MEDIA KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEBUDAYAAN: Analisis Pandangan Herbert Marshall McLuhan

I. Manusia dan Teknologi dalam Perspektif Herbert Marshall McLuhan

Untuk menjawabnya, pertama-tama akan dijelaskan sedikit mengenai siapa McLu- han dan pandangannya mengenai teknologi serta garis besar dampak perkembangan teknologi bagi manusia dan kebudayaannya.

I.1 Tentang McLuhan

Herbert Marshall McLuhan (1911- mendapatkan gelar kehormatan, baik dari

dunia akademis maupun non akademis. Ju- lukan yang diterimanya dari beberapa rekan sejawat adalah salah seorang ‘guru penciu- tan’ (the master of implosion) yang layak disejajarkan dengan Jean Baudrillard (1929-) (Genosko, 1999). Pemikiran McLuhan sangat

berapa karyanya yang terkenal antara lain: The Gutenberg Galaxy: The Making of Typo-

graphic Man (1962), Understanding Media: The Extensions of Man (1964), Medium is the Massage: An Inventory of Effects (1967), War and Peace in the Global Village (1968), Culture is Our Business (1970), City as Class- room: Understanding Language and Media (1977), Laws of Media (1988) , dan banyak lagi lainnya.

I.2 Teknologi Sebagai Perluasan Diri

Manusia

McLuhan telah melakukan pengama- tan terhadap fenomena teknologi. Ia melihat teknologi sebagai alat yang lahir ketika ma- nusia merasa tidak berdaya menghadapi alam. Begitu sakitnya mengalami ketidakberdayaan itu, sampai manusia pingsan. Dalam keadaan tidak sadar itu terjadilah proses autoamputasi. Autoamputasi adalah sebuah proses mekanis yang biasa terjadi pada saat orang mengalami kesakitan luar biasa, dan ketika rasa sakit tak tertanggungkan lagi, secara otomatis sistem pertahanan tubuh mengambil alih kesadaran. Pada saat manusia siuman, ia mendapati ang- gota tubuh yang sakit telah diamputasi menja- di sesuatu yang berada di luar dirinya. Sesuatu yang di luar tubuhnya adalah teknologi seba- gai perluasan diri dan telah menggantikan fungsi anggota tubuh yang mengalami auto- amputasi. Contohnya, ketika manusia tidak berdaya menghadapi jarak, maka rasa sakit karena ketidakberdayaan membuatnya ping- san. Ketika siuman, ia mendapati roda telah menggantikan fungsi kaki dan mengatasi ket- akberdayaan kaki mengatasi jarak. Demikian juga dengan lahirnya teknologi komunikasi lewat autoamputasi sistem penginderaan. Bahkan, belakangan, hadir komputer hasil au- toamputasi otak manusia. Hadirnya Teknologi Informasi (TI), bagi McLuhan (1964), adalah hasil autoamputasi seluruh jaringan sistem syaraf pusat manusia.

I.3 Perluasan Sistem Penginderaan Dalam Berkomunikasi

Berdasarkan penelitiannya, McLuhan (1962, 1964) menganggap media komunikasi sebagai perluasan dari, dan sekaligus meng-

gantikan, fungsi penginderaan manusia dalam proses komunikasi. Hal tersebut mirip dengan perkembangan teknologi transportasi, yang berawal dari penemuan roda, sebagai perlu- asan dari dan untuk menggantikan fungsi kaki dalam mengatasi jarak. Jadi, sebagaimana indera pendengaran dalam berkomunikasi diperluas menjadi dan diganti oleh sistem bunyi-bunyian bermakna, misalnya tetabu- han, demikianlah fungsi indera penglihatan diperluas dan digantikan oleh teknologi ke- beraksaraan dalam berbagai bentuk tulisan. Sedangkan kehadiran TI, yang diawali den- gan penemuan elektronik, merupakan perlua- san dari indera pendengaran, penglihatan, dan perabaan sekaligus. Artinya, media komuni- kasi elektronis merupakan perluasan sekali- gus pengganti fungsi seluruh sistem pengin- deraan manusia yang paling berperan untuk berkomunikasi.

1.4 Manusia dan Cara Menghadapi Perlu- asan Tubuh.

Manusia hidup bersama dengan yang lain, yaitu sesama, alam, dan benda-benda buatannya. Dalam jaringan relasi komuni- kasinya satu sama lain, manusia mengatur cara hidup yang selaras dalam sebuah bentuk kehidupan khas manusia yang disebut kebu- dayaan. Jadi kebudayaan dipahami sebagai cara manusia berada dalam jaringan relasi yang sangat kompleks dan cara mengatur ke- hidupannya bersama sesama, alam dan benda- benda buatannya. Cara berada dan cara meng- atur kehidupan bersama selalu disesuaikan setiap kali manusia mengamputasi diri, atau setiap kali teknologi hadir dalam kehidupan- nya.

Manusia dituntut untuk beradaptasi setiapkali ia siuman dan mendapati diri bera-

da bersama teknologi baru hasil perluasan di- rinya. Adaptasi yang perlu dilakukan meliputi berbagai penyesuaian di ruang psikososial, yaitu di dimensi kesadaran interior dan kesa- daran eksterior. Di ruang interior kesadaran, khususnya di tubuh biologis, manusia harus menyelaraskan fungsi sistem penginderaan dengan media komunikasi baru. Ketika ma-

nusia mengenal teknologi cetak, media komu- nikasi cetak menuntut manusia mengaktifkan sistem penginderaan penglihatan. Demikian juga ketika lahir teknologi elektronis, manu- sia harus meninggalkan kebiasaan mengak- tifan indera penglihatan yang selama ini di- gunakan menghadapi media cetak. Manusia harus menyesuaikan dengan tuntutan media elektronis yang membutuhkan pengaktivasian sistem penginderaan pendengaran, pengli- hatan dan perabaan sekaligus. Perubahan harus dihadapi di ruang eksterior kesadaran, yang bukan saja akibat cara-cara baru dalam berkomunikasi, tetapi juga karena kehadiran artifak teknologis secara material di tengah kehidupan manusia. Benda-benda teknologis, atau artifak teknologis umumnya dijadikan komoditas, dan kehadiran TI membuat ru- ang eksterior kesadaran dipenuhi komoditas secara berlimpah. Manusia yang berada ber- sama sesama, benda-benda alam, dan barang- barang material hasil perluasan dirinya adalah manusia yang hidup dalam kebudayaannya. Hadirnya teknologi baru membuat kebu- dayaan manusia berubah, dan manusia harus menyesuaikan diri dengan perubahan kebu- dayaan.

