Analisis Utilisasi Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kota Medan Tahun 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuransi Kesehatan Sosial
2.1.1

Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial (Jaminan Kesehatan Nasional-JKN)
Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial, beberapa
pengertian yang patut diketahui terkait dengan asuransi tersebut adalah:

a. Asuransi Sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas
risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya
(UU SJSN No. 40 Tahun 2004).
b. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara penyelenggaraan
jaminan sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
c. Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak.
Dengan demikian, jaminan kesehatan nasional yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sistem
Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme asuransi

kesehatan sosial yang bersifat wajib berdasarkan undang-undang No.40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan dasar yang layak.
Kelebihan sistem asuransi sosial dibandingkan dengan asuransi komersial
antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Perbandingan Asuransi Sosial dengan Asuransi Komersial
Asuransi Sosial
Asuransi Komersial
1. Kepesertaan bersifat wajib (untuk a. Kepesertaan bersifat sukarela
semua penduduk)**
2. Non profit
b. Profit
3. Manfaat komprehensif
c. Manfaat sesuai dengan premi yang
dibayarkan
** Berpotensi mencakup 100% penduduk (Universal Coverage) dan relative dapat menekan

peningkatan biaya pelayanan kesehatan.
Sumber: Peta Jalan Menuju JKN 2012-2019 (2012)

2.1.2

Prinsip-Prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
Jamian kesehatan nasional mengacu pada prinsip-prinsip sistem jaminan

sosial nasional berikut:
1. Kegotongroyongan
Dalam SJSN, prinsip kegotongroyongan berarti peserta yang
mampu membantu peserta yang kurang mampu, pesrta yang sehat
membantu peserta yang sakit atau yang beresiko tinggi. Hal ini terwujud
karena kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh penduduk, tanpa pandang
bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial
dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk
mencari keuntungan (for profidd oriented). Sebaliknya, tujuannya adalah
untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang

dikumpulkan

peserta

adalah

dana

amanat,

sehingga

hasil

pengembangannya akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
peserta.

Universitas Sumatera Utara

3. Portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
4. Kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi
peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib
bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program.
Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada
akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh
rakyat.
5. Dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
6. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Hasil pengelolaan dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan

peserta.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3

Kepesertaan
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
A. Peserta dan Kepesertaan
Peserta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi :
1. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau
yang iurannya dibayar pemerintah.
2. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas 2
kelompok yaitu: Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan
yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu, dan Peserta bukan Penerima

Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan yaitu Pekerja Penerima Upah dan
anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya.
3. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diberikan nomor identitas
tunggal oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan). Bagi peserta: Askes sosial dari PT. Askes (Persero), jaminan
pemeliharaan kesehatan (JPK) dari PT. (Persero) Jamsostek, program
Jamkesmas dan TNI/POLRI yang belum mendapatkan nomor identitas
tunggal peserta dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS

Kesehatan),

tetap

dapat

mengakses

pelayanan


dengan

menggunakan identitas yang sudah ada.

Universitas Sumatera Utara

1. Anak pertama sampai dengan anak ketiga dari peserta pekerja
penerima upah sejak lahir secara otomatis dijamin oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
2. Bayi baru lahir dari Peserta pekerja bukan penerima upah, Peserta
bukan pekerja, Peserta pekerja penerima upah untuk anak keempat
dan seterusnya, harus didaftarkan selambat-lambatnya 3 x 24 jam
hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum pasien
pulang (bila pasien dirawat kurang dari 3 hari). Jika sampai waktu
yang telah ditentukan pasien tidak dapat menunjukkan nomor
identitas peserta JKN maka pasien dinyatakan sebagai pasien
umum.
B. Pendaftaran Peserta
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.

a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
didaftarkan oleh Pemerintah sebagai peserta kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
Penduduk yang belum termasuk sebagai peserta jaminan kesehatan
dapat diikutsertakan dalam program Jaminan Kesehatan pada BPJS
Kesehatan oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah
kabupaten/kota.
b. Bayi yang lahir dari peserta PBI dicatat dan dilaporkan oleh
fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan. Mekanisme penetapan
selanjutnya akan diatur oleh Kementerian Sosial.

