PENGARUH ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK ANAK USIA 25-60 BULAN PADA YAYASAN AN-NUR KALLA KOTA MAKASSAR

  434 PENGARUH ASUPAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK ANAK USIA 25-60 BULAN PADA YAYASAN AN-NUR KALLA KOTA MAKASSAR Mohammad Zulkarnain

  Kata kunci : zat gizi makro, zat gizi mikro, perkembangan psikomotorik PENDAHULUAN

  memperlihatkan perubahan yang bermakna (Paramitha, 2012).

  trend kejadian stunting pada balita tidak

  Di dunia ada 178 juta anak berusia kurang dari lima tahun (balita) yang stunting dengan luas mayoritas di SouthCentral Asia dan subSaharaAfrika. Prevalensi balita stunting pada tahun 2007 di seluruh dunia adalah 28,5% dan diseluruh negara berkembang sebesar 31,2%. DiIndonesia,

  3SD (Paramita, 2012).

  Masalahkekurangangiziyangmendapat banyak mendapat perhatian akhir-akhir ini adalah masalah gizi kronis dalam bentuk anak pendek (stunting).Stunting didefenisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari minus dua standar deviasi (2SD) atau dibawah rata rata standar yang ada dan severestunting didefenisikan kurang dari-

  Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.Usia dini merupakan usia ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya (Wiyani dan Barnawi, 2014).

  Pendidikan merupakan peran penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. “Kemudian, dalam arti luas, pendidikan adalah segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin sejak lahir sampai akhir hayat” (Wiyani dan Barnawi, 2014).

  Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Masa ini ditandai oleh berbagai periode penting yang fundamental dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asupan zat gizi terhadap perkembangan psikomotorik anak usia 25-60 bulan pada PAUD An-Nur Kalla Kota Makassar dengan total sampel 35 orang (Total Sampling).dengan menggunakan uji Chi square dan uji regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna (p>0,05)antara asupan protein(p=0,303), karbohidrat(p=0,303), vitamin A(p=0,444), vitamin B1(p=0,128), vitamin B2(p=0,146), vitamin B6(p=0,292), vitamin C(p=0,303), kalsium(p=0,107) dengan perkembangan psikomotorik (p>0,05). Dan ada hubungan bermakna antara asupan lemak(p=0,012), vitamin B12(p=0,020), zat besi (p=0,002) dengan perkembangan psikomotorik (p<0,05). Saran mengharapkan orangtua dan tenaga pendidik untuk lebih memperhatikan perkembangan dan gizi anak.

  1 , Khidri Alwi

  ABSTRAK Usia dini merupakan usia ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

  (Alamat Korespondensi: Muhammadzulkaranain828@gmail.com/082293556208)

  3 Pasca Sarjana UMI Makassar

  2 Pasca Sarjana UMI Makassar

  1 Pasca Sarjana UMI Makassar

  3

  2 , St. Patimah

  Berdasarkan data WHO kasus anak usia prasekolah underweight di dunia sebesar 15,7% dan anak usia prasekolah overweight

  435

  sebanyak 6,6% (WHO, 2013). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

  Development Index (HDI) Indonesia pada 2010

  adalah 0,679. Hal ini memposisikan Indonesia pada peringkat 108 dari 187 negara. Tahun 2011, nilai HDI semakin merosot menjadi 0,628, sehingga membawa Indonesia terpental ke rangking 124 dari 187 negara (UNDP 2011).

  Berdasarkan UNICEF (2004), malnutrisi berarti lebih dari sekedar perasaan lapar atau tidak mempunyai cukup makanan untuk dimakan. Ketidakcukupan makanan ini dapat menyebabkan berbagai tipe malnutrisi. Jika tubuh tidak menerima energi yang berat badan akan terjadi. Anak-anak yang malnutrisi tidak mempunyai cadangan lemak dan sangat sedikit otot. Mikronutrien ini termasuk vitamin A, vitamin B, vitamin C, folat, seng, kalsium, iodium dan besi. Defisiensi beberapa zat gizi merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia, karena defisiensi beberapa zat gizi ini penyebab utama terjadinya anemia pada anak-anak.