Teknologi komunikasi membentuk budaya yang memiliki karakter tertentu dan diberi nama oleh beberapa peneliti sesuai dengan jenis teknologi yang digunakannya. McLuhan dan muridnya bernama Walter J.Ong, serta para peneliti segolongannya me- nyebut budaya tuturan sebagai karakter khas kebudayaan manusia yang belum mengenal teknologi penulisan aksara. Kebudayaan ma- nusia yang sudah mengenal teknologi ak- sara disebut sebagai budaya keberaksaraan. Budaya cetak adalah nama bagi kebudayaan setelah ditemukannya teknologi cetak, dan nama budaya elektronis diperuntukkan bagi kebudayaan setelah teknologi elektronis hadir di tengah kehidupan manusia. Dengan de- mikian cara manusia menyimpan, memeliha- ra dan menurunalihkan seluruh perbendaha- raan kebudayaan kolektif manusia pun dapat dikelompokkan dan diberi nama sebagai en- siklopedi tribalis, yaitu pada budaya tuturan,

n (1964), Medium is tory of Effects (1967),

Global Village (1968) ) ) ) ) , , , ,

(1970), City as Cl l l Cl a a a ass- Language and d d Me Me Med Me Me ia

a (1988) , dan a ban n ny yak

Perluasan Diri

melak ku ku ku k k kan penga nga nga ma ma ma -

tekno o o o logi. Ia m m melihat t t t yang la hir ketik k ka ma- - aya m m m menghadap i alam .

ami k e eti e e dakberdayaan

ngsan. D Dal D D am keadaa aan

h proses au a a a toamputa as i. ebuah pro ose o o s mekanis i nis nis saat orang m m m m m eng alami

n ketika rasa s s s s s aki a t tak

ecara otomatis si si si si ste s s s m gambil alih kesadaran. an. an. n. man, ia mendapati ang-

lah diamputasi menja- di luar dirinya. Sesuatu adalah teknologi seba-

n tela la a la hm h h h enggantik ik k ik an an a an yang gm g g e e eng e alami a a a auto- -

ket ti ika m manusia t t tidak k k arak k k ,m ma aka rasa sak it t t an m mem m mbuatnya p p ping- -

m e e endap pa p ti roda t t t t elah h h h aki d d da d nm m m m m eng e ata a s si si si si ket t t t t - - gatasi i i i jar ja ja ja a ak. De D mik k k k ia ia ian teknologi i k k ko k k munikasi sistem penginderaan.

adir k k k k omp m m m m ute te te te e rh rh h h h asi a a a la l l l u u- - -

H a. Ha H dir i ir r r nya nya a a Te Te Te Te Te kno k kno kno l l l log l i i

cLuha h h ha ha n( n 196 96 96 96 96 4), ) ) ) ) ad d d alah uruh jaring g g an sistem

Penginderaan Dalam

neli i i tia tia tia tia ann nny nn nn nn a, McL cL cL cL uha ha ha a ha n n n n

gap

d d media komunikas d i i i dan sekaligus meng-

proses komunikasi. Ha perkembangan teknol ber ber ber ber awal dari penemu

asan d d d d ari a a a dan untuk me dalam me m me men mengatasi jar

indera pend d nde nd nd ngaran

diperluas me e nj nj nja nj nj di da

bunyi-bunyian b b b b erma

han, demikianlah hf h h ung diperluas dan diga ga ga g ntik

beraksaraan dalam m m be Sedangkan kehadir ra r n gan penemuan elek k k ktro

san dari indera pend de nd nd n

perabaan sekaligu u u u u s. A kasi elektronis m m me m rup

gus pengganti f f f f u u ung u si

deraan manusia ia ia ia yang berkomunikas as as as i.

1.4 Ma a a a a n n nus n n ia dan Car asa a a a a n n nT n ubuh.

Manusia hidup lain, yaitu sesama, a buatannya. Dalam ja kasinya satu sama la

car car ar car ah a a idup yang ng ng ng se s s lara

k kehidu du du du pan kha a as a m m manu

dayaan n .J . . . adi kebu u uday

cara m a an n nu nu sia be r r rada yan gs gs s ang a a an at at at at a k ko om o p p pleks

hid u upann ny n ny ny ab b b b b e e ers e er am m ma s

ben d da bua ta tan ta ta nya. C C C ara

atur r kehidup up up p p an a b b ber b sa

set t t i i iap kali manusia m setiap kali teknologi h nya nya nya ya nya .

Man Man Ma Man Man usi si si si s ad ad ad ad ad itun

set t t t i i i iap i kal k k k k i ia i i i siu iu i u m man m d

da bersama teknologi

rin in i n n ya a a. a. a. Ad d d apt a a a asi si si si si y y ya y y ng p ber er er er er bag bag bag bag bag ai pen pen pen n pen yes y y yes yes u u u uai u an yaitu di dimensi kesad

dar d d d d an eks eks eks eks s ter t t t ior r r r r .D .D . .D .D i ru khu kh kh kh kh sus us us s nya ya nya nya y di tu tu tu tu tu buh bu bu bu bu b

menyelara k ska f nf f ungs

dengan media komun

28 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010 29

ensiklopedi skribalis untuk budaya keberak- saraan pra cetak, dan ensiklopedi cetak serta elektronis pada budaya cetak dan elektronis (Ong, 1982) .

McLuhan mengumpulkan beberapa hasil analisis mengenai konsekuensi yang dih- adapi manusia akibat perluasan diri di bidang komunikasi antara lain: keterbelahan kepriba- dian (schizophrenia), adanya rasio lain (alter ratio) di antara penginderaan, dan beberapa perubahan pada proses-proses mental (McLu- han 1962:27-53). Keterbelahan kepribadian manusia berteknologi cetak tampak pada ma- nusia di masa awal penemuan teknologi cetak yang harus menyesuaikan diri dengan proses pemaknaan realitas yang pusatnya adalah di- rinya sendiri. Sebelumnya, manusia hidup se- cara kesukuan, atau hidup dalam kolektivitas tribalis, dengan cara pandang mengenai ruang yang terbatas dan waktu yang melingkar, me- musat dan berulang (cyclis). Manusia budaya tuturan meletakkan penyebab formal segala sesuatu yang menyusun peritiwa hidup mere- ka kepada ‘keapan’- apa penyebab peristiwa yang dialami oleh kami, manusia tribalis? Setelah adanya teknologi cetak, hidup kes- ukuan tidak lagi cocok, karena teknologi ce- tak membuat manusia harus hidup secara in- dividualis, terkotak-kotak, dan memiliki cara pandang mengenai ruang dan waktu yang me- rentang lurus (linear). Manusia budaya keber- aksaraan, terutama cetak, akan mencari siapa penyebab segala peristiwa yang dialaminya sebagai aku individu. Keterbelahan tersebut menuntut manusia untuk selalu menjaga kes- elarasan antara pikiran dan tindakannya.

Manusia yang menggunakan indera pendengaran secara lebih aktif akan menentu- kan atau ‘mengukur’ realitas yang dihadapin- ya dengan rasio yang dikembangkan berdasar- kan sistem informasi yang bertumpu kepada indera pendengaran tersebut. Manusia budaya tuturan mengembangkan rasio tersendiri un- tuk mengukur realitas berdasarkan indera pendengaran. Peralihan ke budaya keberak- saraan, utamanya cetak, menuntut peralihan indera dari pendengaran ke penglihatan, dan rasio untuk ‘mengukur’ realitas pun beru-

bah. Beberapa perubahan pada proses mental akan terjadi ketika sistem penginderaan harus disesuaikan terhadap perubahan di ruang ek-

penginderaan akan ‘melumpuh’kan indera- indera lainnya. Indera pendengaran yang di- aktifkan dengan sangat kuat akan ‘membius’ indera-indera lain, meskipun seluruh sistem penginderaan tetap bekerjasama secara se- laras. Suksesi indera pendengaran oleh indera penglihatan membuat indera-indera lain yang ‘tertidur’ akan ‘siuman dari tidur panjangnya,’ dan harus segera menyesuaikan diri dengan ‘pemimpin’ baru sistem penginderaan. Selama masa penyesuaian sistem penginderaan, ma- nusia mengalami situasi semacam kehilangan identitas. Pertemuan manusia yang siuman dari keadaan pingsan dengan hasil perluasan dirinya pun memiliki dampak psikologis. Ma- nusia dapat terpesona terhadap teknologi hasil perluasan dirinya, dan jatuh cinta kepada hasil perluasan diri tersebut. Akibatnya, manusia dapat terlena dari tugas utamanya yaitu me- nyesuaikan diri terhadap perubahan teknolo- gi, dan malah asyik bermain-main dengan teknologi baru, seperti contohnya dengan ber- bagai gajet dari TI.