Universitas Sumatera Utara

2. Peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI)
a. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja yang
bersangkutan dapat mendaftarkan diri sebagai peserta kepada BPJS
Kesehatan;
b. Pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja wajib
mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai peserta kepada BPJS
Kesehatan. Proses pendaftaran dapat dilakukan secara bertahap

baik perorangan atau seluruh anggota keluarga.
Prosedur pendaftaran peserta dan tata cara perubahan daftar susunan
keluarga/mutasi kepesertaan diatur lebih lanjut dalam Panduan Teknis
Kepesertaan yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan.
3. Mekanisme Pembayaran
1. Mekanisme Pembayaran Iuran
Mekanisme pembayaran iuran peserta kepada BPJS Kesehatan disesuaikan
dengan kepesertaan yang terdaftar di BPJS Kesehatan.
a. Iuran bagi peserta PBI dibayarkan oleh Pemerintah Pusat melalui

Kementerian Kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
b. Iuran bagi peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah

dibayarkan oleh Pemerintah Daerah dengan besaran iuran minimum
sama dengan besar iuran untuk peserta PBI.
c. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah dibayar

oleh pemberi kerja dan pekerja dengan ketentuan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Pemberi kerja memungut iuran dari pekerja dan membayar iuran

yang menjadi tanggung jawab pemberi kerja kemudian iuran
disetorkan ke BPJS Kesehatan.
2. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai pemberi kerja

menyetorkan iuran kepada BPJS Kesehatan melalui rekening kas
negara dengan tata cara pengaturan penyetoran dari kas negara
kepada BPJS Kesehatan sebagaimana diatur oleh Kementerian
Keuangan.
d. Iuran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan

Pekerja dibayarkan oleh peserta sendiri kepada BPJS Kesehatan sesuai
dengan kelas perawatannya.
e. Iuran bagi penerima pensiun, veteran, dan perintis kemerdekaan

dibayar oleh pemerintah kepada BPJS Kesehatan.
2. Mekanisme Pembayaran ke Fasilitas Kesehatan


BPJS Kesehatan akan membayar kepada FKTP dengan Kapitasi dan Non
Kapitasi. Untuk FKRTL, BPJS Kesehatan akan membayar dengan sistem
paket INA CBG’s dan di luar paket INA CBGs.

2.1.4

Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 menetapkan, Jaminan Sosial

Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101
Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
Kesehatan Nasional).
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)
antara lain:
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dapat berupa:
a. Puskesmas atau yang setara;
b. Praktik Dokter;
c. Praktik Dokter Gigi;
d. Klinik Pratama atau yang setara; dan
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
FKTP

yang

bekerja

sama

dengan

BPJS

Kesehatan

harus

menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif, berupa pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan, dan
Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan penunjang yang
meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan bagi Fasilitas Kesehatan
yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana
penunjang.
2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan berupa:
a. Klinik Utama atau yang setara;

Universitas Sumatera Utara

b. Rumah Sakit Umum; dan
c. Rumah Sakit Khusus.
Sistem pembayaran yang dilakukan kepada FKTP yang bekerja sama
BPJS Kesehatan dilakukan secara Kapitasi.
2.2 Kapitasi
BPJS Kesehatan menghimpun iuran yang dibayarkan oleh masyarakat yang
telah mendaftar sebagai peserta program JKN. Selanjutnya BPJS Kesehatan
mendistribusikan anggaran jaminan kesehatan masyarakat secara kapitasi untuk
mengoptimalkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. Istilah kapitasi
berasal dari kata kapital yang berarti kepala. Sistem kapitasi berarti cara
perhitungan berdasarkan jumlah kepala yang terikat dalam kelompok tertentu.
Dalam hal JKN ini, kepala berarti orang atau peserta atau anggota program BPJS
Kesehatan.
Pendistribusian dana BPJS Kesehatan secara kapitasi menggunakan suatu
metode pembayaran untuk jasa layanan kesehatan dimana pemberi pelayanan
kesehatan di FKTP menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per periode
waktu untuk pelayanan yang telah ditentukan. Hal ini dipertegas dengan
dikeluarkannya Perpres No.32 tahun 2014 pasal 1 yang mengatakan bahwa Dana
Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan
kesehatan yang diberikan (Perpres No.32/2014).
Tarif Kapitasi yang diberlakukan pada FKTP yang melakukan pelayanan:
a. Administrasi pelayanan;

