Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tah

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subjek Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian siswa kelas III. Kelas III di SD N Karangtengah merupakan kelas paralel yang terdiri dari kelas III A dan III B. Kelas III A merupakan kelas yang peneliti pilih sebagai kelas kontrol dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kelas III B adalah kelas yang peneliti pilih sebagai kelas kontrol dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sekolah Dasar Negeri Karangtengah terletak di kelurahan Karangtengah dusun Beran RT: 05, RW: 05, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

  SD N Karangtengah mempunyai 3 tingkatan kelas paralel, yaitu kelas 1 kelas 3 dan kelas 5. SD N Karangtengah mempunyai 15 ruangan dengan rincian 9 kelas untuk kelas 1 sampai kelas 6, 1 ruang kantor guru, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 perpustakaan, 1 UKS, 1 ruang komputer dan 1 dapur. Keadaan ruang kelas di SD N Karangtengah sudah baik dengan penerangan dan ventilasi yang cukup baik, terdapat 3 kelas yang baru saja di renovasi yaitu kelas III A, III B, dan kelas

  IV. Di SD N Karangtengah juga terdapat 3 toilet yang terdiri dari 2 toilet untuk siswa laki-laki dan perempuan, dan 1 toilet guru. Tenaga pengajar di SD N Karangtengah sudah cukup, yaitu terdapat1 kepala sekolah dan 14 guru yang terdiri dari 9 guru kelas, 1 guru bahasa inggris, 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen, 1 guru agama budha, dan 1 guru olahraga.

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian

  Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

  • – April tahun 2015. Dalam penelitian ini terdapat tiga tahap yang harus dilakukan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Sebelum penelitian dimulai, peneliti menyiapkan persiapan dalam penelitian yaitu dengan menentukan subyek penelitian terlebih dahulu. Setelah ditentukan subyek dalam penelitian ini, yaitu
SDN Karangtengah, peneliti melakukan observasi terhadap subyek penelitian, dan didapat data bahwa di SDN Karangtengah terdapat kelas 3 tingkatan kelas paralel yaitu kelas 1, kelas 3, dan kelas 5. Peneliti mengambil penelitian di kelas 3 dengan pertimbangan bahwa di kelas tersebut khususnya dalam mata pelajaran

  IPA, masih banyak siswa yang belum memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 72. Setelah itu peneliti meminta program semester kepada guru kelas 3 untuk menentukan materi yang akan diajarkan kemudian dibuat kisi-kisi instrumen soal tes. Kemudian membuat instrumen soal pretest dan posttest berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Selanjutnya peneliti mengujicobakan terlebih dahulu soal pretest dan posttest di SDN Tlogo untuk mengetahui kelayakan soal yang dibuat. Dari hasil uji coba didapat 30 soal yang layak untuk digunakan yang akan diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah soal dianggap valid peneliti melakukan pretest di kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua kelompok tersebut. Dari analisis hasil uji homogenitas berdasarkan nilai pretest tingkat signifikansi terletak pada angka 0,186 yang berarti tidak tedapat perbedaan yang signifikan terhadap dua kelompok tersebut.

  Setelah semua tahap persiapan dilaksanakan, selanjutnya peneliti melaksanakan tahap pelaksanaan yaitu dengan melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe make a match pada kelas eksperimen, dan melaksankan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dilakukan penelitian pada tanggal 24 dan 25 April 2015, dan pada kelas kontrol dilakukan penelitian pada tanggal 20 dan 24 April 2015.