Peralihan teknologi dapat memuncul- kan revolusi kebudayaan. McLuhan memba- has revolusi tersebut secara panjang lebar, de- mikian juga beberapa peneliti lainnya. Salah satu hasil penelitian dari Irving Fang (1997) dapat digunakan untuk membantu memper- lihatkan beberapa revolusi yang pernah ter- jadi dalam sejarah seperti yang dapat dilihat pada

Tabel 1. TABEL 1 ENAM TAHAP REVOLUSI IN- FORMASI Sumber: Fang (1997)

II. Karakter Teknologi Elektronis Dan Dampaknya Pada Kebudayaan.

Semakin lama semakin banyak teknologi yang menggantikan fungsi anggota tubuh manusia, yang berarti semakin banyak pula anggota tu- buh yang diamputasi. Hadirnya TI akan mem-

buat proses amputasi tersebut lengkap, dan se- luruh tubuh manusia habis diserahkan kepada TI. McLuhan menganggap mesin pintar ele- ktronis, atau komputer yang berkonvergensi dengan sistem digital akan mampu memer- banyak dirinya sendiri tanpa campur tangan manusia (McLuhan, 1964, Levinson, 1999). Artifak teknologis umumnya berupa komodi-

buat teknologi menuntut untuk direproduksi semata-mata demi keberadaan teknologi itu sendiri. Bahkan manusia seakan dijadikan mesin yang dupah oleh teknologi sebagai has- il reproduksinya dalam bentuk kekayaan ma- teri. Rasio manusia dijadikan kacung teknolo- gi, dan manusia dijadikan mesin mekanis dari perluasan dirinya. Jika seluruh sistem syaraf pusat diserahkan kepada teknologi, maka be- rarti manusia mengalami simulasi kesadaran secara teknologi dan lewat teknologi. Atas keprihatinan tersebut, McLuhan menggugah kesadaran manusia agar mampu mengenali karakter-karakter teknologi, dan ia berharap agar sesudah sadar, manusia dapat beradap- tasi. Mengenai karakter teknologi dapat dipa- parkan sebagai berikut.

II.1 Karakter Teknologi sebagai Media ‘Panas’ dan Media ‘Dingin’

Media adalah salah satu teknologi komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pesan. Secara teknis, media dapat dipahami sebagai perluasan diri manu- sia. Lewat analisis isi, media adalah pesan. McLuhan mengamati ada dua jenis karakter media pembawa pesan, yaitu media berkarak- ter ‘dingin’ (‘cool”), yang pesannya minim

nusia harus belajar memahami dan beradap- tasi dengan karakter media dari aspek teknis- nya, dengan demikian dia dapat membedakan jenis pesan yang dibawanya.

Kemampuan mengenali karakter me- dia akan membuat manusia dapat beradaptasi dengan teknologi, dan karenanya mereka yang paham akan karakter teknologi dapat ‘men- unggangi’ dan ‘mengendalikan’ media ko-

munikasi. Kemampuan tersebut sangat dibu- tuhkan manusia pada setiap peralihan bentuk teknologi komunikasi, seperti yang sedang terjadi di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-

21. McLuhan mengamati adanya arus pusar teknologis di setiap peralihan bentuk teknolo- gi, karena karakter baru yang dibawa oleh teknologi baru tidak selalu dapat diadaptasi oleh kebanyakan orang. Arus pusar teknolo- gis dapat menenggelamkan orang yang tidak mahir ‘menunggangi arus.’ Arus pusar teknol- ogis di awal abad ke-21 ditengarai McLuhan sebagai arus pusar paling hebat yang akan ter- jadi karena kehadiran TI. Hadirnya teknologi elektronis di bidang komunikasi saja sudah membuat arus pusar yang luar biasa, dan ban- yak orang masih belum mampu beradaptasi, apalagi arus pusar yang diakibatkan TI.

Ketidakmampuan beradaptasi dengan karakter media berarti tidak mampu mema- hami pesannya. Ketidakmampuan tersebut dapat terjadi karena manusia belum sadar, atau juga karena sudah sadar tetapi menjadi terpesona dan terlena oleh berbagai gajet yang tersedia. Padahal Seharusnya manusia sadar bahwa dia bukan sekedar perluasannya, atau bukan mesin seks teknologi yang mencintai hasil produksinya, lalu mereproduksi bersama dengan teknologi yang membalas cinta ma- nusia dengan kekayaan materi. Masalah ke- sadaran, atau keterbukaan terhadap fenomena perubahan karakter teknologi, terutama media komunikasi, seharusnya sudah dapat diamati oleh ilmuwan di dunia akademis. Akan tetapi, dunia akademik sangat lambat mendeteksi pe- rubahan yang terjadi karena, menurut McLu-

menentukan alat bantu penelitiannya. Sedan- gkan para pengusaha jauh lebih cepat ‘menci- um’ gejala perubahan dan segera beradaptasi, lalu ‘menunggangi’ arus pusar teknologis. Masyarakat kebanyakan yang belum sadar

kapitalis

Selain itu, manusia kontempo- rer menghadapi percepatan perkembangan teknologi dan begitu cepatnya sehingga me- ledak secara implosif dan membuat dunia

m penginderaan harus erubahan di ruang ek-

melumpuh’kan inde de de de ra-

pendengaran y y y y ang ang ang ang ang di-

kuat akan ‘memb b ius’

skipun selu lu lu lu u r ruh sis st t te t m

kerjasam ma m m secara se- ndengaran ol

eh indera

ndera-inder ra lain yang

dari tid du du d d r panjang ng ng nya nya nya ,’ , ,

yesuai ik ik ikan diri d d dengan n n n

peng i i ind i eraan. Se S Selama a a a

em pen n n nginderaan, ma-

i sema aca a a m kehilangan

manusia a ay a ang sium man engan ha ha ha ha sil perluas san ampak psik ik iko ik logis. Ma M Ma Ma -

rhadap tekno no no no o logi hasil

atuh cinta kepa pa a a a da d hasil Akibatnya, ma a a nus n n n ia

s utamanya yaitu me me me e - -

ap perubahan teknolo-

bermain-main dengan contohnya dengan ber-

logi d d d d apa ap a ap t memuncu ncu cu cu l l l - an. M Mc M M L Luh L L an mem m m mba- -

cara a a pan nj njang lebar r r, de- -

pene e eliti l lainnya. S S Salah h h ri I Ir rving g g Fang (1 997) ) ) km m memb b antu mem m mp m er - -

lusi i yan n n n g gp g g g ernah ah ah h h ter r r r r - -

erti yan yan an an n gd g g apat dili i li li h h ha hat h

ban n yak yak ya ya yak te t t kno n no o o log g g an i yang ng ng ng nggota ota ota ota a tu t tu tu t buh h h h h ma ma a a nus s s s ia, ia, ia, ia, ia,

anyak k pula anggota tu-

adirnya TI akan mem-

luruh tubuh manusia h TI. McLuhan mengan ktr ktr ktr ktr oni o o s, atau kompute dengan an an n sistem digital

banyak di di di di d rin r r r ya sendir manusia (Mc Mc McL Mc M uhan, 1 Artifak teknolo lo lo lo l gis um

