ini mengandung pengertian bahwa
sistem hukum formal dan hukum materilnya merupakan satu kesatuan yang utuh
dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional.
Selain asas-asas yang tercantum dalam penjelasan umum UUK dan PKPU
tersebut diatas, ada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh Undang-undang
kepailitan suatu negara agar Undang-undang tersebut dapat memenuhi beberapa
kebutuhan dunia usaha, baik nasional maupun internasional, diantaranya : 75
a. Asas Mendorong Invenstasi dan Bisnis
Undang-undang kepailitan harus dapat mendorong kegairahan investasi asing
dan pasar modal, serta memudahkan perusahaan Indonesia memperoleh kredit
luar negeri. Indonesia telah menandatangani perjanjian Marrakesh/WTO
mengenai liberalisasi perdagangan jasa dan barang. Dalam hubungan itu, undangundang kepailitan harus dapat mendorong invenstasi asing dan menumbuhkan
kehidupan pasar modal. Selain itu, undang-undang kepailitan harus kondusif
75


Sutan Remy Sjahdeini, op.cit., hal.32

Universitas Sumatera Utara

untuk memudahkan bagi perusahaan-perusahaan Indonesia memperoleh kredit
dari luar negeri.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, undang-undang kepailitan seyogianya
membuat asas-asas dan ketentuan-ketentuan yang dapat diterima secara global
(globally accepted principles). Asas-asas tersebut harus sejalan dengan asas-asas
hukum kepailitan dari negara-negara para pemodal (investor) dan kreditor asing
yang diinginkan oleh pemerintah dan dunia usaha Indonesia untuk menanamkan
modalnya ke Indonesia dan memberikan kredit bagi kepentingan dunia usaha
Indonesia.
b. Asas Persetujuan Putusan Pailit Harus Disetujui oleh Para Kreditor Mayoritas
Sekalipun undang-undang kepailitan membolehkan permohonan pernyataan
pailit diajukan oleh salah satu kreditor saja, namun demi kepentingan para
kreditor lain, tidak seyogianya undang-undang kepailitan membuka kemungkinan
diperolehnya putusan pernyataan pailit yang diajukan oleh seorang kreditor harus
berdasarkan persetujuan para kreditor lain melalui lembaga rapat para kreditor
(creditors meeting).

Di pihak lain, sekalipun permohonan pernyataan pailit dapat diajukan oleh
debitor sendiri, namun putusan pernyataan pailit itu seyogianya tidak diambil oleh
pengadilan tanpa disetujui oleh semua atau mayoritas kreditor (sebagaian besar
kreditor). Mayoritas kreditor yang dimaksudkan adalah para kreditor pemilik
sebagaian besar piutang. Untuk menentukan mayoritas itu lebih dari 50 % (lima

Universitas Sumatera Utara

puluh persen) dari jumlah utang debitor atau 2/3 atau ¾ dari jumlah utang debitor
adalah tergantung dari undang-undang kepailitan yang bersangkutan.
Dengan demikian, asas yang dianut dalam suatu undang-undang kepailitan
seyogianya ialah bahwa kepailitan pada dasarnya merupakan kesepakatan
bersama antara debitor dan para mayoritas kreditornya.
c. Asas Keadaan Diam (Standstill atau Stay)
Suatu undang-undang kepailitan seharusnya menganut ketentuan mengenai
berlakunya keadaan diam (standstill atau stay) yang berlaku secara otomatis
(berlaku demi hukum). Dengan kata lain, memberlakukan automatic standstill
atau automatic stay, sejak permohonan pernyataan pailit didaftarkan di
pengadilan. Ketentuan ini demi melindungi para kreditor dari upaya debitor untuk
menyembunyikan atau mengalihkan sebagian atau seluruh harta kekayaan debitor

kepada pihak lain yang dapat merugikan kreditor.
Selain bagi kepentingan para kreditor, berlakunya keadaan diam otomatis atau
keadaan diam demi hukum (automatic stay) sejak permohonan pernyataan pailit
didaftarkan di pengadilan, adalah juga untuk melindungi debitor dari upaya
kreditor secara sendiri-sendiri menagih tagihannya.
d. Asas Mengakui Hak Separatis Kreditor Pemegang Hak Jaminan
Lembaga hak jaminan harus dihormati oleh undang-undang kepailitan. Di
dalam ilmu hukum perdata, seorang pemegang hak jaminan (hak agunan)
mempunyai hak yang disebut hak separatis. Hak separatis ialah hak yang

Universitas Sumatera Utara

diberikan oleh hukum kepada kreditor pemegang hak jaminan bahwa barang
jaminan (agunan) yang dibebani dengan hak jaminan tidak termasuk harta pailit.
Kreditor pemegang hak jaminan berhak melakukan eksekusi berdasarkan
kekuasaannya sendiri yang diberikan oleh undang-undang sebagai perwujudan
dari hak pemegang hak jaminan yang didahulukan dari para kreditor lainnya.
Ketentuan Pasal 56 ayat (1) UUK dan PKPU ditentukan bahwa “hak eksekusi
kreditor pemegang hak jaminan (hak agunan) ditangguhkan untuk jangka waktu
paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit
diucapkan”. Dengan demikian, kreditor separatis tidak dapat melaksanakan
eksekusi terhadap barang jaminan yang ada pada kreditor separatis sampai habis
masa penangguhan tersebut.
Pelaksanaan eksekusi terhadap hak jaminan oleh kreditor separatis dalam
jangka waktu 2 (dua) bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 59 ayat (1) UUK dan
PKPU.

