View of ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM TIPE II DI RSUD DAYA MAKASSAR TAHUN 2017

  411 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM TIPE II DI RSUD DAYA MAKASSAR TAHUN 2017 Harianti

  1 , Mappeaty Nyorong

  2 , Suharni A.Fachrin

  3

  1 Pasca Sarjana UMI Makassar

  2 Pasca Sarjana UMI Makassar

  3 Pasca Sarjana UMI Makassar

  (Alamat Korespondensi: hariantifajar@gmail.com/082271701000)

  ABSTRAK

  Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena frekuensi kejadiannya pada masyarakat semakin meningkat. Dari sepuluh penyebab utama kematian, dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Salah satunya Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus-menerus dari tahun ke tahun. Diabetes Melitus (DM) merupakan sebuah penyakit, di mana kondisi kadar glukosa di dalam darah melebihi batas normal. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe

  II di RSUD Daya Makassar tahun 2017. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan “Cross Sectional Study”. Hasil penelitian ini daru uji statistik menunjukan faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah adalah latihan jasmani (p- value:0.006<0.05). Faktor yang tidak berhubungan dengan kadar gula darah adalah asupan makan yang terdiri dari karbohidrat (p-vaue:0,660>0.05), lemak (p-vaue:0,678>0.05), protein (p- vaue:1.000>0.05). Rekomendasi yang disarankan penelitipada penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe- 2 dianjurkan untuk melakukan pencegahandengan melakukan aktivitas fisik secara rutin minimal3 kali sepekan, dan memperbanyak aktifitas di rumah. Selain itu melakukan kontrol gula darah secara rutin minimal sebulan sekali.

  Kata kunci : Kadar gula darah, DM Tipe II PENDAHULUAN

  Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena frekuensi kejadiannya pada masyarakat semakin meningkat.. Dari sepuluh penyebab utama kematian, dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Salah satunya Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus-menerus dari tahun ke tahun. Diabetes Melitus (DM) merupakan sebuah penyakit, di mana kondisi kadar glukosa di dalam darah melebihi batas normal. Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat (Putri & Isfandiari, 2013:234- 235).

  Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi insulin atau keduanya. Hiperglikemia dapat tidak terdeteksi karena penyakit Diabetes Melitus tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan sering disebut sebagai pembunuh manusia secara diam-diam “Silent Killer” dan menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit ini terdeteksi (Putri & Isfandiari, 2013:235).

  Menurut data WHO pada September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penderita DM di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara miskin dan berkembang (Yuliani, dkk, 2014:37). Sedangkan dalam International Diabetes Federation (IDF) data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukam, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Diabetes mellitus telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. Selain itu pengeluaran biaya kesehatan untuk Diabetes Mellitus telah mencapai 465 miliar USD (Trisnawati & Setyorogo, 2013:6).

  Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan lingkungan yang memberikan

  412

  kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM Tipe 2 antara lain umur, riwayat keluarga menderita DM, berat badan berlebih, kurangnya aktifitas fisik, dan diet tidak sehat. Umur dan riwayat keluarga menderita DM termasuk dalam faktor yang tidak dapat dimodifikasi/diubah namun memiliki hubungan yang erat dengan kejadian DM Tipe 2, sehingga dengan mengetahui kedua faktor ini, orang yang berisiko menderita DM Tipe 2 dapat melakukan pencegahan dengan mengendalikan faktor lain yang berhubungan 2013:2).

  Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes Mellitus Tipe

  II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional, dan Diabetes Mellitus Tipe Lainnya. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah Diabetes Mellitus Tipe 2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Trisnawati & Setyorogo, 2013:6).

  Diabetes Mellitus Tipe II merupakan 90-95% dari semua kasus diabetes. WHO memastikan peningkatan penderita DM tipe II paling banyak akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Saat ini prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia yaitu 5,7%. Prevalensi DM tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-masing 11%) dan yang terendah di Papua sebesar 1,7% (Riskesadas, 2007). Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. (Suyono, 2009).

  Pada tahun 2011, Indonesia menempati urutan ke-10 jumlah penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah 7,3 juta orang dan jika hal ini berlanjut diperkirakan pada tahun 2030 penderita DM dapat mencapai 11.8 juta orang. Orang dengan DM memiliki peningkatan risiko mengembangkan sejumlah masalah kesehatan akibat komplikasi akut maupun kronik (Kekenusa, dkk, 2013:2).