GL GL L ¿NDVL buat teknologi m men m m un semata-mata dem m m ik i i i e sendiri. Bahkan m ma m n mesin yang dupah o o o leh

il reproduksinya da a alam

teri. Rasio manusia ad a a ij

gi, dan manusia di i i i j j jad j j i

perluasan dirinya. a. a. a. Ji k

pusat diserahkan n nk n epa rarti manusia m m m m engala secara tekno o o o l lo log l i dan keprihatinan nan nan na tersebut,

kesada a ra ra ran ra ra manusia a kar ar ar r ar ak ak akt ak er-karakter tekn agar sesudah sadar, m tasi. Mengenai karakte parkan sebagai berikut

II. II. II. I. 1K 1 1 1 arakter T rT rT rT ekn ‘Pa na a as a ’ dan M Med Med M i i ia i ‘D

sia . L ewa t ta t t nalisi i i s is

McL L uhan m m m meng en e e e am m ma m ti

media pembawa pesan ter ‘dingin’ (‘cool”),

GH¿ GH¿ GH¿ H¿ GH¿ QLV QL QL QL Q GD G G G \D D \D D D QJ VHE E E D DJD HPE HPE HPE HPE HPE DZD DZD DZD DZD DZD

nus i ia i har h h h h us bel el l l l aja aja j j a r m

tasi dengan karakter m

nya ny y y y ,d d d d d eng g g ga a an dem dem dem em dem ikian

jen en en en n is is is is is p p pes p an an a an an yan a a a an gd gd gd d g dibaw Kemampuan m dia d d d d ak k k k an an a an m m mem m m bua bua bu bua bua t ma den de de de de gan an an n te te te te te k kno k k k log og og log log i, i, i, i, i, dan pah h h am aka k k k nk k k k ara k k kte k r

unggangi’ dan ‘meng

30 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010 31

menciut. Manusia kembali ke jaman tribal dan mengalami retribalisasi. Artinya, manusia bu- kannya mengalami kemajuan perkembangan bersama teknologi, malah mengalami kemun- duran.

III. Beberapa Tegangan Perbedaan Pandangan

Terdapat banyak tegangan perbedaan antara pandangan McLuhan dan para pemikir lain- nya. Beberapa yang penting adalah yang men- yangkut pertanyaan bagaimana aksara atau tulisan dapat dikatakan sebagai teknologi, se- hingga McLuhan berani mengatakan teknolo- gi adalah media dan media adalah pesan? Bagaimana percepatan teknologi dapat mem- buat dunia semakin panas dan akhirnya mele- tus, gembos dan menciut? Selain itu, peneli- tian McLuhan yang kurang memberi tempat kepada dimensi interior kesadaran manusia, sehingga sulit untuk melihat peran teknolo- gi, terutama teknologi komunikasi, dalam perkembangan kesadaran manusia mengenai realitas. Kesenjangan perbedaan yang ada perlu diatasi oleh pandangan Ong, Genosko, Enos dan Ackermann seperti berikut.

Jonathan Miller (1971) menggugat McLuhan karena tidak berhasil menjelaskan hubungan teknologi dan tulisan. Miller sulit untuk menemukan jawaban dari McLuhan atas pertanyaan, mengapa teknologi aksara yang mengubah dunia dan bukan teknologi yang lain? Mengapa tubuh manusia, teruta- ma sistem penginderaannya harus diatur-atur dan disetel sesuai selera teknologi komuni- kasi? Bukankah yang seharusnya mengatur indera mana yang harus difungsikan untuk memersepsi adalah sistem kognisi manu- sia dan bukan oleh sesuatu di luar dirinya? Miller berpendapat bahwa manusia dan selu- ruh kediriannya yang menentukan perubahan semacam apa yang dikehendakinya, dan bu- kan ditentukan oleh teknologi atau media ko- munikasi yang berada di luar dirinya.

Pemikiran Ong dapat digunakan un- tuk mengatasi kesenjangan tersebut. Menu- rut Ong, menulis, khususnya menulis aksara foenetis, adalah teknologi, karena untuk

menulis, orang memerlukan banyak peralatan seperti stilus, pinsil, kuas, tinta, cat, lembaran kulit kayu, kulit binatang, daun lontar, kertas, dan berbagai bentuk permukaan untuk ditulisi lainnya yang perlu dipersiapkan sebelumnya (Ong, 1982: 81-82). Selain itu, teknologi bu- kan semata-mata alat atau sarana yang berada secara eksterior dari tubuh, melainkan meru- pakan hasil transformasi kesadaran interior. Bagi Ong, tak ada teknologi yang melampaui teknologisasi kata. Tranformasi semacam itu membawa kepada peningkatan (uplifting) kesadaran. Menulis meningkatkan kesadaran (Ong, 1982:82). Diakui oleh Ong bahwa hasil dari teknologi berada dalam semacam alienasi dari manusia. Contohnya teknologisasi atas kata tuturan menghasilkan aksara, dan aksara berisi kata yang telah diteknologisasi berada di luar tubuh manusia. Akan tetapi, alienasi tersebut membawa kebaikan bagi manusia, dan dalam beberapa hal tertentu, menjadi san- gat penting bagi perkembangan kesadaran. Agar dapat hidup dan memahami secara lebih penuh, manusia tidak hanya membutuhkan proksimitas, tetapi juga jarak. Hasil penjara- kan oleh teknologi aksara terhadap pening- katan kesadaran tak terpadankan teknologi- teknologi lain apa pun juga (Ong, 1982:82). Dengan demikian, teknologi dan hasilnya tak pernah terlepas dari kesadaran manusia, dan tak pernah sepenuhnya berada di luar kesadarannya. Teknologi berada di ruang ke- sadaran eksterior manusia. Artinya, berbeda dari pendapat McLuhan, manusia secara sa- dar menghadapi teknologi dan berada bersa- ma teknologi untuk memahami realitas, yaitu dirinya sendiri, alam dan artifak teknologis. Menjawab pertanyaan Miller, jelas bahwa teknologi dalam perspektif Ong adalah men- strukturasi kebudayaan dan dimensi interiori- tas manusia sekaligus.

Genosko (1999) melakukan perband- ingan pemikiran McLuhan dan Baudrillard. Hasilnya menunjukan perbedaan yang san-

masing epistemologi yang digunakan dalam aforisme “media adalah pesan.” Seperti dike- tahui, Baudrillard mengatakan bahwa du-

nia mengalami implosi secara struktural. Genosko menemukan bahwa aforisme ‘media adalah pesan’ tersebut dipecah dan diterapkan (break down) ke dalam teorinya mengenai implosi struktural. Artinya bagi Baudrillard, isi pesan media adalah semacam ‘pepesan

berbagai obyek teknologi yang merupakan simulasi yang membentuk hubungan manu- sia. contohnya, televisi adalah simulasi ko- munikasi dunia digital dan berhadapan den- gan televisi, manusia tidak memiliki waktu

kepadanya. Pemirsa tak dimampukan untuk memilih, karena pilihannya ditentukan oleh produsen acara TV. Dengan demikian terjadi totalianiarisme dalam komunikasi dunia digi- tal seperti yang tampak dalam fenomena TV. Manusia mengonsumsi secara total pesan me- dia. Aforisme yang telah dipecah dan diterap- kan ke dalam teori tersebut, oleh Baudrillard dijadikan pendobrakan masuk (break-in) ke pemahaman fenomena yang terjadi di dalam dunia secara keseluruhan yang diwarnai bu- daya digital.