Apabila

tidak

berhasil

dilaksanakan

kreditor

separatis

wajib

menyerahkannya kepada Kurator.
e. Asas Proses Putusan Pernyataan PailitTerbuka Untuk Umum
Mengingat putusanpernyataan pailit terhadap seorang debitor berdampak luas
dan menyangkut kepentingan banyak pihak, maka proses kepailitan harus dapat
diketahui oleh masyarakat luas. Putusan pailit terhadap seorang debitor bukan
saja menyangkut kepentingan satu atau dua orang kreditor, tetapi juga

Universitas Sumatera Utara

menyangkut semua kreditor, karena dengan putusan pailit oleh pengadilan itu
maka terhadap harta debitor diletakkan sita umum.
Putusan pailit bukan menyangkut kepentingan para kreditor saja, tetapi juga
menyangkut stakeholders yang lain dari debitor, yaitu negara sebagai penerima
pajak, para karyawan dan buruhnya, para pemasok barang dan jasa kebutuhan
debitor, para pedagang atau pengusaha yang memperdagangkan barang dan jasa
debitor. Para pemasok maupun pedagang atau pengusaha yang memperdagangkan
barang dan jasa debitor dapat pula berjumlah banyak. Oleh karena begitu banyak
pihak yang berkepentingan dengan debitor, maka semua hal sejak permohonan
pernyataan pailit diajukan kepada pengadilan, selama proses pemeriksaan
berlangsung di pengadilan baik di pengadilan tingkat pertama maupun
banding/kasasi, ketika putusan pailit dijatuhkan oleh pengadilan di tingkat
pertama maupun banding/kasasi, sampai selama tindakan pemberesan dilakukan
oleh Kurator, harus dapat diketahui oleh umum.
Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang telah menganut asas ini. Di dalam penjelasan
umumnya dapat diketahui bahwa UUK dan PKPU memang menganut asas
keterbukaan.

Universitas Sumatera Utara

Syarat-syarat kepailitan sangat penting, jika permohonan kepailitan tidak
memenuhi syarat, maka permohonan tersebut tdiak akan dikabulkan oleh Pengadilan
Niaga. Syarat-syarat kepailitan adalah sebagai berikut : 76
a. Pailit ditetapkan apabila debitor yang mempunyai dua kreditor atau lebih tidak
mampu membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo.
b. Paling sedikit harus ada 2 (dua) kreditor (concursus creditorum).
c. Harus ada utang.
Pengertian utang menurut Pasal 1 angka 6 UUK dan PKPU :
Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah
uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang
timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh
debitor dan bila tidak dipenuhi member hak kepada kreditor untuk mendapat
pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.
d. Syarat utang harus telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, menurut penjelasan Pasal 2
ayat (1) adalah kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik
karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana
diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yangberwenang,
maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbitrase. Pengertian
utang diberi batasan secara tegas, demikian pula pengertian jatuh waktu, hal ini
semata-mata untuk menghindari adanya berbagai penafsiran. 77

76
77

Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal.31
Rahayu Hartini, op. cit., hal. 77

Universitas Sumatera Utara

e. Syarat cukup satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Bunyi Pasal 2 ayat (1) dalam Undang-undang Nomor 37 tahun 2004
merupakan perubahan dari bunyi Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Kepailitan
Nomor 4 tahun 1998 dan Faillissementsverordening Stb. 1905 No. 217 jo. S.
1906 No. 348. Bunyi Pasal 1 ayat (1) Fv adalah “setiap debitor yang tidak mampu
membayar utangnya yang berada dalam keadaan berhenti membayar kembali
utang tersebut, baik atas permintaannya sendiri maupun atas permintaan seorang
kreditor atau beberaqpa orang kreditornya, dapat diadakan putusan oleh hakim
yang menyatakan bahwa debitor yang bersangkutan dalam keadaan pailit.”
f. Debitor harus dalam keadaan insolvent, yaitu tidak membayar lebih dari 50 %
utang-utangnya. Debitor harus telah berada dalam keadaan berhenti membayar
kepada para kreditornya, bukan sekedar tidak membayar kepada satu atau dua
orang kreditor saja.
2. Lelang
Istilah lelang berasal dari bahasa latin “auctio” yang berarti peningkatan harga
secara bertahap. Sebenarnya lelang telah lama dikenal, para ahli melalui penelitian
literature Yunani mengemukakan bahwa lelang telah dikenal sejak 450 tahun
sebelum Masehi. Beberapa jenis lelang yang popular pada masa itu antara lain adalah
lelang karya seni, lelang tembakau, lelang kuda, lelang budak dan sebagainya.
Lelang sebetulnya merupakan suatu istilah hukum yang penjelasannya
diberikan dalam Pasal 1 Peratulan Lelang (Vendu Reglement) stb. 1908 No. 189, yang

