Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Persalinan Normal
2.1.1

Pengertian
Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal

yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah
bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (JNPK-KR, 2008).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Saifuddin, 2000).
2.1.2

Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai

upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan
(optimal).
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal
harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi
tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan. Keterampilan yang
diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan

13
Universitas Sumatera Utara

standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap
penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi
dapat terjadi di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit. Penolong persalinan mungkin
saja seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang
akan diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang
dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).
2.1.3

Lima Puluh Delapan Langkah Asuhan Persalinan Normal

Berdasarkan Pusdinakes (2011), untuk melakukan asuhan persalinan normal

dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut :
1.

Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2.

Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah
partus set.

3.

Memakai celemek plastik.

4.

Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air

mengalir.

5.

Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.

6.

Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

Universitas Sumatera Utara

7.

Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.

8.


Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.

9.

Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta
ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,

jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

Universitas Sumatera Utara

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang
handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah

kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk
tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?

Universitas Sumatera Utara

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

Universitas Sumatera Utara

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai

dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hatihati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
42. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan

Universitas Sumatera Utara

43. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.

45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.
46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral.
47. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
48. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

Universitas Sumatera Utara


54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.
2.1.4

Lima Benang Merah APN
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi, yaitu

membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi,
pencatatan, dan rujukan.
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini
merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis
informasi, membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah
normal atau bermasalah), membuat rencana tindakan yang sesuai dengan

diagnosis, melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil
asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi lahir.

Universitas Sumatera Utara

2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk
membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri
sendiri. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi.
3. Pencegahan Infeksi Tindakan
Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan-tindakan pencegahan
infeksi antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai
perlengkapan (celemek / baju penutup, kacamata, sepatu tertutup),
menggunakan asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai,
menangani peralatan tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan kerapian
lingkungan serta pembuangan sampai secara benar.
4. Pencatatan (Dokumentasi)
Pencatatan rutin adalah penting karena dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau
perawatan sudah sesuai atau efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada
asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan asuhan

Universitas Sumatera Utara

keperawatan. Partograf adalah bagian yang terpenting dari proses pencatatan
selama persalinan.
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan
atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan
jiwa para ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).

2.3 Asuhan Sayang Ibu
2.3.1

Pengertian Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan

keinginan sang ibu (JNPK-KR, 2008). Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi
yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses alamiah ini harus dihindarkan
(Pusdinakes, 2011).
Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan
untuk proses almiah ini harus dihindarkan. Pada asuhan sayang ibu terjamin bahwa
ibu dan keluarganya diberitahu tentang apa yang sedang terjadi dan apa yang biasa di
harapkan. Sama seperti kala I, selama kala II, bidan harus menjelaskan apa yang akan
dilakukannya, dan sebelum melakukan hal tersebut yaitu, sebelum melakukan
pemeriksaan vagina, mengecek tekanan darah, mengecek tekanan jantung janin, dan
sebagainya, dan akan menjelaskan hasil dari semua pemeriksaan yang dilakukannya

Universitas Sumatera Utara

Ia akan membantu ibu dalam memahami apa yang sedang dan apa yang akan terjadi,
selama proses kelahiran, serta mengikuti operan serta dari ibu dan peran serta dari
bidan, dokter atau pemberi asuhan lainya dalam proses kelahiran tersebut. Kebutuhan
pertama wanita dalam proses persalinan adalah rasa aman. Perasaan terlindungi
adalah persyaratan bagi perubahan tinggkat kesadaran yang merupakan karakteristik
dari proses kelahiran. Selama berabad-abad, diseluruh dunia kebanyakan wanita
mengambil strategi serupa untuk merasa aman ketika mereka melahirkan (JNPK-KR,
2008).
2.2.2

Tujuan Asuhan Sayang Ibu
Pada JNPK-KR (2008), terdapat beberapa tujuan dari pelaksanaan asuhan

sayang ibu yaitu:
a. Asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan turut meningkatkan
angka kelangsungan hidup ibu.
b. Membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan.
c. Menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
alamiah.
d. Menjamin bahwa ibu dan keluarga diberitahu tentang apa yang sedang
terjadi.
e. Bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilah ibu untuk
mendampingi selama proses persalinan yakni suami, ibu, mertua, saudara
perempuan, teman.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3

