Perjanjian Jual Beli Barang Secara Internasional Menurut UPICCs Dan CISG Serta KUH Perdata

40

BAB II
PENGATURAN HAK DAN KEWAJIBAN PENJUAL DAN PEMBELI
DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL DITINJAU DARI KETENTUAN
UPICCs, KONVENSI CISG, KUHPERDATA

A. Jual Beli Internasional
1.

Pengertian Jual Beli dan Jual Beli Internasional
Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Sebenarnya

kata jual dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata
Jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan Beli adalah adanya
perbuatan membeli. Jual beli adalah suatu persetujuan dimana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda, dan pihak yang lain membayar
harga yang telah dijanjikan. Demikianlah rumusan Pasal 1457 KUHPerdata.
Berdasarkan rumusan tersebut, maka jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian
yang melahirkan kewajiban atau perikatan untuk memberikan sesuatu, yang dalam
hal ini terwujud dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual, dan

penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual.64
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa dalam jual beli senantiasa terdapat dua
sisi hukum perdata, yaitu hukum kebendaan dan hukum perikatan. Dikatakan
demikian karena pada sisi hukum kebendaan, jual beli melahirkan hak bagi kedua
belah pihak atas tagihan yang berupa penyerahan kebendaan pada satu pihak dan

64

Rahayu Hartini, Hukum Komersial, (Malang: Umm Press, 2010), Hal. 43

40

Universitas Sumatera Utara

41

pembayaran harga jual pada pihak lainnya. Sedangkan dari sisi perikatan, jual beli
merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan kewajiban dalam bentuk
penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual, dan penyerahan uang oleh pembeli
kepada penjual. Walaupun demikian, meskipun bersisi dua, KUHPerdata melihat jual

beli hanya dari sisi perikatannya semata-mata, yaitu dalam bentuk kewajiban dalam
lapangan harta kekayaan dari masing-masing pihak secara bertimbal balik satu
terhadap yang lainnya.
Tidak ada suatu pengertian atau rumusan yang secara tegas memberikan
defenisi perjanjian jual beli internasional. Namun demikian dengan memperhatikan
kegiatan yang terjadi dan dilakukan dalam setiap transaksi perdagangan lintas negara,
yang dinamakan dengan transaksi jual beli internasional adalah transaksi jual beli
dalam lintas negara, yang melibatkan dua pihak yang melakukan jual beli atau dagang
yang melintasi batasan kenegaraan. Pihak-pihak ini harus merupakan pihak yang
berasal dari negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda.
Pengertian perjanjian jual beli internasional lebih luas dibanding dengan
perjanjian jual beli domestik. Unsur pembedanya terletak pada kata “Internasional”,
dimana Sudargo Gautama menyatakan bahwa perjanjian jual beli internasional adalah
“Apabila terdapat suatu unsur asing dalam suatu perjanjian yang bersifat
internasional, maka unsur asing atau foreign element inilah yang menyebabkan suatu
perjanjian menjadi suatu perjanjian internasional”.65
65

Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, (Bandung: PT. Alumni, 2007),


Hal. 48

Universitas Sumatera Utara

42

Unsur asing atau foreign element dalam suatu perjanjian terdiri dari:66
a. Kebangsaan yang berbeda,
b. Para pihak memiliki domisili hukum di negara yang berbeda,
c. Hukum yang dipilih adalah hukum asing, termasuk aturan atau prinsip kontrak
internasional terhadap kontrak tersebut,
d. Pelaksanaan kontrak di luar negeri,
e. Penyelesaian sengketa kontrak dilakukan di luar negeri,
f. Kontrak ditandatangani di luar negeri,
g. Objek kontrak di luar negeri,
h. Bahasa yang digunakan adalah bahasa asing, dan
i. Digunakannya mata uang asing dalam kontrak tersebut.
E.W. Chance dalam Principal of Marcantile Law :67
“kontrak jual beli adalah kontrak dimana penjual mengalihkan atau
menyetujui untuk mengalihkan hak milik berupa barang kepada pembeli untuk

sejumlah uang yang disebut harga, karenanya, kontrak jual beli juga merupakan
perjanjian penjualan atau penjualan yang sebenarnya, berdasarkan kontrak jual
beli dimana hak milik atas benda dialihkan dari penjual ke pembeli, kontrak
dinamakan penjualan, tetapi dimana pengalihan hak milik atas benda terjadi pada
masa yang akan datang, atau subjek yang memenuhi beberapa syarat, kontrak
disebut perjanjian penjualan. Suatu perjanjian untuk penjualan menjadi
penjualan, bila waktunya berlaku atau syarat-syarat telah terpenuhi oleh subjek
yang mana hak milik atas benda dialihkan”.
Sedangkan menurut International Supply Contract menurut Oxford Reference
“kontrak jual beli yang dibuat para pihak dimana tempat dan usaha atau tempat
tinggal yang biasanya berada dalam wilayah negara yang berbeda”.68

66

Huala Adolf, Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional,Op.cit, Hal. 4
Melati Juliani, “Pengaruh Ekspor Impor Terhadap Ekonomi Bisnis Indonesia”, Jurnal
Online TransBORDER, Edisi 1, Vol.1, Program Studi Ilmu Hubungan Internasioal Universitas
Pasundan, 2012, Hal. 110
68
Melati Juliani, Ibid, Hal. 110

67

Universitas Sumatera Utara

43

2.

Perbedaan Sistem Hukum Nasional dan Jual Beli Internasional
Sistem hukum nasional terdiri dari 2 istilah yaitu sistem dan hukum nasional.

Sistem merupakan pengorganisasian dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan
saling menggantungkan diri satu dari yang lain dan membentuk satu kesatuan. Suatu
sistem adalah suatu perangkat komponen yang berkaitan secara terpadu dan
dikoordinasikan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.69
Adapun ciri-ciri dari sistem yaitu terikat pada waktu dan tempat, berlanjut,
berkesinambungan, dan otonom, terdapat pembagian di dalamnya, tidak menghendaki
adanya konflik antara unsur-unsur atau bagian-bagian, sebagai pelengkap, dan
memiliki konsep yang fundamental. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa
sistem hukum adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian atau unsurunsur yang saling menentukan, saling pengaruh mempengaruhi dan tidak boleh saling

bertentangan (harus konsisten), untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara
sederhana, sistem hukum adalah susunan hukum yang teratur. Sistem hukum terdiri
dari suatu keseluruhan kompleks unsur-unsur yaitu peraturan, putusan, pengadilan,
lembaga atau organisasi, dan nilai-nilai. Sistem hukum bersifat berlanjut,
berkesinambungan dan otonom. Sistem hukum berfungsi untuk menjaga atau
mengusahakan keseimbangan tatanan dalam masyarakat (restitutio in integrum).70
Sistem Hukum bukan sekedar kumpulan peraturan-peraturan saja namun
peraturan-peraturan itu dapat diterima sebagai peratutan yang sah apabila dikeluarkan

69
70

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Yogyakarta: UAJY, 2012), Hal. 24
Sudikno Mertokusumo, Ibid, Hal. 31