Universitas Sumatera Utara

memberikan definisi bahwa penjualan di muka umum ialah “pelelangan dan
penjualan barang yang diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang
semakin meningkat atau dengan penawaran harga yang semakin menurun”. Dengan
melakukan pendaftaran, dimana orang-orang yang diundang sebelumnya sudah
diberitahukan tentang pelelangan itu, diberikan kesempatan kepadanya untuk
membeli dengan jalan menawar harga, menyetujui harga. 78
Peraturan teknis yang utama mengenai pelaksanaan lelang yang saat ini
berlaku adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang, Pasal 1 angka 1, mengatur lelang adalah “penjualan
barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau
lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang
didahului dengan Pengumuman Lelang”. Berdasarkan pengertian tersebut, KPKNL
membatasi pengertian lelang hanya pada penjualan di muka umum saja tidak
termasuk lelang tender atau lelang pemborongan pekerjaan. Terdapat kerancuan
pengertian antara lelang dalam arti penjualan barang dan lelang dalam arti pembelian
barang. Lelang dalam arti pembelian, khususnya dalam rangka pengadaan barang dan
jasa dalam kaitan APBN dikenal juga dengan istilah “lelang tender”, lelang dalam arti
penjualan dikenal dengan istilah “lelang” dengan pengertian sebagaimana diatur
Vendu Reglement. 79

78
79

S.Mantayborbir dan Iman Jauhari, op. cit., hal. 8
Purnama Tioria Sianturi, op. cit., hal. 52

Universitas Sumatera Utara

Beberapa ahli juga memberikan pengertian tentang lelang, seperti pendapat
yang dikemukakan oleh Mr. Wennek dari Belanda dari Balai Lelang Rippon Boswel
and Company Swiss, yang mengatakan 80 “an auction is a system of selling to the
public, a number of individual items, one at atime, commencing at a set time on a set
day. The auctioneer conducting the auction invites offers of price for the item from
the ateenders”.
Menurut Christoper L. Allen, Auctioneer dari Australia mendefinisikan lelang
sebagai “the sale by auctions insolves an invitation to the public for the purchase of
real or personal property offered for sale by making successive increasing offers
until, subject to the sellers reserve price the property is knocked down to the highest
bidder”. 81
Pengertian lelang menurut pendapat Polderman (sebagaimana dikutip oleh
Rochmat Soemitro) dalam disertasinya tahun 1913 berjudul “Het Openbare aanbod”
meyebutkan bahwa :
Penjualan umum adalah alat untuk mengadakan perjanjian atau persetujuan
yang paling menguntungkan untuk si penjual dengan cara menghimpun para peminat.
Polderman selanjutnya mengatakan, bahwa syarat utama lelang adalah menghimpun
para peminat untuk mengadakan perjanjian jual beli yang paling menguntungkan si
penjual. Dengan demikian syaratnya ada 3 (tiga), yaitu : 82
a. Penjualan umum harus selengkap mungkin (volledigheid).
b. Ada kehendak untuk mengikat diri.
c. Bahwa pihak lainnya yang akan mengadakan perjanjian tidak dapat ditunjuk
sebelumnya.

80

F.X. Ngadijarno, Nunung Eko Laksito dan Isti Indri Listiani, Lelang Teori dan Praktek,
(Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, 2006), hal.23
81
Ibid
82
Purnama Tioria Sianturi, op.cit., hal.53

Universitas Sumatera Utara

Rochmat Soemitro selanjutnya mengutip pendapat Roell, Kepala Inspeksi
Lelang Jakarta tahun 1932 bahwa : “penjualan umum adalah suatu rangkaian kejadian
yang terjadi antara saat mana seseorang hendak menjual sesuatu atau lebih dari satu
barang, baik secara pribadi maupun dengan perantaraan kuasanya, memberikan
kesempatan kepada orang-orang yang hadir melakukan penawaran untuk membeli
barang-barang yang ditawarkan sampai kepada saat dimana kesempatan lenyap”.
Titik berat dari definisi yang diberikan Roell adalah pada kesempatan penawaran
barang. 83
Menurut Tim Penyusun Rancangan Undang-undang Lelang Direktorat
Jenderal Piutang dan Lelang Negara Biro Hukum-Sekretariat Jenderal Departemen
Keuangan :
Pengertian lelang adalah cara penjualan barang yang terbuka untuk umum
dengan penaswaran secara kompetisi yang didahului dengan pengumuman lelang dan
atau upaya mengumpulkan peminat. Unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian
lelang adalah :
a. Cara penjualan barang.
b. Terbuka untuk umum.
c. Penawaran dilakukan secara kompetisi.
d. Pengumuman lelang dan atau adanya upaya mengumpulkan peminat.
e. Cara penjualan barang yang memenuhi unsur-unsur tersebut di atas harus
dilakukan oleh dan atau di hadapan pejabat lelang.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lelang
adalah penjualan barang di muka umum yang didahului dengan upaya pengumpulan
peminat melalui pegumuman yang dilakukan oleh dan atau di hadapan pejabat lelang
dengan pencapaian harga yang optimal melalui cara penawaran lisan naik-naik atau