Prinsip – prinsip Umum Asuhan Sayang Ibu
Menurut JNPK-KR (2008), terdapat beberapa prinsip- prinsip asuhan sayang

ibu yang diterapkan dalam proses persalinan yaitu :
a. Mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi.
b. Sapa ibu dengan sopan dan ramah, bersikap dan bertindak dengan tenang dan
berikan dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi.
c. Jawab setiap pertanyaan yang di ajukan ibu atau anggota keluarganya.
d. Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan
dukungannya.
e. Waspadai tanda – tanda penylit selama persalinan dan lakukan tindakan yang
sesuai atau di perlukan
f. Siap dengan rencana rujukan
2.2.4

Faktor- Faktor yang Memengaruhi dalam Proses Persalinan
Menurut Rohani dkk (2011), terdapat beberapa factor yang memengaruhi

dalam proses persalinan yaitu :
a.

Power (Tenaga atau Kekuatan) adalah kekeuatan yang mendorong janin dalam
persalinan adalah His, Kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi
dari ligament. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah His,
sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.

Universitas Sumatera Utara

His (Kontraksi Uterus) adalah kontraksi otot-otot dalam rahim pada persalinan.
Pada bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum persalinan dimulai, sudah ada
kontraksi rahim yang disebut his.
b.

Passage (Jalan Lahir) yaitu terdiri atas panggul ibu, yakni tulang yang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Jalan lahir dibagi atas :
1. Bagian Keras : Tulang-Tulang Panggul
2. Bagian Lunak : otot dasar panggul dan perineum

c.

Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin ( bayi ) aterm mempunyai tanda cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat
badan sekitar 2500-3000 gr dan PB sekitar 50-55 cm. Pertumbuhan organ
sempurna, rambut kepala tumbuh dengan baik, kulit licin dengan verniks kaseosa
atau bersih, testis sudah turun ke dalam skorotum, labium mayus menutupi
labium minus. Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan baik letak,
persenatse dan posisinya. Karena bagian terbesar janin adalah kepala maka pada
umumnya jika kepala janin telah dilahirkan, bagian-bagian lain dengan mudah
menyusul.

Universitas Sumatera Utara

Plasenta ( uri ) yakni Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran diemeter 15-20
cm, tebal2-3 cm, berat 500-600 gram. Biasanya plasenta akan berbentuk lengkap
pada usia kehamilan 16 minggu. Letak plasenta yang normal umumnya pada
bagian korpus uteri bagian depan atau belakang agak kea rah fundus uteri.
Plasenta terdiri atas 3 bagian :
1. Bagian janin. Terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili dari uri yang
matang terdiri dari : vili korialis, ruang-ruang interviler, dan pada bagian
permukaan janin uri diliputi oleh amnion yang kelihatannya licin.
2. Bagian maternal. Terdiri dari desidua kompakta yang terbentuk dari
beberapa lobus dan kotiledon ( 15-20 buah )
3. Tali pusat. Tali pusat merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan
janin. Panjangnya rata-rata 50-55 cm, sebesar jari ( diameter 1-2,5 cm )
d.

Psikis (Psikologis)
Banyak wanita normal bias merasakan kegairahan dan kegembiraan saat merasa
kesakitan diawal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa
kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas
“kewanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau
memproduksi anak. Khususnya, rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya
mengalami perpanjangan waktu, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian
bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang pasti,

Universitas Sumatera Utara

sekarang menjadi hal yang nyata. Faktor psikologis meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual
2. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya
3. Kebiasaan adat
4. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Bentuk dukungan psikologis yang dapat diberikan pada ibu bersalin :
1. Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu yang akan melahirkan.
Merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan
kegiatan bimbingan proses persalinan.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien memperjelas serta
mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan; membantu
mengambil tindakan yang efektif untuk ibu yang akan melahirkan; membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk
kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan
semestinya.
Pendekatan Komunikasi Terapeutik :
a. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan ibu yang akan
melahirkan. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan
verbal yang positif.

