SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK

  LAPORAN KERJA PRAKTEK II SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK Disusun Oleh

NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002)

SURAT KETERANGAN NILAI

  Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa : Nama : NURSAYAMSU ABUBAKAR Stambuk : 033 21 0002

  Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Lapangan pada Bagian :

JARINGAN NON KABEL TEMBAGA

  Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :

PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR

  Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai yang diperoleh :

  

A B C D E

Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.

  Makassar, .... Juli 2005 Diketahui Oleh,

  Ketua Jurusan Elektro Dosen Pembimbing,

  (Ir. Muhammad Nawir, MT.) (Ir. Zainal Altim, MT.)

SURAT KETERANGAN NILAI

  Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa : Nama : ILHAM RESHA P. Stambuk : 033 21 0062

  Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Lapangan pada Bagian :

JARINGAN NON KABEL TEMBAGA

  Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :

PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR

  Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai yang diperoleh :

  

A B C D E

Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.

  Makassar, .... Juli 2005 Diketahui Oleh,

  Ketua Jurusan Elektro Dosen Pembimbing,

  (Ir. Muhammad Nawir, MT.) (Ir. Zainal Altim, MT.) Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa : Nama : DEWAN SANTOSO Stambuk : 033 21 0065

  Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Lapangan pada Bagian :

JARINGAN NON KABEL TEMBAGA

  Dan telah menyelesaikan Tugas Kerja pada :

PT. TELKOM KANDATEL MAKASSAR

  Sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Kerja Praktek II (Dua) dan nilai yang diperoleh :

  

A B C D E

Demikian keterangan ini diberikan kepadanya untuk digunakan seperlunya.

  Makassar, .... Juli 2005 Diketahui Oleh,

  Ketua Jurusan Elektro Dosen Pembimbing,

  (Ir. Muhammad Nawir, MT.) (Ir. Zainal Altim, MT.)

  

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

Kampus II UMI. Jl. Urip Somuharjo Km.5 Telp (0411) 447562 Makassar

  

LEMBAR PENGESAHAN

  Laporan Kerja Praktek II ini merupakan salah satu persyaratan dalam rangka penyelesaian studi pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia. Nomor : / B 3 / FTE-UMI / VII / 2005 Sub Bidang : Fiber Optik.

  Lokasi Praktek : PT. Telkom Kandatel Makassar Bagian Jaringan Non Kabel Tembaga. Disusun Oleh :

  

NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002)

  

ILHAM RESHA P. (033 21 0062)

DEWAN SANTOSO (033 21 0065)

  Makassar, Juli 2005 Pembimbing Lapangan

  Kasi JARLOKAF

DEDDY AGUS P.S

  Mengetahui, Ketua Jurusan Elektro Kepala Sub Dinas JNKT.

  Ir. Muhammad Nawir, MT YOSIAS BOKKO

SURAT KETERANGAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa : Nama : YOSIAS BOKKO Jabatan : Kepala Sub Dinas Jaringan Non Kabel Tembaga Menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa mahasiswa : Nama/Stambuk :

  

NURSYAMSU ABUBAKAR (033 21 0002)

  

ILHAM RESHA P. (033 21 0062)

DEWAN SANTOSO (033 21 0065)

  Telah melaksanakan Kerja Praktek II mulai 27 Juni 2005 sampai dengan 27 Juli 2005 pada PT. Telkom Kandatel Makassar bagian Jaringan Non Kabel Tembaga mengenai :

  

“SISTEM KOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SERAT OPTIK”

  Demikian surat keterangan ini kami buat untuk diketahui dan digunakan semestinya.

  Makassar, ...... Juli 2005 Kepala Sub Dinas JNKT.

  (YOSIAS BOKKO)

  

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum wr. Wb.

  Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Kerja Praktek II (KP II) yang berjudul “SISTEM KOMUNIKASI YANG

  

MENGGUNAKAN SERAT OPTIK” yang merupakan salah satu syarat untuk

  mendapatkan gelar kesarjanaan pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia.

  Dalam penyusunan Laporan kerja Praktek II ini, penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar tulisan ini dapat mencapai taraf kesempurnaan, namun sebagai hamba Allah SWT yang tak luput dari kekurangan, kekhilafan dan kesalahan maka segala bentuk apapun yang terbaik selalu penyusun harapkan agar penyusunan Laporan kerja Praktek II pada kesempatan yang lain dapat lebih disempurnakan.

  Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kerja Praktaek II ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, oleh sebab itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan dalam penulisan Laporan Kerja Praktek II ini penyusun terima dengan senang hati. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi dan menyertai setiap langkah kita. Amin.

  Wassalam.

  Penyusun

  

DAFTAR ISI

Halaman

  

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

SURAT KETERANGAN NILAI .............................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

SURAT KETERANGAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................

  1 1.2. Perumusan Masalah...........................................................

  3 1.3. Waktu dan Tempat Kegiatan ...........................................

  3 1.4. Tujuan Kegiatan ................................................................

  3 1.5. Batasan Masalah ...............................................................

  4 1.6. Sistematika Penulisan .......................................................

  4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6 2.1 Sistem Komunikasi ...........................................................

  6 2.1.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik ............................

  6 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Serat Optik ............................

  8 2.3 Struktur Serat Optik ..........................................................

  10 2.4 Jenis Serat Optik ..............................................................