83

Ibid

Universitas Sumatera Utara

turun-turun dan atau tertulis. Pengertian lelang harus memenuhi unsur-unsur
berikut: 84
a. Penjualan barang di muka umum.
b. Didahului dengan upaya pengumpulan peminat melalui pengumuman.
c. Dilakukan oleh dan atau di hadapan pejabat lelang.
d. Harga terbentuk dengan cara penawaran lisan naik-naik atau turun-turun dan atau
tertulis.
Selain itu, dalam pengertian lelang harus dipenuhi 5 (lima) unsur, yaitu : 85
Lelang adalah suatu bentuk penjualan barang.
a. Penentuan harga bersifat kompetitif karena cara penawaran harga yang khusus,
yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan dan naik-naik atau secara turunturun dan atau secara tertutup dan tertulis tanpa member prioritas kepada pihak
manapun untuk membeli.
b. Pembeli tidak dapat ditunjuk sebelumnya, kecuali kepada para calon peminat
lelang dengan penawaran tertinggi yang telah melampaui harga limit dapat
ditunjuk sebagai pemenang/pembeli.
c. Memenuhi unsur publisitas, karena lelang adalah penjualan yang bersifat
transparan.
d. Dilaksanakan pada suatu saat dan tempat tertentu sehingga bersifat cepat, efisien
dan efektif.

84

Ibid, hal. 54
S. Mantayborbir dan Iman Jauhari, op.cit., hal.10

85

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan lelang harus sesuai dengan asas lelang guna mewujudkan
optimalisasi hasil lelang. Untuk itu, diperlukan pelaksanaan lelang yang efisien, adil,
terbuka dan akuntabel. Dalam rangka memenuhi hal tersebut, setiap pelaksanaan
lelang harus selalu memperhatikan asas-asas yaitu : 86
a. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara.
Asas keterbukaan menghendaki agar setiap anggota masyarakat memepunyai
kesempatan yang sama untuk mengikuti lelang, kecuali dilarang oleh peraturan
perundang-undangan. Dengan demikian setiap pelaksanaan lelang harus didahului
dengan pengumuman lelang yang berperan sebagai sumber bagi masyarakat
untuk mendapatkan informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
pelaksanaan lelang.
Asas ini bermuara pada upaya pencegahan terjadinya praktik persaingan
usaha tidak sehat dan tidak memberikan kesempatan adanya praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme.

86

Naskah Akademik Rancangan Undang-undang Lelang, op.cit., hal.10

Universitas Sumatera Utara

b. Asas Keadilan
Mengenai tujuan hukum pada umumnya, Aristoteles yang telah terkenal
dengan bukunya yang berjudul Rhetorica, menganggap bahwa hukum bertugas
membuat adanya keadilan. Tujuan Undang-Undang Lelang adalah membuat
adanya keadilan dalan pelaksanaan lelang.
Asas keadilan dalam lelang mengandung pengertian bahwa dalam proses
pelaksanaan lelang harus memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap
pihak yang berkepentingan dan diberlakukan sama kepada penguna jasa lelang.
Dalam lelang terdapat kesetaraan antara hak Penjual untuk memperoleh sejumlah
uang dan hak Pembeli untuk memperoleh barang dengan harga yang disepakati.
Asas ini menghendaki para pihak memenuhi dan melaksanakan isi lelang yang
tercantum dalam Risalah Lelang, yang mempunyai kekuatan untuk menuntut
prestasi secara adil dari para pihak dan memikul kewajiban untuk melaksanakan
isi Risalah Lelang itu dengan itikad baik (good faith).
Black Law’s Dictionary memberikan pengertian iktikad baik adalah “in or with
good faith: honestly, openly, and sincerely; without deceit or fraud. Truly,
actually; without simulation or pretense”.
Iktikad baik harus digunakan untuk memenuhi asas keadilan dalam
pelaksanaan lelang. Hal ini berarti bahwa dalam pelaksanaan lelang, bukan hanya
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Risalah Lelang yang wajib ditaati oleh
para pihak, melainkan juga itikad baik sebagai ketentuan-ketentuan yang tidak

Universitas Sumatera Utara

tertulis,

yaitu

kepatutan,

kejujuran,

tanpa

tipu

muslihat,

dan

tidak

menyembunyikan sesuatu yang buruk yang di kemudian hari dapat menimbulkan
kesulitan-kesulitan bagi pihak-pihak lain.
c. Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum menurut Pasal 3 angka 1 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme adalah “asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara Negara”.
Asas kepastian hukum ini menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan
menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pelaksanaan lelang. Dalam setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang
oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik peralihan hak (acta van
transport) atas barang sekaligus sebagai alas penyerahan barang. Tanpa Risalah
Lelang, pelaksanaan lelang yang dilakukan oleh Pejabat Lelang tidak sah.
Pelaksanaan lelang yang demikian tidak memberi kepastian hukum tentang halhal yang terjadi karena apa yang terjadi tidak tercatat secara jelas sehingga dapat
menimbulkan ketidakpastian.Oleh karena itu, Risalah Lelang sebagai figur hukum
yang mengandung kepastian huokum harus diaktualisasikan dengan tegas dalam
undang-undang yang mengatur tentang lelang.