  Sesudah semua tahap pelaksanaan dilaksanakan, peneliti melakukan tahap akhir yaitu dengan memeberikan soal posttest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk memperoleh hasil akhir dari pembelajaran, dan untuk mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran sudah tercapai apa belum. Setelah semua tahap dilakukan peneliti mengolah hasil dari penelitan. Berikut adalah tabel jadwal pelaksanaan penelitian

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian di SDN Karang Tengah Kecamatan

  

Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014 / 2015

NO Hari/ Tgl Urian Kegiatan

  1 Senin, 9 Maret 2015 Meminta izin kepada kepala sekolah dan melakukan wawancara terhadap guru kelas 3A dan 3B.

  2 Kamis, 12 Maret 2015 Observasi pembelajaran pada kelas 3A dan 3B.

  3 Jumat, 10 April 2015 Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

  5 Senin, 13 April 2015 Menyerahkan RPP pada guru dan melakukan revisi.

  6 Senin, 20 April 2015 Petemuan 1: Mengamati jalannya pembelajaran di kelas kontrol oleh guru di kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional

  7 Pertemuan 1: Pada kelas eksperimen Jum’at, 24 April 2015 dilakukan penyampaian materi dan perlakuan.

  8 Pertemuan 2: Mengamati jalannya Jum’at 24 April 2015 pembelajaran di kelas kontrol oleh guru dengan menggunakan metode konvensional

  9 Sabtu, 25 April 2015 Pertemuan 2: Pada kelas eksperimen dilakukan penyampaian materi dan perlakuan.

  10 Sabru, 25 April 2015 Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4.2 Hasil Penelitian

  Dalam penelitian ini akan diuraikan hasil penelitian dari variabel pembelajaran Make a Match dan Prestasi belajar.

4.2.1 Penerapan Make a Match

  Pembelajaran cooperative learning tipe make a match adalah pembelajaran yang menekankan kepada pembelajaran secara berkelompok dimana antar setiap anggota saling bekerjasama satu sama lain. Pembelajaran tipe make a match dapat menumbuhkan rasa antusias siswa terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan selain itu siswa menjadi lebih mudah untuk berinteraksi dengan temannya. Deskripsi pembelajaran make a match dapat dilihat dari hasil observasi. Observasi dilakukan pada saat peneliti melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran make a match. Lembar observasi yang digunakan berdasarkan dengan ketentuan-ketentuan atau langkah-langkah pembelajaran make a match. Observasi tindakan dilakukan oleh guru kelas III B yaitu ibu Umi Kusminah yang memantau secara langsung saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Dari hasil observasi dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti berjalan dengan baik sesuai dengan langka-langkah dari pembelajaran make a match. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel observasi berikut:

Tabel 4.2 Hasil Observasi Tindakan Penerapan Make A Match Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1 Aspek Kegiatan yang diamati

  1

  2

  3

  4 Kegitan Guru memeriksa kesiapan siswa

  √

  Awal

  Guru memberikan salam dan √ mengajak siswa berdo’a Guru memberikan apersepsi sesuai √ dengan materi yang akan disampaikan Guru menjelaskan tujuan

  √ pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru memberikan soal pre test √

  Kegiatan Eksplorasi Inti Siswa menyimak materi pengertian

  √ cuaca yang diberikan oleh guru. Siswa menyimak gambar macam-

  √ macam cuaca. Siswa menyimak gambar macam-

  √ macam simbol cuaca. Siswa mengamati proses terjadinya

  √ hujan melalui gambar. Siswa menyimak penjelasan guru

  √ tentang proses terjadinya hujan.

  Elaborasi

  Siswa mendengarkan arahan guru √ tentang pembelajaran make a match. Guru menyiapkan beberapa kartu yang √ terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban. Masing-masing siswa mendapatkan

  √ kartu. Siswa memikirkan pasangan dari kartu √ yang dipegangnya. Siswa mencari pasangan dari kartu √ yang dipegangya. Siswa yang sudah menemukan

  √ pasangannya membacakan kartunya didepan kelas.

  Konfirmasi

  Guru bersama siswa melakukan tanya √ jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan.

  Kegiatan Guru mengulas kembali materi yang

  √

  Akhir disampaikan

  Guru memberikan kesempatan kepada √ siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas.

  Guru memberikan refleksi √

  Guru mengakhiri pembelajaran dengan √ salam penutup.