  11 2.5 Perambatan Cahaya .........................................................

  13 2.6 Didpersi .............................................................................

  16

  2.7 Dasar Sistem Komunikasi Data ........................................

  33 4.2.3.2 Prosedur Penyambungan Serat Optik ........................

  46 5.2 Saran ................................................................................

  45 BAB V PENUTUP ............................................................................... 46 5.1 Kesimpulan .......................................................................

  44 4.6 Interface V5.2 ....................................................................

  41 4.5 Interface V5.1 ...................................................................

  39 4.4 Konfigurasi Jaringan SKSO ..............................................

  39 4.3 Rugi-Rugi Penyambungan ................................................

  38 4.2.4.2 Pencatatan ..................................................................

  37 4.2.4.1 Cara Pengetesan ........................................................

  34 4.2.4 Pengetesan dan Pencatatan ..........................................

  33 4.2.3.1 Penyambungan Kabel Serat Optik ..............................

  17 2.7.1 Jaringan Komputer ........................................................

  32 4.2.3 Penambahan Kabel .......................................................

  31 4.2.2 Langkah-Langkah Penarikan Kabel Optik Aerial ...........

  30 4.2.1 Pemasangan Alat Bantu dan Perkakas .........................

  30 4.2 Penginstalasian Kabel Serat Optik ...................................

  BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 30 4.1 Jaringan Komunikasi Serat Optik ......................................

  24 BAB III PERMASALAHAN .................................................................... 28

  24 2.7.1.3 Jenis Sambungan .......................................................

  18 2.7.1.2 Arsitektur Jaringan ......................................................

  17 2.7.1.1 Topologi Jaringan .......................................................

  47 DAFTAR PUSTAKA

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik .............................................

  7 2.2 (a) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Kabel Metalik (b) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Serat Optik ...

  8

  2.3 Penampang Serat Optik ......................................................... 11

  2.4 Klasifikasi Serat Optik Berdasarkan Struktur Pandu Gelombang dan Moda Propagasi ..........................................

  13

  2.5 Pembiasan dan Pemantulan Cahaya pada Suatu Bidang Batas ..........................................................................

  15

  2.6 Topologi Bus .......................................................................... 19

  2.7 Topologi Star .......................................................................... 21

  2.8 Topologi Ring ......................................................................... 22

  2.9 Sambungan Bentuk Point to Point ......................................... 25

  2.10 Sambungan Bentuk Multi point .............................................. 25

  4.1 Jaringan dasar SKSO ............................................................ 30 4.2 Diagram Alir Instalasi Kabel Optik Aerial ...............................

  31

  4.3 Penyambungan Secara Fusion .............................................. 36

  4.4 Penyambungan Secara Mekanik ........................................... 37

  4.5 Rugi-rugi Penyambungan ...................................................... 41

  4.6 Konfigurasi Jaringan SKSO ................................................... 42

  

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

4.1 Fungsi Interface V5.1 ................................................................

  44 4.2 Perbedaan Interface V5.1 dan V5.2 ..........................................

  45

1.1 Latar Belakang

  Teknologi serat optik saat ini telah digunakan di berbagai negara utamanya dibidang telekomunikasi, perbankan, militer, jaringan komputer, kedokteran, serta alat-alat transportasi laut dan udara.

  Penggunaan cahaya untuk komunikasi bukanlah suatu hal yang baru. Komunikasi gerakan tangan sejak dulu telah digunakan dan mata sebagai detektor dan otak sebagai prosesor. Orang indian menggunakan asap sebagai alat komunikasi. Tahun 1880, Graham Bell menemukan sistem komunikasi cahaya disebut photophone. Photophone menggunakan cahaya matahari yang terpantul dari sebuah cermin tipis termodulasi voice. Di penerima cahaya matahari termodulasi itu jatuh pada cell selenium photoconducting yang langsung mengubahnya menjadi arus listrik.

  Awal perkembangan komunikasi optik dimulai pada tahap konsep mulai tahun 1880 hingga 1950. Pada bulan juli 1966, Kao dan Hockham dalam tulisannya mengusulkan penggunaan pelapis (cladding) dari serat optik. Selanjutnya penelitian dan pengembangan sistem komunikasi jarak jauh dengan teknologi serat optik dilakukan di Jerman, di Jepang, di Inggris oleh Standard Telecommunication Laboratories dan di Amerika Perkembangan teknologi serat optik di Indonesia dirintis oleh PT.

  Telekomunikasi Indonesia, Tbk sejak tahun 1986 yang menggunakan kabel serat optik sebagai medium transmisi antar sentral dan sentral- lokal.

  Serat optik merupakan alternatif media komunikasi masa depan disebabkan karena kelebihan utamanya yaitu mempunyai kapasitas

  4

  lebar pita yang amat besar (sekitar 10 Hz) dan kecepatan pengirimannya yang sangat cepat. Dibalik kelebihan yang dimilkinya serat optik mempunyai beberapa kelemahan baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi transmisi (pemandu sinyal optik).

  Bedasarkan deskripsi geometri dan sifat fisis bahan serat optik maka perhitungan rugi-rugi sinyal optik secara teori dapat dilakukan dengan bantuan persamaan Maxwell untuk bahan dielektrik dan persmaan gelombang.