Berbeda dari Baudrillard, Genosko menyimpulkan, McLuhan melihat sifat epis- temic teknologi media. Aforisme ‘media adalah pesan’ merupakan terobosan (break through) untuk memahami dunia elektronik. Aforisme tersebut memberikan pencerahan baik kepada pelaku bisnis maupun ilmuwan. Pelaku bisnis yang tercerahkan dengan slogan tersebut langsung terlibat dengan praxis nyata, yaitu merekayasa berbagai ragam dunia yang menghibur dan menciptakan para pencinta gajet (the gadget lovers). Situasi seperti ini, menurut penulis, adalah situasi kuasi-global yang ramalkan oleh McLuhan.

Menurut penulis, aforisme McLu- han dapat dipahami sebagai yang memiliki makna ganda (double-coding). Sepintas, sep- ertinya terdapat oposisi biner antara karakter media ‘panas’ dan ‘dingin,’ dan pada um- umnya, postmodernisme strukturalis cepat sekali menjatuhkan hukuman kepada setiap binerisme sebagai yang memungkinkan de- konstruksi. Pemikiran Baudrillard memang

sebuah dekonstruksi, karena ia melakukan tetapi, McLuhan menempatkan media seba-

gai terobosan masuk untuk memahami (epis- teme), yang dibantu oleh pemahaman cara pandang postmodern mengenai komunikasi. Modernisme memandang komunikasi dalam dua cara secara terpisah, sebagai modus ko- munikasi dan sebagai modus produksi. Jika komunikasi diperlakukan sebagai modus in- formasi, maka terdapat oposisi biner antara pengirim pesan dan penerima pesan. Demiki- an juga, jika komunikasi diperlakukan seba- gai modus produksi, maka terdapat oposisi biner antara kaum borjuis dan proletar, antara masyarakat media dan masyarakat massa, antara kaum elit kapitalis dan penguasa dan masyarakat kebanyakan. Baudrillard melihat media dalam perspektif tunggal pemaknaan komunikasi, yaitu dalam modus produksi se- mata, oleh sebab itu terjadi implosi struktural. Padahal dalam postmodernisme, komunikasi bukan lagi dipahami sebagai hanya modus in- formasi atau hanya modus produksi belaka, melainkan sebagai berbagai bentuk proses pe- rubahan kebudayaan (Gronbeck, Farrel, dan Soukup, 1991:vii-viii). Benar bahwa komu- nikasi adalah moda informasi tetapi sekaligus lebih dari itu, komunikasi adalah transmisi dan preservasi dari moda produksi kebudayaan. Menurut penulis, pemikiran McLuhan harus dipahami dalam perspektif post-modernisme revisioner di mana oposisi biner komunikasi diatasi lewat dialektika sublatif dua cara pandang, antara modus informasi dan modus produksi, yang beroposisi tersebut.

Analisis Genosko memerjelas bahwa McLuhan masuk ke dalam pemikir post- modernisme. Seperti Baudrillard, McLu- han seorang post-strukturalis tetapi ia tidak mendekonstruksi seperti pada umumnya para

konstruksionis. Bagi penulis dengan aforisme “media adalah pesan,” McLuhan membawa inspirasi untuk memahami dunia elektronik secara baru dalam pandangan post-modern- isme yang revisionis. Implosi yang dimaksud oleh McLuhan adalah dunia menciut dalam

as, tinta, cat, lembaran ng, daun lontar, kertas,

rmukaan untuk ditulisi i si i ersiapkan sebelum m m m n n n nya

lain itu, teknolo lo lo lo o gi gi gi gi bu-

au sarana yan a g ber r r rada

buh, mela a ink in ink in in an me e e er e u- asi kesad d d d a aran interior. ologi yang mel ampaui Tranformasi i semacam

eningk ka ka k k tan (upli li li fti fti fti ng) ng) ) ng)

ningk k k katkan kes a adaran n n n oleh O On O g bahw w w a hasil l l

alam se se e emacam aliena si nya tek k k k nol ogisasi atas

kan aksa sa sa sa ra, dan aksa a ra

diteknolo log lo o isasi bera ada

Akan teta ta tap ta

i, aliena a a si i si si

baikan bagi gi gi gi ma nusia,

tertentu, men n n jad ja ja j ja i san- embangan kesada ada ada adaran. memahami secara lebih bih bih bih bih

hanya membutuhkan

a jarak. Hasil penjara- sara terhadap pening- erpadankan teknologi-

juga a a a (O ( (O (O ( ng, 1982:82) 82) 82 82) .

knol lo l l gi dan hasi i i il il nya a a a

ri k k kesad d aran man n nusia , , , uhn ny ya b b berada di luar r r

gi b b berad d a di ruang g g ke- -

usi a a . Art t tinya, ber r r r b bed b a a a a n, m m m m anu usi sia s s s secar r ar ar r as a a a a a - -

ogi da da da da nb n n n era da d ber r er er s s sa-

mahami re lli li li ali t t tas, yaitu dan artifak teknologis.

M M ill i i i er, r, r, r, r, je e e e las la l l l ba a a hwa hwa hwa hwa hwa ktif f f Ong ng n n g ad ad d d d ala ala ala ala ala hm hm hm m en- dan dim dim di di dim ensi i i nte t rio i i i i ri-

) mel mel el el el aku aku aku aku ku kan k kan perba r r r rb nd n nd d d - uhan n n n dan dan dan dan dan Ba a a a a udr udr udr udr udr i ill i ard rd rd rd rd . . . perbedaan yang san-

P P P P HQJ HQ HQJ Q Q HQD D D D D P P QJ QJ

ang g g di di di di di gun g gu g g aka k k k k n dala a a a a m m m m m

h pesan.” ” ” ” Seperti dik k e- ngatakan bahwa du-

Genosko menemukan adalah pesan’ tersebut

(br (br (br (br eak e e down) ke dal implos os os os is i i truktural. Ar isi pesan n n n n media adal

DU DU DU DU HQD H H H

berbagai oby ek ek e ek tekno simulasi yang m m m m embe sia. contohnya, t te t t levi munikasi dunia di di dig di ita gan televisi, manu u u sia

DQ D

kepadanya. Pemirs s sa t memilih, karena p pi p p lih

produsen acara TV V V. V V D

totalianiarisme da a a a l l lam

tal seperti yang t t t t ampa

Manusia meng g g g o o ons o ums

dia. Aforism m e e ey e ang tel kan ke dala la lam lam teori ter dijadikan kan kan an kan pendobraka

pem em em em m a aha a man fenomena

d d dunia secara keseluru daya digital.