  Indonesia mempunyai jumlah penderita diabetes hingga 14 juta orang. Tahun 2030 jumlah penderita diabetes mellitus diperkirakan akan menjadi 35 juta orang. Jumlah kasus ini terus bertambah sejalan dengan adanya penurunan aktivitas fisik dan perubahan pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat meningkatkan kadar gula dalam darah dan resiko terkena DM Tipe II (Cholifah, dkk, 2015:2).

  Prevalensi nasional kurang makan buah dan sayur ada sebanyak (93,6%), prevalensi mengkonsumsi manis (68,1%) (Riskesdas, 2007). Hal ini dikarenakan penduduk kota yang selalu mengkonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan yang mengandung kadar glukosa tinggi (Cholifah, dkk, 2015:2).

  Berdasarkan hasil penelitian dari Sri Anani tentang hubungan antara perilaku pengendalian diabetes mellitus dengan kadar glukosa darah pasien rawat jalan diabetes mellitus di rumah sakit RSUD Arjawinangun bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik, dengan kadar gula darah, beberapa studi menunjukan bahwa aktivitas fisik terbukti dapat meningkatkan sensitivitas insulin memperbaiki profil lipid dan mengurangi kadar lemak perut (Worang, 2013:3).

  Kebiasaan makan respondenpun memiliki hubungan dengan kadar glukosa darah, hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Achmad Yoga Setyo Utomo tahun 2011, yang memperlihatkan bahwa pengeturan makan mempunyai hubungan yang signifikan dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Sama halnya dengan kebiasaan makan, perilaku keteraturan minum obat anti diabetes berhubungan dengan kadar glukosa darah. kepatuhan minum obat berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Dalam penelitian ini keteraturan konsumsi responden dilihat dari kesesuaian antara anjuran konsumsi obat dari dokter dengan realita yang dilakukan oleh responden (Worang, 2013:3).

  Menurut Sri Anani bahwa Kontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka panjang, yang menjadi pemicu beberapa komplikasi yang serius baik makrovaskular maupun mikrovaskular seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun sosial (Worang, 2013:3).

  Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, menyebutkan bahwa 7% dari jumlah penduduk Sulawesi Selatan menyandang penyakit Diabetes Mellitus TipeII dan Makassar merupakan kota dengan penderita DM Tipe II terbanyak. Pada tahun 2010 terdapat 3827 kasus baru dari 17245 atau sekitar 22,19%.\

  413

  Dari hasil surveilans PTM berbasis rumah sakit di Sulawesi Selatan pada tahun 2008, diperoleh informasi bahwa lima urutan PTM terbanyak ditemukan pada rumah sakit sentinel, yaitu kecelakaan lalu lintas (30,50%), hypertensi (17,63%), asma (7,53%), diabetes mellitus (6,65%), dan stroke (5,86%). Sedangkan lima urutan terbesar PTM penyebab kematian, yaitu hypertensi primer (22,07%), kecelakaan lalu lintas (16,61%), hypertensi sekunder (14,58%), stroke (6,66%), dan dibetes mellitus (6,28%) (Sudarku, 2010).

  Rumah Sakit Umum Daerah Daya merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari Kabupaten Barru dan Maros. Penyuluhan mengenai diabetes selalu dilaksanakan di merupakan salah satu cara pengendalian penyakit Diabetes Mellitus. Sejalan dengan hal tersebut, Bapak diabetes Amerika, Joslin, mengatakan bahwa pendidikan atau penyuluhan merupakan landasan untuk mendirikan pilar-pilar penanganan DM. Beliau mengatakan, "Semakin banyak pengetahuan seorang diabetisi, semakin panjang usianya dan semakin besar peluangnya untuk hidup sehat sampai usia lanjut tanpa mengalami komplikasi seperti kaki diabetes, mata diabetes, ginjal diabetes, stroke dan penyakit jantung koroner (Suharnadi, 2011).

  Melalui penyuluhan ini, pasien dibekali cara mengatur pola makan, aktivitas fisik dan pengobatan sehingga diharapkan kadar gula darah pasien tetap baik, namun, masih banyak pasien dengan kadar gula darah yang tergolong buruk, yaitu gula darah puasa ≥ 126 mg/dL dan gula darah 2 jam post prandial ≥ 180 mg/dL (RSUD Daya, 2011).