Universitas Sumatera Utara

44

dari sumber-sumber yang sama, seperti peraturan hukum, yurisprudensi, dan

kebiasaan. Dimana suatu sistem hukum terdiri dari struktur atau kelembagaan sebagai
kerangka dasar dari sistem hukum itu sendiri, substansi hukum yang terdiri dari
aturan-aturan yang bersifat materiil maupun formil, dan budaya hukum yakni nilainilai atau pandangan masyarakat termasuk perilaku aparat dalam sistem hukum itu
sendiri. Hukum Nasional adalah hukum atau peraturan perundang-undangan yang
didasarkan kepada landasan ideologi dan konstitusional suatu negara. Hukum
nasional tidak lain adalah sistem hukum yang bersumber dari nilai-nilai budaya
bangsa yang sudah lama ada dan berkembang sekarang. Sistem hukum nasional
berarti sistem hukum yang diberlakukan oleh negara (state law). Jual beli
internasional pada dasarnya adalah transaksi yang berkaitan dengan kegiatan
komersial yang melintasi batas negara dan dilakukan oleh individu atau perusahaan
atau korporasi yang mana berasal dari dua atau lebih sistem hukum yang berbeda.
Adanya perbedaan sistem hukum tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan
kewarganegaraan individu atau juga perbedaan kebangsaan perusahaan atau badan
hukum atau korporasi yang melakukan transaksi tersebut. 71
Keharusan bahwa kontrak tidak boleh bertentangan dengan hukum,
kesusilaan, dan ketertiban umum, juga merupakan prinsip berlaku dalam ketentuan
hukum kontrak di hampir semua negara. Suatu kontrak yang disepakati haruslah tidak
boleh bertentangan atau melanggar ketentuan hukum yang diberlakukan oleh suatu

71


Sudikno Mertokusumo, Ibid, Hal. 32

Universitas Sumatera Utara

45

negara, menjadi sangat penting untuk dipahami oleh pelaku usaha, khususnya dalam
melakukan aktivitas perdagangan yang bersifat internasional. Karena dalam kontrak
dagang internasional secara mutlak akan melibatkan lebih dari satu sistem hukum
nasional (hukum perdata) negara, baik akibat dari perbedaan kewarganegaraan dari
masing-masing pelaku usaha tersebut ataupun akibat dari kesepakatan untuk samasama tunduk kepada ketentuan hukum nasional negara lain di luar dari hukum
nasional masing-masing pelaku usaha tersebut sebagai hukum yang mengatur
(governing law) suatu kontrak dagang yang disepakati. Artinya, sifat internasional
dari suatu kontrak dagang, terjadi karena kontrak tersebut melibatkan karena lebih
dari satu ketentuan hukum yang menjadi dasar ketundukkan dari masing-masing
pelaku bisnis yang berbeda kewarganegaraannya, ataupun pelaksanaan aktivitas
perdagangan tersebut yang bersifat lintas negara, sehingga ketentuan-ketentuan
hukum negara yang menjadi dasar pemilihan hukum yang mengatur (governing law)
kontrak tersebut menjadi sangat penting untuk dipahami, dan untuk dapat

menyelaraskannya dengan kewenangan pibadi yang tetap menjadi dasar kebebasan
pembentukan kesepakatan dalam jual beli internasional.72
Transaksi jual beli internasional melibatkan kegiatan pertukaran dan lalu
lintas barang, jasa dan uang yang berlangsung secara internasional serta melibatkan
pihak-pihak yang tunduk pada sistem hukum yang berbeda-beda. Transaksi tersebut
yang menerbitkan hak dan kewajiban pihak-pihak yang harus dilaksanakan diwilayah

72

Ricardo Simanjuntak, Op.cit, Hal. 15

Universitas Sumatera Utara

46

negara yang berbeda. Aturan-aturan hukum nasional dalam perdagangan internasional
dapat menjadi sumber hukum yang cukup penting dalam jual beli internasional.
Tetapi dengan adanya berbagai aturan hukum nasional ini sedikit banyak
kemungkinan memiliki perbedaan antara satu sama lainnya. Perbedaan ini kemudian
dikhawatirkan dapat mempengaruhi kelancaran transaksi perdagangan itu sendiri.

Hal-hal yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kelancaran transaksi perdagangan
tersebut adalah:73
a.

b.

c.

Terlibatnya lebih dari satu sistem hukum nasional dari negara-negara yang
berbeda atau bahkan terlibatnya kaidah-kaidah hukum internasional atau
kebiasaan-kebiasaan dalam transaksi dagang tertentu.
Pihak-pihak dalam transaksi perlu menentukan sistem hukum apa yang akan
dipilih untuk mengatur transaksi dan kontrak. Dalam hal ini yang lebih
diperhatikan adalah pilihan hukum ke arah sistem hukum yang dianggap paling
menguntungkan para pihak tanpa harus mengorbankan keabsahan kontrak secara
yuridis.
Para pihak perlu menetapkan pilihan forum kearah badan peradilan atau badan
penyelesaian sengketa yang berada di suatu negara (negara asing) sehingga
perselisihan yang mungkin timbul dari kontrak harus diselesaikan di depan forum
yang telah dipilih tersebut. Dalam hal ini perlu disadari bahwa pilihan forum

yang dilakukan dalam kontrak tidak otomatis berarti pilihan hukum kearah
sistem hukum dari forum tersebut untuk diberlakukan terhadap kontrak.
Apabila dalam kontrak tidak dijumpai klausul pilihan hukum yang tegas, maka
barulah klausul pilihan forum dapat dianggap sebagai salah satu indikator kuat
untuk berlakunya hukum forum (lex fori) sebagai hukum materiil untuk
menyelesaikan perkara.

73

Ricardo Simanjuntak, Op.cit, Hal. 15

Universitas Sumatera Utara

47

3.

Upaya Kodifikasi Hukum Jual Beli Internasional
Di mana ada masyarakat di sana ada hukum (ubi societas ubi ius). Hukum ada

pada setiap masyarakat, kapan pun, di manapun, dan bagaimanapun keadaan
masyarakat tersebut. Artinya eksistensi hukum bersifat sangat universal, terlepas dari
keadaan hukum itu sendiri sangat dipengaruhi oleh corak dan warna masyarakatnya
(hukum juga memiliki sifat khas, tergantung dengan perkembangan dan perubahan
yang terjadi dalam sebuah komunitas).
Kodifikasi adalah penyatuan sejumlah peraturan, perundang-undangan dan
ketentuan-ketentuan dalam sebuah buku hukum atau buku, perundang-undangan;
pengumpulan ketentuan-ketentuan hukum dalam sebuah kitab secara sistematis dan
teratur.74 Sedangkan Kodifikasi Hukum Internasional adalah perumusan yang lebih
tepat dan sistematis dari peraturan hukum internasional diberbagai bidang yang sudah
secara luas menjadi praktik, teladan dan doktrin negara.75
Ide mengembangkan hukum internasional melalui penyajian kembali aturan
yang ada atau melalui perumusan aturan baru tidak asal baru-baru ini. Pada kuartal
terakhir abad kedelapan belas Jeremy Bentham mengusulkan kodifikasi seluruh
hukum internasional, meskipun dalam semangat utopis. Sejak saat itu, berbagai upaya
di kodifikasi telah dibuat oleh individu pribadi, oleh masyarakat dan dipelajari oleh
Pemerintah. Antusiasme untuk “gerakan kodifikasi”, nama yang kadang-kadang

74

M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum-Dictionary of Law Complete Edition, (Surabaya:
Reality Publisher, 2009), Hal. 368
75

