HUBUNGAN FAKTOR MATERNAL DENGAN KEJADIAN BBLR DI WILAYAHKERJA PKM TEGALWARU KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2012-2014 Pebyani Pramanik Program Studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A.Yani Cimahi email : pebyani250285gmail.com ABSTRAK - View of HUBUNGAN FAKTOR

  

HUBUNGAN FAKTOR MATERNAL DENGAN KEJADIAN BBLR DI

WILAYAHKERJA PKM TEGALWARU KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN

2012-2014

  

Pebyani Pramanik

  Program Studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal A.Yani Cimahi

  

email :

ABSTRAK

  Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan bahwa AKB Indonesia saat ini sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut diantaranya BBLR/Prematuritas 34%. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah.BBLR ini menyebabkan kematian bayi 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi lahir dengan berat lebih dari 2500 gram. Secara garis besar, BBLR dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor maternal dan faktor janin. Faktor maternal yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah usia ibu saat hamil dan jarak persalinan, paritas, keadaan ibu (status gizi) dan ibu dengan masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor maternal dengan kejadian BBLR. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Metode penelitian ini adalah survei analitik dengan desain atau rancangan case control. Sampel untuk kasus dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 130 orang, dan sampel kontrol nya ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR sebanyak 260 orang diambil dengan teknik systematic random sampling. Pengumpulan data berupa data sekunder yang diperoleh dari kohort ibu, catatan persalinan, medical record dan laporan kasus. Kemudian data dianalisa secara univariat, bivariat dengan Uji Chi Square dan multivariat dengan Uji Regresi Logistik Ganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel yang berhubungan dengan BBLR adalah umur, paritas, jarak kehamilan, dan status gizi (LILA). Disarankan kepada Dinas Kesehatan Dalam penyusunan program kesehatan yang dapat meningkatkan frekuensi ANC dan dapat menurunkan prevalensi kejadian BBLR. Bagi PKM Tegalwaru diperlukannya pemantauan yang intensif oleh pada ibu hamil yang memiliki risiko tinggi saat menjalani kehamilan. Kata kunci : Analitik, BBLR, kasus kontrol Kepustakaan : 49 (1990-2015)

  

ABSTRACT

Indonesian Health Demography Survey (SDKI) 2007 revealed that infant mortality rate (IMR) in

Indonesia was 34/1000 and 34% of the mortality was caused by low birth weight (LBW) or prematurity.

  

In the world, the LBW prevalence is approximately 15% of birth rate, where most of the prevalence

takes place in countries with low socio-economic level and in developing countries. LBW causes

infant mortality 35 times higher than babies with weight more than 2500 grams, on outline of this

study, LBW was caused by 2 factors which are maternal factors or by fetal factors. The maternal

factors include maternal age, range of pregnancy, parity, and maternal health condition. The objective

of this study is to find the dominant factor of LBW in Tegalwaru, Purwakarta. This study was conducted

using quantitative approach, analytic survey method, with case control design. This study involved

130 LBW samples and 260 controls were selected using systematic random sampling. The secondary

data collected are maternal cohort, delivery record, medical record, and case report. Data were

analyzed using univariate, bivariate analyzing method by chi square test, and multivariate analyzing

method by double logistics regression test. This study shows that LBW relates to maternal age, parity,

range of pregnancy, and nutrition status. This study also shows that the dominant factor influencing

LBW is ANC frequency. It is recommended that Dinas Kesehatan should provide a program that can

increase ANC frequency and consequently lower the LBW prevalence. PKM Tegalwaru should monitor

the condition of high-risk pregnant mothers intensively. Keywords : Analytics, LBW, case control References : 49 (1990-2015)

A. PENDAHULUAN

  Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan bahwa AKB Indonesia saat ini sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi tersebut diantaranya BBLR/Prematuritas 34%, gangguan pernafasan 37%, kelainan kongenital 10%, post matur 3%, Ikterus 6%, hipotermi 7% dan sepsis 12% (Kemenkes. RI,2009), berdasarkan data tersebut bahwa penyebab kematian bayi terbesar adalah BBLR.

  Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (JNPK-KR, 2008), dan merupakan salah satu masalah yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan sumber daya manusia. Selain sebagai penyebab utama kematian bayi.