Berbeda dari menyimpulkan, McLu tem tem em em ic teknologi ogi ogi ogi me

ada lah ah ah ah pesan ’

’ m e e erup

thr oug h) h) h) h) h) untu uk k m m mema

Aforis ri ri ri i me e e e ters s sebu ut t m

bai kk kk k k k epa e ep e da d da da p da p pel pe ak k ku b

Pela aku bi bi bi bi i snis y sy sy sy ang g g terc ter se eb ut lan an an n gsu g g g ng t t terlib

yai y y tu u mereka ka ka a a yas y y y y a b erb

menghibur dan menc gajet (the gadget love men men men men men uru u u u u tp tp tp tp tp enu u lis lis i lis lis ,a , , , , dal yan n n n gr ama ama ama ma ama lka lka lka lka l no no no no n leh le le le le M

M M Menuru u t t t tp t enu han dapat dipahami

mak ma m m ma na na na na n gan an a an da (do (do (do (do (do uble-

ert rt rt rt rt iny iny iny iny iny

er a terd e er er apa p p p pa to to o to t oposi media ‘panas’ dan ‘d u u u umn u ya, ya a, a, p p po p p stm m m m m ode od od od od rnis

sek se se se se ali i me e me me me nja n n n n tuh uh uh tuh uh kan ka ka ka ka h

bin i i i i eri i sme sebag b b b ai i i i ya

konstruksi. Pemikiran

32 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010 33

layar televisi dan sekaligus terjadi retribal- isasi. Retribalisasi harus dipahami sebagai semacam gerak balik ke budaya yang mirip budaya tuturan yang sekaligus berbeda den- gan budaya tuturan pertama. Hal itu didukung oleh penjelasan berikut.

Media elektronis mengharuskan ma- nusia menyelaraskan sistem inderawinya yang sudah terlalu lama digunakan untuk menggu- nakan media cetak. McLuhan menggunakan istilah sinestesia untuk proses sintesis antara tuturan (orality) dan penglihatan (visuality) menjadi taktilitas (tactility). Taktilitas adalah semacam keselarasan dari seluruh inderawi yang menjadi mungkin oleh sebab hadirnya media elektronik. Taktilitas dipahami dalam kontrasnya dengan sistem fragmentasi indera visual akibat media cetak. Pembaca McLuhan sering keliru dengan proses dialektika Hege- lian, sehingga dalam proses perkembangan media komunikasi, dari teknologi tuturan sebagai tahap pertama, ke teknologi tulisan dan cetak di tahap kedua, maka akan meng- hasilkan teknologi elektronis, di tahap ketiga. Dengan demikian pentahapan diartikan terjadi secara berjenjang dan lurus, dan pembaca bin- gung dengan proses pentahapan yang terjadi secara siklis seperti retribalisasi yang dipikir- kan oleh McLuhan.

Menurut penulis, sinestesia bukan antitesis dari ruang visual, melainkan sublasi ruang akustik dengan ruang visual. Sublasi tersebut membawa perubahan dengan men- inggalkan konsep yang lama dan sekaligus meneruskan konsep tersebut dengan menem- patkannya di tahap yang lebih tinggi dalam sebuah proses yang kompleks akibat hibrid- isasi berbagai media. Charles Jencks (1992) mengatakan bahwa postmodernisme memiliki

dan sublasi modernisme. Dengan demikian sinestesia McLuhan adalah termasuk kepada

kasi, hibridisasi dan sublasi dari ruang visual. Teknologi elektronis, terutama TI, menghad- irkan secara bersamaan (1) ruang akustik, yang mengaktifkan indera pendengaran, dan (2) ruang visual, yang mengaktifkan indera

penglihatan, dan sekaligus ditampilkan secara berbeda dari keduanya menjadi (3) ruang ele- ktronis, atau ruang dengar-lihat-sentuh.

Peneliti fenomena peralihan teknologi di bidang komunikasi, Enos dan Ackermann (1991:113) memerlihatkan peristiwa turbu- lensi, semacam arus pusar yang terjadi pada setiap periode peralihan. Penulis mengga- bungkan hasil penelitian tersebut dengan hasil penelitian fang mengenai enam tahap revolusi informasi (tabel 1). Hasilnya dapat membantu penulis untuk melakukan kritik atas rama- lan McLuhan tentang arus pusar teknologis dan bahayanya. Penulis berpendapat bahwa situasi turbulensi akibat revolusi kebudayaan yang dialami manusia di era digital memang terjadi, akan tetapi hal tersebut bukan sebuah penciutan (implosion), melainkan berbentuk arus pusar dan akan membawa perubahan be- sar bagi kebudayaan. Gambar 1 dapat memer- jelas apa yang dimaksudkan. Gambar 1. Arus Pusar Teknologi Informasi

IV. Prospek Perkembangan Kebudayaan

Manusia yang sedang berada pada situasi peralihan kebudayaan karena adan- ya teknologi baru berada dalam kecemasan dan ketegangan. Ia harus menyesuaikan sis- tem penginderaan tubuhnya, karena sistem penginderaan itu merupakan jembatan pen- ghubung antara ruang kesadaran interior dan eksterioritasnya (Ong, 1967, 1981, dan 1982). Apa yang diamati oleh McLuhan mengenai berbagai gejala akibat peralihan teknologi menunjukan situasi kecemasan tersebut. Akan tetapi, berdasarkan penelitian Fang serta Enos dan Ackermann, bahkan seperti yang dipa- parkan oleh McLuhan sendiri, manusia telah beberapa kali mengalami peralihan bentuk media komunikasi Karenanya, sifat arus pu- tar telah beberapa kali dialami oleh manusia (Gambar 1). Beberapa karakter manusia di masa peralihan tersebut dapat diamati antara lain seperti berikut.

Manusia mengalami diri sebagai ma- nusia diskarnasi (discarnate man). Manusia diskarnasi adalah mereka yang mengalami kehadiran di mana-mana secara terhubung

oleh media elektronis (on-line), entah lewat TV, radio, telepon, internet, dan sebagainya,

son, 1999:57). Tubuhnya dapat hadir sebagai bagian dari kode digital, tetapi isi kesadaran- nya ditentukan oleh ‘yang lain’ (Baudrillard, 1994). Manusia mengalami kecemasan luar biasa sehingga memerlukan semacam ‘seli- mut enak’ (safety blanket), berupa pesawat TV yang dihidupkan terus menerus (Silver- stone, 1991:159), atau seperti yang dapat terlihat sekarang ini orang merasa perlu se- lalu terhubung dengan orang lain sehingga tu- buhnya tak pernah lepas dari telpon genggam dan internet. Manusia merasa berada dalam satu jaringan, saling berelasi satu sama lain di dalam ‘kampung’nya masing-masing, dan kampungnya global namun bukan dalam satu kampung global yang tunggal. Manusia sep- erti berada dalam satu alam tribal, hidup ber- sama dalam sebuah kampung, bersatu dalam pengalaman suka dan duka, dan berpikir ber- sama seperti layaknya kehidupan masyarakat tribal. Akan tetapi, mereka berada dalam ‘gubuk’nya masing-masing, dan bukan dalam ‘rumah panjang’ masyarakat tribal yang sesungguhnya. Media cetak pernah memisah- kan tiap-tiap anggota keluarga yang masing- masing tenggelam sunyi dengan bacaannya. Kemudian TV pernah memersatukan keluarga di ruang keluarga, namun sekarang telpon genggam dan internet memisahkan tiap-tiap anggota keluarga dan menghubungkannya secara elektronis dengan ‘keluarga lain’ yang berada di ruang siber.