M. Marwan dan Jimmy P, Ibid

Universitas Sumatera Utara

48

diberikan kepada upaya seperti itu umumnya berasal dari keyakinan bahwa hukum
internasional tertulis akan

menghilangkan

ketidakpastian

hukum kebiasaan

internasional dengan mengisi kesenjangan yang ada dalam undang-undang. Meskipun
benar bahwa hanya teks konkrit diterima oleh Pemerintah secara langsung dapat
merupakan badan hukum internasional tertulis, upaya kodifikasi swasta yaitu
penelitian dan proposal yang diajukan oleh berbagai masyarakat, lembaga dan penulis
individu, juga memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan hukum
internasional.76
Materi bidang hukum yang dikodifikasikan tersusun secara sistematis, yang
mana artinya disusun secara berurutan, tidak tumpang tindih dari bentuk dan
pengertian umum kepada bentuk dan pengertian khusus. Tidak ada pertentangan
materi antara pasal sebelumnya dan pasal berikutnya. Memuat materi yang lengkap,
artinya bidang hukum termuat semuanya. Memberikan penyelesaian tuntas, artinya
tidak lagi memerlukan peraturan pelaksana semua ketentuan langsung dapat
diterapakan dan diikuti. Kodifikasi berasal dari kata Cope (dalam bahasa Perancis)
artinya kitab Undang-Undang. Kodifikasi artinya penghimpunan ketentuan bidang
hukum tertentu dalam kitab Undang-Undang yang tersusun secara sistematis, lengkap
dan tuntas. Contoh kodifikasi di Indonesia adalah Burgelijk Wetboek, Wetboek van
Koophandel,Failissement Verordening, Wetboek van Strafecht.

76

International Law Commision, “Origin and background of the development and
codification of international law”, http://untreaty.un.org/ilc/ilcintro.htm, diakses Hari Minggu,
Tanggal 7 Oktober 2012.

Universitas Sumatera Utara

49

Sebagai salah satu yang paling penting dalam kodifikasi hukum perdagangan
internasional, bahwa UNIDROIT telah mengarahkan dirinya untuk tugas pemersatu
dan harmonisasi pribadi hukum selama lebih dari setengah abad, dan bahwa lebih dari
sepuluh tahun telah menyaksikan dedikasi untuk studi, penelitian, diskusi, dan
penyusunan Prinsip UNIDROIT. Fitur utama dari UPICCs terletak pada kenyataan
bahwa mereka mewakili kodifikasi luas aturan umum untuk perbedaan sistem
nasional yang relevan dengan kontrak komersial internasional. Terbukti, aspek ini
menyiratkan pemeriksaan konsensus di mana setiap ekspresi dan frase yang telah
dibahas, merenungkan, dan dipilih oleh peserta sesuai dengan sistem hukum nasional
masing-masing.77 UPICCs merupakan aturan umum hukum kontrak komersial yang
berasal dari berbagai sistem hukum, dan dapat digunakan oleh pihak swasta sebagai
hukum yang mengatur kontrak mereka, sebagai sumber tambahan untuk digunakan
dalam hubungannya dengan CISG, dan sebagai kodifikasi lex mercatoria untuk
arbitrase.
Sedangkan konsep dasar CISG telah mempengaruhi pengembangan proyek
internasional atau regional penyatuan dan harmonisasi. Pertama, prasyarat untuk
aplikasi digunakan sebagai model. Kedua, ketentuan hukum substantif terhadap
hubungan kontraktual para pihak untuk kontrak pertukaran secara umum dan
ketentuannya mengenai kontrak penjualan khususnya memiliki pengaruh yang nyata

77

Luiz Olavo Batista, “The Unidroit Principles For International Commercial Law Project:
Aspect
of
International
Private
Law”,
http://www.ag.gov.au/Consultationsreformsandreviews/Pages/Review-of-Australian-ContractLaw.aspx, diakses Hari Minggu, Tanggal 7 Oktober 2012.

Universitas Sumatera Utara

50

pada proyek tersebut. Beberapa negara telah memberlakukan CISG tidak hanya
sebagai hukum mereka untuk lintas perbatasan penjualan tetapi juga sebagai hukum
penjualan domestik. Negara-negara Skandinavia adalah contoh yang paling dikenal,
meskipun ada beberapa perbedaan dalam implementasi masing-masing. Sementara
Swedia dan Finlandia memperkenalkan CISG bersama hukum penjualan domestik
berdasarkan CISG, Norwegia berlaku hanya satu hukum penjualan (Kjopsloven)
untuk penjualan baik internasional dan internal. Norwegia bukanlah satu-satunya
contoh dari bangsa yang menerapkan CISG baik sebagai konvensi internasional
maupun sebagai hukum penjualan domestik. Kepulauan Tokelau, sejauh wilayah
kepercayaan Selandia Baru di Pasifik Selatan, yang akan memperoleh kemerdekaan
pada tahun 2006, diberlakukan CISG tahun 2004 sebagai hukum penjualan baik
untuk internasional dan penjualan lokal, bersama dengan suplementasi beberapa
untuk membuatnya menjadi dasar seperangkat aturan untuk kontrak pada umumnya.
Dapat dikatakan bahwa kodifikasi dapat menjadi salah satu sarana pemersatu aturan
sehingga dapat lebih mudah diakses oleh pengguna hukum kontrak .78
4.

Konvensi-Konvensi Internasional terkait
Suatu perdagangan dikatakan sebagai perdagangan internasional, jika

transaksi jual beli telah menyebabkan terjadinya pilihan hukum antara dua sistem
hukum yang berbeda, dan benda yang diperjualbelikan harus diserahkan melintasi

78

Peter Schlechtriem, “Basic Structures and General Concepts of the CISG as Models for a
Harmonisation of the Law of Obligations”, http://www.juridicainternational.eu/?id=12636, diakses
pada Hari Minggu, Tanggal 7 Oktober 2012.

Universitas Sumatera Utara

51

batas-batas kenegaraan, dan keberadaan unsur asing atau elemen asing bagi sistem
hukum yang berlaku.
Konvensi Internasional adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah, sedang
atau akan diratifikasi oleh negara-negara di dunia. Agar suatu konvensi dapat
mengikat maka negara kedua belah pihak tersebut harus merupakan peserta dari
konvensi internasional tersebut dan telah meratifikasi sehingga menjadi bagian dari
hukum nasional masing-masing negara
Menurut Gunawan Widjaja, Ada beberapa konvensi internasional yang terkait
dengan jual beli barang, yaitu:79
a.

b.

c.
d.

e.

Convention on the Law Applicable to International Sales of Goods.
Yang diterima pada tahun 1951 di Den Haag, namun baru mulai ditandatangani
pada tahun 1955, dengan Belgia sebagai Negara pertama yang menandatangani
konvensi ini pada tanggal 15 Juni 1955 dikenal dengan sebutan Konvensi Jual
Beli 1951 (1955).
Convention on the Law Governing Transfer of Title in International Sales of
Goods.
Merupakan tambahan atau aksesoris terhadap Konvensi Jual Beli 1951 (1955),
dimana semua konsepsi dan aturan yang ada dalam Konvensi Jual Beli 1951
(1955) diatur dan disalin ulang dalam Konvensi ini.
Convention on the Jurisdiction of the Selected Forum in the Case of
International Sales of Goods.
Convention Relating to A Uniform Law on the International Sales of Goods.
Dikenal sebagai Konvensi Jual Beli 1964, dikarenakan Konvensi ini disetujui
pada tahun 1964 di Den Haag.
Convention Relating to A Uniform Law on the Formating of Contracts for the
International Sales of Goods (Den Haag 1964).
Dikenal sebagai Konvensi Jual Beli 1964, dikarenakan Konvensi ini disetujui
pada tahun 1964 di Den Haag.
79

Gunawan Widjaja, “Aspek Hukum Kontrak Dagang Internasional: Analisis Yuridis
Terhadap Kontrak Jual Beli Internasional”, Jurnal Hukum Bisnis Vol.27 No.4, 2008, Hal. 26

Universitas Sumatera Utara

52

f.