  Hasil Observasi Tindakan Pertemuan II Aspek Kegiatan yang diamati

  1

  2

  3

  4 Kegiatan Guru memeriksa kesiapan siswa

  √

  Awal Guru memberikan salam dan

  √ mengajak siswa berdo’a Guru memberikan apersepsi sesuai

  √ dengan materi yang akan disampaikan Guru menjelaskan tujuan

  √ pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

  Kegiatan Eksplorasi Inti

  Guru menjelaskan materi tentang √ pengaruh kondisi cuaca terhadap kegiatan manusia Guru menjelaskan materi tentang √ hubungan antara cuaca dengan pakaian yang dikenakan manusia.

  Elaborasi

  Siswa mendengarkan arahan guru √ tentang pembelajaran make a match.

  Guru menyiapkan beberapa kartu yang √ terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban.

  Masing-masing siswa mendapatkan √ kartu.

  Siswa memikirkan pasangan dari kartu √ yang dipegangnya.

  Siswa mencari pasangan dari kartu √ yang dipegangya.

  Siswa yang sudah menemukan √ pasangannya membacakan kartunya didepan kelas.

  Konfirmasi

  Guru bersama siswa melakukan tanya √ jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan.

  Kegiatan Guru mengulas kembali materi yang √

  disampaikan

  Akhir

  Guru memberikan kesempatan kepada √ siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas. Guru memberikan refleksi √ Guru memberikan soal post test

  √ kepada siswa. Guru mengakhiri pembelajaran dengan

  √ salam penutup.

  Dari hasil observasi pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe make a match yang dilakukan pada siswa kelas III B SD N Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang bahwa dalam melakukan pembelajaran sudah memenuhi kriteria dari pembelajaran make a match, dapat dilihat pada tabel hasil observasi penelitian pertama bahwa semua prosedur sudah dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan pertama dari total keseluruhan 22 item terdapat 2 item yang berskor 2, 1 item yang berskor 3, dan 19 item yang berskor 4 dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam pertemuan pertama peneliti sudah dapat melakukan pembelajaran sesuai dengan kriteria make a

  match.

  Pada tabel hasil observasi penelitian kedua dapat dilihat bahwa peneliti juga sudah memenuhi kriteria dari pembelajaran make a match dalam tabel 4.2 terlihat bahwa peneliti sudah melaksanakan semua prosedur yang ada. berdasarkan hasil observasi pada pertemuan kedua dari total keseluruhan 17 item terdapar 3 item yang berskor 3, dan 14 item yang berskor 4.

  Berdasarkan kedua hasil observasi yang sudah dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah melaksanakan semua pembelajaran sesuai dengan kriteria dari make a match baik itu pada pembelajaran pertama maupun pada pembelajaran kedua.

4.2.2 Penerapan Pembelajaran Konvensional

  Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Dalam pembelajaran konvensional biasanya guru lah yang menjadi sumber belajar, artinya segala macam ilmu pengertahuan hanya berasal dari guru. Deskripsi pembelajaran konvensional dapat dilihat dari hasil observasi. Observasi dilakukan pada saat peneliti mengamati jalannya pembelajaran di kelas kontrol oleh guru dengan menggunakan model konvensional. Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa pembelajaran sudah dilakukan sesuai dengan kriteria-kriteria yang diamati. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel observasi berikut:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Tindakan Pembelajaran Konvensional Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 1 Aspek Kegiatan yang diamati

  1

  2

  3

  4 Kegiatan Guru memeriksa kesiapan siswa

  √

  Awal Guru memberikan salam dan

  √ mengajak siswa berdo’a Guru memberikan apersepsi sesuai

  √ dengan materi yang akan disampaikan Guru menjelaskan tujuan

  √ pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru memberikan soal pre test

  √

  Kegiatan Eksplorasi Inti

  Siswa menyimak materi √ pengertian cuaca yang diberikan oleh guru.

  Siswa menyimak gambar macam- √ macam cuaca. Siswa menyimak gambar macam-

  √ macam simbol cuaca. Siswa mengamati proses

  √ terjadinya hujan melalui gambar. Siswa menyimak penjelasan guru

  √ tentang proses terjadinya hujan.

  Elaborasi

  Siswa diminta mengerjakan soal √ latihan secara mandiri.