  Perhitungan secara teori mengenai rugi-rugi sinyal otik perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam hal perencanaan instalasi jaringan kabel serat optik. Dalam Kerja Praktek ini, hasil perhitungan secara teori diperlukan sebagai bahan perbandingan terhadap data yang diperoleh di lapangan.

  1.2 Perumusan Masalah

  komunikasi serat optik dengan menggunakan interface V5.2 Dalam Kerja Praktek (KP) ini kita dapat mengetahui sistem jaringan komunikasi serat optik dimana sistem komunikasi tersebut pada masa sekarang ini telah banyak dipergunakan dan untuk pengembangannya masih terus dilakukan.

  1.3 Waktu dan Tempat

  Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan selama 1 (satu) bulan dimulai pada hari Senin, 27 Juni 2005 sampai dengan hari Rabu, 27 Juli 2005. Yang bertempat pada PT. Telkom Kandatel Pettarani Divre VII Makassar pada bagian Jaringan Akses Lokal Fiber Optik (JARLOKAF),

  1.4 Tujuan Kegiatan

  Kerja Praktek (KP) yang kami lakukan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Study Strata Satu (S1) pada Sub Jurusan Telekomunikasi dan Elektronika Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

  Adapun tujuan dilaksanakannya Kerja Praktek (KP) ini adalah :

  1. Dapat mengetahui dasar sistem komunikasi yang menggunakan Serat Optik.

  2. Mengetahui perbedaan sistem komunikasi yang menggunakan

  3. Mengetahui cara penginstalasian jaringan komunikasi yang menggunakan serat optik.

  4. Dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penginstalasian sistem komuniksi serat optik.

  1.5 Batasan Masalah

  Luasnya ruang lingkup mengenai Sistem Komunikasi Serat Optik baik dari segi Hardware maupun dari segi Softwarenya, maka perlu kami batasi ruang lingkup masalah sesuai dengan keperluan, mengingat keterbatasan waktu dan instrumen pendukung serta kemampuan penyusun. Adapun masalah yang kami bahas adalah mengenai :

  1. Dasar sistem komunikasi yang menggunakan serat optik serat optik.

  2. Penginstalasian jaringan sistem komunikasi serat optik.

  1.6 Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran tenteng pokok–pokok bahasan pada setiap bab, maka secara garis besar sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. masalah, Tujuan penulisan, Batasan masalah, dan Sistimatika penulisan.

  Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi tentang teori – teori dasar tiap blok sistem komunikasi yang menggunakan serat optik. Bab III Permasalahan Kendala-kendala yang dihadapi dalam penginstalasian Sistem Komunikasi Serat Optik. Bab IV Pemecahan Masalah Pada bab ini menjelaskan tentang cara-cara mengatasi permasalahan yang mungkin didapati pada penginstalasian jaringan sistem komunikas serat optik.

  Bab V Penutup Merupakan kesimpulan dari konsep dasar dari Sistem Komunikasi Serat Optik.

2.1. Sistem Komunikasi Serat Optik

2.1.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik

  Sistem komunikasi serat optik terdiri dari 3 (tiga) bagian utama yaitu; pengirim/pemacar (Transmitter), media (Serat Optik), dan Penerima (Receiver). Pengirim berupa sumber cahaya monochrome (frekuensi tunggal) yang intensitas cahayanya dapat diubah-ubah. Dan penerima merupakan detektor cahaya yang dapat mengkonversi perubahan intensitas cahaya menjadi deretan bit. Sedang Serat Optik merupakan media yang dapat merambatkan cahaya.

  a. Transmitter (pemancar) Pemancar terdiri dari modulator yang memodulasikan informasi pada sumber cahaya. Sumber cahaya berupa Light

  Emiting Diode (LED) / Laser Diode (LE) secara khusus, tergantung

  pada sistem Optical Line Code (OLC) yang digunakan pada sinyal data Incoming (datang).

  b. Serat Optik Serat optik merupakan media hantar yang terbuat dari bahan fiber yang berfungsi memandu gelombang yang akan ditransmisikan dari suatu titik ke titik lainnya. c. Receiver (penerima) detektor (Photo Diode) ini mengubah pulsa-pulsa cahaya menjadi sinyal listrik dengan bentuk yang sama. Sinyal listrik ini dikuatkan lalu dimodulasikan oleh modulator sesuai sinyal yang datang dikodekan kembali ke dalam bentuk biner. Pada gambar berikut 2.1 akan dilihat sistem komunikasi serat optik.

Gambar 2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik

  Konsep sistem komunikasi serat optik serupa dengan konsep sistem komunikasi secara umum dengan komponen dasar seperti sumber informasi, pemancar/pengirim informasi, media transmisi, penerima/pendeteksi onformasi dan sampai ke tempat tujuan. Diagram sistem komunikasi dapat ditunjukkan dengan gambar berikut :

  

A/D Mux Demux D/A

Repeater

4 Khz 64 kb/s 2 Mb/s

Metalic cable

(a)

A/D D/A

Mux Demux

  E/O Laser diode

Optical fiber cable

Photto diode O/E

(B)

Gambar 2.2 (a) Sistem Komunikasi dengan Menggunakan Kabel Metalik

  (b) Sistem komunikasi dengan Menggunakan Serat Optik

2.2. Kelebihan dan Kekurangan Serat Optik

  Keunggulan media transmisi serat optik antara lain :

  • Lebar pita yang sangat lebar

  13 Frekuensi pembawa gelombang optik berkisar antara 10

  16

  14

  hingga 10 Hz (umumnya sekitar 10 Hz) yang berarti kapasitas informasi yang dapat dilewatkan juga sangat besar.

