View of Mobilisasi Dini Dalam Menurunkan Skala Nyeri Punggung pada Pasien Post Katetrisasi Jantung
Mobilisasi Dini Dalam Menurunkan Skala Nyeri Punggung pada Pasien Post Katetrisasi Jantung
2
3 Susilawati, Elly Nurachmah , Dewi Gayatri
Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
Abstrak Kateterisasi jantung adalah tindakan diagnostik dan intervensi terhadap penyakit jantung koroner. Nyeri punggung merupakan keluhan yang banyak diungkapkan oleh pasien yang menjalani kateterisasi jantung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap nyeri punggung pada pasien post kateterisasi jantung. Desain penelitian adalah randomized controlled trials dengan single blind. Sebanyak 46 responden dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan metode randomisasi blok. Hasil penelitian menyimpulkan rerata nyeri punggung pada kelompok kontrol sesudah diberikan perlakuan lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01) dan selisih peningkatan nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi (p value =0,042). Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan nyeri punggung pada pasien yang diberikan mobilisasi dini lebih rendah dibandingkan peningkatan nyeri punggung pada pasien yang tidak diberikan mobilisasi dini. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan intervensi massage punggung untuk menurunkan ketegangan otot punggung.
Kata kunci : kateterisasi jantung, mobilisasi dini, nyeri punggung.
Abstract
Cardiac catheterization is increasingly used in hospitals in Indonesia as diagnostic and interventional interventions against coronary heart disease. Back pain is a major complaint expressed by many patients who undergoing cardiac catheterization as prolonged bed rest period without any change in the position for more than 6 hours till tomorrow morning is commonly use. The purpose of this study were to determine the effect of early mobilization toward backpain in patients post cardiac catheterization. The study design was a randomized controlled trials with single-blinded. The sample size was 46 respondents which divided to two groups: control group and intervention group by using block randomization method. The result of this study showed that mean backpain’s scale in control group was significantly higher than the intervention group (p value = 0.01) after the interventios were given, and the difference in
mean backpain’s scale in the control group is higher than the intervention group
(p value = 0.042). This stud y conclude that backpain’s scale elevated in patients whose given early mobilization is lower than the in backpain’s scale in patients whose are not given early mobilization.Recommendations for further research is added another interventions to reduce tension of back muscles such as back massage.Keyword : backpain, cardiac catheterization, early mobilization
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh nomor satu di Amerika dan Eropa tidak terkecuali di Indonesia. Di Amerika, 20% penyebab kematian adalah PJK. WHO memperkirakan PJK akan mencapai 6% dari total penyakit global pada tahun 2020 (Tjang dkk, 2009).
Saat ini telah berkembang intervensi invasif non bedah yaitu PTCA (Percutaneus
Transluminal Coronary Angioplasty ) dan Angiografi koroner. Menurut Tjang dkk (2009),
tindakan ini banyak dipilih oleh pasien karena tindakan invasif minimal, waktu rawat lebih singkat dan penyembuhan yang singkat daripada operasi by pass / CABG (coronary artery by
pass graft ).
Implikasi dari tindakan kateterisasi jantung dan angiografi koroner adalah pasien diharuskan tirah baring (bed rest) selama kurang lebih 6-12 jam. Tirah baring datar dan telantang serta retriksi pergerakan selama sheath terpasang dan setelah sheath dicabut bertujuan untuk mengurangi komplikasi vaskular, yaitu pendarahan, timbulnya AV formation (arteriovenous
fistula ), hematom dan aneurisma palsu (Baim dan Grossman, 2000). Namun, tirah baring yang
lama, kelelahan setelah menjalani tindakan PTCA dan retriksi pergerakan juga akan menimbulkan komplikasi baru yaitu ketidaknyamanan, nyeri punggung dan retensi urin (Schickel, et al. 1999 dalam O'Grady, 2002). Nyeri punggung adalah masalah yang sering dialami pasien setelah tindakan PTCA yang disebabkan oleh imobilisasi dan gerakan yang terbatas dan akan menunda kepulangan dari rumah sakit dan menambah biaya perawatan (Lim, et al. 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Chair, Taylor-Piliae, Lam, dan Chan (2003) menyimpulkan bahwa nyeri punggung setelah tindakan kateterisasi jantung terjadi pada 35.8% pasien.