  Data konsumsi pangan memberikan estimasi pada kuantitas setiap makanan yang disiapkan dikonsumsi oleh individu. Data konsumsi pangan sangat bervariasi dari satu negara ke negara dan bahkan dalam suatu negara karena variasi etnis, wilayah geografis, usia dan jenis kelamin. Menurut kerangka yang disusun oleh WHO, terjadinya kekurangan gizi, baik gizi kurang dan gizi buruk lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung berpengaruh terhadap kejadian kekurangan gizi, pola asuh serta pengetahuan ibu juga merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kekurangan gizi (Humaira H, 2016).

  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut UURI No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

  Selama beberapa tahun terakhir, pengaruh lingkungan yang mempengaruhi perilaku makan termasuk sifat perubahan pasokan makanan, meningkatnya ketergantungan pada makanan yang dikonsumsi jauh dari rumah, Selain itu, ada lebih banyak keluarga di mana kedua orang tua bekerja, dan keterbatasan waktu telah menjadi faktor penting dalam menentukan jenis makanan yang dikonsumsi. Industri makanan menanggapi isu-isu baru keluarga dengan meningkatkan jumlah kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan dengan menyiapkan serta memproduksi makanan siap saji. Selain itu, Lingkungan makan modern kita memiliki efek pada cara anak-anak makan.

  Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang pada usia dini. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak meliputi seluruh perubahan yang terjadi pada anak meliputi perkembangan kognitif, emosi maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancytoddlerhood di usia 0-3 tahun, early childhood 3-6 tahun, dan middlechildhood 6-11 tahun). Masing-masing aspek tersebut memiliki tahapan-tahapan sendiri (Humaira H, 2016).

  Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan Indonesia) dilaporkan bahwa status gizi anak balita menurut ketiga indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014).

  Prevalensi balita sangat kurus secara nasional tahun 2013 masih tinggi yaitu 5,3% terdapat penurunan dibandingkan tahun 2010 (6,0%) dan tahun 2007 (6,2%). Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus sebesar 6,8% juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3% (tahun 2010) dan 7,4% (tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat menurun dari 13,6%pada tahun 2007 menjadi 12,1% pada tahun 2013(Kemenkes RI, 2013).

  Stimulasi yang diberikan pada anak yang telah mengikuti pendidikan di PAUD mempunyai perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang baik, namun kemampuan perkembangan pada aspek bahasa-bicara dan sosialisasi-kemandirian masih kurang sesuai dengan anak usia 4-5 tahun, sehingga perlu diberikan stimulasi di rumah oleh ibu/keluarga maupun pengasuh. Perkembangan motorik kasar pada anak usia 4 tahun sangat menyenangikegiatan fisik. Perkembangan motorik halus pada anak usia 4 tahun sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Anak 5 tahun telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik seperti mengkoordinasikan gerakan tangan, lengan dan tubuh secara bersama. Pada anak usia 4- 5 tahun perkembangan yang paling

  436

  Lokasi, Populasi dan Sampel

  pada setiap koesioner sehingga mudah dibaca oleh mesin pengelola data.

  b. Coding, yaitu memberikan kode tertentu

  a. Editing, yaitu proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pengisian koesioner.

  Pengolahan Data

  Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan An-Nur Kalla Kota Makassar. Waktu penelitian mulai dari 19 Juli sampai 9 Agustus 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang berada di Yayasan An-Nur Kalla Kota Makassar sebanyak 35 orang dan sampel pada penelitian ini adalah anak yang berusia 25-60 bulan pada Yayasan An-Nur Kalla Kota Makassar yang berjumlah 35 orang. Teknik pengambilan sampel dengan teknik total sampling

  cross sectional study.

  Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

  Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat Pengaruh asupan zat gizi terhadap perkembangan psikomotorik anak usia 25-60 bulanpada PAUD Yayasan An-NurKalla Kota Makassar.

  menonjolyaituketrampilan motorik (Humaira H, 2016).

  Beberapa penelitian tentang penyelesaian masalah gizi dan pertumbuhan anak telah banyak dilakukan, baik ditingkat provinsi Sulawesi selatan maupun tingkat kabupaten, namun yang terkait dengan Pengaruh asupan zat gizi terhadap perkembangan psikomotorik anak usia 25-60 BULAN belum banyak dilakukan dan dipublikasi.

  Orang tua murid sibuk dengan pekerjaannya hanya mengetahui anak- anaknya diberikan makanan yang layak seperti mereka tidak mengetahui berapa besar zat gizi makanan yang di konsumsi selama di sekolah, Selain itu ada juga anak yang lambat dalam berbahasa ataupun berbicara.