  • Kerugian transmisi yang rendah

  Pengembangan produksi bahan serat optik dengan kerugian transmisi yang rendah sudah lama dilakukan dan saat ini telah diproduksi serat optik dengan kerugian sekitar 0,2 dB/km.

  • Kecepatan transmisi yang sangat tinggi

  (menghampiri kecepatan cahaya) sangat cocok untuk pengiriman sinyal digital dengan sistem multipleks dengan kecepatan tinggi.

  • Ukuran dan bobot sangat kecil

  Dengan bentuk/ukuran serta bobot yang sangat kecil pemekaian ruang untuk kabel serat optik juga sedikit, penginstalasiannya mudah serta dapat ditempatkan pada ruang yang kecil seperti pesawat udara, kapal laut dan satelit.

  • Bersifat isolator terhadap listrik

  Serat optik aman dari bahaya yang disebabkan oleh listrik (hubungan singkat dan sengatan listrik).

  • Kebal terhadap cakap silang

  Serat optik merupakan sebuah pemandu gelombang dieletrik yang terbuat dari bahan kaca (silika) sehingga kebal terhadap cakap-silang (crosstalk).

  • Transmisi sinyalyang aman

  Sinyal optik yang berupa cahaya tidak teradiasi keluar dari serat optik (sepanjang tidak ada kebocoran) dan tidak disadap sehingga tingkat keamanan sinyal sangat tinggi.

  • Sistem dapat dikendaliakan dan pemeliharaannya mudah optik berkisar 20 – 30 tahun sehingga dalam pemeliharaannya tidak terlalu repot.

  Sedangkan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh media transmisi serat optik antara lain :

  • Tidak dapat memberikan catuan daya listrik pada stasiun pengulang (repeater) sehingga perlu penambahan kabel penghantar listrik untuk semua repeater.
  • Serat optik dapat rusak karena tumbukan oleh partikel atom berenergi tinggi.
  • Tidak tahan terhadap tekanan berlebihan dari luar yang dapat menyebabkan kerusakan pada kabel serat optik.
  • Konstruksinya lemah sehingga dalam penerapannya membutuhkan lapisan penguat sebagai pelindung kabel.
  • Perbaikan terhadap kerusakan lebih sulit karena ukuran serat yang sangat kecil.

2.3. Struktur Serat Optik

  Struktur dasar/penampang serat optik dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.3 Penampang Serat Optik

  Keterangan gambar 2.3 :

  a. Inti (core) Berfungsi untuk merambatkan cahaya dari satu ujung ke ujung yang lainnya. Terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas yang tinggi dengan diameter 9 – 50

  µ m.

  b. Pelapis (cladding) Berfungsi sebagai cermin (memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung yang lain). Terbuat dari bahan gelas atau plastik dengan indeks bias yang lebih kecil dari indeks bias core.

  c. Jaket (coating) Berfungsi sebagai pelindung mekanis dan tempat kode warna. Terbuat dari bahan plastik.

2.4. Jenis Serat Optik

  1. Inti tunggal (single core)

  2. Pita (ribbon-muliticore)

  Jenis serat optik berdasarkan moda dan indeks bias inti : Diameter inti 50 m dan diameter cladding 125 m. Indeks

  µ µ bias pada inti seragam, demikian pula pada pelapis.

  Penyambungannya lebih mudah, digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah karena sering terjadi dispersi. Hanya digunakan untuk jarak pendek dan bit rate rendah (misal untuk LAN).

  2. Indeks angsur moda jamak (granded indeks multimode) Diameter core 50 m dan diameter cladding 125 m. Indeks

  µ µ

  bias inti tertinggi terdapat pada pusat inti dan berangsur-angsur turun sampai ke tepi inti yaitu batas antara core dan cladding.

  Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada Core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat. Dispersi yang terjadi minimum namun harganya lebih mahal disebabkan oleh faktor pembuatan yang lebih sulit.

  3. indeks undak moda tunggal (step index monomode) Diameter core 8 – 10 m dan diameter cladding 125 m.

  µ µ

  Cahaya merambat dalam satu mode, sejajar dengan sumbu serat optik. Digunanakan untuk jarak jauh dan transmisi data dengan bit rate tinggi.

Gambar 2.4 Klasifikasi serat optik berdasarkan struktur pandu-gelombang dan moda propagasi ;

  (1) Step-index multimode, (2) Graded index multimode, (3) Step-index-

monomode.

2.5. Perambatan Cahaya

  Cahaya merambat dalam medium dengan tiga cara; dibiaskan, dipantulkan, dan diteruskan. Menurut snellius, gelombang cahaya yang menjalar dari suatu medium ke medium lain yang berbeda indeks- (refraksi). Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya, Snellius menyimpulkan bahwa perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah suatu bilangan yang konstan yang disebut indeks bias yang dapat dituliskan : sin

  n θ i 2 n ............................................................................ (2-1)

  = =

  sin

  n θ t 1 Dengan i besar sudut datang (pada bahan 1), t besar sudut θ

  θ

  bias (pada bahan 2), n (indeks bias), n

  1 indeks bias (pada medium 1)

  dan n 2 indeks bias (pada medium 2).