Di masa peralihan ke media elektonis, utamanya TI, manusia merasa berada di dua dunia sekaligus. Anak-anak berada di du- nia sekolah yang miskin informasi dan padat dengan tata tertib serta bentuk pembelajaran yang sangat terstruktur dan sekaligus berada di dunia elektronis yang banjir informasi ser- ta hiburan. Orang dewasa tidak lagi bekerja dalam sebuah sistem mekanisasi dan spesial- isasi, tetapi cara pandangnya masih dipenuhi nuansa mekanisasi dan spesialisasi. TI dan dunianya memungkinkan bentuk organisasi yang tidak terlalu besar, dan nilainya bukan

lagi kesetiaaan, melainkan nilai interaksi dan saling berbagi pengetahuan, akan tetapi para pelaku bisnis masih banyak yang memiliki pola pikir lama.

Dapat dimengerti bahwa manusia dis- karnasi yang hidup dalam dua dunia ini da- pat mengalami kecemasan yang sangat besar. Dalam peralihan budaya, tepatnya dalam du- nia teknologi elektronik, ruang mengalir dan waktu tak bersekat. Media elektronik, khu- susnya televisi digital dan komputer, atau mul- timedia, membangun perasaan seperti berada dalam kampung global namun bukan kam- pung halaman. Hal tersebut dimungkinkan ka- rena teknologi elektronik memiliki semacam ‘roh’ yaitu ‘sebuah tempat bagi segala sesuatu dan segala sesuatu berada dalam tempatnya’. Dalam alam teknologi elektronik sebuah dun- ia baru dibentuk, dunia dimana waktu tak ada dan ruang lenyap, dan tiba-tiba manusia bera-

da dalam kampung global. Kampung dimana segala sesuatu terjadi secara simultan. Kam- pung dimana orang kembali ke ruang akustik, dengan rasa primordial. Kampung-kampung yang memerlukan kembalinya emosi tribalis yang selama ini diasingkan oleh budaya cetak. Akan tetapi penulis berpendapat bahwa pros- pek kebudayaan manusia tetap cerah.

Dari Gambar 1, dan gabungan berba- gai pemikiran penulis meringkasnya demiki- an. Manusia budaya cetak yang tenggelam dalam pusaran arus turbo adalah manusia yang sedang berada pada masa transisi menu- ju perkembangan evolutif. Masa transisi yang dimaksud adalah masa antara budaya cetak dengan budaya elektronik. Pada masa per- alihan yang mencemaskan tersebut ada yang larut dalam kecemasan. Mereka ini tak mau menjadi dewasa, ia seperti Narcissus muda atau seperti Peter Pan, ia merasa aman serta nyaman dalam dunia imajinernya dengan an- eka gajet. Mereka ini adalah target sesuai seg- mentasi yang dipeta-petakan oleh masyarakat kapitalis informasional. Bagi mereka ini, sesuai segmentasinya, dibangun berbagai du- nia maya dan mereka dilimpahi berbagai gajet yang baru lagi dan baru lagi dan baru lagi se- cara terus menerus oleh masyarakat kapitalis

menjadi (3) ruang ele- gar-lihat-sentuh. na peralihan teknologi gi gi gi g Enos dan Ackerma ma ma mann tkan peristiwa t a at t t urb u ur u- usar yang te e rja r di p p p pada an. Penuli li lis lis i meng g ngg g g a- n tersebut ut ut ut de ngan h asi l ai enam tah h ap revolusi ilnya dapat t membantu kan kri ri i i ri ik tik t at as ra ra ra ma ma ma - arus p p p p usar tekn n nologis s s s berp rp p rp endapat b b bahwa a a a t revo o lus i kebudayaan di era digital memang

tersebut ut ut ut bukan sebua ua h h h melaink k k k an berbent tuk mbawa pe e e e rubahan b b b b e e e - ambar 1 dap p p p at a memer-

dkan. Teknologi Informa ma mas masi

angan Kebudayaan

sedang berada pada dayaan karena adan- ada dalam kecemasan rus me me me me nye n n suaikan s s s s is is i is -

uhny y ny y a, kar k k ena si i s stem m m m pak k k an j j embatan pen - - kesa a adara a an interior r r dan n n 967 7 7 , 19 9 81, dan 19 9 982). . . hM M McLu uhan meng g ge g nai i i i t pe era e e lih h h h h an a a tekn n nol no n og gi gi gi g emasa a a a nt n n n n ersebu b t. Aka Aka Aka Aka k n elitian Fang ser t ta Enos an seperti yang dipa-

send nd d d iri, m , , , anu an an an n sia si si si i te te te e e lah h h h h ami i per r r r ra alihan han han han an bentu n n n k k k enanya, ya y sifat f f f f arus pu - dialami oleh manusia kar ar ar r r akt akt akt akt akt e er er er e man ma m a usi u u u us ad d d d i t dap ap ap ap at at at at at dia d d d d mat mat mat mat mat ia ia ia ia ia nta a a a a ra ra ra ra ra

lam m m m id i i i i iri i ir ir i se e e e bag bag b g ai a a ma ma ma ma a - arnat at at t em em em m m an) ) ) .M M M .M anu anu anu anu sia sia sia sia sia eka yang mengalami i i ana secara terhubung

TV, radio, telepon, in son son son on, 1999:57). Tubuhn

bagian an an an dari kode digit nya diten n n n ntuk tu tu tu an oleh ‘y 1994). Manu nu nus nu nu ia meng

biasa sehingga ga ga ga a meme mut enak’ (safe e e ty t t t bla

TV yang dihidup p p p kan stone, 1991:159), , , , ata terlihat sekarang i in ni o

lalu terhubung deng gan g g

buhnya tak pernah lep dan internet. Man n n n usi satu jaringan, salin in ing in in

di dalam ‘kampu u u n n n ng’n kampungnya glob ob ob ob al na

kampung glob a al a a yang erti berada da dal al da am satu sama dala a a m ms m m ebuah k pengal al l l am am ama am am n suka dan

sam am am m m a a a seperti layaknya tribal. Akan tetapi, ‘gubuk’nya masing-m ‘rumah panjang’ m sesungguhnya. Media kan kan an kan tiap-tiap angg ngg ngg ngg ota

masing n ng ng tengg e ela e e m m m su Kemudi d di di dian TV V per n n nah

di rua ru u u u ng kelu u uarga a a, n gengga gga a a md d md d dan an a a int e e ernet

ang g gota kelu lu u u ua arg a a a a da seca ara elek kt ek k kt ron is d d deng

ber b a ada di ruan an an ang an sib b ber b . Di masa perali utamanya TI, manusia

dun dun dun un dun ia ia ia ia ia sek ek e ek ek aligus us u gus us .A . . . . na

nia a a sekol kol kol ol kol ah ah ah ah ah yan an an an an gm gm gm gm gm isk dengan tata ter er tib ti tib tib tib sert

yan y gs g g g ang g g g at terstruktu

d di i i i dun un un un un ia ele e e e ktr r r r r on on on oni on s yan ta a a a a hib hib hib hib hib ura a n. n n n n Ora Ora Ora Or Ora ng ng ng ng ng dew dalam sebuah sistem m isa is is i is si, te t te te tap tap tap ap ap i cara ra ra ra ra pand

nua nu nu nu nu nsa sa a a m m me m m kan n n n n isa isa isa isa isa si s s s s da dunianya memungkin yang tidak terlalu bes

34 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume II, Nomor 1, Juni 2010 35

informasional. Masyarakat kapitalis informasional lebih cepat menguasai diri dan pulih dari ket- erpesonaan TI. Proses retribalisasi seakan mengembalikan manusia budaya cetak kem- bali ke dunia mitos, ke alam anak, ke alam keceriaan dan bermain-main. Namun dunia mitos dapat membawa manusia mentransend- en dirinya. Mereka yang sadar sedang be- rada dalam turbin, menyerahkan diri kepada kepasrahan total selaras dengan pusarannya, menanti saat untuk muncul atau dimunculkan ke permukaan. Mereka mampu mengatasi du- nianya yang baru, mereka lepas dari dunia im- ajiner dan lewat tahap simbolik mendapatkan

mereka yang berada dalam dunia bisnis, yang mampu mentranseden, mereka itulah yang keluar dari dunia imajiner, lewat bahasa ele-

Mereka pun membangun dunia baru, dunia masyarakat jaringan kapitalis informasional dengan ekonomi barunya. Ekonomi yang ber- tumpu kepada modal uang maya.