  Dampak lain BBLR adalah perlambatan pertumbuhan bayi yang terlihat pada pertambahan berat badan yang tidak mencapai angka normal ketika berumur satu tahun.

  Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar antara 2,0%-15,1%, dimana pada tahun 2007 secara keseluruhan angka kejadian BBLR 11,5% dan pada tahun 2010 menurun menjadi 11,1% menjadi 10,2% tahun 2013. Hal ini menunjukan bahwa belum terjadi penurunan yang berarti pada kejadian BBLR di Indonesia dalam dua tahun terakhir, dan Propinsi Jawa Barat masih menyumbang angka kejadian BBLR walaupun angkanya masih dibawah propinsi lainnya di Indonesia, dimana salah satu propinsi yang menyumbang angka kejadian BBLR tertinggi di Indonesia adalah Sulawesi Tengah yaitu sebesar 16,9 (Riskesdas, 2013).

  Di Jawa Barat terdapat peningkatan angka kejadian BBLR yaitu 10% pada tahun 2010 menjadi 11% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Di Propinsi Jawa Barat setiap tahunnya antara 20

  • – 25% kelahiran BBLR, sedangkan di daerah pedesaan 10,5% dan sebagian besar BBLR meninggal dalam masa neonatal. Sementara di level II di tingkat Kabupaten di Jawa Barat sebagian besar Bayi BBLR (Dinkes Prov Jabar, 2013).

  Faktor yang banyak mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR adalah faktor risiko pada ibu disamping adanya faktor lain yang saling berhubungan. Tidak semua faktor risiko pada ibu dapat ditanggulangi, kebanyakan faktor risiko pada ibu sulit ditanggulangi secara medis misalnya umur ibu, jumlah paritas jarak kehamilan, sosial ekonomi, dll (Wirakusumah et al, 2012).

  Secara garis besar, BBLR dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor maternal dan faktor janin. Faktor maternal yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah usia ibu saat hamil (<20tahun atau >35 tahun dan jarak persalinan dengan kehamilan terlalu pendek), keadaan ibu (riwayat BBLR sebelumnya, bekerja terlalu berat, sosial ekonomi, status gizi, perokok, mengguna obat terlarang, alkohol), dan ibu dengan masalah kesehatan (anemia berat, pre eklamsia, infeksi selama kehamilan) sedangkan dari faktor bayi (cacat bawaan dan infeksi selama dalam kandungan) (Depkes RI, 2009). Usia, paritas, jarak kehamilan, penambahan berat badan, anemia dan pre eklamsia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap BBLR (Dian, 2012).

  Di wilayah kerja PKM Tegalwaru

  Purwakarta diperoleh data pada tahun 2012 terdapat

53 kasus BBLR dari 1313 persalinan dan 6 kematian karena BBLR dari 9 kematian neonatal.

Pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 33 bayi dengan berat badan lahir

rendah dari 1276 persalinan dan terdapat 1 kasus kematian neonatal karena BBLR.

Sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan kembali yaitu 44 kasus BBLR

dari 1269 persalinan.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor maternal dengan kejadian BBLR.

B. METODE PENELITIAN

  Metode penelitian ini adalah survei analitik dengan desain atau rancangan case kontrol yaitu suatu penelitian analitik dimana kejadian BBLR di identifikasi saat ini kemudian faktor ibu, faktor bayi dan factor kehamilan di identifikasi atau terjadi pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2010).

  Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi BBLR di wilayah kerja PKM Tegalwaru tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 130 orang. Sedangkan populasi kontrol pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan bayi tidak BBLR di wilayah kerja PKM Tegalwaru tahun 2012-2014 yaitu sebanyak 3.728 orang. Pengambilan sampel kasus dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tehnik total sampling yaitu sebanyak 130 orang. Dan jumlah sampel untuk kontrol menggunakan perbandingan 1:2. Sehingga jumlah sampel untuk kontrol adalah 260 orang. Pengambilan sampel untuk kontrol dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik systematic random sampling. Instrumen yang digunakan adalah berupa

  

check list , diisi oleh peneliti berdasarkan catatan kohort ibu, catatan persalinan, medical

record dan laporan kasus. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder dalam

  penelitian adalah buku laporan tahunan ANC dan persalinan PKM Tegalwaru.