  Indeks bias suatu bahan didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan rambat cahaya di ruang hampa dengan kecepatan rambat cahaya dalam bahan tersebut, yaitu :

  C n ....................................................................................... (2-2) b =

  V b

  Dimana :

  λ ω b V f

  .................................................................... (2-3) b b = λ = =

  T k b

  Dengan n b indeks bias bahan, c kecepatan rambat cahaya daalam

  8

  ruang hampa ( 2,998 x 10 m/s), v b kecepatan rambat cahaya dalam

  ±

  bahan (m/s), panajang gelombang dalam bahan/medium (m), f

  b λ adalah frekuensi gelombang (Hz), T adalah perioda (s) dan adalah

  ω

Gambar 2.5 Pembiasan dan pemantulan cahaya pada suatu bidang batas

  Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi jika cahaya melewati suatu bidang batas seperti tampak pada gambar 2.4, yaitu : (a). Jika n

  1 < n 2 maka i > t (cahaya dibiaskan mendekati garis θ θ

  normal) (b). Jika n > n maka < (cahaya dibiaskan menjauhi garis

  1 2 i t θ θ normal).

  (c). Jika n

  1 > n 2 dan t = / 2 maka i = C (cahaya dibiaskan θ π θ θ sejajar bidang batas/ permukaan); C adalah sudut krisis.

  θ

  (d). Jika n

  1 > n 2 dan i > C maka tidak ada cahaya yang dibiaskan θ θ

i r

  

θ θ

  Pada keadaan i = C maka berlaku :

  θ θ n 2 Sin c = ................................................................................. (2-4)

  θ n 1 Persyaratan agar cahaya dapat merambat dalam inti serat optik yaitu : -. Indeks bias inti harus lebih besar dari pada indeks bias cladding.

  • . Sudut datang harus lebih besar dari pada sudut kritis.

  Persyaratan tersebut tidak terlepas dari sifat-sifat cahaya dimana; Cahaya adalah sejenis gelombang elektromagnetik, cahaya adalah suatu gelombang tranfersal, cahaya mengalami perubahan medan elektromagnetik selama perambatannya.

2.6. Dispersi

  Dispersi adalah suatu fenomena di mana suatu pulsa cahaya yang datang akan menaglami pelebaran selama perambatannya di dalam serat optik. Dispersi dpat menyebabkan penumpukan pulsa satu dengan lainnya (inter symbol interference) yang akan menambah jumlah pulsa salah (error). Adapun macam-macam dispersi antara lain :

  • Dispersi Moda Adalah dispersi yang disebabkan karena pulsa cahaya merambat dalam beberapa lintasan (mode). Perbedaan lintasan tersebut akan menyebabkan perbedaan jarak tempuh masing- masing pulsa cahaya yang ditransmisikan tersebut sehingga pulsa tersebut akan sampai pada bagian penerima dengan waktu yang berbeda-beda. Dispersi ini terjadi pada saat serat optik multim
  • Dispersi Chromatic

  Dispersi ini terjadi pada semua jenis serat optik. Dispersi ini terjadi karena pulsa cahaya yang merambat terdiri atas beberapa panjang gelombang. Hal ini disebabkan karena sumber optik tidak memancarkan cahaya tunggal (monochromatic) akan tetapi cahaya dengan beberapa panjang gelombang. Perbedaan panjang gelombang menyebabkan prbedaan kecepatan rambat pulsa cahayatersebut pada serat optik, akan menyebabkan bentuk pulsa cahaya output menjadi melebar.

2.7. Dasar Sistem Komunikasi Data

2.7.1 Jaringan Komputer

  Jaringan komputer yang kita kenal sekarang ini mulai dikembangkan oleh ARPA (Advance Research Project Agency) pada penghujung 1960-an konsep yang ada pada mulanya melayani penelitian kemudian yang membawa kita menuju komunikasi global tanpa batas antara komputer di dunia. Internetworking (Internet) dipercaya sebagai teknologi telekomunikasi yang paling pesat pertumbuhannya saat ini, adalah hasil evolusi dari jaringan ARPAnet.

2.7.1.1 Topologi Jaringan

  Topologi atau konvigurasi merupakan mode atau bentuk jaringan. Setiap topologi mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pada dasarnya seluruh jaringan berawal dari hubungan point-to-point kemudian berkembang menjadi multipoint.

  Hubungan ini disesuaikan dengan kebutuhan sistem

  hardware/software, operating sistem, yang dikeluarkan vendor atau komposisi area jaringan komputer yang digunakan.

  Pada pembahasan ini akan membahas 3 (tiga) topologi dasar yaitu; BUS, STAR, dan RING.

  a. Topologi Bus Logika dari sistem jaringan ini adalah satu jalur yang digunakan oleh seluruh user untuk melewatinya, seolah-olah bis yang sedang antri di jalan raya. Dalam kenyataannya struktur ini dapat menjadi kompleks, namun jalur garis lurus merupakan dasar hubungan interkoneksial. Seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.6 Topologi Bus

  Keuntungan dari topologi ini yaitu :

  • Kebutuhan kabel relatif sedikit

  Dimungkinkan untuk setiap terminal menhubungkan hanya ke tempat saluran terdekat.