Universitas Sumatera Utara

b. Kehadiran pendamping persalinan yang dapat memberikan dukungan selama
persalinan (orang terdekat : suami,orang tua). Kehadiran merupakan bentuk
tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan/
kebingungan, memberikan perhatian total pada ibu. Bila memungkinkan
anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan, seperti
sentuhan/masase yang nyaman, menyeka wajah dan lehernya dengan kain
dingin, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada lutut, kompres hangat dan
dingin yang dapat mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri.
c. Mendengarkan. Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan
klien.
d. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin. Komunikasi non verbal
kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap ibu
akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
e. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini diupayakan untuk
memberi rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyelesaikan persalinan.
Pemahaman dapat mengurangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri
untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang
beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis. Tindakan yang
dilakukan seperti menghitung kontraksi atau menghitung napas ibu satu per
satu untuk menentukan irama dan menolong wanita mengetahui kemajuan
persalinan dan dorongan dari orang yang memberikan support.

Universitas Sumatera Utara

f. Memandu persalinan dengan memandu intruksi khusus tentang bernafas,
berelaksasi dan posisi postur tubuh. Misalnya : bidan meminta klien ketika
ada his untuk meneran. Ketika his menghilang, bidan mengatakan pada ibu
untuk bernafas panjang dan rileks.
g. Mengadakan kontak fisik dengan klien. Kontak fisik dapat dilakukan dengan
menggosok punggung, memeluk dan menyeka keringat serta membersihkan
wajah klien.
h. Memberikan pujian. Pujian diberikan pada ibu atas usaha yang telah
dilakukannya, berbicara dengan suara bernada rendah secara berirama,
memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan
mensyukuri anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT dan optimis
bahwa ibu bisa mendidik anak dengan baik
i. Memberikan ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan
menyatakan ikut berbahagia.
2. Menghindari kepanikan dan ketakutan
Siapkan diri ibu, ingat bahwa setelah semua ini ibu akan mendapatkan buah hati
yang didambakan. Simpan tenaga ibu untuk melahirkan, tenaga anda akan
terkuras jika berteriak-teriak dan bersikap gelisah. Dengan bersikap tenang, ibu
dapat melalui saat persalinan dengan baik dan lebih siap. Dukungan dari orangorang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu memberikan
semangat untuk ibu yang akan melahirkan.

Universitas Sumatera Utara

Dukungan tersebut diatas merupakan metode mengurangi rasa sakit (Pain
Relief) yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam bentuk yang bersifat
sederhana, efektif, biaya rendah, resiko rendah, membantu kemajuan
persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu
e.

Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari
kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

2.2.5

Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
Menurut JNPK-KR (2008), terdapat beberapa proses asuhan sayang ibu yang

dilakukan dalam proses persalinan yaitu :
a. Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya.
b. Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan kepada ibu sebelum memulai
asuhan tersebut.
c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
Berikan dukungan dan semangat kepada ibu dan anggota keluarga, jelaskan
proses kelahiran dan kemajuan persalinan kepada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

Universitas Sumatera Utara

Kala II persalinan menimbulkan rasa khawatir pada ibu, berikan rasa aman,
semangat dan tentramkan hati ibu selama proses persalinan berlangsung.
Dukungan tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu kelancaran proses
persalinan dan kenyamanan proses kelahiran bayi, jelaskan setiap tindakan
kepada ibu sebelum melakukannya. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu,
jelaskan apa yang terjadi pada ibu dan bayinya dan alasan – alasan tentang tujuan
suatu tindakan. Jelaskan pula hasil pemeriksaan yang telah dilakukan misalnya
tekanan darah, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam
f. Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu serta anggota
keluarga yang lain, seperti Memberikan dukungan emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi
ibu selama persalinan

dan kelahiran. Anjurkan mereka untuk berperan aktif

dalam mendukung dan mengenali langkah – langkah yang mungkin akan sangat
membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman
atau saudara yang khusus (JNPK-KR, 2008).
Menurut JNPK-KR (2008) dukungan umum dalam persalinan antara lain
yaitu :
1. Dorong pasangan ibu untuk mendukungnya, perlihatkan kepadanya cara praktis
untuk melakukannya.