  Siswa diminta maju kedepan kelas √ untuk membacakan jawaban dari soal yang baru dikerjakan.

  Konfirmasi

  Guru bersama siswa melakukan √ tanya jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan.

  

Kegiatan Guru mengulas kembali materi √

  yang disampaikan

  Akhir

  Guru memberikan kesempatan √ kepada siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas.

  Guru memberikan refleksi √ Guru mengakhiri pembelajaran

  √ dengan salam penutup.

  Hasil Observasi Tindakan Pertemuan 2 Aspek Kegiatan yang diamati

  1

  2

  3

  4 Kegiatan Guru memeriksa kesiapan siswa √ Awal Guru memberikan salam dan

  √ mengajak siswa berdo’a Guru memberikan apersepsi sesuai

  √ dengan materi yang akan disampaikan Guru menjelaskan tujuan

  √ pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

  Kegiatan Eksplorasi Inti Guru menjelaskan materi tentang

  √ pengaruh kondisi cuaca terhadap kegiatan manusia Guru menjelaskan materi tentang

  √ hubungan antara cuaca dengan pakaian yang dikenakan manusia.

  Elaborasi

  Siswa diminta mengerjakan soal √ latihan secara mandiri.

  Siswa diminta maju kedepan kelas √ untuk membacakan jawaban dari soal yang baru dikerjakan.

  Konfirmasi

  Guru bersama siswa melakukan √ tanya jawab berkaitan dengan materi yang disampaikan.

  Kegiatan Guru mengulas kembali materi

  √

  Akhir yang disampaikan

  Guru memberikan kesempatan √ kepada siswa untuk menanyakan materi yang kurang jelas.

  Guru memberikan refleksi √

  Guru mengakhiri pembelajaran √ dengan salam penutup.

  Berdasarkan kedua data hasil observasi pada kelas kontrol menggunakan model pembeajaran konvensional, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional sudah melaksanakan semua pembelajaran sesuai dengan kriteria yang ada baik itu pada pembelajaran pertama maupun pada pembelajaran kedua.

4.2.3 Prestasi Belajar

  Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang didapat dari nilai pretest dan posttest. Nilai pretest adalah nilai yang didapat dari siswa sebelum siswa diberikan perlakuan. Nilai posttest adalah nilai yang didapat dari siswa sesudah siswa diberikan perlakuan. Nilai-nilai pretest dan posttest didapat dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pelajaran IPA adalah 72.

  a. Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Kontrol Tabel 4.4 Nilai pretest dan posttest kelompok kontrol siswa kelas III B SD Negeri Karangtengah tahun ajaran 2014/ 2015

  Kategori Range Pretest Posttest F % f %

  Tuntas 72 – 100 6 30% 16 80% Tidak tuntas – 71 14 70% 4 20%

  Jumlah

  20

  20 Mean 65,05 79,85 St. Deviasi 10,689 12,356 Min

  43

  43 Maks

  80

  93 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan pretest kelas kontrol sebesar 30% dari total keseluruhan 100%. Dengan nilai pretest minimal kelas kontrol adalah 43 dan nilai pretest maksimal kelas kontrol adalah 80 dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai sebesar 65,05. Setelah diberi perlakuan ketuntasan posttest kelas eksperimen sebesar 80%. Dengan nilai postttest minimal kelas kontrol adalah 43 dan nilai maksimal kelas kontrol adalah 93 dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai sebesar 79,85. Dengan demikian dapat dilihat bahwa juga terjadi peningkatan nilai sebelum diberi perlakuan dan nilai sesudah diberi perlakuan, tetapi peningkatan nilai protest tidak bisa mencapai kriteria ketuntasan 100%.

  b. Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Tabel 4.5 Nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen siswa kelas III B SD Negeri Karangtengah tahun ajaran 2014/ 2015