Universitas Sumatera Utara

b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk pil dan kondom
untuk pelayanan keluarga berencana;
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.
2.2.1 Tarif Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan
Berdasarkan Kesepahaman Bersama Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh
Indonesia (ADINKES), Asosiasi Klinik Indonesia (ASKLlN), Perhimpunan
Klinik dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Indonesia (PKFI) Wilayah
Provinsi Sumatera Utara dengan BPJS Kesehatan Divre Sumbagut Tentang
Kesepakatan Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama maka ditetapkansebagai berikut:
a.

Rawat Jalan Tingkat Pertama

Tabel 2.2 Biaya Kapitasi Puskesmas Atau Fasilitas Kesehatan Yang Setara
Klasifikasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Kapitasi Per Jiwa
Puskesmas alau fasilitas kesehatan yang setara dengan :
Rp.3.000,- Tanpa Dokter
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara dengan :
Rp.3.500,- Tanpa Dokter
- Dokter Gigi
- Bidan/Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara dengan :
Rp.4.500,- 1 (salu) orang Dokter
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara dengan :
Rp.5.000,- 1 (salu) orang Dokter

Universitas Sumatera Utara

Klasifikasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
- Dokter Gigi
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang selara dengan :
- Minimal 2 (dua) orang Dokter
- Bidan/ Perawat
- Laborarorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara dengan :
- Minimal 2 (dua) orang Dokter
- Dokter Gigi
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat

Kapitasi Per Jiwa

Rp.5.500,-

Rp.6.000,-

Tabel 2.3 Biaya Kapitasi pada Klinik dan Dokter Praktek Perorangan
Klasifikasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Kapitasi Per Jiwa
Praktek Dokter Gigi Perorangan :
Rp.2.000,- Dokter Gigi
- Perawat Gigi
- Apotek/ Pelayanan Obat
Praktek Dokter Perorangan :
Rp.8.000,- 1 (salu) orang Dokter
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Klinik dengan :
Rp.8.000,- Minimal 2 (dua) orang Dokter
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Klinik dengan :
Rp. 10.000,- Minimal 2 (dua) orang Dokter
- Dokter Gigi
- Bidan/ Perawat
- Laboratorium Sederhana
- Apotek/ Pelayanan Obat
Tabel 2.4 Biaya Non Kapitasi
No
Pemeriksaan
Pelayanan Rujuk Balik
Pemeriksaan GDS
1
Pemeriksaan GDP

Tarif (Rp.)

Keterangan

Rp.10.000 s/d Sesuai indikasi medis
Rp.20.000,Rp.10.000 s/d 1 bulan 1 kali
Rp.20.000,-

Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan GDPP

Rp.10.000 s/d 1 bulan 1 ka
Rp.20.000,-

Pelayanan Skrining
Pemeriksaan IVA
2

b.

Maksimal
Rp. 25.000,Pemeriksaan Papsmear
Maksimal
Rp. 125.000,Pemeriksaan GDS, GDP, Rp. 10.000,dan GDPP
s/d
Rp. 20.000,Rawat Inap Tingkat Pertama

Dibayarkan berdasarkan tarif non kapitasi:
Tabel 2.5 Biaya Non Kapitasi Pada Rawat Inap Tingkat Pertama
No
Jenis Pelayan
Tarif (Rp)
1
Paket Rawat Inap per Hari
Rp.100.000 s/d Rp.120.000,Sumber : Kesepakatan bersama BPJS Kes-ASKLIN SUMUT 2015