  • Mudah dalam penambahan

  Untuk menambah user, masing-masing terminal tinggal menghubungkan ke jalur terdekat. Adapun untuk jarak user yang jauh (melebihi spesifikasi teknis) dibutuhkan repeater untuk mengatasinya. Mudah untuk menambah atau mengurangi manjadi beberapa segmen dari satu jaringan. Kerugian dari topogi ini yaitu : Sulit untuk mendeteksi letak gangguan karena kesalahan satu user akan menyebabkan seluruh jaringan tidak berfungsi.

  • Isolasi gangguan

  Untuk mengatasi masalah deteksi gangguan, disarankan untuk membagi jaringan ke dalam bentuk segmen.

  b. Topologi Star Konfiguarsi jaringan star, ditunjukkan pada gambar 2.7 yang memperlihatkan sebuah pengendali pusat (hub) yang berada pada titik tengah yang berufngsi sebagai central joint (pusat hubungan) ke seluruh terminal (end user). Seringkali hub ini juga berufngsi sebagai swtcher, yang membuat path atau sirkuit khusus antara 2 (dua) terminal yang ingin berkomunikasi.

Gambar 2.7 Topologi Star

  Keuntungan dari topologi ini yaitu :

  • Kemudahan layanan

  Mudah melokalisasi dan memperkirakan letak serta jenis gangguan jika terjadi masalah, sehingga tidak menyulitkan pemeliharaan.

  • Koneksi tunggal Jika terjadi kerusakan, terminal lainnya akan tetap beroperasi.
  • Pengendalian terpusat Network Manager mudah melakukan kontrol seluruh jaringan.

  • Protokol akses yang mudah teknologi yang sederhana pula.

  c. Topologi Ring Pada topologi ring seperti ditunjukan pada gambar 2.8 sinyal akan mengelilingi terminal. Sinyal ini melalui workstation yang berfungsi juga sebagai repeater, sehingga sinyal yang dikirim tetap sampai ke terminal berikutnya akan tejaga. Hal ini akan berpengaruh terhadap kestabilan operasi jaringan, meskipun jumlah workstation bertambah.

Gambar 2.8 Topogi ring Keuntungan dari topologi ini yaitu : menghubungkan ke terminal terdekat.

  • Memungkinkan untuk penggunaan teknologi fiber optik.

  Dengan saluran serat optik, akses respon bisa lebih cepat (110 Mbps).

  Kerugian dari topologi ini yaitu :

  • Node gangguan

  Karena semua data menuju satu arah secara mengelilingi lingkaran (ring) melaui simpul (node), apabila salah satu node menglami kerusakan maka seluruh jaringan tidak akan bekerja. Satu dari setiap perangkat harus mengirim ulang jika jaringan mengalami gangguan.

  • Diagnosa gangguan

  Akan sulit melacak letak kerusakan, karena kerusakan dari node mengakibatkan node tidak bekerja.

  • Isolasi gangguan

  Seperti halnya pada sistem bus, pada sistem ini pun sulit untuk melacak kerusakan yang diakibatkan oleh saluran yang terisolasi, salah satu solusinya adalah bypass node yang diperkirakan mengalami gangguan.

  • Penambahan terminal menambah terminal harus mematikan (shut down) sistem jaringan secara keseluruhan.

  2.7.1.2 Arsitektur Jaringan

  Jaringan komputer modern didesain dengan tingkat kehandalan yang tinggi dan dapat saling berhubungan (interkoneksi). Untuk menyederhanakan desain yang rumit, beberapa jaringan dapat diorganisir secara seri dari beberapa layer (lapisan). Setiap bagian dapat memproses sendiri nomor layer, isi

  layer, dan fungsi setiap layer dari jaringan ke jaringan yang

  berbeda. Bagaimanapun, dalam seluruh jaringan setiap layer mempunyai tujuan melayani layer di atasnya.

  2.7.1.3 Jenis Sambungan

  Dalam komunikasi data ada 2 (dua) jenis sambungan yang dikenal yaitu; a. Sambungan Tetap

  Point-to-point -

  Komunikasi terjadi antara dua stasiun yang secara langsung tersambung melalui media transmisi. Gambar 2.9 menunjukkan sambungan jenis ini dimana memiliki kekurangan antara lain tidak praktis untuk pemakaian

Gambar 2.9 Sambungan bentuk point-to-point

  Multipoint -

  Bagian ini memperlihatkan sambungan antara 3 (tiga) atau lebih stasiun pada satu saluran yang sama. Istilah lain yang digunakan untuk jenis ini adalah multidrops, multistation, dan multilines.

Gambar 2.10 Sambungan bentuk Multipoint.

  b. Sambungan tak Tetap Sambungan tak tetap terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu;

  Circuit Switching -

  mengadakan hubungan ke tempat yang dituju (Destination) maka sejumlah rangkaian harus dihubungkan secara berurutan. Seluruh rangkaian yang dibutuhkan untuk menjalin hubungan antara source dan destination harus tetap tersambung selama informasi dikirim.