Universitas Sumatera Utara

2. Fasilitas orang lain, terutama wanita untuk menunggui dalam peran pendukung
aktif.
3. Kuatkan dan yakinkan
4. Berikan dukungan fisik seperti memberi minum, menggosok punggung ibu yang
sedang melahirkan, membantunya untuk bergerak mengelap dahinya, dan lain –
lain.
5. Dorong dukungan berkeseimbangan harus ada seorang yang menunggui setiap
saat, memegang tangannya dan memberikan kenyamanan.
6. Biarkan pasanagan ibu melahirkan untuk mengkomunikasikan kebutuhan ibu
kepada bidan, dokter dan lain – lain
Dukungan

kebidanan

yang

baik

yaitu:

kehadiran

bidan

yang

berkesinambungan (bila diinginkan ibu) dengan memelihara kontak mata
sepenuhnya. Bantuan memberi rasa nyaman, sentuhan, pijatan. Dorongan verbal
pujian, serta penjelasan mengenai apa yang terjadi dan berbagai informasi.
Menurut Vicky (2006), keuntungan dukungan emosional yaitu :
a. Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologis dan lebih sedikit apidural.
b. Berkurangnya kelahiran instrumental
c. Berkurangnya seksio sesarea
d. Lebih banyak nilai afgar 5 menit yang lebih dari 7
e. Berkurangnya trauma persalinan.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih efektif dalam membantu
seorang calon ibu untuk menghadapi persalinannya daripada dukungan yang baik
dari bidan dan teman yang dipilihnya. Dukungan yang penuh kasih mengurangi
kebutuhan ibu terhadap obat pereda rasa nyeri dan campur tangan medis dala
persalinan. Setelah kelahiran bayinya, para wanita ini juga akan merasa lebih baik
tentang dirinya sendiri, persalinannya dan bayinya (Nolan, 2003).
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/atau anggota keluarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran,
penting untuk mengikutsertakan suami, ibunya atau siapapun yang diminta ibu
untuk mendampinginya. Saat ini membutuhkan perhatian dan dukungan. Alasan :
dukungan dari suami atau pendamping selama persalinan berkaitan dengan hasil
persalinan yang lebih baik.
h. Ajarkan suami dan anggota – anggota keluarga mengenai cara – cara bagaimana
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
i. Lakukan praktek – praktek pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama
persalinan. Ibu hamil berkemih paling sedikit setiap 2 jam, atau lebih sering bila
terasa ingin berkemihatau jika kandung kemih dirasakan penuh. Periksa kandung
kemih pada saat akan memeriksa denyut jantung janin (lihat/ palpasi tepat di atas

Universitas Sumatera Utara

simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan
antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi untuk berkemih di kamar mandi,
jika tidak dapat berjalan ke kamar mandi berikan wadah penampung urine.
Kandung kemih yang penuh akan memperlambat turunnya bagian terbawah janin
dan mungkin menyebabkan partus macet, meningkatkan resiko pendarahan pasca
persalinan disebabkan atonia uteri, mengganggu penatalaksanaan distosia bahu,
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan. Selama persalinan
berlangsung, tidak dianjurkan melakukan kateterisasi kandung kemih secara
rutin. Kateterisasi kandung kemih dilakukan jika hanya kandung kemih penuh
dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Karena kateterisasi menimbulkan rasa
sakit, meningkatkan resiko infeksi dan perlukaan saluran kemih ibu. Anjurkan
ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu merasa ingin buang air besar saat
persalinan aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang
dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan kepala bayi pada rectum, jika ibu
belum siap melahirkan perbolehkan ibu untuk ke kamar mandi. Jangan
melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan
memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau
infeksi luka pasca persalinan, malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang
keluar selama kala II persalinan (JNPK-KR, 2008).

Universitas Sumatera Utara

j. Hargai privasi ibu
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran
bayi
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran. Saat pembukaan
lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk
meneran, jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan
nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. Alasan : meneran secara
berlebihan sehingga menahan upaya untuk mengambil nafas akan mengakibatkan
kelelahan yang tidak perlu bagi ibu dan meningkatkan resiko asfiksia pada bayi
karena menurunnya pasokan oksigen ke plasenta.
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan dan
kelahiran. Anjurkan pula suami dan pedamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, atau jongkok dapat membantu
persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan, jangan
membuat ibu dalam posisi telentang, beritahukan agar ia tidak mengambil posisi
tersebut.
Jika ibu berbaring telentang, berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban,
plasenta dan lain – lain) akan menekan vena kava inferior, hal ini akan
menyebabkan turunnya aliran darah dari siklus ibu ke plasenta. Kondisi seperti
ini, akan menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada janin. Posisi telentang
juga akan memperlambat kemajuan persalinan (JNPK-KR, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Posisi yang dianjurkan selama persalinan :
1.