2.2.2 Mekanisme Pembayaran dan Pengelolaan Dana Kapitasi JKN
Mekanisme Pembayaran Kapitasi oleh BPJS Kesehatan didasarkan pada
jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai dengan data BPJS Kesehatan.
Pembayaran kapitasi kepada FKTP dilakukan oleh BPJS Kesehatan tiap bulan
paling lambat tanggal 15 bulan berjalan.
Sebelum diundangkannya Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 32
Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah dan Peraturan
Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan
Dana Kapitasi JKN Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya
Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah,
pembayaran Dana Kapitasi oleh BPJS ke FKTP Pemerintah Daerah langsung ke
Dinas Kesehatan Kab/Kota yang selanjutnya disetor ke Kas Daerah (KASDA)

Universitas Sumatera Utara

atau langsung dari BPJS Kesehatan ke Kas Daerah sebagai penerimaan daerah.
Sejak diundangkannya Perpres 32/2014 dan Permenkes 19/2014 dana Kapitasi
langsung dibayarkan oleh BPJS Kesehatan ke FKTP milik Pemerintah Daerah.
Pengelolaan dana kapitasi adalah tata cara pengganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan dan pertanggungjawaban dana kapitasi yang diterima oleh FKTP
dari BPJS Kesehatan. Untuk menindaklanjuti hal tersebut maka pemerintah ikut
berkontribusi dengan menerbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/2280/SJ tentang petunjuk teknis penyelenggaraan, pelaksanaan dan
penatausahaan, serta pertanggungjawaban dana kapitasi jaminan kesehatan
nasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah daerah yang
belum menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
(PPK-BLUD).
Di dalam surat edaran tersebut menyatakan bahwa, BPJS Kesehatan
melakukan pembayaran dana kapitasi kepada FKTP milik pemerintah daerah
didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai data dari BPJS
Kesehatan. Dana kapitasi tersebut dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan
kepada bendahara dana kapitasi JKN pada FKTP, kemudian kepala FKTP
menyampaikan rencana pendapatan belanja dana kapitasi JKN tahun berjalan
kepada kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas kesehatan,
kemudian SKPD Dinas Kesehatan menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Dinas Kesehatan (RKA-SKPD) Dinas Kesehatan yang memuat Rencana
Pendapatan dan Rencana Belanja Dana Kapitasi JKN.
Berdasarkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan daerah tentang
panjabaran APBD tahun anggaran berkenaan, Kepala SKPD Dinas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) pendapatan dan
belanja sesuai dengan RKA-SKPD. Untuk melaksanakn fungsi perbendaharaan
dana kapitasi JKN pada FKTP, kepala daerah mengangkat Bendahara Dana
Kpitasi JKN pada masing-masing FKTP setiap tahun anggaran atas usul kepala
SKPD Dinas Kesehatan melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
Pengangkatan bendahara tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Tata cara pencatatan dan penyampaian laporan realisasi pendapatan dan
belanja dana kapitasi JKN sebagai berikut:
a. Bendahara Dana Kapitasi JKN mencatat pendapatan dan belanja pada buku
kas dan menyampaikannya setiap bulan kepada Kepala FKTP dengan
melampirkan buktu-bukti pendapatan dan belanja yang sah paling lambat
pada tanggal 5 bulan berikutnya untuk pengesahan oleh Kepala FKTP.
b. Berdasarkan buku kas tersebut, bendahara Dana Kapitasi JKN menyusun
laporan realisasi pendapatan dan belanja FKTP, selanjutnya kepala FKTP
menyampaikan laporan tersebut dengan melampirkan surat pernyataan
tanggungjawab Kepala FKTP setiap bulan kepada Kepala SKPD dinas
Kesehatan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
c. Berdasarkan laporan realisasi pendapatan dan belanja Kepala FKTP tersebut,
Kepala SKPD Dinas Kesehatan menyampaikan Surat Permintaan Pengesahan
Pendapatan dan Belanja (SP3B) FKTP setiap bulan kepada PPKD untuk
penerbitan Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP2B) FKTP oleh
PPKD selaku BUD.