Penelitian untuk meneliti tentang manfaat mobilisasi dini pada pasien kateterisasi jantung telah banyak dilakukan, dan hasilnya menyimpulkan bahwa kelompok yang diberikan mobilisasi dini mengalami nyeri punggung yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang ditak diberikan mobilisasi dini (Ashketorab, Neishabory, Ghezelghash, Piranfar, & Alavi, 2007; Chair, Taylor- Piliae, Lam, Chan, 2003; Pooler-lunse, Barkman, & Bock, 1996; Razaei-Adaryani, Ahmadi, Mohamadi, & Asghari-Jafarabadi, 2009); Yilmaz, Gurgun, & Dramali, 2007).
Di RSPAD Gatot Soebroto, pasien yang menjalani kateterisasi jantung baik itu angiografi koroner atau PTCA diharuskan menjalani tirah baring selama 10-24 jam dimana kaki kanan tidak boleh ditekuk dan posisi harus supine. Akibatnya timbul keluhan nyeri punggung, retensi urine dan gangguan tidur.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Uji Klinis Acak Terkontrol (randomized controlled trials) dengan desain pretest and post test control group. Dalam desain ini terdapat dua kelompok diamna kelompokintervensi mendapatkan perlakuan perubahan posisi setiap jam dan peninggian kepala tempat tidur 30°-45° sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan atau diberi tindakan sesuai prosedur Rumah Sakit.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah skala nyeri punggung sedangkan variabel independennya adalah intervensi mobilisasi dini yang terdiri dari perubahan posisi dan peninggian kepala tempat tidur 30°-45°. Sedangkan variabel konfoundingnya adalah (1) jenis kelamin, (2) usia, dan (3) BMI dengan menghitung Berat Badan dibagi tinggi badan ( meter) dikuadratkan.
Untuk menghitung besar sampel digunakan rumus Uji Hipotesis terhadap 2 populasi independen, didapatkan 46 responden, yang dibagi menjadi 2 kelompok. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah klien yang telah menjalani prosedur kateterisasi jantung di ruang jantung lantai 2 RSPAD Gatot Soebroto selama periode penelitian.
Etika dalam penelitian kepada responden yang perlu diperhatikan selama proses penelitian menurut Nursalam (2008), terdiri dari 3 bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak- hak subjek, dan prinsip keadilan.
Pengumpulan data penelitian menggunakan lembar observasi. Lembar observasi akan diisi data demografi pasien meliputi usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Skala Nyeri akan diukur menggunakan NRS (Numeric Rating Scale). Untuk mengukur ketinggian tempat tidur menggunakan Angle Meter. Berat Badan Pasien akan diukur di timbangan badan yang sama untuk semua responden, dan tinggi badan akan ukur menggunakan meteran yang sama untuk semua responden.
Untuk mengukur rata-rata nyeri punggung sebelum dan sesudah intervensi pada masing- masing kelompok menggunakan uji statistik dependent t test. Untuk mengukur selisih skala nyeri punggung dan perbedaan rata-rata skala nyeri punggung setelah intervensi mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol digunakan uji statistik independent t- test. Data dalam penelitian ini berdistribusi normal yang diukur dengan menggunakan pembagian nilai skewness dan standar error, dengan hasil perhitungan untuk skala nyeri punggung sebelum intervensi sebesar 1,8 (<2) dan skala nyeri punggung setelah intervensi sebesar 1,34 (<2) sehingga dinyatakan data berdistribusi normal.
C. HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Tindakan di RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2013
Variabel Frekuensi %
Jenis Kelamin
Laki-laki
31
67.4 Perempuan
15
32.6 Jenis Tindakan Angiografi
21
45.7 koroner
25
54.3 PTCA Pada penelitian ini, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 31 responden (67,4%), dan sebanyak 15 responden (32,6%) berjenis kelamin perempuan. Pada variabel jenis tindakan sebagian besar responden telah melakukan tindakan PTCA (54,4%) dan sebagian lagi telah melakukan tindakan angiografi koroner (45,7%). Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Indeks Massa Tubuh
Mean Median Sd Min-Mak 95% CI Variabel
58.48
55.00 11.07 36-84 55.19-61.77 Usia
Indeks
25.38
25.68 3.04 18.36-33.26 24.47-26.28 massa tubuh
Rata-usia responden pada penelitian ini adalah 58,48 tahun, median 55 tahun dan standar deviasi 11,07 dengan usia termuda adalah 36 tahun dan usia tertua adalah 84 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada 95% CI diyakini bahwa rata-rata usia responden pada penelitian ini adalah 55,19 sampai dengan 61,77 tahun.