  Pada Yayasan An–Nur terdapat beberapa guru dan pengasuh yang menjaga anak-anak di sekolah itu. Sebagian besar orang tua/ wali murid rata-rata bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Dosen, dan Pegawai Bank, oleh karena itu anak-anak yang sekolah di Yayasan An-Nur di jaga oleh pengasuh dari pagi sampai sore (Profil Yayasan An-Nur Kalla, 2017).

  Penelitian dilakukan (Humaira, H. dkk, 2014) di wilayah kerja Puskesmas Lapai Padang, menunjukkan hasil bahwa mendapatkan balita dengan perkembangan psikomotorik sesuai lebih tinggi pada status gizi normal (87,6%) dibandingkan status gizi tidak normal (52,9%). Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan perkembangan psikomotorik balita.

  Peneliti Purwaningsih dan Lestari (2015) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara perkembangan psikomotorik bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI dan PASI di Desa Glagah Jatinom Klaten, yaitu perkembangan motorik bayi yang diberi ASI lebih baik dari pada yang diberi PASI.

  Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi padaa anak, dilihat dari berbagai aspek, antara lain misalnya pada aspek fisik (motorik). Perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Salah satu perkembangan yang penting adalah motorik kasar, yaitu gerakan tubuh yang menggunankan otot-otot besar atau sebagian besar seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

  Perkembangan terdiri atas perkembangan psikomotorik, afektif dan kognitif yang saling menunjang satu sama lain. Ranah perkembangan pada balita yang paling sering dinilai di layanan primer (puskesmas atau posyandu) adalah perkembangan psikomotorik yang terdiri atas perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa-bicara, kemandirian dan sosial anak (Humaira H. dkk, 2016).

  Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 25,6% yang berarti masalah gizi kurang dan gizi buruk di Sulawesi selatan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi tinggi. Sulawesi Selatan menempati urutan ke-10 untuk angka prevalensi status gizi buruk pada balita berdasarkan pengukuran BB/U pada tahun 2013 yaitu sebesar 6,6%. Angka ini lebih tinggi daripada prevalensi status gizi buruk pada prevalensi gizi kurang di provinsi Sulawesi Selatan pda tahun 2013 yaitu sebesar 19,0%, angka ini masih berada diatas target RPJMN 2010-2014 yaitu sebesar 15%. Kementerian kesehatan RPJMN bidang kesehatan tahu 2015-2019 menargetkan penurunan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggi tingginya 17% (Kemenkes RI, 2015).

BAHAN DAN METODE

HASIL PENELITIAN

  4

  85.7 Kurang 81.95 ± 41.81

  5

  14.3 Vitamin B12 Cukup 1.042± 20.00

  13

  37.1 Kurang 54.21 ± 15.17

  22

  62.9 Vitamin C Cukup 1.085 ± 39.09

  11.4 Kurang 26.13 ± 16.48

  30 85,7 Vitamin B2 Cukup 94.55 ± 11.37 17 48,6 Kurang 62.41 ± 13.53 18 51.4 Vitamin B6 Cukup 1.449 ± 36.62

  31

  88.6 Kalsium Cukup 98.36 ± 17.60 10 28,6 Kurang 38.55 ± 23.75

  25

  71.4 Zat Besi Cukup 84.46 ± 3.326

  13

  37.1 Kurang 52.52 ± 18.23

  22

  62.9

  30

  437

  c. Entering, yaitu memindahkan data yang telah

  Pada Tabel 1 Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan protein lebih banyak asupan gizi cukup dengan rata-rata 2.846 ± 492.42 sebanyak 88,6%. Sedangkan rata-rata asupan kurang 5±69.160 sebanyak 11,4%.Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan karbohidrat lebih banyak asupan gizi cukup dengan rata-rata 94.28 ± 11.568 sebanyak 88,6%. Sedangkan rata-rata asupan kurang 64.900 ± 7.567sebanyak 11,4%. Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan lemak lebih banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 50.44±15.004 sebanyak 80%.Sedangkan rata-rata asupan cukup1.036 ± 41.314 sebanyak 20%..

  diubah menjadi kode kedalam mesin pengelola data.

  d. Cleaning, yaitu memastikan bahwa seluruh

  data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengelolah data sesuai dengan yang sebenarnya.

  Analisis data

  1. Analisis Univariat Pada analisis univariat data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

  Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen.

  3. Analisis Multivariat Analisis multivariat adalah tehnik analisis dengan variabel bebas yang lebih dari satu.

  Tehnik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara beberapa variabel bebas secara bersamaan terhadap suatu variable.

  Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan vitamin A lebih banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 54.40 ± 18.373 sebanyak 62,9%. Sedangkan rata-rata asupan cukup 93.29 ± 11.156 sebanyak 37,1%. Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan vitamin B1 lebih banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 38.41 ± 8.442 sebanyak 85,7%. Sedangkan rata-rata asupan cukup 87.12 ± 8.492 sebanyak 14,3%38.41 ± 8.442 sebanyak 85,7%.

  80.0 Vitamin A Cukup 93.29 ± 11.156 13 37,1 Kurang 54.40 ± 18.373 22

  Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan vitamin B2 lebih banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 62.41 ± 13.53sebanyak 51,4%. Sedangkan rata-rata asupan cukup 94.55 ± 11.37 sebanyak 48,6%Distribusi asupan zat zat gizi berdasarkan karakter sampel asupan vitamin B6 lebih banyak asupan gizi cukup dengan rata-rata 1.449 ± 36.62 sebanyak 85,7%. Sedangkan rata-rata asupan kurang 81.95 ± 41.81 sebanyak 14,3%.

  Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan vitamin B12 lebih banyak asupan gizi kurang denganrata-rata 54.21 ± 15.17sebanyak 62,9%. Sedangkan rata-rata asupan cukup1.042± 20.00 sebanyak 37,1% Tabel 1. Distribusi Asupan Zat Gizi Anak Usia

  Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan vitamin C lebih banyak asupan gizi kurang denganrata-rata 26.13 ± 16.48 sebanyak 88,6%. Sedangkan rata-rata asupan cukup 1.085 ± 39.09 sebanyak 11,4%.

  Karakteristik Sampel Mean ± SD n % Protein Cukup 2.846 ± 492.42 31 88,6 Kurang 5 ± 69.160

  4 11,4 Karbohidrat Cukup 94.28 ± 11.568 31 88,6 Kurang 64.900 ± 7.567

  4 11,4 Lemak Cukup 1.036 ± 41.314

  7

  20.0 Kurang 50.44 ± 15.004 28

  62.9 Vitamin B1 Cukup 87.12 ± 8.492 5 14,3 Kurang 38.41 ± 8.442

  438

  1. Pengaruh Asupan Zat Gizi MakroTerhadap Perkembangan Psikomotorik berdasarkan metode recall 24 jam menunjukkan Tidak ada pengaruh asupan zat gizi protein (p value = 0,303), dan karbohidrat (p value = 0,179), sedangkan asupan zat gizi lemak (p value = 0,012) menunjukkan ada pengaruh terhadap perkembangan psikomotorik anak usia 24-60 bulan pada yayasan An- Nur Kalla Kota Makassar.

  DAFTAR PUSTAKA AKG 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

  2. Peneliti Lainnya Perlu dilakukan penelitian lanjutan menggunakan rancangan penelitian yang berbeda seperti studi kohort dan eksperimen, dengan jumlah variabel tertentu.

  a. Memperhatikan dan meningkatkan kebutuhan asupan zat gizi yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi sesuai dengan usia anak dan memberikan makanan yang beraneka ragam untuk mencukupi nilai gizinya b. rajin dan aktif dalam melaporkan perkembangan anak kepada petugas kesehatan di setiap bulan penimbangan.

  1. Bagi Masyarakat

  SARAN

  2. Pengaruh Asupan Zat Gizi MikroTerhadap Perkembangan Psikomotorik berdasarkan metode recall 24 jam menunjukkan Tidak ada pengaruh asupan zat gizi vitamin A (pvalue = 0,444), vitamin B1 (p value = 0,128), vitamin B2 (p value = 0,146), vitamin B6 (p value = 0,292), vitamin C (p value = 0,303), kalsium (p value = 0,107), sedangkan asupan zat gizi vitamin B12 (p value = 0,020), zat besi (p value = 0,005)menunjukkan ada pengaruh terhadap perkembangan psikomotorik anak usia 24-60 bulan pada yayasan An- Nur Kalla Kota Makassar.