Universitas Sumatera Utara

d. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD DInas Kesehatan dan PPKD selaku
BUD melakukan pembukuan atas pendapatan dan belanja FKTP sesuai SP2B
FKTP, dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk pertanggunjawaban dana Kapitasi JKN tersebut maka berdasarkan
SP2B FKTP, Kepala SKPD Dinas Kesehatan menyusun laporan realisasi
pendapatan dan belanja yang bersumber dari dana kapitasi JKN serta
menyajikannya dalam Laporan Keuangan SKPD Dinas Kesehatan yang akan
dikonsilidasikan menjadi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan daerah.
2.2.3

Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN Untuk Jasa Pelayanan
Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik Pemerintah
Daerah, Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari BPJS Kesehatan
dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan

dan

dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan.
1. Alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan untuk tiap FKTP
ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari penerimaan Dana Kapitasi.
2. Alokasi untuk pembayaran dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan ditetapkan sebesar selisih dari besar Dana Kapitasi dikurangi
dengan besar alokasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan.
Besaran alokasi sebagaimana ditetapkan setiap tahun dengan Keputusan
Kepala Daerah atas usulan Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan mempertimbangkan:

Universitas Sumatera Utara

a. Kebutuhan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
b. Kegiatan operasional pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai target
kinerja di bidang upaya kesehatan perorangan; dan
c. Besar tunjangan yang telah diterima dari Pemerintah Daerah.
2.2.3.1 Jasa Pelayanan Kesehatan
Alokasi Dana Kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan
dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan yang melakukan pelayanan pada FKTP. Pembagian jasa
pelayanan kesehatan kepada tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan
ditetapkan dengan mempertimbangkan variable, jenis ketenagaan dan/atau jabatan
dan kehadiran.
1.

Variabel jenis ketenagaan dan/atau jabatan dinilai sebagai berikut:
a. Tenaga medis, diberi nilai 150;
b. Tenaga apoteker atau tenaga profesi keperawatan (Ners), diberi nilai 100;
c. Tenaga kesehatan setara S1/D4, diberi nilai 60;
d. Tenaga non kesehatan minimal setara D3, tenaga kesehatan setara D3, atau
tenaga kesehatan dibawah D3 dengan masa kerja lebih dari 10 tahun,
diberi nilai 40;
e. Tenaga kesehatan di bawah D3, diberi nilai 25; dan
f. Tenaga non kesehatan di bawah D3, diberi nilai 15.
g. Tenaga yang merangkap tugas administratif sebagai Kepala FKTP, Kepala
Tata Usaha, atau Bendahara Dana Kapitasi JKN diberi tambahan nilai 30.

2. Variabel kehadiran dinilai sebagai berikut:
a. Hadir setiap hari kerja, diberi nilai 1 poin per hari; dan

Universitas Sumatera Utara

b. Terlambat hadir atau pulang sebelum waktunya yang diakumulasi sampai
dengan 7 (tujuh) jam, dikurangi 1 poin.
c. Ketidakhadiran akibat sakit dan/atau penugasan ke luar oleh Kepala FKTP
dikecualikan dalam penilaian kehadiran.

Jumlah jasa pelayanan yang diterima oleh masing-masing tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:

Point Ketenagakerjaan(Jumlah Tidak Masuk
Kerja x point per hari
Ketenagaan)

+

(Jumlah hari kerja +
efektif – jumlah
hari tidak masuk
kerja)

Variabel
daerah

x
Jumlah Point Seluruh Ketenagaan

TOTAL
JASPEL
YANG
DITERIMA

Keterangan :
1.

Poin per hari adalah poin sesuai ketenagaan dibagi maksimal jumlah hari
kerja efektif dalam satu bulan.

2.

Jumlah hari tidak masuk kerja adalah jumlah ketidakhadiran dalam satu
bulan.