Untuk variabel indeks massa tubuh, rata-usia IMT responden adalah 25,38, nilai tengah atau median 25,68 dan standar deviasi 3,04 dengan indeks massa tubuh terendah adalah 18,6 dan indeks massa tubuh tertinggi adalah 33,26. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada 95% CI diyakini bahwa rata-rata indeks massa tubuh responden pada penelitian ini adalah 24.47 sampai dengan 26,28.
Bagan 1 Distribusi responden berdasarkan skala nyeri punggung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto
Bagan 2 Distribusi responden berdasarkan skala nyeri punggung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto
Bagan 3 Distribusi responden berdasarkan tekanan darah diastolik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto
Bagan 4 Distribusi responden berdasarkan denyut nadi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSPAD Gatot Soebroto Tabel 5 Distribusi rata-rata skala nyeri punggung sebelum dan sesudah intervensi kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada pasien Post kateterisasi koroner di RSPAD Gatot Soebroto Tahun 2013
Variabel Mean Sd Mean diff t df p value n (95% CI)
Kontrol
- 1,65 1,74 2,304 -5.83 22 0,001*
23 Pre test
- 3,96 1,22 (1,48 ; 3,12 )
Post test Intervensi Pre test
- 1,087
1,87 1,51 -2,552 22 0,018*
23 ( 0,20 ; 1,97)
- Post test 2,96 1,29 *
B ermakna pada α:0,05 Pada kelompok kontrol, rata-rata skala nyeri punggung sebelum intervensi (pre test) adalah 1,65 dengan standar deviasi 1,74. Pada skala nyeri punggung sesudah intervensi (post test) adalah 3,96 dengan standar deviasi 1,22. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t
test disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri punggung sebelum dan
sesudah perlakuan (p=0,001; α; 0,05) .Pada kelompok intervensi, rata-rata skala nyeri punggung sebelum intervensi (pre test) adalah 1,87 dengan standar deviasi 1,51. Pada skala nyeri punggung sesudah intervensi (post test) adalah 2,96 dengan standar deviasi 1,29. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji paired t
test
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri punggung sebelum dan . sesudah perlakuan (p=0,018;
α; 0,05) intervensi
Tabel 6 Distribusi Rata-Rata Skala Nyeri Punggung Sesudah Intervensi dan Selisih Skala Nyeri
Punggung pada Pasien Tahun 2013 Mean Sd Mean Diff t df p value
Kelompok (95% CI)
Skala nyeri punggung Sesudah Intervensi
- 3,96 1,22 1,00 -2,69 44 0,010* kelompok
Kontrol
- 2,96 1,29 (0,251; 1,749) kelompok
Intervensi Selisih skala nyeri punggung
- 1.21
- 2,30 1,89 44 0,042*
Kelompok Kontrol
2,096
- 1,08 2,04 (0,046 ; 2,38)
Kelompok Intervensi
- Rata-rata skala nyeri punggung sesudah intervensi (post test) pada kelompok intervensi adalah 2,96 dengan standar deviasi 1,29 sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata skala nyeri punggung adalah 3,96 dengan standar deviasi 1,22. Selisih rata-rata skala nyeri punggung sesudah intervensi (post test) pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol didapatkan nilai sebesar 1,00. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,010, yang berarti pada alpha 5% terihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata skala nyeri punggung sesudah intervensi (post test) antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
Bermakna pada α:0,05
Rata-rata selisih skala nyeri punggung pada kelompok intervensi adalah 1,08 dengan standar deviasi 2,04 sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata skala nyeri punggung adalah 2,30 dengan standar deviasi 1,89. Selisih rata-rata skala nyeri punggung pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol didapat sebesar 1,21. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,042, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata selisih skala nyeri punggung antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
D. PEMBAHASAN
Meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolic serta denyut jantung pada pasien yang mengalami nyeri punggung disebabkan karena nyeri mengaktifkan respon stres biologis (Morton & Fontaine 2005). Akibatnya, sistem saraf otonom diaktifkan dan melepaskan epinefrin (Urden et al. 2006). Keadaan ini dapat meningkatkan denyut jantung (Drummond 2003, Lu et al. 2005) dan tekanan darah (Bruehl et al. 2002; Al'Absi, et al. 2003; Pickering, 2003) dan akibatnya terjadi peningkatan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, keduanya dapat menyebabkan atau memperburuk iskemia miokard dan bahkan infark pada pasien yang rentan (Briggs 2002; Morton & Fontaine 2005 dalam Rezaei-Adaryani, et al 2008; Latief, 2001; Nicholls &Wilson, 2005).