  Data dianalisa secara unuvariat, bivariat dengan Uji Chi Square, dan multivariat dengan Uji Regresi Logistik Ganda.

C. HASIL PENELITIAN No Variabel Independen

  14,6 85,4 14,9 85,1

  Hasil analisis hubungan paritas dengan BBLR diketahui bahwa responden yang paritasnya termasuk risiko tinggi pada kelompok kasus yaitu 30 (23,1%) sedangan pada kelompok kontrol yaitu 27 (10,4%). Dari hasil uji statistik diperoleh pvalue 0,001 dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan BBLR dengan nilai OR2,589 (95%CI : 1,464-4,579) yang berarti bahwa ibu dengan

  Hasil analisis hubungan umur dengan BBLR diketahui bahwa responden yang berumur risiko tinggi pada kelompok kasus yaitu 38 (29,2%) sedangan pada kelompok kontrol yaitu 42 (16,2%). Dari hasil uji statistik diperoleh pvalue 0,004 dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan BBLR dengan nilai OR2,144 (95%CI : 1,298-3,541) yang berarti bahwa ibu hamil yang berumur risiko tinggi berpeluang 2,1 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu hamil yang berusia risiko rendah.

  Tidak ada 125 96,2 248 95,4 373 95,6 2,398)

  (1,141- 4,624) 0,827 (0,285-

  91 4,4 0,028 0,930

  9

  17

  93,5 4,6 35 355

  17 243 12 6,5

  5 13,8 86,2 3,8

  5 Kronik Ada 19 112

  4 KEK Tidak KEK Penyakit

  Status gizi 2,297

  0,001 0,000 (1,464- 4,579) 2,939 (1,664- 5,190)

  

BBLR

Kasus Kontrol Jumlah

n % n % n %

p value OR

  Umur 2,144

  90

  10

  10,4 89,6

  27 223 26 234

  98 23,1 76,9 24,6 75,4

  32

  Risiko tinggi Risiko rendah 30 100

  3 kehamilan

  2 Risiko tinggi Risiko rendah Jarak

   2,589

  0,004 (1,289- 3,541) Paritas

  80 310 20,5 79,5

  42 218 16,2 83,8

  1 Risiko tinggi Risiko rendah 38 29,2 92 70,8

  57 333 58 332 paritas risiko tinggi berpeluang 2,5 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu dengan paritas risiko rendah.

  Hasil analisis hubungan jarak kehamilan dengan BBLR diketahui bahwa responden yang jarak kehamilannya termasuk risiko tinggi pada kelompok kasus yaitu 32 (24,6%) sedangkan pada kelompok kontrol yaitu 26 (10%). Dari hasil uji statistik diperoleh pvalue 0,000 dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan BBLR dengan nilai OR 2,939 (95%CI : 1,664-5,190) yang berarti bahwa ibu dengan jarak kehamilan risiko tinggi berpeluang 2,9 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu dengan jarak kehamilan risiko rendah.

  Hasil analisis hubungan status gizi dengan BBLR diketahui bahwa responden yang status gizinya termasuk KEK pada kelompok kasus yaitu 19 (13,8%) sedangan pada kelompok kontrol yaitu 17 (6,5%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai pvalue 0.028 dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara LILA dengan BBLR dengan nilai OR2,297 (95%CI : 1,141-4,624) yang berarti bahwa ibu dengan LILA dalam ketegori KEK berpeluang 2,2 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu dengan LILA dalam kategori tidak KEK.

  Hasil analisis hubungan penyakit kronik dengan BBLR diketahui bahwa responden yang memiliki penyakit kronik pada kelompok kasus yaitu 5 (3,8%) sedangan pada kelompok kontrol yaitu 12 (4,6%). Dari hasil uji statistik diperoleh pvalue 0,930 dengan menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit kronik dengan BBLR.