Posisi setengah duduk atau miring adalah posisi istirahat dan netral
terhadap gaya gravitasi. Posisi itu akan membantu seorang wanita yang
kelelahan untuk menghemat energinya, terutama jika ia telah berdiri dan
berjalan untuk jangka waktu lama. Juga jika kemajuan terjadi cepat
netralisasi gravitasi dapat memperlambat persalinan sampai pada
kecepatan yang dapat dikendalikan.

2.

Posisi tegak memanfaatkan gaya gravitasi untuk menempatkan presentasi
(bagian terbawah) di serviks, meningkatkan kualitas kontraksi, dan
menambah penurunan janin.

3.

Posisi dengan wanita bersandar ke depan cenderung untuk meningkatkan
rotasi janin dan mengurangi nyeri punggung.

4.

Posisi asimetris dengan wanita mengangkat salah satu kaki cenderung
meningkatkan rotasi dan mengurangi nyeri punggung.

Menurut Penny (2005), Posisi ibu yang tidak dianjurkan selama persalinan
a. Posisi litotomi berlebih, yang digunakan ketika beberapa kontraksi terjadi
pada kala II dapat memfasilitasi jalan lahir janin yang terperangkat di
dalam symfisis pubis.
b. Posisi dorsal cenderung menyebabkan hipotensi sufine dan meningkatkan
nyeri punggung kontraksi akan semakin sering dan nyeri, tetapi tidak
mempercepat kemajuan persalinan.

Universitas Sumatera Utara

l. Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya
Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan sayang ibu. Mereka dapat
membantu ibu berganti posisi, melakukan kegiatan, memberikan minuman dan
makanan, berbicara dengn ibu serta memberikan semangat selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Alasan : ibu akan udah
mengalami dehidrasi selama persalinan dan kelahiran untuk mempertahankan
kondisi optimal pada ibu dan bayinya. Pastikan agar ibu mendapatkan cukup
asupan cairan.
Nutrisi adalah subyek yang sangat penting pada saat yang sama, sangat bervariasi.
Pendekatan yang tepat tampaknya tidak menghambat keinginan wanita untuk
makan dan minum selama persalinan dan melahirkan. Sebab persalinan
membutuhkan energi yang sangat besar, karena lama persalinan dan kelahiran
tidak dapat diperkirakan, sumber energi perlu diisi kembali untuk menjamin
kesejahteraan ibu dan janin.
Anjurkan ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten
persalinan, tapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya menginginkan cairan
saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin dan
menawarkan makanan ringan selama masa persalinan. Makanan ringan dan cairan

Universitas Sumatera Utara

yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi. Dehidrasi bias memperlambat kontraksi dan membuat kontraksi
menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-KR, 2008).
Pada asuhan sayang ibu dalam asuhan persalinan ibu dapat tetap makan dan
minum, karena jika ibu berpuasa selama persalinan dapat menyebabkan kemajuan
yang kurang baik, rasa lapar yang tidak menyenangkan, peningkatan keton urine,
diagnosa distosia dan urutan intervensi dan sebagai puncaknya adalah kelahiran
saecarae (Vicky, 2006).
m. Hargai dan perbolehkan praktek – praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan
n. Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,
pencukuran dan klisma
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya setelah lahir
p. Membantu memulai pemberian ASI dan 1 jam pertama kelahiran bayi
q. Siapkan rencana rujukan bila diperlukan
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan – bahan,
perlengkapan dan obat – obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

2.3 Kompetensi
Pengertian dari kompetensi adalah kualifikasi yang harus dimiliki oleh
seorang pekerja untuk dinyatakan sebagai pekerja yang kompeten, sedangkan definisi