Universitas Sumatera Utara

d. Asas Efisiensi
Efisiensi dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk pada sejumlah
konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh
sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa.
Asas efisiensi dalam lelang akan memberikan jaminan pelayanan penjualan
dengan cepat dan mudah karena dilakukan pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan, pengesahan sebagai pembeli dilakukan pada saat itu juga dan
penyelesaian pembayaran dilakuan secara tunai serta biaya yang sangat relatif
murah.
Asas ini juga akan menjamin pelaksanaan lelang menjadi media terbaik dalam
proses jual beli sebab potensi harga terbaik akan lebih mudah dicapai dikarenakan
secara teknis dan psikologis suasana kompetitif tercipta dengan sendirinya.
Dengan demikian akan terbentuk iklim pelaksanaan lelang yanga adil, kondusif
dan berdaya saing.
e. Asas Akuntabilitas
Asas akuntabilitas menurut Pasal 3 angka 7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme adalah “asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian, asas ini menghendaki agar lelang yang dilaksanakan dapat
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang terkait dan masyarakat.
Lelang berfungsi sebagai sarana penjualan barang yang bersifat khusus dan
transparan yang sejak semula dimaksudkan sebagai pelayanan umum, yaitu siapapun
dapat memanfaatkan jasa lelang. Namun demikian, lelang di Indonesia sebenarnya
mempunyai fungsi sebagai berikut : 87
a. Fungsi privat, karena lelang merupakan institusi pasar yang mempertemukan
penjual dan pembeli, maka lelang berfungsi untuk memperlancar arus lalu lintas
perdagangan barang. Fungsi ini dimanfaatkan untuk memberikan pelayanan
penjualan barang kepada masyarakat/pengusaha yang menginginkan barangnya
dilelang, maupun kepada peserta lelang.
b. Fungsi publik
1) Memberikan pelayanan penjualan dalam rangka pengamanan terhadap asset
yang dimiliki/dikuasai oleh negara untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas serta tertib dalam penganganan administrasi.
2) Memberikan pelayanan dalam penjualan barang yang bersifat cepat, aman,
tertib dan mewujudkan harga yang wajar.
3) Mengumpulkan penerimaan negara dalam bentuk bea lelang dan uang miskin.
Dalam hal ini lelang juga memikul tugas untuk mengamankan pendapatan
negara melalui pajak, khususnya yang berkaitan dengan penjualan tanah yaitu

87

S.Mantayborbir dan Iman Jauhari, op.cit., hal. 17

Universitas Sumatera Utara

Pajak Penghasilan (PPh) dan juga Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan.
Jenis lelang dibedakan berdasarkan sebab barang dijual dan penjual dalam
hubungannya dengan barang yang akan dilelang. Sifat lelang ditinjau dari sudut sebab
barang dilelang dibedakan antara lelang eksekusi dan lelang non eksekusi. 88
a. Lelang eksekusi
Adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan, dokumendokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan. 89
Lelang eksekusi termasuk tetapi tidak terbatas pada lelang eksekusi Panitia
Urusan Piutang Negara (PUPN), lelang eksekusi pengadilan, lelang eksekusi
pajak, lelang eksekusi harta pailit, lelang eksekusi Pasal 6 Undang-undang Hak
Tanggungan (UUHT), lelang eksekusi benda sitaan Pasal 45 Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP), lelang eksekusi barang rampasan, lelang
eksekusi jaminan fidusia, lelang eksekusi barang yang dinyatakan tidak dikuasai
atau barang yang dikuasai Negara-Bea Cukai, lelang barang temuan, lelang
eksekusi gadai, lelang eksekusi benda sitaan Pasal 18 ayat (2) Undang-undang

88

Purnama Tioria Sianturi, op. cit., hal. 56
Lihat Pasal1 angka 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang
89

Universitas Sumatera Utara

Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2001. 90
b. Lelang non eksekusi
Adalah lelang selain lelang eksekusi yang meliputi lelang non eksekusi wajib
dan lelang non eksekusi sukarela. 91
Lelang non eksekusi wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan
barang yang oleh peraturan perundang-undangan harus dijual secara lelang. 92
Sedangkan lelang non eksekusi sukarela adalah lelang atas barang milik swasta,
orang atau badan hukum/badan usaha yang dilelang secara sukarela. 93
Lelang non eksekusi wajib termasuk tetapi tidak terbatas pada lelang Barang
Milik Negara/Daerah, lelang barang milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah
(BUMN/D), lelang barang yang menjadi Milik Negara-Bea Cukai, lelang Benda
Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT) dan lelang kayu dan hasil
hutan lainnya dari tangan pertama. 94
Lelang non eksekusi sukarela termasuk tetapi tidak terbatas pada lelang
barang milik BUMN/Daerah yang berbentuk persero, lelang harta milik bank

90

Lihat Pasal5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang
91
Purnama Tioria Sianturi, op. cit., hal. 57
92
Lihat Pasal1 angka 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang
93
Lihat Pasal1 angka 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang
94
Lihat Pasal6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang

Universitas Sumatera Utara

dalam likuidasi terkecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan,
lelang barang milik perwakilan negara asing dan lelang barang milik swasta. 95
Selain dilihat dari sudut sebab barang dilelang, lelang juga dapat dilihat dari
sudut penjual, dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang dibedakan
menjadi lelang yang sifatnya wajib dan lelang yang sifatnya sukarela. 96
a. Lelang yang sifatnya wajib
Lelang yang dilaksanakan atas permintaan pihak yang menguasai/memiliki
suatu barang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan harus dijual secara
lelang.
Contohnya : barang-barang inventaris milik instansi pemerintah, apabila sudah
dihapuskan maka berdasarkan Pasal 48 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004
tentang Perbendahraan, barang-barang tersebut harus dijual secara lelang melalui
Kantor Lelang, termasuk lelang atas putusan/penetapan lembaga peradilan yang
amar putusannya mewajibkan adanya penjualan secara lelang.
b. Lelang yang sifatnya sukarela
Lelang yang dilaksanakan atas permintaan masyarakat/pengusaha dan atau
dari pihak-pihak sebagaiman disebutkan dalam Pasal 7 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