  Kategori Range Pretest Posttest F % F %

  Tuntas

  72 9 45% 20 100%

  • – 100 Tidak tuntas

  11 55%

  • – 71 Jumlah

  20

  20 Mean 67,00 87,90 St. Deviasi 10,726 5,379

  Min

  43

  73 Maks

  80

  93 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ketuntasan pretest kelas eksperimen sebesar 45% dari total keseluruhan 100% dengan nilai pretest minimal kelas eksperimen adalah 43 dan nilai pretest maksimal kelas eksperimen adalah 80 Setelah mendapatkan perlakuan, nilai posttest kelas eksperimen adalah sebesar 100% dengan nilai posttest minimal kelas eksperimen adalah 73 dan nilai posttest maksimal kelas eksperimen adalah 93 dengan jumlah rata-rata keseluruhan nilai posttest adalah 87,90. Dengan demikian dapat dilihat bahwa terjadi penigkatan terhadap nilai sebelum dilakukan perlakuan dengan nilai sesudah dilakukan perlakuan, dan nilai sesudah mendapatkan perlakuan bisa mencapai pada kriteria ketuntasan 100%.

  Setelah melakukan pembelajaran cooperative learning tipe make a match, peneliti melakukan evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar siswa kelas III B kelompok eksperimen SDN Karangtengah dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 73 dengan siswa sebanyak 20 siswa, maka dapat dibuat tabel frekuensi yang terdapat jumlah kelas, interval kelas, dan frekuensi yaitu dengan rumus:

  n

  Jumlah kelas = 1 + 3,3 log

  n

  Jumlah kelas = 1 + 3,3 log

  20

  = 1 + 3,3 log = 1 + 3,2933 = 4,2933 (dibulatkan menjadi 4)

  Range = (nilai maksimal

  • – nilai minimal) + 1 = (93 - 73) + 1 = 21

  range

  Interval =

  jumlah kelas

  21 =

  4

  = 5,2 (dibulatkan menjadi 5) Berdasarkan perhitungan diatas, maka tabel akan disajikan dengan interval kelas 5. Tabel distribusi frekuensi prestasi belajar kelompok eksperimen sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Posttest Kelompok Eksperimen

  No Interval presentase Eksperimen Kriteria skor Frek % 1.

  89 12 60% Tuntas

  • – 93 2.

  84 3 15% Tuntas

  • – 88 3.

  79 4 20% Tuntas

  • – 83 4.

  74 0% Tuntas

  • – 78

  5. Nilai ≤ 73 1 5% Tidak Tuntas Dari tabel frekuensi prestasi kelas kontrol diatas, dapat dilihat bahwa hanya terdapat 1 siswa dengan presentase 5% mendapatkan nilai ≤ 73 dengan kriteria tidak tuntas. Terdapat 4 siswa dengan presentase 20% yang mendapat nilai dikisaran 79 – 83 dengan kriteria tuntas. Terdapat 3 siswa dengan presentase 15% dikisaran nilai 84

  • – 88 dengan kriteria tuntas. Dan terdapat 12 siswa dengan presntase 60 % dikisaran nilai 89
  • – 92 dengan kriteria tuntas. Dengan kenyataan tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar kelas kontrol dapat dikatakan bagus sekali karena lebih dari setengah dari total siswa keseluruhan mendapatkan kriteria baik sekali.

4.3 Perbandingan Nilai Pretest

  • – Posttest

  • – Sesuai hasil pretest dan posttest terlihat sangat jelas perbedaan nilai rata rata kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dan sesudah mendapat perlakuan. Rata-rata nilai pretest kelas kontrol sebelum diberi perlakuan adalah 66,06. Setelah mendapat perlakuan dengan pembelajaran konvensional rata-rata posttest meningkat menjadi 79,85. Penigkatan rata-rata nilai pretest ke posttest dapat dilihat pada gambar 4.1.

  90 100

pretest posttest

pretest posttest

  80

  80

  70

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  90

pretest posttest

pretest posttest

  70

Gambar 4.1 Diagram Batang Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

  60

  50

  40

  30

  20

  10

  Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA pretest-posttest antara kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat melalui diagram batang sebagai berikut .