Universitas Sumatera Utara

kompeten adalah seseorang yang mempunyai kompetensi untuk melaksanakan
pekerjaannya (HMHB, 2005).
HMHB (2005), mengatakan bahwa kualifikasi yang harus dimiliki seseorang
dalam menjalankan pekerjaannya haruslah mencakup 4 unsur yang harus menyatu
dalam diri seseorang pekerja, dan 4 unsur tersebut harus juga didukung oleh
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang memadai dari orang tersebut. Empat unsur
tersebut adalah :
1. Menjalankan peranannya sesuai dengan pekerjaan yang harus ditanganinya,
dan dapat bekerjasama dengan pekerjaan lainnya.
2. Menyelesaikan pekerjaannya sesuai pedoman kerja dan hasil kerja yang
memenuhi standar.
3. Menangani sejumlah tugas yang menjadi bagian dari pekerjaannya.
4. Mengambil keputusan dan bertindak secara tepat waktu menghadapi situasi
kritis/ gawat.
Biasanya untuk merumuskan penilaian terhadap kompetensi seseorang
haruslah menggunakan kalimat aktif. Kalimat yang biasanya digunakan untuk
menggambarkan bahwa seseorang itu kompten terhadap pekerjaannya adalah
menjalankan peranannya sesuai pekerjaan yang harus ditanganinnya

dan dapat

bekerjasama dengan pekerja lainnya. Tata cara penggunaan kalimat ini diperlukan
agar dapat merumuskan standar kompetensi. Karena untuk menilai bahwa seseorang

Universitas Sumatera Utara

kompeten terhadap pekerjaannya diperlukan observasi ketika orang tersebut
melakukan pekerjaannya (HMHB, 2005).
Setiap jenis pekerjaan selalu memiliki ukuran tertentu yang digunakan untuk
menilai mutu pelaksanaan pekerjaan dan mutu hasil pekerjaan. Untuk menilai mutu
selalu digunakan ukuran yang baku, ukuran tersebut disebut standar. Mutu pelaksaan
pekerjaan dan mutu hasil pekerjaan menjadi ukuran untuk menentukan prestasi kerja
seorang pekerja. Istilah yang digunakan untuk menilai prestasi kerja seorang adalah
kinerja, yang artinya adalah seorang pekerja selalu dinilai atas dasar mutu
pelaksanaan atau kinerjanya yang artinya adalah seorang pekerja selalu dinilai atas
dasar mutu pelaksanaan atau kinerjanya. Standar yang digunakan untuk menilai
kinerja seseorang disebut standar kompetensi (HMHB, 2005).
Kompetensi menjelaskan apa yang dilakukan orang di tempat kerja pada
berbagai tingkatan dan memperinci sesuai standar operasional prosedur masing–
masing tingkatan, mengidentifikasi karakteristik,

pengetahuan, keterampilan dan

perilaku yang diperlukan oleh individu yang memungkinkan menjalankan tugas dan
tanggung jawab secara efektif sehingga mencapai standar kualitas profesional dalam
bekerja dan mencakup semua aspek catatan manajemen kinerja, keterampilan dan
pengetahuan tertentu, sikap komunikasi, perilaku aplikasi dan pengembangan
(Wibowo, 2011).
Ada lima karakteristik dasar yang mempengaruhi kompetensi seseorang,
menurut Spencer dan Spencer (Hutapea dan Thoha, 2008), yaitu (1) motive, adalah

Universitas Sumatera Utara

konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan dan dikehendaki oleh
seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti
mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian
atau tujuan tertentu; (2) traits, adalah naluri yang secara konsisten dapat memberikan
respon yang cepat dan tepat terhadap keadaan atau informasi yang diterima, atau
karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi
tertentu; (3) self concept, sikap perilaku, sistem nilai atau persepi diri atau imajinasi
seseorang, yang dianut dan dipercayai dapat menguatkan dan meyakinkan sesuai
dengan harapannya, serta dapat menuntun menjadi individu yang efektif di berbagai
lingkungan kerja, jika keyakinan tersebut didukung rasa percaya diri yang besar,
misalnya kepemimpinan; (4) knowledge, sekumpulan informasi dan pengetahuan
yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu; dan (5) skill, kemampuan untuk
mengerjakan atau menyelesaikan tugas – tugas fisik atau mental tertentu nyata
dilakukan.
Mustopadidjaja (2008), mengklasifikasikan kompetensi kedalam empat jenis,
yaitu :
1. Kompetensi Teknis (technical competence), yaitu kompetensi mengenai
bidang yang menjadi tugas pokok organisasi. Kompetensi ini, antara lain
meliputi operasionalisasi system prosedur kerja, yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan dan tugas instansi, penerapan sistem dan prinsip –
prinsip akuntabilitas.