Final Act of the United Nations Conference on Contract for the Sale of Goods,
yang lebih dikenal dengan Vienna Convention on Contract for the International
Sales of Goods (CISG).
Konvensi yang dihasilkan dari suatu konferensi yang diselenggarakan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang di prakarsai oleh UNCITRAL, dan
diselenggarakan mulai tanggal 10 Maret hingga 11 April 1980 serta berhasil
menghasilkan kesepakatan mengenai hukum materiil yang mengatur jual beli
(barang) internasional (sering disebut dengan CISG).
Dari keenam konvensi yang disebutkan diatas, bahwa dua konvensi pertama

mengatur mengenai pengaturan dari hukum yang berlaku atau diberlakukan dalam
suatu transaksi jual beli internasional, termasuk juga didalamnya ketentuan khusus
mengenai saat beralihnya hal milik/kepemilikan atas benda yang diperjualbelikan
dalam transaksi perdagangan internasional.
Konvensi ketiga berbicara mengenai “choice of forum” atau pihak lembaga
atau yurisdiksi yang akan melaksanakan tugas sebagai pihak yang menyelesaikan
sengketa, permasalahan, perbedaan pendapat, maupun penafsiran dan segala sesuatu
yang terkait dengan perbedaan pandang mengenai satu atau lebih hal yang
berhubungan dengan transaksi jual beli internasional. Tiga konvensi yang disebutkan
terakhir mengatur mengenai isi perjanjian dagang internasional, yang merupakan
aturan-aturan yang harus diberlakukan dalam setiap transaksi jual beli internasional,
termasuk di dalamnya pembentukan perjanjian yang dipergunakan dalam rangka
kegiatan jual beli internasional.
B. Hak dan Kewajiban dalam Jual Beli Internasional Menurut UPICCs
1.

Latar Belakang UPICCs

Universitas Sumatera Utara

53

The International Institute for the Unification of Private Law (UNIDROIT)
adalah sebuah organisasi antar pemerintah yang sifatnya independen. Lembaga
UNIDROIT ini dibentuk sebagai suatu badan pelengkap Liga Bangsa-Bangsa (LBB).
Sewaktu LBB bubar, UNIDROIT dibentuk pada tahun 1940 berdasarkan suatu
perjanjian multilateral yakni Statuta UNIDROIT (The UNIDROIT Statute).
The UNIDROIT Principles of International Commercial Contract 1994 (Prinsip
UNIDROIT) merupakan salah satu upaya harmonisasi hukum atau pengaturan dalam
hukum kontrak internasional. Prinsip UNIDROIT ini diperbaharui pada tahun 2004
dan Mei 2010, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan perdagangan
internasional. Prinsip UNIDROIT adalah hasil karya Working Group yang terdiri dari
para ahli sebagai perwakilan dari sistem-sistem hukum dan ekonomi di dunia.
UNIDROIT sendiri adalah International Institute for the Unification of Private Law.
Indonesia telah

meratifikasi Konvensi UNIDROIT melalui Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2008 tentang Pengesahan Statute of International
Institute for The Unification of Private Law (Statuta Lembaga Internasional Untuk
Unifikasi Hukum Perdata).
2.

Tujuan UPICCs
Sesuai dengan Preambul (Pembukaan) UPICCs, tujuan UPICCs adalah:
a. Menciptakan suatu aturan yang berimbang, sehingga diharapkan para pelaku
perdagangan internasional yang berlatar belakang tingkat ekonomi, sistem
politik dan sistem hukum yang berbeda dapat menggunakannya.

Universitas Sumatera Utara

54

b. Dapat digunakan oleh para pihak ketika terjadi kebuntuan dalam menentukan
hukum mana yang akan dipilih, dengan kesepakatan untuk memilih choice of
law prinsip UNIDROIT.
c. Dapat digunakan oleh para pihak untuk menafsirkan suatu klausul dalam
kontrak yang menimbulkan sengketa karena perbedaan penafsiran.
d. Dapat digunakan sebagai model law.
3.

Kekuatan Mengikat UPICCS
Berdasarkan ketentuan dalam

preambul UPICCs, UPICCs memiliki

yurisdiksi yang sangat luas. UPICCs dapat digunakan oleh para pihak yang
menyepakati untuk tunduk pada ketentuan-ketentuannya tanpa perlu adanya ratifikasi.
Tidak hanya sebatas itu bahkan UPICCs dapat dijadikan sumber hukum bagi para
pihak yang tidak memilih suatu hukum manapun sebagai pengaturan kontraknya.
Lebih jauh lagi, UPICCs sebagai model law (produk hukum percontohan) dapat
digunakan sebagai rujukan bagi perancang peraturan perundang-undangan (legislative
drafter) dalam pembentukan hukum nasional.
Status atau kekuatan mengikat UPICCs pada kenyataannya tidak memiliki
kekuatan hukum apapun namun hanya merupakan instrumen yang memiliki kekuatan
pengaruh saja (persuasive value).
Terlepas dari kenyataan tersebut, dalam praktiknya UPICCs merupakan
sumber hukum kontrak internasional yang sangat diakui dan memiliki peranan
penting bagi para pihak dalam pelaksanaan perdagangan internasional dan menjadi
rujukan bagi negara-negara di dunia terutama negara anggota UNIDROIT.

Universitas Sumatera Utara

55

4.

Hak-hak dan Kewajiban Penjual
Dalam transaksi internasional, pada dasarnya kepentingan importir dan

eksportir sama dengan kepentingan pembeli dan penjual dalam transaksi domestik.
Importir ingin mendapatkan barang yang dibayarnya, dan penjual ingin mendapatkan
pembayaran untuk barang yang telah diserahkannya.80
Setiap pendukung pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional
secara tersimpul berarti adanya kemampuan untuk mengadakan hubungan-hubungan
hukum yang melahirkan hak-hak dan kewajiban tersebut.81
Pengaturan hak-hak dan kewajiban dalam UPICCs tidak hanya kepada penjual
dan tapi juga kepada para pihak yang terkait dengan perjanjian, baik itu kepada
penjual, pembeli, agen dan juga pihak ketiga.
Adapun hak-hak para pihak yang tercantum didalam UPICCs adalah:
a.

Para pihak bebas untuk masuk kedalam kontrak dan untuk menentukan isinya
(Pasal 1.1 UPICCs). Selain bebas dalam menentukan isi perjanjian para pihak
juga diberi kebebasan dalam:
1) Para pihak dapat mengecualikan penerapan prinsip-prinsip ini atau
menyimpang dari atau bervariasi dan pengaruh dari setiap ketentuan, kecuali
ditentukan lain dalam prinsip-prinsip UPICCs ini. (Pasal 1.5 UPICCs).