  Variabel df Sig. Exp(B) Umur_ Ibu (1) 1 .080 1.642 Paritas (1) 1 .901 1.071

  Step a Jarak_hamil (1) 1 .128 2.242

  1 LILA (1) 1 .049 2.071 Constant 1 .015 .339 Umur_ Ibu (1) 1 .067 1.655 Jarak_hamil (1) 1 .005 2.366

  Step LILA (1) a 1 .050 2.061

  2 Constant 1 .014 .342 Jarak_hamil (1) 1 .005 2.366

  Step LILA (1) a 1 .050 2.061

  3 Constant 1 .043 .433 Hasil pemodelan multivariat diperoleh bahwa variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian BBLR adalah variabel jarak kehamilan dan LILA. Variabel jarak kehamilan merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabel umur dan LILA, dengan nilai OR 2,366 artinya ibu hamil dengan dengan jarak kehamilan < 2 tahun mempunyai peluang sebesar 2, kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan jarak kehamilan > 2 tahun. Sedangkan variabel umur merupakan variabel konfonding.

D. PEMBAHASAN

  Hal ini sejalan dengan teori kepustakaan yang menyatakan bahwa pada umumnya risiko mortalitas ibu dan bayi akan meningkat pada umur saat hamil dan melahirkan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Saat menjalani kehamilan dengan umur terlalu muda yaitu kurang dari 20 tahun, dimana rahin dan rongga panggul sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa, sehingga sering menimbulkan penyulit dan komplikasi pada ibu maupun janin. Ibu hamil dengan umur lebih dari 35 tahun dimana saat umur tersebut kesehatan ibu secara keseluruhan telah menurun, akibatnya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, perdarahan, anemia, yang akan berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Kehamilan dibawah umur 20 tahun akan memiliki risiko anemia, gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, abortus, prematuritas, BBLR, dll (Manuaba, 2010). Penelitian ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafrie, dkk tahun 2004 yang menyatakan bahwa umur ibu saat menjalani kehamilan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian BBLR, namun umur yang berisiko saat hamil memiliki risiko 1,4 kali melahirkan bayi BBLR dibanding hamil disaat umur tidak berisiko. Penelitian kohor prospektif yang dilakukan Hirve dan Ganatra di India (1994) menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan OR=1,27 (95% CI 1,07-1,5). Ibu dengan umur < 20 lebih berisiko melahirkan anak dengan BBLR 1,27 kali dibandingkan dengan ibu yang memilki usi a ≥ 20 tahun dan < 30 tahun. Menurut Mutia (2006) ibu hamil berusia

  ≥ 35 tahun berisiko melahirkan BBLR 1,8 kali lebih besar dari pada ibu hamil berusia 20-34 tahun. Pengaruh tersebut terlihat mengikuti fenomena huruf U terbalik yang berarti bahwa pada umur muda (<20 tahun) dan tua (>35 tahun) berat bayi yang dilahirkan cenderung lebih dari pada umur 21-35 tahun.

  Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami seorang ibu. Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada ibu dengan primipara (melahirkan bayi pertama kali) karena pengalaman melahirkan belum pernah maka kelainan dan komplikasi yang dialami cukup besar seperti distosia persalinan dan juga kurang informasi tentang persalinan mempengaruhi proses persalinan. Persalinan prematur lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Kejadiannya akan berkurang dengan meningkatnya jumlah paritas yang cukup bulan sampai dengan paritas keempat (Krisnadi et al. 2009).

  Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Zaenab dan Juharno (2006) menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chi- square diperoleh nilai Odds Ratio= 2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan BBLR.Menurut teori yang dikemukakan oleh Depkes (2006), bila jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun atau bila terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik sehingga perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, yang akan berakibat terjadinya BBLR. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salmawati (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara BBLR dengan jarak persalinan, dimana ibu hamil dengan jarak persalinan pendek ( < 24 bulan) berpeluang 5,763 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu dengan jarak persalinan jarang (

  ≥24 bulan). Hasil penelitian serupa juga didapatkan pada penelitian Saraswati (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2006) juga menunujukkan hasil yang sama, dimana hasil penelitiannya didapatkan bayi yang lahir dengan jarak < 2 tahun berisiko mati 1,4 kali lebih besar daripada bayi yang jarak kelahirannya > 2 tahun.