Universitas Sumatera Utara

2. Kompetensi Manajerial (manajerial competence), kompetensi yang berkaitan
dengan berbagai kemampuan manajerial yang dibutuhkan dalam menangani
tugas – tugas organisasi. Kompetensi ini, meliputi antara lain dalam hal
kemampuan menerapkan konsep dan teknik perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, koordinasi dan evaluasi kinerja unit organisasi, juga
kemampuan dalam melaksanakan prinsip – prinsip good governance dalam
manajemen pemerintahan.
3. Kompetensi Sosial (social competence), kemampuan melakukan komunikasi
yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas pokoknya.
Kompetensi ini, antara lain secara internal memotivasi sumberdaya manusia
dalam meningkatkan produktivitas kerja, secara ekternal melaksanakan
kemitraan, kolaborasi, pengembangan jaringan kerja dengan berbagai lembaga
dalam rangka meningkatkan citra dan kinerja organisasi.
4. Kompetensi Intelektual/ Stratejik, kemampuan untuk berfikir secara strategi
dengan visi jauh kedepan. Kompetensi ini meliputi kemampuan merumuskan
visi, misi strategi dalam rangka mencapai tujuan organisasi sebagai bagian
integral dari pembangunan nasional; merumuskan dan memberi masukan
untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang logis dan
sistematis; memahami paradigma pembangunan kesehatan yang relevan
dalam upaya mewujudkan Indonesia Sehat 2010 serta kemampuan dalam

Universitas Sumatera Utara

menjelaskan kedudukan, tugas, fungsi organisasi instansi kesehatan dalam
mewujudkan tujuan Pembangunan Kesehatan Indonesia.
Wibowo (2011) menjelaskan kompetensi merupakan karakteristik individu
yang mendasari kinerja atau perilaku di tempat kerja. Kinerja di tempat kerja di
pengaruhi oleh: (a) pengetahuan dan kemampuan (b) keterampilan gaya bekerja
keperibadian, (c) perilaku yang terdapat kepentingan/minat, dasar-dasar, nilai sikap,
kepercayaan dan gaya kepemimpinan. Dengan demikian seorang pelaksana yang
unggul adalah mereka yang menunjukan kompetensi pada skala tingkat lebih tinggi,
dan dengan hasil lebih baik dari pada pelaksana biasa rata–rata. Oleh karena itu
kompetensi merupakan karakteristik yang mendasar pada setiap individu yang di
hubungkan dengan keriteria yang direferensikan terhadap kinerja yang unggul dan
efektif dalam sebuah pekerjaan atau situasi. Spencer dan Spencer (1993) dalam
Moeheriono (2011) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi yaitu:
a.

Motif sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang
menyebabkan tindakan seseorang motif mendorong, mengarahkan dan memilih
perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.

b.

Sifat adalah karakteristik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau
informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata merupakan ciri fisik
kompetensi.

Universitas Sumatera Utara

c.

Konsep diri adalah sikap nilai–nilai, atau citra dari seseoarang. Percaya diri
merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam setiap situasi
adalah bagian dari konsep diri orang.

d.

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki dalam bidang spesifik. Pengetahuan
adalah kompetensi yang kompleks.

e.

Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu.
Kompetensi atau keterampilan kognitif termasuk berfikir analisis dan konseptual.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Bidan dalam Pelaksanaan
Asuhan Sayang Ibu
Beberapa faktor yang memengaruhi bidan dalam pelaksanaan asuhan sayang
ibu adalah:
1.

Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan manusia mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Universitas Sumatera Utara

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi – formulasi yang sudah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

Universitas Sumatera Utara

responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan di atas (Notoatmojo, 2003).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus (objek)
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidak baiknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2. Sikap
Menurut Notoatmojdo (2003), sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar
adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial.
Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang
satu dengan yang lainnya, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi
pola perilaku tiap individu sebagai anggota masyarakat.
Menurut Azwar (2004), pembentukan sikap manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu :
a.