  KESIMPULAN

  Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan kalsium lebih banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 38.55 ± 23.75 sebanyak 71,4%. Sedangkan rata-rata asupan cukup 98.36 ± 17.60 sebanyak 28,6%.

  meningkatkan perkembangan motorik dibanding anak yang hanya menerima suplementasi besi saja. Pada penelitian yang dilakukan Purwandi, (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan besi dan seng antara kelompok perlakuan dan control pada sebelum, 1 dan 2 bulan setelah intervensi. Kecukupan besi dan seng pada balita usia 1-3 tahun yaitu 8 mg.

  micronutrient sprinkle setiap minggu selama 6 bulan mampu

  Menurut penelitian pada anak di Bangladesh, suplementasi

  menyatakan bahwa anak yang berada pada usia 6-18 bulan mengalami kekurangan asupan besi, karena dilihat dari hasil univariat sebesar 43 responden,nilai ini cukup tinggi dibandingkan dengan asupan besi yang cukup, hanya 23 responden. Dari hasil FFQ semiquantitave mendeskripsikan bahwa asupan besi yang kurang dengan perkembangan motorik kasarnya tidak normal dan suspect ada sebanyak 12 responden (46,2%) dari 23 responden. Hal ini menyatakan bahwa bahwa anak yang mengkonsumsi besi cukup lebih banyak mengalami gangguan perkembangan motorik kasar. Penelitian yang dilakukan oleh Emalia, dkk (2014) menyatakan bahwa asupan besi mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak. Kekurangan besi menyebabkan mitokondria mengeluarkan oksidan yang membahayakan berbagai fungsi sel dalam otak. Dari hasil penelitian Wina,(2014) Menunjukkan bahwa menunjukkan analisis hubungan antara asupan gizi mikro dengan kejadian stunting diperoleh fe dengan nilai p=0,185, hipotesis Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang antara asupan zat gizi mikro dengan kejadian stunting anak usia 24-59 bulan di posyandu Asoka II wilayah pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar Tahun 2014

  PEMBAHASAN

  Distribusi asupan zat gizi berdasarkan karakteristik sampel asupan zat besi lebih banyak asupan gizi kurang dengan rata-rata 52.52 ± 18.23 sebanyak 71,4%. Sedangkan rata-rata asupan cukup 84.46 ± 3.326 sebanyak 28,6%.

  Al-Rahmad A., Fadillah I. 2016. Perkembangan Psikomotorik Bayi 6-9 Bulan Berdasarkan Pemberian ASI

Eksklusif. Jurnal Action: Aceh Nutrition Journal, November 2016; 1(2); 99-104.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama.

  ______. 2011. Daur Kehidupan Dan Gizi, Jakarta, PT. Gramedia Utama. Andriani, Merryana. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Gabriella C, 2016. Hubungan Status Gizi Dengan Motorik Kasar Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Bitung Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. E-Jurnal Keperawatan (e-kp)Volume 4 nomor 2, juli 2016.

  Cynthia. 2010. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi terhadap Kelelahan

Otot.Semarang. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas. Kedokteran Universitas

Diponegoro Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI Hidayat, A. A. A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika.

  Humaira H. dkk. 2016. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Psikomotorik Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai PadanTahun2014. Jurnal kesehatan andalas, 2016;5(2). hattp://jurnal.fk.unad.ac.id

  Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Penerjemah MertasariTjandra dan Muslichah Zarkasih Jakarta Erlangga. ______. 2011. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga. Jannah R. 2011. Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin Terhadap Perubahan Status Gizi (BB/U) Balita Bawah

Garis Merah (BGM) di Wilayah Kerja Puskesmas Kambat Utara Kab. Hulu Sungai Tengah (HST).

  STIKES Husada Borneo Banjarbaru. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

  Kementrian kesehatan RI 2015. Renstra Kementrian kesehatan tahun 2015-2019. Jakarta: Kementrian kesehatan. Khidri MA dkk. 2009. Gambaran Status Gizi Anak Studi Observasi Program Pengembangan Anak Usia Dini Yang Holistik Dan Terintegrasi. Jurnal FKM UMI Makassar.

  ______. 2013. Studi Effectivenes Program Taburia (Multi Zat Gizi Mikro) Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Sulawesi Selatan.Disertasi. Pascasarjana Prodi Ilmu Kedokteran Universitas Hasanuddin. Madyastuti L, Rukmana FD. 2016. Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik Halus Dan

Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun). Journal Of Ners Community. Volume 07, Nomor 02, Hal.

  136-148. Mahardikha.(2013).PermaianEdukatif Dengan MediaPuzzle MengembangkanKemampuan Kognitif AnakUsia 4-5 tahun. Tugasakhir Program StudiPendidikan Guru FKIP Untan.

  439