80

Edward G. Hinkelman, Metode Pembayaran Bisnis Internasional, Seri No.12, (Jakarta:
PPM, 2002), Hal. 6
81

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung:
Alumni, 2003), Hal. 97

Universitas Sumatera Utara

56

2) Setiap pihak bebas bernegosiasi dan tidak bertanggung jawab atas kegagalan
dalam mencapai sebuah kesepakatan (Pasal 2.1.15 UPICCs).
3) Para pihak (yang promisor82 dan promisee83)) dapat memberikan hak dari
perjanjian secara tersurat maupun tersirat kepada pihak ketiga (Pasal 5.2.1
ayat (1) UPICCs).
b.

Salah satu pihak dapat menghindari kontrak ketika telah diarahkan untuk
meyimpulkan kontrak oleh pihak lain dikarenakan adanya penipuan, ancaman
dan pengambilan keuntungan yang tidak adil (Pasal 3.2.5 sampai Pasal 3.2.7
ayat 1(a)) UPICCs). Hal-hal dapat dilakukan bila terjadi pelanggaran kontrak,
yaitu:
1) Salah satu pihak dapat menghindari kontrak dengan beberapa alasan (yang
tersebut pada poin b) secara tersurat maupun tersirat (Pasal 3.2.9 UPICCs)
dan dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak lain (Pasal 3.2.11
UPICCs).
2) Para pihak memiliki hak untuk melakukan perbaikan kontrak seperti dalam
keadaan wajar akibat pelanggaran kontrak (Pasal 3.3.1 ayat (2)).
3) Salah satu pihak dapat mengakhiri kontrak dimana kegagalan pihak lain
untuk melakukan kewajiban dibawah nilai kontrak kedasar non kinerja
(Pasal 7.3.1 ayat (1) UPICCs).

82
83

Promisor adalah orang yang membuat janji.
Promisee adalah kepada siapa janji itu diberikan.

Universitas Sumatera Utara

57

c.

Pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi keterlambatan kinerja (Pasal
7.1.4 ayat (5) UPICCs). Yang dapat dilakukan salah satu pihak bila terjadi
keterlambatan kinerja, yakni:
1) Dalam hal keterlambatan pihak yang dirugikan juga dapat mengakhiri
kontrak jika pihak lain gagal untuk melakukan sebelum waktu diperbolehkan
di bawah pasal 7.1.5 telah berakhir (Pasal 7.3.1 ayat (3) UPICCs).
2) Pihak yang dirugikan berhak untuk kompensasi penuh atas kerusakan yang
diderita sebagai hasil non kinerja (Pasal 7.4.2 UPICCs).
3) Pihak yang dirugikan berhak untuk memulihkan biaya-biaya wajar yang
timbul dalam berusaha untuk mengurangi dampak buruk (Pasal 7.4.8
UPICCs), serta berhak atas bunga atas jumlah dari waktu ketika pembayaran
(Pasal 7.4.9 ayat (1) UPICCs) dan berhak untuk kerusakan tambahan jika
bukan pembayaran menyebabkan sebuah bahaya yang besar (Pasal 7.4.9 ayat
(3) UPICCs).
4) Obligor memiliki hak untuk dikompensasi oleh pemberi tugas atau penerima
hak untuk setiap tambahan biaya yang disebabkan oleh tugas (Pasal 9.1.8
UPICCs).

d.

Para pihak dapat mengubah atau mencabut hak-hak yang diberikan oleh kontrak
kepada pihak ketiga (penerima) sehingga penerima manfaat menerimanya atau
cukup bertindak berdasarkan hak yang diubah atau dicabut tersebut (Pasal 5.2.5
UPICCs). Hal-hal yang dapat dilakukan pihak ketiga terhadap pemberi hak
adalah :

Universitas Sumatera Utara

58

1) Penerima (pihak ketiga) dapat melepaskan hak yang diberikan kepadanya
(Pasal 5.2.6 UPICCs).
2) The Obligee84 dapat menolak tawaran untuk tampil dibagian kinerja waktu.
Baik atau tidak tawaran tersebut ditambah dengan suatu jaminan untuk
keseimbangan kinerja, kecuali Obligee tidak memiliki kepentingan sah
dalam melakukannya. Biaya tambahan yang terjadi pada obligee oleh kinerja
parsial ditanggung oleh Obligor85 tanpa mengurangi upaya lain (Pasal 6.1.3
UPICCs).
3) Apabila pemberitahuan pengalihan diberikan oleh penerima hak, Obligor
dapat meminta penerima hak untuk memberikan bukti yang memadai dalam
waktu yang wajar (Pasal 9.1.12 ayat (1) UPICCs), serta dapat menahan
pembayaran bila bukti tersebut belum diberikan kepada Obligor (Pasal
9.1.12 ayat (2) UPICCs).
Adapun kewajiban para pihak yang tercantum didalam UPICCs adalah:
a)

Setiap pihak harus bekerjasama dengan pihak lain seperti kerjasama yang
diharapkan untuk kinerja kewajiban para pihak (Pasal 5.1.3 UPICCs).

b) Setiap pihak harus bertindak sesuai dengan itikad baik dan adil dalam
perdagangan internasional (Pasal 1.7 UPICCs). Pasal yang mempertegas itikad
baik dan adil dalam perdagangan internasional, adalah:

84

Obligee adalah orang yang menerima manfaat dari kewajiban orang yang berupa pemberian,
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
85
Obligor adalah seseorang yang kontraktual atau yang secara hukum yang memberikan
sesuatu kepada orang lain.

Universitas Sumatera Utara

59

i.

Menunggu terpenuhinya kondisi, para pihak tidak boleh bertentangan dengan
kewajiban untuk bertindak berdasarkan dengan itikad baik dan adil, bertindak
sehingga merugikan hak pihak lain dalam hal pemenuhan kondisi (Pasal 5.3.4
UPICCs).

c)

Setiap pihak akan menanggung biaya kinerja kewajibannya (Pasal 6.1.12
UPICCs). Hal-hal yang menjadi tanggungan biaya adalah:
i. Biaya tambahan yang terjadi pada Obligee oleh kinerja sebelumnya harus
menjadi tanggungan Obligor, tanpa mengurangi upaya lain (Pasal 6.1.5
UPICCs).
ii. Salah satu pihak harus menanggung kenaikan biaya yang terkait dengan
kinerja disebabkan suatu perubahan pada tempat usaha (Pasal 6.1.6 ayat (2)
UPICCs).

d) Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk apapun yaitu dengan cek atau
instrumen lain (Pasal 6.1.7 ayat (1) sampai Pasal 6.1.8 UPICCs).
e)

Pihak yang gagal untuk melakukan kinerja harus memberitahukan kepada pihak
lain dari hambatan dan pengaruhnya terhadap kemampuannya untuk melakukan
(karena force majeure). Jika pemberitahuan tersebut tidak diterima oleh pihak
lain dalam waktu yang wajar dari setelah waktu kegagalan, maka pihak tersebut
bertanggung jawab atas kerusakan (Pasal 7.1.7 ayat (3) UPICCs).

Menurut Edward G. Hinkelman, menyebutkan isu dan kepentingan penjual, yaitu:86

86

Edward G. Hinkelman, Op.cit, Hal. 7

Universitas Sumatera Utara

60

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
5.

Kepastian penyerahan dan ketepatan jumlah.
Mutu barang.
Kondisi barang.
Waktu penerimaan barang.
Waktu keterlambatan.
Pembiayaan transaksi.
Importir sebagai broker.
Biaya dan resiko transportasi.
Jarak.
Mata uang transaksi.