Pengalaman Pribadi
Pengalaman yang telah ada ataupun yang sedang kita alami ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus interaksi sosial. Tanggapan
akan menjadi dasar pembentukan sikap, untuk dapat mempunyai tanggapan dan
penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan
objek psikologis, baik yang akan membentuk sikap positif maupun sikap negatif.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional, karena penghayatan terhadap pengalaman akan lebih mendalam dan
lebih berbekas.

Universitas Sumatera Utara

b.

Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang
kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita.
Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus
bagi kita (Significant Other), akan banyak mempengaruhi sikap kita seperti orang
tua, teman dekat, sahabat, guru, teman kerja, isteri atau suami.

c.

Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari kebudayaan telah
menanamkan pengaruh sikap kita terhadap berbagai permasalahan.

d.

Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah dan lain sebagainya mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang.

e.

Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

Universitas Sumatera Utara

f.

Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
dan pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang demikian dapat
merupakan sikapyang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang
akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persistem dan lebih tahan
lama.

3. Keterampilan
Keterampilan adalah batasan kemampuan (knowledge, skill, and profesional
attitude) minimal yang harus dikuasai oleh masing-masing individu guna bisa
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh
organisasi profesi (Heni, 2009).
Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan ke
dalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang bidan diperoleh melalui pendidikan
dan latihan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan
latihan yakni : a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan
masalah secara lebih baik; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja,
prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan
pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi
tugas-tugas baru.

Universitas Sumatera Utara

Dalam melaksanakan profesinya, bidan memiliki 9 keterampilan. Setiap
keterampilan dilengkapi dengan pengetahuan serta keterampilan dasar, pengetahuan
dan keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki sekaligus dilaksanakan oleh seorang
bidan dalam melakukan kegiatan asuhan kebidanan. Dijelaskan bahwa kompetensi
merupakan pengetahuan, nilai serta sikap dasar yang terefleksikan dalam wujud
dalam wujud kebiasaan berfikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang
serta bisa digapai pada setiap waktu (Heni, 2009).
Kebiasaan berfikir sekaligus bertindak yang dilakukan secara konsisten dan
kontinu memungkinkan seseorang atau bidan menjadi kompeten. Dalam hal ini, dapat
pula dimaknai memiliki pengetahuan, ketrampilan, nilai serta pola sikap dasar dalam
melakukan sesuatu.

kebiasaan berfikir dan bertindak tersebut senantiasa dilatari

dengan budi pekerti yang luhur dan baik dalam kehidupan pribadi, sosial,
kemasyarakatan,

keberagamaan,

dan

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara.

Ketrampilan tersebut diklasifikasikan menjadi dua level. Pertama, ketrampilan dasar.
Keterampilan yang secara mutlak harus dimiliki oleh seorang bidan. Kedua,
ketrampilan lanjutan atau tambahan. Pengembangan dari pengetahuan serta
keterampilan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh seorang bidan guna menunjang
tugasnya sebagai seorang bidan dalam memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat
yang sangat dinamis seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Heni,
2009).

Universitas Sumatera Utara

2.5 Bidan
Pada buku lima puluh tahun Ikatan Bidan Indonesia dijabarkan dengan jelas
konsep dasar profesi bidan, berdasark

Dokumen yang terkait

Tingkat Kecemasan Ibu Menghadapi Persalinan di BPM (Bidan Praktek Mandiri) Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan 2014

0 43 60

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Bidan Praktek Swasta Tentang Asuhan Sayang Ibu Pada Proses Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Morawa

2 54 82

Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Bidan Praktek Swasta (BPS) yang sudah mengikuti pelatihan APN di Wilayah Kerja Kabupaten Langkat Tahun 2008

1 73 65

Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Bidan Praktek Swasta (BPS) di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2008

0 45 71

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 19

Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 12

Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 1 4

Pengaruh Kompetensi Bidan Terhadap Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan Di Bidan Praktek Swasta (BPS) Kota Tebing Tinggi Tahun 2014

0 0 47