Pada penelitian ini diketahui bahwa baik di kelompok intervensi mengalami peningkatan skala nyeri punggung sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian Yilmaz, et al (2009) juga menunjukkan peningkatan nyeri punggung pada kelompok yang diberikan perubahan posisi setiap jam, walaupun peningkatannya lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberikan perubahan posisi.
Pemberian mobililisasi dini dapat menurunkan skala nyeri punggung. Karena pengurangan waktu pasien tetap telentang meningkatkan kenyamanan secara signifikan, tanpa meningkatkan kejadian pendarahan dari tempat penusukkan kateter femoralis (Lau et al. 1993, Baum & Gantt 1996, Keeling et al. 1996, Pooler-Lunse et al. 1996, Wood et al. 1997, dalam Vlasic & Almond 1999).
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan pada 95% CI diyakini bahwa rata-rata indeks massa tubuh responden pada penelitian ini adalah 24,47 sampai dengan 26,28. Menurut perhitungan indeks massa tubuh dimana IMT lebih dari 25 dikategorikan sebagai kelebihan berat badan, oleh karena itu rata-rata responden yang menjalani kateterisasi jantung di RSPAD Gatot Soebroto memiliki kelebihan berat badan.
Hasil penelitian Chair, et al (2004) menyebutkan bahwa berat badan berhubungan dengan nyeri punggung secara signifikan. Pasien dengan berat badan lebih berat akan mengalami nyeri lebih berat. Pasien yang kelebihan berat badan cenderung memiliki gaya lebih besar yang bekerja pada otot punggung mereka. Selain penggunaan bantal pasir dan IMT lebih dari normal.
Rata –rata peningkatan skala nyeri punggung di penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Yilmaz, et al (2009). Hal ini disebabkan pada penelitian Yilmaz, et al (2009) menggunakan bantal pasir selama 30 menit, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan bantal pasir selama 2 jam. Penggunaan bantal pasir diketahui akan meningkatkan ketidaknyamanan pasien (Sinaga, 2009).
E. SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Rerata nyeri punggung sesudah diberikan perlakuan pada kelompok kontrol lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok intervensi (p value =0,01. Perbedaan selisish peningkatan nyeri punggung pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok intervensi (p value =0,042).
2. Saran
Mobilisasi dini pasien saat tirah baring adalah tindakan mandiri perawat untuk meningkatkan rasa nyaman pasien selama fase tirah baring pasien namun memerlukan kolaborasi dengan dokter untuk mencegah terjadi komplikasi vaskular seperti pendarahan dan hematom. Penelitian ini juga dapat dijadikan salah satu acuan untuk pembuatan standar operation procedure (SOP) di ruangan jantung tentang perawatan pasien post kateterisasi jantung. Bagi penelitian selanjutnya dapat ditambahkan intervensi pijat punggung (back massage) sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ashketorab, T., Neishabory, M., Ghezelgha, A., Piranfar, A., & Alavi, M. H. (2007). Effects of
change position in bed on vascular complications after coronary angiography in Tleghani
Hospital Tehran. Shahid Beheshti Nursing Midvifery Univ Mag.;16 (56):1-10.Chair, S.Y., Li, K. M., & Wong, S. W. (2004). Factors that Affect Back Pain among Hong Kong
Chinese Patients after Cardiac Catheterization . European Journal of Cardiovascular Nursing.
Issue 3: 279. DOI: 10.1016/j.ejcnurse.2004.10.001 Chair, S.Y., Taylor-Piliae, R.E., Lam, G., Chan, S. (2003). Effect of positioning on back pain after coronary angiography. Journal of Advanced Nursing 42 (5), 470-478.Chair, S. Y., Fernandez, R., Lui, M. H., Lopez, V., Thompson, D. T. (2012). Effect of early
ambulation after transfemoral cardiac catheterization in Hong Kong: a single-blinded
randomized controlled trial . Anadolu Kardiyol Derg. Available on-line at www.anakarder.comDumont, C. J. P. (2007). Blood Pressure and Risks of Vascular Complication After Percutaneus Coronary Intervention. Dimensions of Critical Care Nursing. 26(3):121-127, May/June 2007.