  Selain itu, Diabetes Mellitus Tipe II merupakan penyakit yang berada dalam urutan 5 besar penyakit terbanyak di instalasi rawat jalan di RSUD Daya. Dan setiap tahun penyakit ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 terdapat 368 penderita dan meningkat menjadi 586 kasus pada tahun 2010 dan kembali terjadi peningkatan pada tahun 2017 (sampai bulan September) sebanyak 692 kasus dengan kasus baru sebanyak 244 (RSUD Daya, 2017).

  Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko terjadinya DM adalah prediabetes, riwayat keluarga, obesitas, kurang aktivitas, usia dan stres. Berdasarkan penelitian, stress meningkatkan risiko DM pada usia dewasa muda hingga 23%. Stres dapat meningkatkan hormon–hormon yang bekerja berlawanan dengan insulin sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah (Syam ,dkk, 2014:270-271).

  Stres dan DM memiliki hubungan yang sangat erat, pada keadaan stress menyebabkan produksi berlebih pada kortisol dan epinefrin. Epinefrin mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, meningkatkan kadar gula darah, meningkatkan ambilan oksigen serta meningkatkan kewaspadaan.

  Kortisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit masuk ke dalam sel dan meningkatkan glukosa dalam darah, jika seseorang mengalami stres maka kortisol yang akan dihasilkan semakin banyak, ini akan mengurangi sensitifitas tubuh terhadap insulin dan menyebabkan terjadinya DM (Syam ,dkk, 2014: 271)

  Diabetes merupakan penyakit yang berjangka panjang maka bila diabaikan komplikasi penyakit diabetes mellitus dapat akibatkan dari kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pengidap diabetes, tindakan pengendalian diabetes untuk mencegah terjadinya komplikasi sangatlah diperlukan khususnya menjaga tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal. Akan tetapi kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk di pertahankan, hal ini disebabkan karena pasien kurang disiplin dalam menjalankan diet atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. (Worang, 2013:2).

  Peningkatan mortalitas dan morbiditas dari pasien Diabetes Mellitus Tipe II disebabkan oleh adanya berbagai komplikasi makrovaskuler maupun mikrovaskuler yang berkembang selama pasien tersebut menderita diabetes melitus, terutama jika kontrol terhadap kadar glukosa sangat buruk (Andayani, 2006). Perilaku penanggulangan DM yang dilakukan oleh setiap penderita berbeda sehingga hal tersebut adalah salah satu faktor yang membuat tingkat kesembuhan penyakit DM berbeda (Worang, 2013:3).

  Diabetes Mellitus Tipe II bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengendalikan faktor resiko. Faktor resiko penyakit tidak menular termasuk DM Tipe II, dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan riwayat keluarga (faktor genetik). Yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok (Trisnawati & Setyorogo, 2013:6)

  Penderita Diabetes Mellitus harus tetap menjaga agar kadar gula darah tetap normal dengan mengatur makanan dan melakukan olahraga serta menggunakan obat-obatan yang dianjurkan. Dengan kadar gula yang terkontrol, kehidupan seorang penderita DM bisa berjalan normal (Suharyanto, 2009). DM tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet

HASIL PENELITIAN

BAHAN DAN METODE

  2. Bivariat, untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-Square (X

  Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik lebih banyak memiliki asupan lemak yang baik ( ≤ 100% asupan lemak yang dianjurkan) dibandingkan pada pasien yang memiliki kadar gula darah terkendali baik. Pada pasien yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik pada asupan lemak tergolong baik sebesar 46,7%lebih besar dari pada yang memiliki kadar gula darah yang terkendali baik sebesar 26,7% . Asupan ProteinPasien Diabetes Mellitus Tipe-2 yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik lebih banyak memiliki asupan lemak yang baik ( ≤ 100% asupan lemak yang dianjurkan) dibandingkan pada pasien yang memiliki kadar gula darah terkendali baik. Pada pasien yang memiliki kadar gula darah tidak terkendalibaik pada asupan lemak tergolong baik sebesar 53,3% lebih besar dari pada yang memiliki kadar gula darah yang terkendali baik sebesar 36,7%. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini mengenai asupan makan (karbohidrat, lemak, dan protein) yang tidak berlebih pada sebagian besar pasien, kemungkinan dapat disebabkan karena pasien masih mengikuti anjuran makan. Diabetes Mellitus yang diberikan sesuai dengan kebutuhan oleh tenaga medis yang ada.