  Hasil Penelitian sesuai dengan teori kepustakaan yang menyatakan bahwa pada ibu hamil yang menderita malnutrisi kronis atau kurang energi kronis/KEK yang ditandai dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan BBLR dimana terjadi berat yang lebih ringan untuk masa kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin yang terhambat, serta mempunyai proporsi stunted dengan konsekuensi retardasi pascanatal jangka panjang (Kemenkes. RI, 2011). Pada ibu hamil dengan kurang energi kronis/KEK selama kehamilan berat badan ibu tidak naik. Bila berat badan ibu tidak naik pada akhir bulan ke empat atau berat badan kurang 45 kg, maka pertumbuhan janin kemungkinan besar akan terhambat, sehingga akan melahirkan bayi dengan BBLR. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati di Sukabumi tahun 2006 yang menyatakan ibu hamil dengan KEK berpengaruh terhadap kelahiran BBLR dengan nilai p < 0,01.

E. KESIMPULAN Variabel yang berhubungan dengan BBLR adalah umur, paritas, jarak kehamilan, dan LILA.

  Variabel yang tidak berhubungan dengan BBLR yaitu komplikasi kehamilan, Faktor dominan yang mempengaruhi BBLR adalah jarak kehamilan.

  

Daftar Pustaka

  Aisyah, S, dkk. 2010. Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah Sampai Triwulan II tahun 2009 di Kota Kediri. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes Vol.1 No. 3 p. 210-222.Juli 2010.

  Baker dan Tower. 2005. Fetal Growth, Intrauterine Growth Restriction and Small-for- estational-

  Age Babies dalam Robert on’s Textbook of Neonatology, Four Edition, Edited : Janet M Rennie, Elsevier

  Churchill Livingstone. Budiman, dkk. 2010. Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Garuda Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Kartika. 2010.

  Kematian Bayi di Indonesia

  Depkes.2012. Angka

  :at index.php/berita/press-release/793 . diakses pada 15 April 2015.

  Depkes. 2014. Riskesdas 2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dian, Oky ; Sri Winarsih. 2011. Analisis Faktor yang Mempengaruhi BBLR di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. diakses tanggal 21 April 2015.

  Feresu, Harlow dan Woelk. Risk Factors Prematurity at Harare Maternity, Zimbabwe, Special Theme Perinatal and Paediatric Epidemiology. Diunduh dari www.IJE 2004 tanggal 11 Mei 2015.

  Terhadap Bayi Yang

  Lubis, Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya

  Dilahirkan

  Saraswati,

  F. 2006. Faktor Kesehatan Reproduksi Ibu Hamil dan Hubungan dengan

  

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kota Sukabumi Tahun 2005-2006. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional Vol.1. No.3, Desember 2006.

Dokumen yang terkait

View of Mobilisasi Dini Dalam Menurunkan Skala Nyeri Punggung pada Pasien Post Katetrisasi Jantung

1 3 13

A. Pendahuluan - View of PREDIKSI PROFIL LIPID DENGAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI (INDEKS MASSA TUBUH, RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DAN PERSEN LEMAK TUBUH)

0 0 13

View of THE CORRELATION BETWEEN THE DURATION OF PLAYING ONLINE GAME WITH THE LEARNING MOTIVATION IN STUDENT CLASS VII AND VIII AT SMPN 1 CIMAHI

1 0 10

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG

0 0 7

View of PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI DESA CIKAMUNING KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

0 0 8

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 Irawan Danismaya, S.Kp.,M.Kep Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi ABSTRAK - View of

0 0 6

View of Efek Hipoglikemik Perasan Buah Labu Siam (Sechium edule): Analisis Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Aloksan (2,4,5,6-tetraoxypyrimidine; 5,6-dioxyuracil)

0 0 8

View of Analisis Pertumbuhan Jamur Aspergillus fumigatus dalam Media Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)

0 0 11

Kata Kunci : lactobacillus bulgaricus, klebsiella pneumoniae, soyghurt A. PENDAHULUAN - View of PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN DAN WAKTU GENERASI TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN KOLONI Klebsiella pneumoniae STRAIN ATCC 700603, CT1538 DAN S941 OLEH Lactobacil

0 0 14

View of HUBUNGAN PARITAS DENGAN TINGKAT NYERI PADA PERSALINAN HYPNOBIRTHING DI BPM ONIH SRI HARTATI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

0 0 9