Farmanbar, R., Chinikar, M., Gozalian, M., Baghaie, M., Atrkar, Z., & Moghadamnia, M. (2012). The Effect of Position Change and Bed-Rest Duration after Coronary Angiography on
Vascular Complications . Iranian Journal of Critical Care Nursing, Volume 4, Issue 4, Pages: 177
– 182.Fowlow, B., Price, P., & Fung, T. (1995). Ambulation after sheath removal: A comparison of 6
and 8 hours of bedrest after sheath removal in patients following a PTCA procedure . Heart &
Lung, 1995;24:28-37.Grossman, W., & Baim, D.S. (2000). Grossman's Cardiac Catheterisation :Angiography and intervention, 6th edn . London: Lippincott, Williams & Wilkins.
Kern, M.J. (1995). The Cardiac Catheterization Hand Book. Missouri: Mosby. Lim, R., Anderson, H., Walters, M., Kaye, G. C., Norell, M. S., & Caplin J. L. (1997). Femoral
complications and bed rest duration after coronary arteriography . American Journal of
Cardiology; 80: 222 –223.PA PSPR Patient Safety Advisory.( 2007). Strategies to Minimize Vascular Complication
Following a Cardiac Catheterization. Diakses tanggal 26 februari 2013 dari
Pooler-lunse, C., Barkman, A., & Bock, B. F. (1996). Effect of modified positioning and
mobilization of back pain and delayed bleeding in patients who had received heparin and
undergone angiography: A pilot study . Heart&lung: The journal of Acute and critical Care.
Heart Lung.;25(2):117-23. Pollard, S. D., Munks, K., Wales, C., Crossman, D. C., Cumberland, D. C., Oakley, G. D. G., & Gunn, J. (2003). Position and Mobilisation Post-Angiography Study Razaei-Adaryani, M., Ahmadi, F., Mohamadi, E., & Asghari-Jafarabadi, M. (2009). The effect of
changing position and early ambulation after car diac catheterization on patients’ outcomes: A
- –
single-blind randomized controlled trial . International Journal of Nursing Studies 46. 1047
1053. - (2008). The effect of three position methods on patient outcomes after cardiac
catheterization. Journal of Advanced Nursing 65, (2), 417-424. doi:10.1111/j.1365-
2648.2008.04889 Reynolds, S., Waterhouse, K., & Miller, K. H. (2001). Head of bed elevation, early walking, and
patient comfort after percutaneous transluminal coronary Intervension
. Dimensions of Critical Care Nursing; May/Jun 2001; 20, 3; ProQuest Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Shoulders-Odoms, B. (2008). Management of Patients After Percutaneous Coronary
Interventions. AACN Journal : Critical Care Nurse Vol 28, No. 5, October 2008 Sulzbach-Hoke, L. M., Ratcliffe, S. J., Kimmel, S.E., Kolansky, D. M. & Polomano, R. (2010).
Predictors of Complications Following Sheath Removal With Percutaneous Coronary
Intervention . Journal of Cardiovascular Nursing Vol. 25, No. 3, pp 00Y00 x Copyright B 2010
Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins Tjang, et al. (2009). Current Treatment Options for Coronary Heart Disease. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran Nomor 169/volume 36 Nomor 3.
Victorian Quality Council .(2007). Acute Pain Management Measurement Toolkit. © Copyright State of Victoria, Department of Human Services.
Vlasic, W., Almond, D., & Massel, D. (2001). Reducing Bedrest Following Arterial Puncture for
Coronary Interventional Procedures-Impact on Vascular Complications: The BAC Trial . Journal
of Invasive Cardiology Volume: 13 Publication Date: Dec 05 2001.World Health Organization (WHO). (2005). Global Burden of Coronary Heart Disease. Diakses tanggal
15 Maret 2013 dari http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_14_deathHD.
Yilmaz, E., Gurgun, C., & Dramali, A. (2007). Minimizing short-term complications in patients
who have undergone cardiac invasive procedure: a randomized controlled trial involving
position change and sandbag. Anadolu Kardiyol Derg.