  Mellitus Tipe-2 yang memiliki kadar gula darah tidak terkendali baik lebih banyak memiliki asupan karbohidrat yang baik ( ≤ 100% asupan karbohidrat yang dianjurkan) dibandingkan pada pasien yang memiliki kadar gula darah terkendali baik. Pada pasien yang memiliki kadar gula darah tidak terkendalibaik pada asupan karbohidrattergolong baik sebesar 50.0%lebih besar dari pada yang memiliki kadar gula darah yang terkendali baik 30,0% Asupan Lemak

  2. Asupan Makan Asupan Karbohidrat Pasien Diabetes

  1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah responden yang sebagian besar berusia 40- 79 tahun yang di terdiri dari perempuan sebesar 56,7% dan laki-laki 43,3% yang memilikipendidikan SMA 53,3% dan perguruan tinggi sebesar 20,0% dimana=memiliki aktivitas paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga sebesar 50,0%

  3. Multivariat, untuk melihat variabel independen yang paling berhubungan dengan variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik.

   ).

  ) dan koefisien Phi (

  2

  414

  (pengaturan pola makan), olah raga (aktivitas fisik), dan obat-obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang baik yang mempunyai sasaran dengan kriteria nilai baik (PERKENI, 2006).

  Analisis Data

  3. Tabulasi Mengelompokkan data kedalam suatu tabel yang memuat sifat masing-masing variabel dan sesuai dengan tujuan penelitian.

  2. Koding Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu memberikan simbol-simbol dari setiap jawaban yang diberikan oleh responden

  1. Editing Dilakukan setelah data terkumpul untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data.

  Pengolahan Data

  II yang memeriksakan diri di RSUD Daya Makassar tahun 2016 (sampai bulan september) sebanyak 244 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Random Sampling.

  Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Daya Makassar. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan “Cross Sectional Study”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan yang menderita penyakit Diabetes Melitus Tipe

  Lokasi,Populasi dan Sampel

  Berdasarkan fenomena yang terjadi bahwa prevalensi DM Tipe II di RSUD Daya Makassar termasuk dalam kategori cukup tinggi merupakan masalah kesehatan yang akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar maka dari itu penulis merasa tertarik melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe

  1. Univariat, untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari beberapa variabel yang diteliti.

  415 PEMBAHASAN

  Dari hasil uji statistic dari ketiga variabel yaitu karbohidrat lemak dan protein. Peneliti menarik kesimpulan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan ada hubungan antara asupan makan dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan belum ada cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara asupan makan dengan kadar gula darah pasien diabetes Mellitus (DM) tipe 2 RSUD Tugurejo Semarang, hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Qurratuaeni (2009) yang menyatakan bahwa asupan makan tidak mempengaruhi kadar gula darah pasien menurut peneliti kemungkinan disebabkan oleh karena asupan makan bukan satu- satunya faktor yang berpengaruh dan memegang peran penting dalam melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien.. Diabetes Mellitus, melainkan masih banyak faktor lain yang mendukung untuk tercapainya status kesehatan yang optimal (terkendalinya kadar gula darah) bagi pasien diabetes mellitus, seperti: melakukan aktivitas atau olahragayang rutin dan teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai dengan instruksi dari tim medis (Slamet Suyono, 2002)

  Dukungan keluarga juga tidak kalah penting untuk iku berperan dalam pengendalian kadar gula darah pasien diabetes, misalnya: untuk melakukan olahraga teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai jadwal dan jumlah yang diinstruksikan oleh dokter. Karena dengan adanya dukungan dari keluarga, pasien termotivasi untuk melakukan pengontrolan kadar gula darahnya. Hal ini sejalan dengan teori Green (2005) dalam Notoatmodjo (2003) yang menyebutkan dukungan keluarga merupakan salah satu faktor penguat atau pendorong terjadinya perilaku kesehatan pada pasien.

  Hubungan Antara Latihan Jasmani dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan uji statistik di dapatkan P value < 0.05 yaitu sebesar 0.006 maka dapat disimpulkan secara statistik ada hubungan antara latihan jasmani dengan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 RSUD Tugurejo Semarang. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seisar Komaladewi (2007) yang menyatakan bahwa latihan jasmani mempengaruhi kadar gula darah pasien diabetes Mellitus tipe-2.

  Menurut Ilyas (1995) menyatakan Diabetes Mellitus bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah, karena latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin berkurang.