Tentu bukan hanya kelompok itu yang tiba-tiba dipisahkan oleh ‘phallus elektronik’ lalu mentranseden diri. Ada banyak kelompok yang lainnya. Yang lain ini sudah tentu ada- lah mereka yang cukup memiliki kesempatan

dari kaum cerdik cendekia yang pekerjaan- sejenisnya. Penulis menyebut mereka sebagai

masyarakat jaringan humanis. Manusia diskarnasi dalam budaya ele- ktronik ada yang sadar diri, ia mengatasi masa kanak-kanaknya, lepas dari dunia imajinernya setelah mendapat kejutan dari “sang phallus elektronik.” Manusia sadar diri ini terdiri dari masyarakat jaringan kapitalis informasional dan mayarakat jaringan humanis. Manusia diskarnasi juga ada yang tidak sadar diri, mereka yang tetap berada dalam dunia kanak- kanak, yang tetap asyik bermain-main dengan gajet kesayangannya.

Sebagai entitas yang senantiasa ber- proses dalam tatanan yang terbentangkan (ex- plicate order ), manusia juga berkreasi. Ma-

nusia turut menciptakan baik dirinya sendiri, sesamanya, maupun dunianya. Bagi mereka yang berada dalam masyarakat jaringan kapi- talis informasional, ketika mereka tidak me- milih untuk bersikap humanis, mereka dapat menciptakan lebih banyak lagi para pencinta gajet, membangunkan kampung-kampung global tempat para ‘anak-anak’ yang kerasu- kan gajet itu menghabiskan waktu mereka. Kampung-kampung global itu disesuaikan bagi tiap-tiap pencinta gajet sesuai dengan segmentasi dan penargetan yang ditentukan oleh masing-masing pemilik alat pengontrol dari kejauhan (remote control).

Dalam bagan tersebut kapitalis infor- masional berdampingan dengan kaum huma- nis. Pilihan untuk sekali-sekali menampilkan wajah humanis bukan tak mungkin. Wajah humanis sering dimunculkan oleh para kapi- talis informasional ini. Meskipun hal tersebut termasuk dalam salah satu strategi pemasa- rannya yaitu untuk menampilkan citra seba- gai perusahaan yang memiliki tanggungjawab sosial. Wajah humanis ini juga tak selamanya palsu, ada juga beberapa yang tulus.

Mereka yang sadar diri, yang berada dalam jaringan masyarakat humanis, setidakn- ya tetap berkarya melakukan emansipasi, men- coba memperkenalkan bahasa budaya elek- tronik. Mereka sadar bahwa ada sesuatu yang ironis dalam kehidupannya. Satu sisi ia berada dalam dunia anak yang imajiner, satu sisi lagi berada dalam dunia simbolik, namun ia sudah

ini sadar bahwa dirinya berada dalam jaringan relasi dengan yang lain. Memutuskan jarin- gan sama dengan merusak, meskipun dengan niat baik, sama seperti upaya membunuh sel- sel kanker dengan kemoterapi dalam rangka mempertahankan kehidupan.

Untuk menggugah kesadaran manusia, proses emansipasi dapat saja dilakukan den- gan cara menteror, dengan bahasa kekerasan. Bahasa bom, yang sangat menggema dalam ruang dengar akustik (audial), memang mam- pu menciptakan rasa takut dan cemas yang luar biasa. Situasi tersebut mirip masyarakat tribal primer yang panik jika mendengar gen-

derang perang atau kentongan tanda bahaya. Cara tersebut menurut penulis sangat efektif dalam memaksa semua bangsa melakukan

perbincangan (conversation).

Bagaimanapun, menurut penulis, cara meneror seperti itu adalah sebuah kemoterapi, yaitu membunuh sel-sel kanker lewat perusa- kan jaringan yang sebagian besar sehat yang ada di sekitarnya. Padahal, ada cara lain yang lebih manusiawi dan humanis. Seperti apa yang dilihat Ong, dunia dan isinya telah men- galami evolusi, tak terkecuali evolusi dalam bentuk ensiklopedi. Jutaan informasi berada dalam data. Data adalah kumpulan fakta- fakta, yang dapat mengandung informasi yang berguna dan penting bagi kita dan dapat juga tidak. Khasanah data dalam ensiklopedi

si dan memprediksi reaksi yang akan muncul segera setelah sebuah tindakan dipilih. Data menjadi informasi pada saat dibutuhkan, dan salah satunya yang dapat di panggil (retrieve)’

Rorty adalah membangun sikap melalui keg- iatan hermenetik yang menghubungkan ber- bagai budaya kita atau antara disiplin sendiri dengan disiplin yang lain (Rorty, 1980:360). Tepatnya orang diajak berbincang dalam ‘ba-

dapat dijadikan salah satu cara emansipasi yang humanis.

Tentu masih banyak cara lainnya, namun yang perlu diingat adalah bahwa bu- daya elektronik menuntut agar sudut pandang lama dari budaya cetak dijabarkan kembali (redescription). Paradigma baru diperlukan, dimana tak ada lagi tempat bagi satu paradig- ma besar sebagai fondasi dari segala fondasi. Paradigma baru adalah situasi dimana ‘bahasa lokal‘ (vernacular) diikutsertakan. Dengan pandangan yang menghargai ‘bahasa lokal‘ (vernacularisme) dimungkinkan tercipta se- buah situasi di mana fondasi-fondasi kecil dan sementara, atau struktur-struktur kecil dan se- mentara yang selalu berproses, tidak ditentu- kan lagi benar salahnya oleh Sang Fondasi.

Penutup

Bagi penulis, apa yang telah dilaku- kan oleh McLuhan merupakan sebuah ilham. Penulis yakin bahwa ada banyak manusia diskarnasi yang seperti McLuhan, yang mau

cangan antara manusia diskarnasi yang sadar diri, entah kaum humanis entah kapitalis in- formasional, entah yang tidak sadar diri selalu terjadi pada saat-saat tertentu. Pertemuan dan perbincangan itu dapat terjadi dalam berba- gai bentuk interaksi yang disediakan berbagai jenis teknologi media komunikasi, entah tutur- an, entah aksara, entah cetak, entah elektronik. Dalam perspektif interaksi antar entitas, entah berciri ‘berbahasa lokal’, entah global, pros- pek kebudayaan tetap cerah. Segala peristiwa menghebohkan yang terjadi di berbagai bela- han dunia seperti ancaman teroris dan perang lawan teroris, baik teroris ‘humanis’ bernama Osama Bin Laden maupun teroris alam ber- nama indah seperti badai tsunami atau katrina dan lainnya, adalah peristiwa-peristiwa yang layak dijadikan titik tolak perbincangan (mo- mentary events). Tetes-tetes pengalaman yang

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25