  Message Switching -

  Pada Message Switching paket data akan dikirimkan secara terus menerus berbeda dengan circuit switching yang bilamana terminal sedang sibuk panggilan akan diulang. Prinsip ini dikenal dengan istilah Store and forward.

  Packet Switching - Jaringan data umumnya menggunakan sambungan ini.

  Jaringan Packet Switching terdiri dari beberapa pusat penyambungan yang akan dikendalikan komputer dan saling tersambung melalui saluran transmisi dengan kecepatan tinggi. User menghubungkan ke terminalnya ke jaringan data melalui satu node pada jaringan tersebut. Informasi yang dikirim dibagi menjadi paket-paket dengan besaran tertentu dan disalurkan ke jaringan yang berbeda. Tiap paket diberi alamat tujuan sehingga dapat sampai ke tempat yang benar.

  Untuk menjaga kehandalan, digunakan sistem pengulangan

BAB III Dalam sistem komunikasi kita mengenal istilah Jaringan Lokal Akses Kabel Tembaga (JARLOKAT), Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR), dan Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (JARLOKAF). Perkembangan teknologi telekomunikasi telah mengantar kita sampai

  pada Sistem Komunikasi Serat Optik. Sistem Kominikasi Serat Optik (SKSO) dimana SKSO ini dianggap paling efisien dibandingkan dengan sistem komunikasi yang ada di Indonesia khususnya pada masa sekarang ini. Sistem komunikasi yang ada sekarang ini dianggap sudah tidak lagi menjamin kualitas bagi pelanggan atau pemakai telekomunikasi.

  Namun apakah Sistem Komunikasi Serat Optik mampu menggantikan sistem komunikasi yang menggunakan media kabel tembaga dan sistem komunikasi yang memanfaatkan gelombang radio. Dan kendala-kendala apasajakah yang mungkin didapat dalam penginstalasian jaringan sistem komunikasi yang menggunakan serat optik, serta keuntungan yang didapat dari sistem yang menggunakan fiber optik tersebut.

  Berdasarkan masalah-masalah di atas maka kami mencoba mengadakan kerja praktek pada PT. Telkom Indonesia pada Bagian Jaingan Non Kabel, guna mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan fiber optik dan juga kami dapat megaplikasikan ilmu yang kami dapatkan di bangku

  4.1 Jaringan Sistem Komunikasi Serat Optik

  Pada dasarnya sistem komunkasi yang menggunakan media serat optik adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.1 Jaringan Dasar SKSO

  4.2 Penginstalasian Kabel Serat Optik

  Dalam penginstalasian kabel serat optik sebaiknya memerhatikan diagram alir penginstalasian berikut :

Gambar 4.2 Diagram Alir Instalasi Kabel Optik Aerial

4.2.1 Pemasangan Alat Bantu dan Perkakas

  Untuk pemasangan alat bantu sebaiknya memperhatikan prosedur, adapun prosedurnya sebagai berikut :

  1. Pemasangan besi sekang, Klem kabel pada tiap tiang sesuai dengan posisi tiang dan penjepit kabel.

  2. Pemasangan temberang pada tempat-tempat yang diperlukan.

  3. Pemasangan rol-rol pelincir kabel pada klem kabel di setiap tiang yang dilalui dalam satu tahapan penarikan.

  4. Tali penarik kabel Panjang tali penarik sebaiknya melebihi jarak satu gawang tanpa sambungan.

  5. Alat anti pulir (Swivel). Pada saat penarikan, kemungkinan besar kabel. Untuk mencegah hal tersebut maka dipasang alat anti pulir di antara kabel dan tali penarik.

  6. Katrol diperlukan untuk penarikan kabel jika memerlukan daya tarik yang tinggi.

  7. Alat Penarik Kabel (Track Tang). Alat penarik ini dapat dipergunakan diats tiang dengan cara ditambatkan pada tiang.

  8. Penempatan Haspel. Haspel ditempatkan pada dongkrak kabel, kemudian diangkat pelan-pelan setinggi 10 cm dari tanah.

  Kemudian membuka tutup haspel dan membersihkan paku-paku atau plat penjepit yang tertinggal pada haspel.

4.2.2 Langkah-Langkah Penarikan Kabel Optik Aerial

  Jika persipan penarikan kabel selesai, petugas yang bertanggung jawab atas penarikan tersebut memberikan aba-aba untuk penarikan dan mengadakan pengawasan yang intensif. Hal-hal yang harus diperhatikan sewaktu penarikan adalah :

  Pada Tiang Tikungan

  Pada tiang tikungan perlu diawasi secara khusus, jika terdapat kesalahan maka harus memberikan isyarat untuk menghentikan penarikan dan kemudian memeriksa tempat kesalahan. Jika ada

  Pada Tiang Tikungan Tajam

  Penarikan kabel pada tikungan yang tajam tidak boleh dilakukan seperti penarikan biasa tetapi perlu diperiksa terlebih dahulu. Arah dari penarikan diambil rute yang panjang dilihat dari tikungan.

4.2.3 Penambahan Kabel

4.2.3.1 Penyambungan Kabel srerat optik Sambungan kabel merupakan titik rawan terjadinya gangguan.

  Hal tersebut disebabkan karena saat penanganannya tidak mengikuti prosedur yang ditentukan.