  KESIMPULAN

  Hasil penelitian ini daru uji statistik menunjukan faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah adalah latihan jasmani (p-value: 0.006<0.05). Faktor yang tidak berhubungan dengan kadar gula darah adalah asupan makan yang terdiri dari karbohidrat (p-vaue: 0,660>0.05), lemak (p-vaue: 0,678>0.05), protein (p-vaue:1.000>0.05).

  SARAN

  Rekomendasi yang disarankan penelitipada penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe-2 dianjurkan untuk melakukan pencegahan dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin minimal3 kali sepekan, dan memperbanyak aktifitas di rumah. Selain itu melakukan kontrol gula darah secara rutin minimal sebulan sekali.

DAFTAR PUSTAKA

  Almatsier S. 2006. Penuntun Diet. Pustaka Utama: Jakarta Anne. 2010. GayaHidup Sehat. GrahaIndah Buana: Bandung Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. RinekaCipta: Jakarta. Black & Hawks. 2009. Medical Surgical Nursing. 7 th ed, St.Louis, Elsevier Saunders.

  Bustan M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan Ke 2. Edisi Revisi. Rineka Cipta: Jakarta. Cholifah N., Azizah N., Indanah. 2016. Hubungan Antarapola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kadar GDS Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) Tipe II Di Puskesmas Mayong II Jepara, Jurnal Ilmu Kesehatan

  Keperawatan, Vol. 7, No. 2:01-79. Darmono, Suhartono T., Pemayun T.G.D., Padmomartono F.S. 2007. Naskah lengkap diabetes mellitus ditinjau dari berbagai aspek penyakit dalam. Semarang: Badan Penerbit universitas Diponegoro. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. FKMUI. Rajawali Pers: Jakarta. Depkes RI., 2008. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. Ditjen PP&PL: Jakarta.

  Profil Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe.

  Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. 2013. Dorlan’s Pocket Medical Dictionary. 1995. 25nd ed.W.B., Saunders Company, Philadelphia, Pennsylvania Ernawati. 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu. MitraWacana Media: Jakarta.

  Ganley T., Sherman C., Exercise and children’shealth.Alittle counseling can pay lasting dividends. The Physician and Sports medicine. 2000;28(2). Available in URL: http//www. physsportsmed.com/issues/2000/02_00/ganley.ht Guyton A.C., Hall J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran, EGC: Jakarta.

  Hartati T. 2004. Pengaruh Asupan Serat Makanan, IMT dan Usia terhadap Kadar Glukosa Darah DM tipe2 di RSUD Tugurejo. Skripsi. (tidak diterbitkan). Hasdianah H.R. 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan Anak- anak dengan Solusi Herbal.

  NuhaMedika: Yogjakarta.

  Jantung, Hipertensi, dan Nutrisi.Bumi Aksara: Jakarta.

  Hull A. 1996. Penyakit International Diabetes Federation (IDF). 2013. IDF Clinical Guidelines Task Force. Global guide line for Type 2 diabetes. JNC7. 2003. National High Blood Pressure Education Program. The sixth report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. ArchIntern Med.

  1997;157:2413-46 .

  416

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN AKTIVITAS DAN SEKSUALITAS DENGAN KELANCARAN PERSALINAN PADA IBU PRIMIPARA DI PUSKESMAS PALLANGGA KABUPATEN GOWA

0 0 6

View of HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

0 0 5

View of FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI UPTD PUSKESMAS AJANGALE

0 0 6

View of PERAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR ANAK USIA 6 -12 TAHUN DI KELURAHAN BIRU WATAMPONE KAB.BONE TAHUN 2017

0 0 6

View of PENGARUH PEMBERDAYAAN DAN AMBIGUITAS PERAN TERHADAP KELELAHAN KERJA PEGAWAI DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH IBU DAN ANAK PERTIWI PROVINSI SULAWESI SELATAN

0 0 5

View of PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION DI RUMAH SAKIT UMUM WISATA UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR TAHUN 2017

0 0 5

PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN CITRA TERHADAP KEPUASAN DAN MINAT KEMBALI UNTUK MEMANFAATKAN PELAYANAN DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR TAHUN 2017

0 3 5

PENGARUH ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK ANAK USIA 25-60 BULAN PADA YAYASAN AN-NUR KALLA KOTA MAKASSAR

0 0 6

View of PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDAI KABUPATEN MAROS TAHUN 2017

0 0 6

PENGARUH EDUKASI MENGGUNAKAN VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG CEDERA OLARGA, INTENSITAS LATIHAN DAN POLA TIDUR PADA ATLET KLUB BOLA VOLI UNHAS MAKASSAR

0 0 6