  

Eksperimen

Gambar 4.2 Diagram batang Pretest dan Posttest Kelas

  Pada kelas eksperimen rata

  • – rata pretest kelas eksperimen sebelum mendapakan perlakuan adalah 67,00. Setelah mendapat perlakuan dengan menggunakan Cooperative Learning tipe Make a match yang diberikan oleh peneliti nilai rata
  • – rata posttest meningkat menjadi 87,90. Peningkatan rata – rata nilai pretes ke posttest kelas eksperimen adalah 20,9. Dapat dilihat pada gambar 4.2.

  100

  90

  80

  70

  60 pretest

  50 posttest

  40

  30

  20

  10 kontrol eskperimen

Gambar 4.3 Diagram Batang Peningkatan Pretest-Posttest kelas

  

eksperimen dan kontrol

4.4 Hasil Uji Prasyarat

  Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran yang digunakan terhadap prestasi belajar. Agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang maka syarat dari uji t-test adalah uji homogenitas dan uji normalitas.

4.4.1 Uji Homogenitas Data

  Uji homogentitas digunakan untuk menguji apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut homogen, artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Data yang digunakan untuk uji homogenitas adalah nilai hasil pre test yang dilakukan di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pengukuran uji homogenitas menggunakan program SPSS 20 for windows yaitu dengan melihat tabel Test of Homogenety of

  

Variances. Syarat suatu sampel dikatakan homogen adalah apabila nilai sig > 0,05,

dan jika sig < 0,05 maka sampel dinyatakan tidak homogen.

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen SD

  

Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

  1,869

  4 11 ,186

  Dari tabel Test of Homogenity of Variances dapat dilihat bahwa tingkat signifikan atau probabilitas terletak pada angka 0,186 itu berarti nilai data pretest lebih besar dari 0,05 yang dapat diartikan bahwa varians yang dimiliki oleh sampel yang bersangkutan seragam atau homogen dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

4.4.2 Uji Normalitas Data

  Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel telah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas sebaran data untuk variabel terikat yaitu posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogrov simirnov dengan menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows. Syarat suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi atau nilai p > 0,05.

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen SD Negeri

  

Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

eksperimen kontrol N

  20

  20 Normal Paramete rs a,b Mean 87,90 79,85

  Std. Deviation 5,379 12,356 Most Extreme Difference s Absolute ,252 ,205

  Positive ,172 ,144 Negative -,252 -,205

Kolmogorov-Smirnov Z 1,126 ,916

Asymp. Sig. (2-tailed) ,158 ,371 Dari tabel hasil uji homogenitas data dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen mempunyai nilai sig sebesar 0,158 lebih besar dari 0,05 itu berarti kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan kelompok kontrol mempunyai nilai sig sebesar 0,371 lebih besar dari 0,05 itu berarti bahwa kelompok kontrol berdistribusi normal. Dengan demikian, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol keduanya berdistribusi normal dan sudah memenuhi syarat untuk dilakukan uji t.

4.5 Hasil Uji Hipotesis

  Setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas, jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka langkah terakhir adalah melakukan pengujian hipotesis yaitu dengan melakukan uji perbedaan pada prestasi hasil belajar. Pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t atau independent sample T-test independent. Melalui uji t dalam penelitian ini diharapkan dapat menemukan perbedaan yang signifikan terhadap prestasi belajar yang diajarkan dengan model pembelajaran make a

match dan prestasi belajar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

  Menurut Ridwan dan Sunarto (2009: 128) uji t ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel hitung tabel dan pada tingkat α = 0,05. Jika t ≥ t

  1 o Sig ≤ 0,o5 maka H diterima dan H ditolak.