Hak-hak dan kewajiban Pembeli
Pengaturan hak dan kewajiban dalam UPICCs tidak hanya kepada pembeli

tapi juga kepada para pihak yang terkait dengan perjanjian, baik itu kepada penjual,
pembeli, agen dan juga pihak ketiga.
Hak-hak dan kewajiban pembeli dan penjual memiliki penganturan yang sama
dalam UPICCs, seperti yang telah tersebut pada hak-hak dan kewajiban pembeli.
Adapun hak-hak para pihak yang tercantum didalam UPICCs adalah:
a.

Para pihak bebas untuk masuk kedalam kontrak dan untuk menentukan isinya
(Pasal 1.1 UPICCs). Selain bebas dalam menentukan isi perjanjia para pihak juga
diberi kebebasan dalam:
1) Para pihak dapat mengecualikan penerapan prinsip-prinsip ini atau
menyimpang dari atau bervariasi dan pengaruh dari setiap ketentuan, kecuali
ditentukan lain dalam prinsip-prinsip UPICCs ini. (Pasal 1.5 UPICCs).
2) Setiap pihak bebas bernegosiasi dan tidak bertanggung jawab atas kegagalan
dalam mencapai sebuah kesepakatan (Pasal 2.1.15 UPICCs).

Universitas Sumatera Utara

61

3) Para pihak (yang promisor dan promisee) dapat memberikan hak dari
perjanjian secara tersurat maupun tersirat kepada pihak ketiga (Pasal 5.2.1
ayat (1) UPICCs).
b.

Salah satu pihak dapat menghindari kontrak ketika telah diarahkan untuk
meyimpulkan kontrak oleh pihak lain dikarenakan adanya penipuan, ancaman
dan pengambilan keuntungan yang tidak adil (Pasal 3.2.5 sampai Pasal 3.2.7
ayat 1(a)) UPICCs). Hal-hal dapat dilakukan bila terjadi pelanggaran kontrak,
yaitu:
1) Salah satu pihak dapat menghindari kontrak dengan beberapa alasan (yang
tersebut pada poin b) secara tersurat maupun tersirat (Pasal 3.2.9 UPICCs)
dan dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak lain (Pasal 3.2.11
UPICCs).
2) Para pihak memiliki hak untuk melakukan perbaikan kontrak seperti dalam
keadaan wajar akibat pelanggaran kontrak (Pasal 3.3.1 ayat (2)).
3) Salah satu pihak dapat mengakhiri kontrak dimana kegagalan pihak lain
untuk melakukan kewajiban dibawah nilai kontrak kedasar non kinerja
(Pasal 7.3.1 ayat (1) UPICCs).

c.

Pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi keterlambatan kinerja (Pasal
7.1.4 ayat (5) UPICCs). Yang dapat dilakukan salah satu pihak bila terjadi
keterlambatan kinerja, yakni:

Universitas Sumatera Utara

62

1) Dalam hal keterlambatan pihak yang dirugikan juga dapat mengakhiri
kontrak jika pihak lain gagal untuk melakukan sebelum waktu diperbolehkan
di bawah pasal 7.1.5 telah berakhir (Pasal 7.3.1 ayat (3) UPICCs).
2) Pihak yang dirugikan berhak untuk kompensasi penuh atas kerusakan yang
diderita sebagai hasil non kinerja (Pasal 7.4.2 UPICCs).
3) Pihak yang dirugikan berhak untuk memulihkan biaya-biaya wajar yang
timbul dalam berusaha untuk mengurangi dampak buruk (Pasal 7.4.8
UPICCs), serta berhak atas bunga atas jumlah dari waktu ketika pembayaran
(Pasal 7.4.9 ayat (1) UPICCs) dan berhak untuk kerusakan tambahan jika
bukan pembayaran menyebabkan sebuah bahaya yang besar (Pasal 7.4.9 ayat
(3) UPICCs).
4) Obligor memiliki hak untuk dikompensasi oleh pemberi tugas atau penerima
hak untuk setiap tambahan biaya yang disebabkan oleh tugas (Pasal 9.1.8
UPICCs).
d.

Para pihak dapat mengubah atau mencabut hak-hak yang diberikan oleh kontrak
kepada pihak ketiga (penerima) sehingga penerima manfaat menerimanya atau
cukup bertindak berdasarkan hak yang diubah atau dicabut tersebut (Pasal 5.2.5
UPICCs). Hal-hal yang dapat dilakukan pihak ketiga terhadap pemberi hak
adalah:
1) Penerima (pihak ketiga) dapat melepaskan hak yang diberikan kepadanya
(Pasal 5.2.6 UPICCs).

Universitas Sumatera Utara

63

2) The Obligee dapat menolak tawaran untuk tampil dibagian kinerja waktu.
Baik atau tidak tawaran tersebut ditambah dengan suatu jaminan untuk
keseimbangan kinerja, kecuali Obligee tidak memiliki kepentingan sah
dalam melakukannya. Biaya tambahan yang terjadi pada obligee oleh kinerja
parsial ditanggung oleh Obligor tanpa mengurangi upaya lain (Pasal 6.1.3
UPICCs).
3) Apabila pemberitahuan pengalihan diberikan oleh penerima hak, Obligor
dapat meminta penerima hak untuk memberikan bukti yang memadai dalam
waktu yang wajar (Pasal 9.1.12 ayat (1) UPICCs), serta dapat menahan
pembayaran bila bukti tersebut belum diberikan kepada Obligor (Pasal
9.1.12 ayat (2) UPICCs).
Mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, mengemukakan 4 (empat) hak
dasar konsumen, yaitu:87
1.

The right to safe products.

2.

The right to be informed about products.

3.

The right to definite choices in selecting products.

4.

The right to be heard regarding consumer interests.

Adapun kewajiban para pihak yang tercantum didalam UPICCs adalah:
a.

Setiap pihak harus bekerjasama dengan pihak lain seperti kerjasama yang
diharapkan untuk kinerja kewajiban para pihak (Pasal 5.1.3 UPICCs).
87

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2001), Hal. 26

Universitas Sumatera Utara

64

b.

Setiap pihak harus bertindak sesuai dengan itikad baik dan adil dalam
perdagangan internasional (Pasal 1.7 UPICCs). Pasal yang mempertegas itikad
baik dan adil dalam perdagangan internasional, adalah:
1) Menunggu terpenuhinya kondisi, para pihak tidak boleh bertentangan
dengan kewajiban untuk bertindak berdasarkan dengan itikad baik dan adil,
bertindak sehingga merugikan hak pihak lain dalam hal pemenuhan kondisi
(Pasal 5.3.4 UPICCs).

c.

Setiap pihak akan menanggung biaya kinerja kewajibannya (Pasal 6.1.12
UPICCs). Hal-hal yang menjadi tanggungan biaya adalah:
1) Biaya tambahan yang terjadi pada Obligee oleh kinerja sebelumnya harus
menjadi tanggungan Obligor, tanpa mengurangi upaya lain (Pasal 6.1.5
UPICCs).
2) Salah satu pihak harus menanggung kenaikan biaya yang terkait dengan
kinerja disebabkan suatu perubahan pada tempat usaha (Pasal 6.1.6 ayat (2)
UPICCs).

d.

Pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk apapun yaitu dengan cek atau
instrumen lain (Pasal 6.1.7 ayat (1) sampai Pasal 6.1.8 UPICCs).

e.