2.2.3.2 Biaya Operasional Pelayanan Kesehatan
Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan dimanfaatkan untuk:
a. Obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai; dan

Universitas Sumatera Utara

Pengadaan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat
dilakukan melalui SKPD Dinas Kesehatan, dengan mempertimbangkan
ketersediaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
dialokasikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
b. Kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya.
Dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya, meliputi:
1. Upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif lainnya;
2. Kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan;
3. Operasional untuk Puskesmas Keliling;
4. Bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau
5. Administrasi keuangan dan sistem informasi.
Penggunaan Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan
kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2.3

Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat. Fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah berupa pusat
kesehatan masyarakat, dimana Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya
disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

Universitas Sumatera Utara

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (PMK
No. 75 Tahun 2014).
Peran puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat
di wilayah terkecil dan dalam pengorganisasian masyarakat serta peran aktif
masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri. Cara-cara yang
ditempuh yaitu merangangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efektif dan
efisien, memberikan bantuan teknis, memberikan pelayanan kesehatan langsung
kepada masyarakat, kerjasama lintas sektoral.
Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis kesehatan di bawah
supervise Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, puskesmas harus
memberikan Pelayanan Preventif, Promotif, Kuratif sampai Rehabilitatif baik
melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat
(UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan
rawat jalan. Puskesmas biasanya memiliki sub unit pelayanan seperti Puskemas
Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, Pos Kesehatan Desa maupun Pos
Bersalin Desa (Polindes).
2.3.1

Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Adapun prinsip dalam penyelenggaraan puskesmas yaitu berupa:
a. Paradigrama sehat;
Berdasarkan prinsip tersebut maka, puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah

Universitas Sumatera Utara

dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah;
Berdasarkan hal tersebut maka, puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat;
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan;
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna; dan
Puskesmas

menyelenggarakan

Pelayanan

Kesehatan

dengan

memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
f. Keterpaduan dan Keseimbangan.
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tahun 2014 tentang pusat

kesehatan masyarakat, maka puskesmas memiliki tugas dalam melaksanakan
kebijakan kesehatan yaitu pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat, dan dalam melaksanakan
tugas tersebut maka puskesmas menyelenggarakan suatu fungsi yaitu:
A. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya, dimana
puskesmas berwewenang untuk:
1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
6. Malaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas;
7. Mamantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu
dan cakupan pelayanan kesehatan, dan

Universitas Sumatera Utara

9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
B. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya, dimana
puskesmas berwewenang untuk:
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif;
3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
5. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan
kerja sama inter dan antar profesi;
6. Melaksanakan rekam medis;
7. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan;
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.

Universitas Sumatera Utara

11. Selain itu, puskemas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan
Tenaga Kesehatan.
2.3.3

Sumber Daya Masyarakat (SDM) Kesehatan Puskesmas
Sumber daya manusia meliputi tenaga kesehatan dan non tenaga

kesehatan, dimana Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan
dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah
pelayanan

yang

diselenggarakan,

jumlah

penduduk

dan

persebarannya,

karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Jenis Tenaga Kesehatan yang dimaksud paling sedikit terdiri atas:
1. Dokter atau dokter layanan primer;
2. Dokter gigi;
3. Perawat;
4. Bidan;
5. Tenaga kesehatan masyarakat;
6. Tenaga kesehatan lingkungan;
7. Ahli teknologi laboratorium medik;
8. Tenaga gizi; dan
9. Tenaga kefarmasian.
Untuk

tenaga

non

kesehatan

harus

dapat

mendukung

kegiatan

ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional
lain di puskesmas.

Universitas Sumatera Utara

2.3.4

Upaya Kesehatan
Puskesmas melakukan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan

upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama yang dilakukan oleh puskesmas meliputi upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial di Puskesmas dimaksudkan untuk
mencapai suatu standar palayanan minimal kabupaten / kota dimana
meliputi:
a. Pelayanan promosi kesehatan;
b. Pelayanan kesehatan lingkungan;
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. Pelayanan gizi; dan
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
2. Untuk upaya kesehatan masyarakat pengembangan

yang merupakan

upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
puskesmas.
3. Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan berdasarkan
standar prosedur oprasional dan standar pelayanan dan dilaksanakan dalam
bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Pelayanan gawat darurat;

Universitas Sumatera Utara

c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. Home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan.
2.3.5