95

Lihat Pasal7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang
96
Purnama Tioria Sianturi, op.cit., hal. 57

Universitas Sumatera Utara

Penjual adalah “orang, badan hukum/usaha atau instansi yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau perjanjian berwenang untuk menjual barang
secara lelang”. 97
Dalam setiap pelaksanaan lelang, penjual memiliki hak dan kewajiban.
Adapun hak dan kewajiban itu adalah sebagai berikut : 98
a. Hak-hak penjual adalah :
1) Menentukan cara penawaran lelang.
2) Menetapkan besarnya uang jaminan bagi peserta lelang serta menetapkan
harga limit yang wajar atas barang yang dilelang.
3) Menetapkan syarat-syarat lelang (apabila ada)
4) Menerima uang hasil lelang.
5) Menerima salinan Risalah Lelang.
b. Kewajiban-kewajiban penjual adalah :
1) Mengajukan permohonan/permintaan lelang ke KPKNL setempat.
2) Melengkapi syarat-syarat/dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.
3) Mengadakan pengumuman lelang.
4) Membayar bea lelang penjual dan pajak/pungutan lainnya, seperti Pajak
Penghasilan (PPh).
5) Menyerahkan barang dan dokumen-dokumennya kepada pembeli lelang.

97

Lihat Pasal1 angka 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang
98
S.Mantayborbir dan Iman Jauhari, op.cit., hal. 20

Universitas Sumatera Utara

6) Mentaati tata tertib lelang.
7) Atas permintaan Pejabat Lelang, menjelaskan/memberi informasi tentang
barang yang akan dilelang termasuk memberi akses peminat lelang untuk
melihat barang yang akan dilelang.

I. Hubungan Kepailitan dengan Lelang
Kepailitan dengan lelang memiliki hubungan yang saling terkait satu dengan
yang lain, secara umum lelang merupakan salah satu cara pelaksanaan eksekusi
dalam kepailitan. Hubungan kepailitan dengan lelang dapat dilihat pada tahap
pemberesan harta pailit dan keadaan insolvensi.
a. Keadaan Insolvensi
Pengertian insolvensi tertuang dalam penjelasan Pasal 57 ayat (1) UUK dan
PKPU “yang dimaksud dengan insolvensi adalah keadaan tidak mampu membayar”.
Dengan demikian, keadaan insolvensi adalah “suatu keadaan dimana debitor tidak
mampu lagi membayar utang-utangnya”. Harta pailit berada dalam keadaan
insolvensi dapat dilihat dalam Pasal 178 ayat (1) UUK dan PKPU :
Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian,
rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan
perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam keadaan insolvensi.
Hubungan kepailitan dengan lelang dalam keadaan insolvensi terjadi pada saat
dimulainya keadaan insolvensi, dimana kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia,
hak tanggungan, hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya dapat

Universitas Sumatera Utara

mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan dalam jangka waktu paling
lambat 2 (dua) bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi sebagaimana diatur
dalam Pasal 59 ayat (1) UUK dan PKPU. Sebelum keadaan insolvensi, hak eksekusi
kreditor pemegang hak agunan ditangguhkan dalam jangka waktu paling lama 90
(sembilan puluh hari) sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, 99 dan jangka
waktu tersebut berakhir demi hukum pada saat kepailitan diakhir lebih cepat atau
pada saat dimulai keadaan insolvensi. 100
Berdasarkan Pasal 56 ayat (1) UUK dan PKPU dihubungkan dengan Pasal 59
ayat (1) UUK dan PKPU, bahwa kewenangan kreditor separatis untuk melaksanakan
hak eksekusi dimulai setelah habisnya jangka waktu penangguhan selama 90
(sembilan puluh hari) sejak putusan pernyataan pailit diucapkan hingga 2 (dua) bulan
setelah debitor pailit dinyatakan dalam keadaan insolvensi.
Kreditor separatis dalam melaksanakan hak eksekusinya menggunakan cara
penjualan di muka umum (lelang) dengan menggunakan instrumen lelang eksekusi
hak tanggungan, dimana Undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah atau
disebut dengan UUHT, mengatur cara pelunasan utang debitor sebagaiman diatur
dalam Pasal 6 UUHT, “apabila debitor cidera janji, pemegang hak tanggungan
pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri
99

Lihat Pasal56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
100
Lihat Pasal57 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Universitas Sumatera Utara

melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
tersebut”. Hanya saja dalam kepailitan, kreditor separatis diberikan waktu paling
lama hingga 2 (dua) bulan setelah keadaan insolvensi, apabila tidak berhasil maka
maka harus diserahklan kepada Kurator yang akan melakukan penjualan harta pailit.
Kreditor separatis diberikan pilihan dalam melaksanakan eksekusi lelang hak
tanggungan yaitu kreditor mengajukan permohonan lelang langsung ke KPKNL
(parate eksekusi) atau dengan meminta penetapan terlebih dahulu dari Ketua
Pengadilan Negeri untuk melaksanakan lelang (fiat eksekusi).
Dalam praktiknya, kreditor separatis memilih cara parate eksekusi dengan
pertimbangan waktu yang cukup singkat sehingga kreditor dapat menggunakan
haknya secara maksimal. Seperti dalam kasus pelaksanaan lelang eksekusi hak
tanggungan pada KPKNL Medan sesuai Risalah Lelang Nomor 011/2010 tanggal 14
Januari 2010 dengan pemohon lelang PT Bank CIMB Niaga Tbk. dan debitor PT
Sumatra Rotanindo yang telah dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Medan Nomor 02/Pailit/2008/PN.Niaga/PN.Mdn.
tanggal 03 Pebruari 2009, dimana Balai Harta Peninggalan Medan selaku Kurator
menyetujui PT Bank CIMB Niaga Tbk. selaku kreditor separatis untuk melaksanakan
eksekusi terlebih dahulu dengan alasan dan pertimbangan antara lain sebagai berikut :
1. Bahwa PT Bank CIMB Niaga Tbk. Adalah kreditor separatis pemegang hak
tanggungan.

Universitas Sumatera Utara

2. Pasal 55 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) menentukan bahwa kreditor
pemegang hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik atau hak
tanggungan lainnya dapat melakukan eksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi
kepailitan.
3. Bahwa oleh karena sesuatu hal Kurator belum dapat melaksanakan pengurusan
dan pemberesan kepailitan dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari
sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 56 ayat 1 UUK dan PKPU. Tenggang
waktu itu saat ini telah terlewati. Kreditor pemegang hak tanggungan dapat
melaksanakan eksekusi.
4. Bahwa berdasarkan surat pernyataan dari kuasa hukum PT Bank CIMB Niaga
Tbk, bersedia menanggung dan membayar semua biaya-biaya dan beban-beban
kepailitan, termasuk tagihan pajak yang terutang dari Kantor Pajak.
Adapun syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan oleh
PT Bank CIMB Niaga Tbk. antara lain sebagai berikut :
a. Hak eksekusi sebagai pemegang hak tanggungan untuk melaksanakan penjualan
di muka umum (lelang) benda yang menjadi agunan diberikan paling lambat 2
(dua) bulan. Jika tidak berhasil pengurusan dan pemberesan kepailitan menjadi
hak Kurator dan Kurator akan melaksanakan eksekusi.
b. Penjualan di muka umum (lelang) dilaksanakan

melalui Kantor Pelaynanan

Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan, dan yang dilelang hanya

Universitas Sumatera Utara

terhadap benda (aset) yang menjadi agunan, yaitu tanah dan banguna PT Sumatra
Rotanindo tidak termasuk yang dilelang barang-barang bergerak seperti barang
inventaris kantor, dan lain-lainnya.
c. Memberikan pertanggungjawaban kepada Kurator tentang hasil penjualan
(lelang) benda (aset) yang menjadi agunan, dan menyerahkan sisa hasil penjualan
kepada Kurator setelah dikurangi jumlah utang-utang debitor.
d. Melaksanakan pembayaran terhadap semua beban-beban kepailitan PT Sumatra
Rotanindo, seperti tagihan buruh, tagihan listrik, tagihan PDAM.
Berdasarkan alasan-alasan dan syarat-syarat yang diajukan oleh Balai Harta
Peninggalan, dapat dijelaskan bahwa Kurator menyetujui eksekusi yang dilakukan
oleh kreditor separatis disebabkan PT Bank CIMB Niaga Tbk. bersedia membayar
biaya-biaya kepailitan dan tagihan-tagihan dan mengupayakan harga lelang yang
setingi-tingginya. Persetujuan pelaksanaan eksekusi yang diberikan Kurator kepada
kreditor separatis selain untuk memenuhi hak kreditor sebagai pemegang hak jaminan
sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayat (1) UUK dan PKPU juga sebagai manifestasi
dari asas mengakui hak separatis kreditor pemegang hak jaminan dalam kepailitan.
b. Pemberesan Harta Pailit
Putusan pailit yang telah diputuskan mengakibatkan debitor pailit demi
hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus harta kekayaannya sejak
putusan ditetapkan. Kewenangan untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta

Universitas Sumatera Utara

kekayaan debitor pailit oleh undang-undang kepada seorang Kurator yang diangkat
bersamaan dengan ditetapkannya putusan pailit.
Terdapat beberapa aspek kepailitan dalam rangka pengurusan dan pemberesan
harta kekayaan debitor pailit, yakni harta pailit, Kurator, Hakim Pengawas dan
tindakan pemberesan harta pailit
Menurut Pasal 184 ayat (1) UUK dan PKPU :
2.

Dengan tetap memperhatikan Pasal 15 ayat (1), Kurator harus memulai
pemberesan dan menjual harta pailit (setelah dilakukan pencocokan
piutang) tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitor
apabila :
a. Usul untuk mengurus perusahaan debitor tidak diajukan dalam
jangka waktu sebagaimana diatur dalam UUK dan PKPU atau usul
tersebut telah diajukan tetapi ditolak, atau
b. Pengurusan terhadap perusahaan debitor dihentikan.