Tabel 4.9 Uji Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

  

Independent Samples Test

Levene's Test t-test for Equality of Means for Equality of

  Variances F Sig. t Df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence tailed) Difference Difference Interval of the Difference

  Lower Upper Equal variances 1,641 ,208 2,396 38 ,022 5,200 2,170 ,807 9,593 assumed

  Nilai Equal variances 2,396 26,653 ,024 5,200 2,170 ,745 9,655 not assumed

  Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil F hitung

  levene’s test yang sama atau dengan kata lain kedua kelas tersebut homogen. Dari tabel terlihat bahwa nilai t adalah 2,396 dengan probabilitas signifikasi 0,022 < 0,05 berarti H o ditolak dan H

  1 diterima dengan demikian berarti ada perbedaan yang signifikan

  antara nilai posttest kelas eksperimen dan nilai pretest kelas kontrol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan Cooperative Learning tipe Make a

  

Math dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa

kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SD N Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dengan sampel kelas III A yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Pada saat peneliti melakukan observasi di kelas saat pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa siswa tidak begitu semangat dan antusias saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang berbicara dengan temannya saat pelajaran berlangsung, selain itu tidak sedikit juga siswa yang terlihat melamun dan tidak konsentrasi saat guru sedang menjelaskan suatu materi. Hal tersebut terjadi karena guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional yang hanya cenderung melakukan ceramah saat pelajaran berlangsung sehingga siswa menjadi bosan dan tidak antusias untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kurang sesuai dengan karakter siswa dan materi yang akan diajarkan. Akan tetapi pada saat peneliti melakukan perlakuan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa terlihat lebih antusias saat mengikuti pelajaran. Hal itu dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dirancang sebagai pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, di dalam pembelajaran tersebut selain siswa dapat lebih mendalami suatu materi, siswa juga akan belajar dengan suasana yang baru yang pastinya akan membuat siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan perny ataan Lorna Curran (Lie, 2007: 55), “salah satu keunggulan teknik make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”.

  Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a match, diperoleh bebrapa temuan bahwa dengan menerapkan make a match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada ditangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan tampak sebagian besar siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, keaktifan siswa tampak sekali pada saat mencari pasangan dari kartunya. Selanjutnya penerapan

  

make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa

  serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu berpusat pada siswa, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi menciptakan kondisi yang menyenangkan, mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar.

  Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai variabel bebas dan prestasi belajar sebagai variabel terikat. Maka sesuai dengan pengujian hipotesis didapat pembahasan yaitu ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran koooperatif tipe make a match terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas III SD N Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Hal ini terbukti dari hasil pengujian hipotesis peneitian di dapat nilai t adalah 2,396 dengan probabilitas signifikasi 0,022 yang berarti H o ditolak dan H

  1 diterima, itu berarti

  terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match. Selain itu dapat dilihat dari rata-rata nilai posttest antara kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, kelas eksperimen mempunyai rata-rata 87,90 dan kelas kontrol mempunyai rata-rata 79,85 itu berarti 87,90 > 79,85 dan mempunyai selisih 8.05 yang menandakan bahwa hasil ketuntasan belajar posttest kelompok eksperimen lebih besar dari hasil ketuntasan belajar kelompok kontrol, dan dapat juga dilihat dari peningkatan nilai pretest dan posttest yang cukup signifikan yang terjadi di kelas eksperimen yaitu pada saat pretest terdapat 11 siswa yang memperoleh nilai dikisaran 0-71 dengan tingkat prosentase 55% dan terdapat 9 siswa yang memperoleh nilai dikisaran 72-100 dengan tingkat prosentase 45% itu berarti hanya ada 9 siswa yang mencapai pada batas KKM yaitu 72. Sedangkan pada posttest pencapaian KKM mencapai 100% yaitu dibuktikan dengan terdapat 20 siswa yang memperoleh nilai dikisaran 72-100 dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditentukan.

  Hal yang sama juga dikemukakan oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Milya Angreranti pada tahun 2012 tentang “Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPA Berdasarkan Gender Sisiwa Kelas V SDN 01 Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode kooperatif tipe make a match dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dibuktikan dengan rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding dengan rata-rata nilai kelompok kontrol, yaitu nilai rata-rat kelompok kontrol adalah 59,00 dan nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 83,00.