Pihak yang gagal untuk melakukan kinerja harus memberitahukan kepada pihak
lain dari hambatan dan pengaruhnya terhadap kemampuannya untuk melakukan
(karena force majeure). Jika pemberitahuan tersebut tidak diterima oleh pihak
lain dalam waktu yang wajar dari setelah waktu kegagalan, maka pihak tersebut
bertanggung jawab atas kerusakan (Pasal 7.1.7 ayat (3) UPICCs).

Universitas Sumatera Utara

65

Isu dan kepentingan pembeli menurut Edward G. Hinkelman adalah:88
1) Kepastian pembayaran.
2) Kepastian penyerahan dan ketepatan jumlah.
3) Kondisi barang.
4) Pembiayaan transaksi.
5) Eksportir sebagai broker.
6) Resiko politik.
7) Resiko hukum.
8) Transportasi dan biayanya.
9) Asuransi barang.
10) Jarak.
11) Resiko mata uang.
C. Hak dan Kewajiban dalam Jual Beli Internasional Menurut CISG
1.

Latar Belakang CISG
Pada 11 April 1980, PBB menciptakan Konvensi tentang Kontrak untuk

Penjualan Barang Internasional (CISG), juga disebut sebagai Konvensi Wina, sejak
konferensi diplomatik yang diselesaikan CISG terjadi. Kerja Perdana pada hukum
yang seragam untuk penjualan barang internasional dimulai pada tahun 1930 di
Institut Internasional untuk Unifikasi Hukum Perdata (UNIDROIT), sebuah
organisasi antar pemerintah yang independen awalnya didirikan oleh Liga BangsaBangsa (LBB) pada tahun 1926 dan berbasis di Roma. Namun, dua upaya awal pada
unifikasi hukum perdagangan internasional (Konvensi Den Haag 1964) yang dikritik
dan gagal untuk mencapai penerimaan internasional dan aplikasi.
CISG adalah hasil dari kerja yang dimulai pada tahun 1968 oleh Komisi PBB
untuk Hukum Perdagangan Internasional (UNCITRAL), Badan Inti Hukum
88

Edward G. Hinkelman, Op.cit, Hal. 9

Universitas Sumatera Utara

66

Perserikatan Bangsa-Bangsa di bidang hukum internasional. UNCITRAL diciptakan
oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1966.
2.

Tujuan CISG
Adapun tujuan dari CISG adalah mempersiapkan atau mempromosikan adopsi

konvensi internasional baru, model hukum dan keseragaman hukum, dan
mempromosikan kodifikasi dan penerimaan yang lebih luas dari istilah perdagangan
internasional, ketentuan, kebiasaan dan praktik, bekerja sama bila sesuai dengan
organisasi yang beroperasi di bidang ini.
Enam puluh dua negara berpartisipasi dalam Konferensi Wina, yang
berlangsung di Hofburg Neue. Konferensi musyawarah ini adalah untuk sebagian
besar bebas dari pengaruh politik. Perhatian utama di balik proposal dan perubahan
hampir selalu untuk mencapai solusi terbaik dan tujuan tidak hanya untuk
mengabadikan peraturan hukum nasional satu negara. Menurut Mukadimah, CISG ini
didasarkan pada keyakinan bahwa perkembangan perdagangan internasional atas
dasar kesetaraan dan saling menguntungkan merupakan elemen penting dalam
meningkatkan hubungan bilateral antara negara, dan bahwa penerapan aturan
seragam yang mengatur kontrak untuk penjualan barang internasional dan
mempertimbangkan sistem sosial, ekonomi dan hukum yang berbeda akan
berkontribusi pada penghapusan hambatan hukum dalam perdagangan internasional
dan mempromosikan pengembangan perdagangan internasional. Sebagai kelanjutan
dari tujuan mulia tersebut, CISG adalah upaya cekatan untuk merancang aturan
hukum dan prosedur praktis untuk transaksi penjualan internasional melalui bahasa

Universitas Sumatera Utara

67

bebas dari istilah hukum, bebas dari teori hukum yang rumit dan mudah bagi
pengusaha untuk mengerti.
3.

Kekuatan Mengikat CISG
CISG sebenarnya tidak memiliki kekuatan hukum, pasal 95 CISG

menyebutkan bahwa “Setiap Negara dapat menyatakan pada saat diserahkannya
instrumen ratifikasi … bahwa negara tersebut tidak mengikatkan diri pada pasal 1ayat
(1)(b) konvensi ini”. Pasal 6 CISG memperbolehkan para pihak menyampingkan
keberlakuan CISG baik secara keseluruhan maupun sebagian. Dengan demikian, para
pihak dapat merancang suatu klausula pilihan hukum yang menetapkan hukum suatu
negara sebagai pilihan, namun dengan mengabaikan CISG secara keseluruhan.
4.

Hak dan Kewajiban Penjual
Ketentuan CISG hanya mengatur secara khusus mengenai kewajiban para

pihak sebagaimana ditentukan dalam bab II tentang kewajiban penjual dan bab III
dalam CISG yang menyebutkan tentang kewajiban pembeli. Secara timbal balik dapat
disimpulkan bahwa kewajiban penjual merupakan hak dari pembeli demikian pula
sebaliknya.
A). Hak Penjual
Hak-hak yang diterima oleh penjual adalah:
1. Menerima pembayaran dari harga pada tanggal yang telah ditetapkan dalam
kontrak (Pasal 59 CISG).
2. Jika pembeli gagal melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak atau konvensi,
penjual dapat:

Universitas Sumatera Utara

68

a.

Mengambil haknya sesuai Pasal 62 sampai 65 CISG.

b.

Mengklaim kerugian sesuai Pasal 74 sampai 77 CISG.

3. Penjual mungkin telah menetapkan suatu tambahan jangka waktu yang lebih
panjang untuk memungkinkan pembeli melaksanakan kewajibannya,89 kecuali
penjual telah menerima pemberitahuan dari pembeli bahwa ia tidak akan
melaksanakannya dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.90
4. Penjual boleh menyatakan kontrak batal, apabila:91
a.

Jika kegagalan dari pembeli untuk melaksanakan kewajibannya sesuai
kontrak/konvensi ini sebanyak yang dapat dijadikan suatu dasar dari
pelanggaran kontrak, atau

b.

Jika pembeli tidak, dalam jangka waktu perpanjangan melaksanakan
kewajibannya untuk membayar harga/menerima penyerahan barang, atau
jika pembeli menyatakan bahwa ia tidak akan melakukan hal itu dalam
jangka waktu yang ditetapkan.

B). Kewajiban Penjual
Ketentuan tentang kewajiban penjual diatur dalam Bab II dalam 3 bagian dari
Pasal 30 sampai dengan Pasal 52 CISG. Pada dasarnya ada 2 kewajiban dari penjual,
yaitu:
1.

Menyerahkan barang dan menyerahkan dokumen yang berkaitan dengan barang
(Pasal 30 CISG).