  Penyambungan kabel serat optik mempunyai beberapa langkah yang semua harus dilakukan dengan benar untuk mendapatkan hasil yang baik.

  a. Penyambungan kabel serat optik harus sesuai prosedur.

  b. Penggunaan peralatan dan material harus benar.

  c. Pengetesan harus dilaksanakan setelah selesai penyambungan.

  Macam-macam penyambungan adalah sbb:

  1. Penyambungan secara fusion (peleburan)

  2. Penyambungan secara mekanik

  3. Penyambungan dengan connector penyambungan kabel, dan penyambungan serat. Pertama yang harus dilakukan adalah penanganan sarana sambung kabel lalu penyambungan serat.

4.2.3.2. Prosedur Penyambungan Serat

  A. Splicing Set-Up 1. Bersihkan diseputar lokasi penyambungan.

  2. Kupas buffer tubes dan bersihkan dengan jelly cleaner.

  3. Ambil Fibrlok splice dan tempatkan pada splice holding.

  4. Posisikan lengan penjepit / penyimpan fiber (toggle arms) sesuai peruntukan.

  5. Untuk fiber dengan diameter coating 250 m , putar kearah dalam.

  6. Untuk fiber dengan diameter coating 900 m , putar kearah luar.

  B. Persiapan Fiber

  1. Kupas coating sepanjang + 25 mm s/d 51 mm menggunakan mechanical stripper.

  2. Bersihkan bare fiber menggunakan tissue alkohol.

  3. Untuk jenis Fibrlok II 2529 Universal Splice, potong fiber untuk diameter coating 250 mm maupun 900 mm.

  4. Periksa panjang potongan fiber menggunakan pengukur panjang potongan fiber 12,5 mm yang ada pada Fibrlok Assembly Tool.

  5. Apabila panjang bare fiber tidak sesuai, lakukan pengaturan panjang potongan fiber pada fiber cleaver.

C. Penyambungan Fiber

  1. Tempatkan fiber pertama pada tempat penyimpanan fiber dengan cara menjepitkan fiber pada penggenggam (panjang coating dari bare fiber + 6 mm.

  2. Masukkan ujung fiber pertama dengan cara mendorong ke dalam Fibrlok Splice sampai berhenti.

  3. Lakukan hal serupa untuk sisi yang lain (fiber kedua).

  4. Masukkan ujung fiber kedua dengan cara mendorong ke dalam Fibrlok Splice sampai ujung fiber pertama dan kedua bersentuhan yang ditandai dengan bergeraknya pada fiber pertama.

  5. Setelah kedua ujung fiber bersentuhan, dorong fiber pertama kearah fiber kedua sekali lagi sampai fiber kedua bergerak.

  6. Hal ini untuk meyakinkan bahwa kedua ujung fiber benar-benar saling (bersentuhan).

  7. Lakukan pengepresan dengan cara menekan Handle (pada

  Penyambungan Serat Optik ! Dalam penyambungan serat ada cara : Secara fusion (peleburan).

  Teknik penyambungan fiber optik untuk menyambung 2 fiber secara permanen dan rugi rugi penyambungan kecil harus memakai fusion splicer. !

Gambar 4.3 Penyambungan Secara Fusion

  Secara mekanik Fungsi penyambungan mekanik adalah penyambungan secara mekanik mengambil contoh dari produk 3M type Fibrlok II

  2529, yaitu:

  1. Digunakan untuk menyambung serat single mode maupun permanen.

  2. Diameter coating yang digunakan antara 250 mm s/d 900 mm.

Gambar 4.4 Penyambungan Secara Mekanik

4.2.4 Pengetesan dan Pencatatan

  Tujuan pengetesan adalah untuk mengukur mutu optik dari Kabel Optik Aerial/Kabel Optik Duct setelah instalasi.

  Hal-hal yang diperoleh dari hasil pengukuran :

  1. Mendeteksi apakah saluran optik yang diapsang memenuhi standar redaman yang ditentukan (dB/Km)

  2. Mengukur besar redaman pada sambungan

  3. Mengetahui apakah ada serat optik yang retak atau putus

4.2.4.1 Cara Pengetesan

  dipasang dan dimulai dari ujung terminal/sentral secara berurutan kearah ujung lainnya. Agar pengetesan tersebut dapat dilakukan secara berurutan maka penyambungan kabel harus dilakukan dalam urutan yang sama dengan pengetesan. Adapun alat-alat yang digunakan untuk pengetesan adalah : 1. OTDR untuk pengetesan saluran, besar redaman dan fisik serat.

  OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengukur dan mengetest dari serat optik. Sebuah serat optik yang telah dipasang dan berjalan hanya dapat di ukur dan ditest oleh OTDR, baik dalam hal panjang gelombang multimode atau single mode. Powermeter biasa hanya bisa mengukur total redaman dari fiber optik yang tengah berjalan.

  OTDR dapat menganalisis setiap dari jarak akan insertion loss, reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi ini pada layer tampilan.

  2. Power meter untuk menghitung link power budget Dipakai untuk mengukur total loss dalam sebuah link optik balik saat instalasi (uji akhir) atau pemeliharaan.

4.2.4.2 Pencatatan

  1. Letak dan nomor tiang

  2. Letak dan nomor satuan sambungan kabel

  3. Jumlah dan panjang kabel serta jumlah serat pada tiap kabel

  4. Hasil pengetesan