  Berdasarkan uraian hasil pembahasan diatas dapat diambil keputusan bahwa hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakn model pembelajaran kooperatif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang dapat menjadikan siswa lebih aktif, senang, dan antusias untuk mengikuti pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah dalam menerima suaru materi atau konsep yang diajarkan karena dengan menggunakan model tersebut tercipta suasana kelas dan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut sejalan dengan kelebihan model pembelajaran koopertaif tipe make a match yaitu dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pemahaman siswa dalam materi yang diajarkan karena metodenya menyenangkan sehingga efektif untuk melatih kedisiplinan siswa dalam menghargai waktu dan untuk melatih keberanian siswa untuk berbicara didepan umum. Dengan demikian pihak sekolah maupun guru dapat mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe make a

  

match sebagai cara untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dala mata pelajaran IPA. Sesuai dengan uraian pembahasan hasil penelitian diatas dapat dibuat implikasi secara teoritis dan implikasi praktis yaitu sebagai berikut:

a. Implikasi Teoritis

  Berdasarkan kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tersebut, siswa menjadi lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Model pembelajaran tersebut sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena model tersebut dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran baik aktif secara fisik maupun mental, selain itu pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat memberikan kondisi belajar yang tepat dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan kreatif secara optimal, karena pelajaran IPA merupakan pelajaran yang tidak hanya mengandalkan peengetahuan saja, tetapi juga harus bisa menimbulkan sikap kritis siswa terhadap suatu fenomena yang terjadi maka pembelajaran IPA dengan menggunakan model tersebut dirasa cukup tepat untuk diimplikasikan dalam pembelajran khususnya mata pelajaran IPA.

  Make a match adalah pembelajaran dengan cara mencari pasangan.

  Mencari pasangan disini dimaksudkan dengan cara mengidentifikasikan permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukan dan menceritakan secara sederhana dan jelas secara berpasangan. Pada penerapan metode make a

  

match diperoleh beberapa temuan bahwa dengan menerapkan metode tersebut,

  dapat ,membuat siswa yang tadinya pasif menjadi aktif dalam pembelajaran, siswa yang tadinya malas untuk mengikuti pelajaran menjadi antusias saat mengikuti pelajaran. Itu semua dikarenakan model pembelajaran tersebut sangat menarik dan lebih terlihat santai saat pelaksanaan, karena suasana yang tercipta berbeda dengan menggunakan meodel yang digunakan sehari-hari. Model pembelajaran

  

cooperative learning tipe make a match lebih seperti bermain sambil belajar, guru

  tidak lagi sebagai pusat dalam pembelajaran, dan siswa juga bisa langsung terlibat aktif dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran siswa akan dituntut untuk dapat mencari pasangannya, saat siswa mencari pasangannya siswa juga akan belajar dan lebih memahami mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

b. Implikasi Praktis

  Hasil penelitian pembelajaran menggunakan model make a match secara praktis dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk digunakan oleh guru dalam pembelajaran agar siswa menjadi lebih aktif antusias dalam pembelajaran, karena model pembelajaran tersebut tidak terlalu monoton dan dapat memberikan kesan yang santai kepada siswa karena dalam pembelajaran tersebut dirancang sebagai bermain sambil belajar.

Dokumen yang terkait

R E S P O N TA N A M A N C A B E M E R A H T E R H A D A P P U P U K N K M A J E M U K YA N G D I A P L I K A S I K A N S E C A R A L A N G S U N G M E L A L U I TA N A M A N

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Pupuk Majemuk Npks Terhadap Peningkatan Produktivitas Tanaman Jagung di Daerah Bogor

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas WPAP (Wedha’s Pop Art Portrait) Chapter Semarang dalam Usaha Mempertahankan Eksistensi

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Tipe Jingsaw pada Siswa Sekolah Dasar

0 0 12

3.2. Variabel Penilaian dan Definisi Operasional - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Tipe Jingsaw pada Siswa Sekolah Dasar

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Tipe Jingsaw pada Siswa Sekolah Dasar

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Minat Belajar IPS Melalui Pendekatan Project Based Learning Siswa Kelas 4 SDN Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 76

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tah

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tah

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match terhadap Prestasi Belajar IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tah

0 0 17