89

Pasal 63 ayat (1) CISG
Pasal 63 ayat (2) CISG
91
Pasal 64 CISG
90

Universitas Sumatera Utara

69

Jika kontrak tidak menentukan tempat tertentu dalam penyerahan barang maka
kewajiban untuk menyerahkan barang adalah sebagai berikut:92
a. Jika kontrak jual beli mencakup pengangkutan barang maka penyerahan
barang ditempat handling barang pengangkutan pertama untuk dikirim ke
pembeli,
b. Dalam hal tidak ditentukan tempat tersebut dan jika kontrak itu menyangkut
barang tertentu, atau barangnya tidak ditentukan asal atau dibuatnya. Akan
tetapi pada saat penutupan kontrak, para pihak mengetahui dimana barang
berada atau dibuat maka penyerahan dapat dilakukan dimana barang itu
ditempatkan atau ditempat yang ditentukan oleh pembeli.
c. Jika tidak ada tempat yang ditentukan oleh pembeli maka penyerahan
dilakukan ditempat dimana penjual memiliki usahanya pada saat penutupan
kontrak.
Jika penjual menyerahkan barang kepada pengangkut, dan tidak secara jelas
memberi petunjuk tentang barangnya baik melalui penandaan atau melalui
dokumen pengapalan maka pihak penjual wajib memberitahu pembeli mengenai
pengiriman barang (consignment) dan menunjukkan barangnya. Serta jika
kontrak mencakup pengangkutan barang oleh penjual maka ia wajib mengangkut
barang itu ke tempat yang telah ditetapkan. Barang tersebut diangkut
menggunakan alat transportasi yang sesuai dengan keadaan barangnya dan syarat
umum bagi transportasi.
Jika penjual tidak terikat untuk menutup asuransi sehubungan dengan
pengangkutan barang maka atas permintaan pihak pembeli, penjual wajib
memberikan segala informasi yang penting bagi pembeli. Informasi itu berkaitan
dengan penanggungan asuransi atas barang tersebut.
92

Taryana Soenandar, Op.cit, Hal. 88

Universitas Sumatera Utara

70

Adapun mengenai kapan penjual diwajibkan menyerahkan barang, ketentuannya
adalah:
1) Jika tanggalnya ditetapkan dalam kontrak, penyerahan dilakukan pada tanggal
tersebut,
2) Jika jangka waktu penyerahan ditentukan dalam kontrak, penyerahan
dilakukan pada jangka waktu tersebut, kecuali jika pembeli memilih tanggal
tertentu.
3) Jika tidak ditentukan dalam kontrak, penyerahan dilakukan pada waktu
tertentu, yang ditentukan setelah penutupan kontrak.
Jika penjual terikat untuk menyerahkan dokumen yang berkaitan dengan barang,
ia harus menyerahkannya pada saat, tempat dan dalam bentuk yang ditentukan
dalam kontrak. Jika penjual telah menyerahkan dokumen sebelum waktunya, ia
wajib memperbaiki segala kekurangan dari dokumen tersebut, sampai waktu
yang ditentukan. Agar tindakan itu tidak menyebabkan pembeli mengalami
kesulitan atau mengeluarkan biaya yang tidak sepatutnya. Namun, pembeli
memiliki hak untuk menuntut penggantian biaya yang dikeluarkan akibat
tindakan tersebut.
2.

Mengalihkan hak milik
Pasal 35 CISG menentukan bahwa penjual wajib meyerahkan barang dalam
jumlah, kualitas dan uraian yang ditentukan dalam kontrak serta dimuat atau
dipaket dengan cara yang sesuai dengan kontrak, kecuali apabila para pihak
menyepakati sebaliknya. Penjual tidak bertanggungjawab atas ketidakcocokan

Universitas Sumatera Utara

71

barang, jika pada saat penutupan kontrak pembeli mengetahui atau seyogyanya
menyadari adanya ketidakcocokan, apabila:93
a.

Tidak cocok dengan tujuan penggunaan barang dilihat dari uraian yang
biasanya dipergunakan.
Tidak cocok dengan tujuan khsusus yang secara tegas atau diam-diam
diberitahukan oleh penjual pada saat penutupan kontrak.
Kualitas barang tidak cocok dengan apa yang telah disampaikan kepada
pembeli sebagai contoh atau model.
Tidak dimuat atau dikemas dengan cara yang cukup memadai untuk menjaga
dan melindungi barang itu.

b.
c.
d.

Menurut Pasal 36 CISG, penjual bertanggung jawab atas ketidakcocokan barang
walaupun hal itu baru kelihatan setelah resiko beralih kepada pihak pembeli.
Penjual juga bertanggung jawab atas ketidakcocokan setelah resiko beralih yang
diakibatkan oleh pelanggaran kewajibannya. Dalam hal ini termasuk pelanggaran
atas kewajiban bahwa pada jangka waktu tertentu barang itu tetap dalam keadaan
baik. Atau untuk kegunaan yang sewajarnya dan kegunaan khusus, atau akan
terjaga dalam kualitas dan sifat tertentu.
Jika penjual menyerahkan barang sebelum tanggal penyerahan maka sampai
tanggal tersebut, ia dapat menyerahkan bagian per bagian yang kurang. Atau
memperbaiki kekurangan jumlah barang yang diserahkan, atau menyerahkan
barang pengganti untuk setiap barang yang tidak cocok yang telah diserahkan.
Disamping itu, dapat juga memperbaiki setiap ketidakcocokan barang yang
dikirim asalkan tindakan itu tidak menyebabkan kesulitan atau tambahan biaya

93

Taryana Soenandar, Ibid, Hal. 90

Universitas Sumatera Utara

72

yang sepatutnya dari pihak pembeli. Namun demikian, pembeli tetap memiliki
hak atas ganti rugi sesuai dengan ketentuan konvensi.94
Penjual tidak berhak menggunakan ketentuan Pasal 38 dan Pasal 39 CISG jika
ketidakcocokan itu berkaitan dengan fakta yang ia ketahui atau semestinya
diketahui yang tidak diberitahukan kepada pembeli.95
5.

Hak-hak dan Kewajiban Pembeli

A) Hak Pembeli
Hak-hak yang diberikan kepada pembeli dalam kontrak/konvensi CISG ini
adalah:
1.

Jika penjual gagal melakukan kewajibannya sesuai kontrak/konvensi ini, pembeli
bisa:96
a. Mempergunakan haknya seperti dimaksud pasal 46 sampai 52 CISG.
b. Mengklaim kerugian seperti yang dimaksud Pasal 74 sampai 77 CISG.

2.

Jika barang-barang tidak cocok dengan kontrak, pembeli dapat menuntut
penyerahan barang pengganti hanya bila kekurangancocokan itu merupakan
suatu kegagalan yang mendasar dari kontrak97 dan pembeli dapat meminta
penjual melakukan reparasi/perbaikan.98

3.

Pembeli boleh menetapkan suatu jangka waktu tambahan yang cukup panjang
untuk pelaksanaan kewajiban-kewajiban yang diperlukan oleh penjual, kecuali
94

Pasal 37 CISG
Pasal 40 CISG
96
Pasal 45 CISG
97
Pasal 46 ayat (2) CISG
98
Pasal 46 ayat (3) CISG
95

Universitas Sumatera Utara

73

pembeli telah menerima pemberitahuan dari penjual bahwa ia tidak akan
melaksanakan tugasnya dalam waktu yang sudah ditetapkan.99
4.

Pembeli dapat menyatakan kontrak batal, jika:100
a. Kegagalan oleh penjual untuk melaksanakan kewajibannya yang disebut
dalam kontrak atau konvensi ini sebanyak secara fundamental merupakan
kegagalan kontrak.
b. Dalam kasus “nondelivery”, jika penjual tidak menyerahkan barang dalam
jangka waktu tambahan yang telah ditetapkan oleh pembeli at