Disamping ketentuan Pasal 184 ayat (1) UUK dan PKPU, perlu pula
diperhatikan Pasal 69 ayat (2) UUK dan PKPU yang menentukan :
Dalam melaksanakan tugasnya Kurator :
1. Tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitor atau salah satu orang
debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau
pemberitahuan demikian dipersyaratkan.
2. Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka
(dengan tujuan) meningkatkan nilai harta pailit.
Ketentuan Pasal 185 ayat (1) UUK dan PKPU, semua benda harus dijual di
muka umum (dilelang) sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam hal penjualan di muka umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 185 ayat (1) tidak tercapai, menurut Pasal 185 ayat (2) penjualan di
bawah tangan dapat dilakukan dengan izin Hakim Pengawas. Sedangkan menurut

Universitas Sumatera Utara

Pasal 185 ayat (3) UUK dan PKPU, semua benda yang tidak segera atau sama sekali
tidak dapat dibereskan (artinya, tidak dapat dijual baik melalui lelang maupun di
bawah tangan) maka Kurator yang memutuskan tindakan yang harus dilakukan
terhadap benda tersebut, namun harus dilakukan dengan izin Hakim Pengawas.
Kurator dapat menggunakan jasa debitor dengan memberikan imbalan jasa
(upah) yang besarnya ditentukan oleh Hakim Pengawas. Jika harta pailit berada
dalam keadaan tidak mampu membayar, maka Hakim Pengawas segera mengadakan
rapat dan para kreditor untuk membicarakan mengenai cara pemberesan harta pailit.
Undang-undang telah memberikan 2 (dua) alternatif pemberesan harta pailit.
Alternatif pertama, harta pailit dijual di muka umum melalui mekanisme lelang,
sedangkan alternatif kedua, harta pailit dijual di bawah tangan setelah memperoleh
izin dari Hakim Pengawas.
Tindakan pemberesan harta pailit selanjutnya, Kurator harus membuat suatu
daftar mengenai pembayaran kepada kreditor yang wajib memperoleh pengesahan
dari Hakim Pengawas. Di dalam daftar tersebut harus dimuat informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran (termasuk imbalan jasa bagi Kurator), nama para
kreditor, jumlah pencocokan tiap tagihan dan pembagian yang harus diterima oleh
setiap tagihan tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 189 ayat (1) dan (2) UUK dan
PKPU.
Apabila dalam pelaksanaan pemberasan harta pailit diperlukan biaya-biaya,
misalnya biaya-biaya yang berkenaan dengan pelaksanaan lelang harta palit, maka

Universitas Sumatera Utara

semua biaya tersebut dapat dibebankan pada bagian harta pailit yang bersangkutan.
Pembebanan biaya-biaya tersebut pada harta pailit diberikan landasan hukum dalam
Pasal 191 UUK dan PKPU.
Pemberesan harta pailit berakhir, segera setelah para kreditor menerima
pembayaran penuh piutangnya atau segera setelah daftar pembagian penutup
memperoleh kekuatan hukum yang pasti. Setelah lewat satu bulan, Kurator harus
memberikan pertangungjawaban tentang pemberesan harta pailit yang telah
dilakukannya kepada Hakim Pengawas.
Semua putusan berkenaan dengan pengurusan dan pemberesan harta pailit
yang ditetapkan Pengadilan Niaga bersifat final. Kecuali jika ditentukan sebaliknya.
Artinya, penetapan Pengadilan Niaga yang menyangkut pengurusan dan pemberesan
harta pailit tidak dapat dimintakan kasasi atau peninjauan kembali.
Hubungan kepailitan dengan lelang dalam proses pemberesan harta pailit
dapat dilihat pada Pasal 185 ayat (1) UUK dan PKPU yang mensyaratkan “semua
benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan”. Penjualan di muka umum itu adalah lelang yang
diatur dalam Vendu Reglement Stbl. 1908/189, Vendu Instructie Stbl. 1908/190,
Keputusan

Menteri

Keuangan

Nomor

93/PMK.06/2010

tentang

Petunjuk

Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor PER03/KN/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang.

Universitas Sumatera Utara

Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang mengamanatkan bahwa “penjualan di muka umum
(lelang) merupakan cara penjualan yang diutamakan dalam penjualan harta pailit”.
Dengan demikian, peranan lelang masih dianggap relevan dalam sistem perundangundangan dan peranan lelang difungsikan untuk mendukung upaya law enforcement
pada hukum perdata, hukum pidana, hukum pajak, dan lain sebagainya. Hal ini dapat
dilihat dalam Undang-undang Hak Tanggungan, Undang-undang Perpajakan serta
UUK dan PKPU sendiri yang memilih lelang sebagai cara penjualan dalam
pelaksanaan eksekusi.

J. Mekanisme Pelaksanaan Lelang Eksekusi Harta Pailit Pada Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan
Salah satu jenis lelang eksekusi yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang Medan yaitu lelang eksekusi harta pailit yang terjadi
akibat kemampuan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kepada kreditor
menurun, sedangkan kreditor mengharapkan utang harus diselesaikan secara cepat
dan efektif. Untuk memberikan kesempatan kepada kreditor dalam mengupayakan
penyelesaian yang adil, diperlukan sarana hukum yang dapat digunakan secara cepat,
terbuka dan efektif. Salah satu sarana hukum yang menjadi landasan penyelesaian
utang piutang adalah peraturan kepailitan.
Pelaksanaan lelang eksekusi harta pailit pada Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang Medan dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. Tahap Persiapan Lelang/Pra Lelang
Tahap Persiapan lelang eksekusi harta pailit