Perjanjian Jual Beli Barang Secara Internasional Menurut UPICCs Dan CISG Serta KUH Perdata

ABSTRAK
Munculnya persoalan hukum dalam kegiatan jual beli sebenarnya sudah ada
dan lahir mulai sejak para pihak melakukan negosiasi hingga terjadi kesepakatan
dagang. Kompleksitas persoalan hukum dari kegiatan jual beli menjadi bertambah
manakala kegiatan ini kemudian meningkat menjadi kegiatan jual beli secara
internasional. Dalam transaksi perdagangan internasional tidak lepas dari yang
namanya perjanjian. Menyatukan hubungan antara para pihak dalam lingkup
internasional bukanlah persoalan yang sederhana. Hal ini menyangkut perbedaan
sistem hukum nasional, paradigma, dan aturan hukum yang berlaku sebagai suatu
aturan yang bersifat memaksa untuk dipatuhi oleh para pihak di masing-masing
negara. Dengan adanya unifikasi dan harmonisasi aturan dan praktik melalui berbagai
upaya melalui UPICCs dan CISG bagi Indonesia dalam KUHPerdata yang
diharapkan dapat mengurangi perbedaan-perbedaan yang selama ini menjadi kendala
bagi Indonesia serta dapat menyamakan suatu persepsi atau titik pandang yang
memudahkan para pihak memenuhi kebutuhan hukum dalam perjanjian jual beli
internasional.
Pembahasan dalam penelitian ini yaitu, pertama, pengaturan hak dan
kewajiban penjual dan pembeli dalam perjanjian jual beli internasional di tinjau dari
ketentuan UPICCs, konvensi CISG dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia, kedua, berlakunya suatu perjanjian jual beli internasional bagi para pihak
sesuai dengan ketentuan UPICCs, konvensi CISG dan Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Indonesia, ketiga ketentuan biaya ganti rugi akibat tidak terpenuhinya
perjanjian jual beli menurut UPICCs, konvensi CISG dan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif
dengan sifat penelitian deskriptif analisis dan deskriptif komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan hak dan kewajiban dalam
UPICCs difokuskan bukan hanya kepada penjual dan pembeli, namun juga kepada
agen serta pihak ketiga, dan pengaturan hak dan kewajiban dalam CISG dan
KUPerdata diatur secara tegas didalamnya. Dikatakan berlakunya perjanjian menurut
UPICCs adalah apabila para pihak berada pada negara yang berbeda (ada unsur asing
didalamnya) dan saling mengikatkan diri dengan kesepakatan, dimana kesepakatan
tersebut harus diawali dengan suatu penawaran oleh salah satu pihak yang ditutup
dengan penerimaan (acceptance) persetujuan mencapai sipenawar. Dalam
KUHPerdata, Suatu Perjanjian dapat mengikat dan berlaku apabila terpenuhinya
syarat sahnya perjanjian yaitu sepakat, kecakapan, suatu hal tertentu dan sebab yang
halal serta didukung oleh subjek dan objek hukum yang dibenarkan oleh UU serta
tidak bertentangan dengan UU. Tidak terpenuhinya suatu perjanjian yang membawa
salah satu pihak mengalami kerugian ditinjau dari UPICCs, CISG dan KUHPerdata,
dimana pihak yang tidak melaksanakan perjanjian tersebut wajib membayar ganti
kerugian dan membayar kehilangan keuntungan. Oleh karena itu, dalam UPICCs
diperlukannya aturan khusus yang mengatur secara jelas dan tegas bagaimana

i

Universitas Sumatera Utara

kedudukan hak dan kewajiban bagi penjual dan pembeli. Untuk memberikan
pembuktian yang berkekuatan hukum sebaiknya kesepakatan antara penjual dan
pembeli dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis, seperti perjanjian dibawah tangan
atau dengan Akta Otentik. Dan pengaturan ganti kerugian dalam UPICCs, CISg dan
KUHPerdata diperlukannya suatu aturan khusus yang menjelaskan hal-hal yang
mendasari pemberlakuan ketentuan ganti rugi terhadap para pihak, baik dalam hal
bentuk ganti rugi, persetase kerugian/kehilangan keuntungan sehingga keseimbangan
hak dan kewajiban antara kedua belah pihak atas prestasi terpenuhi.

Kata Kunci :

Perjanjian, jual beli barang internasional, UPICCs, CISG, Kitab
Undang-undang Hukum Perdata

ii


Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Legal problem in trading activities has been existed since the parties made
negotiations leading to trading agreement. The complexity of legal problems resulted from
trading activities become increasing when these trading activities turned into an
international trading activities. International trade transaction is not separated from an
agreement. To unite many parties in an international scope is not a simple issue. This is
related to the different national legal system, paradigm, and existing rule of law as a
compulsory rules to be obeyed by the parties in their respective countries. With the
unification and harmonization of regulations and practice through various attempts with
UPICCs and CISG for Indonesia in the Indonesian Civil Codes, it is expected to be able to
minimize the differences which have been constraints for Indonesia and equate a perception
or point of view that it can facilitate the parties involved to meet their legal needs in the
international trading agreement.
This analytical and comparative descriptive study with normative juridical approach
discussed, first, the regulation of right and responsibility of the seller and the buyer in the
international trading agreement in terms of provisions of UPICCs, convention of CISG and
the Indonesian Civil Codes; second, the effect of an international trading agreement for the
parties in accordance with the provisions of UPICCs, convention of CISG and the Indonesian

Civil Codes; and third, the provisions of the amount of compensation due to the nonfulfillment of the trading agreement according to UPICCs, convention of CISG and the
Indonesian Civil Codes.
The result of this study showed that the regulation of right and responsibility in the
UPICCs was focused not only on the seller and the buyer, but also on the agents and the
third party, and strictly regulated the regulation of right and responsibility in the CISG and
the Indonesian Civil Codes. According to UPICCs, the agreement is valid if the parties are in
different country (it contains foreign element) and they are bound to each other through an
agreement, where the agreement must begin with an offer by one of the parties and is closed
with accepting the offer. In the Indonesian Civil Codes, an agreement can be binding and
applicable if the requirements for the validity of an agreement are met, for examples,
agreement, competence, particular issue, and legal reasons supported by the legally justified
subject and object of law which is not in conflict with law. The non-fulfillment of an
agreement inflicting a loss to one of the parties, according to UPICCs, convention of CISG
and the Indonesian Civil Codes, the party that did not implement the agreement should pay
the compensation and loss of profit. Therefore, it is a need to include a special regulation
strictly and clearly regulating the position of the right and responsibility of both the seller
and the buyer in the UPICCs. To provide legally enforcable evidence, the agreement between
the seller and the buyer should be made in the form of written contract like underhanded
agreement or Authentic Deed. In terms of the regulation on compensation, the UPICCs,
CISG and the Indonesian Civil Codes need a special regulation describing the basic reasons

to enforce compensation provision for the parties, either in the forms of compensation,
loss/loss of profit percentage, that the balance of rights and obligations between both parties
for their achievement is met.

Keywords: Agreement, International Goods Trading, UPICCs, CISG, Indonesian
Civil Codes
iii

Universitas Sumatera Utara