Pendanaan
Pendanaan di puskesmas bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah (Permendagri No. 13 Tahun 2006) yang bersumber
dari pendapatan asli daerah baik dari pajak maupun penghasilan dari
badan usaha.
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh dewan
perwakilan rakyat (UU No.14 Tahun 2015).
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Landasan Teori
Menurut Perpres No. 32 tahun 2014 yang diperkuat oleh SE MENDAGRI
No. 900/2280/SJ bahwa Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
sebagai berikut:

APBN

Rp/Dana

BPJS

SP3B

Puskesmas
FKTP
Ka. Puskesmas
Bendahara Kapitasi

Transfer
Dana
Kapitasi langsung ke
rekening Bendahara
FKTP
1. Daftar kegiatan yang
akan dibiayai dengan
Dana Kapitasi.
2. Kepala
Puskesmas
mengesahkan untuk
pembebanan
mata
anggaran
Dana
Kapitasi.
3. Bendahara
menyetujui
dana/membayar
lunas.
4. Pengajuan SPJ ke
SKPD Kesehatan.

SPJ

Pejabat Pengelolan
Keuangan
Daerah/Bendahara
Umum Daerah

SKPD Kesehatan
Ka. SKPD Kesehatan
RKA

SP2B

1. Dinas
Kesehatan
memeriksa apakah tidak
terjadi overlap pembayaran
antara
kegiatan
yang
dibiayai dari APBD dengan
Dana
Kapitasi
(Pemeriksaan RKA dan
DPA) tanggungjawab ke
Dinas Kesehatan sebatas
Administratif
2. Ka.
Dinas
Kesehatan
mengajukan
Surat
permintaan
Pengesahan
pendapatan
dan
Belanja/SP3B.
3. Mencatatkan dalam laporan
keuangan SKPD Kesehatan
sebagai pendapatan untuk
Dana Kapitasi tahun yang
bersangkutan.

1. PPKD/BUD
memeriksa SP3B yang
diusulkan dari Ka.
SKPD
Kesehatan
apakah tidak terjadi
Double
pembiayaan
dengan kagiatan yang
dibuat oleh APBD
pada belanja di SKPD
2. PPKD/BUD
menyetujui untuk di
masukkan
pertanggungjawaban
dalam
Laporan
Keuangan Pemerintah
daerah
sebagai
pendapatan
dengan
menerbitkan
Surat
Pengesahan
Pendapatan
dan
Belanja/SP2B.

Gambar 2.1 Skema Aliran Pertanggungjawaban Dana Kapitasi BPJS

Universitas Sumatera Utara

Menurut Permenkes No 32 tahun 2014 dan dengan diperkuat oleh SE Mendagri
No. 900/2280/SJ menjelaskan mulai dari penganggaran, penatalaksaan dan
penatausahaan, hingga pertanggungjawaban.
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka pikir ini bertujuan untuk melihat bagaimana pemanfaatan dana
kapitasi jaminan kesehatan nasional melalui indikator masukan (input), proses
(process), dan luaran (output). Oleh karena itu, kerangka pikir disusun sebagai
berikut:

Proses

Output

Input
Sumber Dana pada
FKTP:

Pemanfaatan
pada FKTP:

Dana

JKN

1. Jasa Pelayanan
2. Dukungan
Biaya
Operasional

KAPITASI

Efektifitas dan Effisiensi
Utilisasi Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional di
Puskesmas Kota Medan

Gambar 2.2 Kerangka Pikir
1. Input/ Masukan berupa semua sumber daya yang diperlukan yaitu man,
money, materials, market, method, machine. Dalam penelitian ini input
yang digunakan yaitu sumber Dana (Money) pada FKTP yang berupa
Dana kapitasi.
2. Proses adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam hal ini langkah-langkah dalam
pemanfaatan

dana

kapitasi

meliputi

perencanaan

penganggaran,

penatalaksaan dan penatausahaan, hingga pertanggungjawaban yang
meliputi jasa pelayanan dan dukungan biaya operasional.
3. Output/Keluaran adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi.

Universitas Sumatera Utara