BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
penyakit menular yang dipengaruhi oleh lingkungan dan perilaku
masyarakat. Penyakit demam berdarah disebut juga Dengue Haemorragic
Fever (DHF) karena disertai gejala demam dan perdarahan. DHF akan
menyebabkan kematian sebanyak 5%, dan terdapat lebih banyak di daerah
urban dari pada daerah rural (Slamet, 2004). Penyakit ini termasuk
kedalam sepuluh penyebab perawatan di rumah sakit dan kematian pada
anak-anak di delapan negara tropis Asia. Setiap tahun, diperkirakan
terdapat 200 juta kasus infeksi dengue di dunia (WHO, 1999).
Epidemi dengue dilaporkan pertama kali di Batavia (Jakarta) oleh
David Bylon pada tahun 1779 (Tjokronegoro, 1999). Tahun 1952 demam
berdarah juga ditemukan di Manila dan Filipina. Kemudian menyebar
ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Tahun
1968 penyakit demam berdarah dilaporkan di Surabaya dan Jakarta
dengan jumlah kematian yang sangat tinggi (Depkes RI, 2004). Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia.
Demam berdarah merupakan penyakit endemis dan Kejadian Luar

Biasa (KLB) yang sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sejak
tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya
bertambah luas (Depkes RI, 2005). Sampai saat ini demam berdarah telah
ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan lebih dari 200 kota telah
melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) (Slamet, 2004). jawa
tengah merupakan wilayah tertinggi kasus kejadian DBD, pada tahun
terakhir 2012 jumlah kasus penderita DBD mencapai 6.988. Keadaan ini
erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan
semakin lancarnya transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan
1

2

nyamuk Aedes aegypti (penular penyakit DBD) di berbagai wilayah di
Indonesia.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota Semarang kasus
Demam Berdarah di kota Semarang, pada tahun terakhir 2012 jumlah
kasus penderita demam berdarah dengue (DBD) mencapai 1.250. wilayah
Kota Semarang angka kejadian terbesar ada di wilayah kerja puskesmas
kedungmundu yaitu mencapai 125 kasus penderita DBD (Dinkes Kota

Semarang, 2012). Hasil yang didapatkan di puskesmas kedungmundu
bahwa kelurahan sendangmulyo merupakan privalensi wilayah paling
tinggi angka kejadian DBD yang berada di RW IX Sendangmulyo, yaitu
sebesar 43 kasus penderita (Dinkes Kota Semarang, 2011).
Pengetahuan dapat dimiliki oleh siapapun. Contohnya Ibu, ibu
merupakan bagian masyarakat yang memiliki kontribusi dan pengaruh
besar terhadap keluarga dan lingkungan itu sendiri. Pengetahuan yang di
peroleh oleh masyarakat terutama ibu yang cenderung sering di rumah
dan dekat dengan anak-anak akan membantu membentuk perilaku
seseorang yang dapat diwujudkan dengan melakukan tindakan, pentingnya
pengetahuan tersebut hendaknya masyarakat di beritahukan pengetahuan
mengenai upaya pencegahan DBD, sehingga masyarakat dapat melakukan
upaya pencegahan dilingkungan sekitarnya tanpa bantuan dari petugas
puskesmas kedungmundu kecamatan tembalang kota semarang terhadap
bahaya yang di akibatkan dari aedes aegypti (Kustyaningrum, 2006).
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit
menular yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk,
kepadatan penduduk, adanya kontainer buatan ataupun alami di tempat
pembuangan akhir sampah (TPA) ataupun di tempat sampah lainnya,
penyuluhan dan perilaku masyarakat, antara lain: pengetahuan, sikap,

kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging, abatisasi, dan
pelaksanaan 3M (menguras, menutup, dan mengubur).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan
terhadap 10 orang ibu di RW IX Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan

3

Tembalang. 6 orang ibu mengatakan belum begitu memahami tentang
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 4 orang ibu lainya sudah
mengetahui tentang Demam Berdarah Dengue (DBD).
Perilaku pencegahan masyarakat akan DBD di wilayah kerja
puskesmas kedungmundu kecamatan tembalang kota Semarang sangat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang sebagian besar
masih kurang mengenai Demam Berdarah Dengue (DBD). Proses
terjadinya pengetahuan menjadi masalah yang mendasar dalam upaya
pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja puskesmas
kedungmundu kota Semarang (Kustyaningrum, 2006) . Upaya tersebut
akan berhasil bila didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, Kelurahan
Sendangmulyo Kecamatan Tembalang sebagai salah satu daerah endemis
di Kota Semarang memungkinkan untuk terjadi wabah. Namun sampai

saat ini peran serta masyarakat dalam praktek pencegahan Demam
Berdarah Dengue (DBD) belum optimal.
Berdasarkan hasil data laporan pemantauan jentik di rumah warga
Kelurahan Sendangmulyo di RW IX yang terdiri dari 10 RT, tiga bulan
terakhir dari bulan April terdapat 206 rumah, Mei 172 rumah , Juni 277
rumah, dari laporan pemantauan jentik tiga bulan terakhir bulan juni
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Hasil penelitian yang dilakukan Rahardian (2012), tentang
perbedaan tingkat pengetahuan ibu dan tindakan pencegahan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah endemis dan non endemis
menunjukan tingkat pengetahuan dan tindakan pencegahan DBD
responden wilayah endemis lebih tinggi di bandingkan dengan responden
wilayah non endemis, didapatkan perbedaan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan dan tindakan pencegahan DBD pada kedua kelompok
tersebut. Hasil penelitian Sidiek (2012)

tentang hubungan tingkat

pengetahuan ibu mengenai penyakit DBD terhadap penyakit DBD pada
anak menunjukan tingkat pengetahuan DBD tidak berhubungan dengan


4

kejadian penyakit DBD pada anak, hubungan antara tingat pengetahuan
tentang DBD adalah tidak bermakna.
Sehingga, perawat komunitas dituntut untuk berperan sebagai
pendidik dalam memberikan pendidikan kesehatan dan menjadi role
model, sehingga akan meningkatkan pengetahuan masyarakat (Iqbal W,
2006). Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan seseorang
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Masyarakat dengan
pengetahuan

yang

baik

tentang

demam


berdarah

dengue

akan

meningkatkan derajat kesehatannya dalam upaya mencegah terjadinya
demam berdarah dengue di masyarakat tersebut (Notoatmodjo, 2011).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut, maka peneliti
ingin mengetahui bagaimana pengetahuan ibu dan perilaku pencegahan
kejadian DBD

yang di lakukan di RW IX Kelurahan Sendangmulyo

Kecamatan Tembalang Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota
Semarang dengan judul “Hubungan Pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan

kejadian demam berdarah dengue (DBD) di


RW IX

Kelurahan Sedangmulyo Kecamatan Tembalang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang sudah diungkapkan pada latar
belakang maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian
“Apakah ada hubungan

yaitu

pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan

kejadian demam berdarah dengue (DBD) di RW IX Kelurahan
sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui

hubungan


pengetahuan

ibu

dengan

perilaku

pencegahan kejadian demam berdarah dengue di RW IX Kelurahan
Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

5

2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RW IX Kelurahan
Sendangmulyo Kecamatan Tembalang.
b. Mendeskripsikan perilaku ibu dalam pencegahan kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di RW IX Kelurahan

Sendangmulyo Kecamatan Tembalang.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di
RW IX Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang.

D. Manfaat Penelitian
1.

Profesi keperawatan
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan asuhan keperawatan
komunitas dengan pemberian pendidikan kesehatan khususnya tentang
demam berdarah dengue (DBD).

2.

Institusi
Dapat dijadikan bahan penyuluhan bagi Puskesmas Kedungmundu
pada masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu.

3.


Masyarakat
Masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan mengenai perilaku
pencegahan kejadian demam berdarah dengue (DBD) dari masyarakat
tersebut sehingga dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan
peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan demam berdarah
dengue.

4.

Peneliti
Menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan, sehingga dapat
menjadi acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat (komunitas).

6

E. Bidang Ilmu
Bidang ilmu yang terkait dengan peneliti ini adalah keperawatan
komunitas.

F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Tahun/peneliti

Judul

Metode
penelitian

Hasil

2012/Dimas
Aditya Rahadian

Perbedaan
Tingkat
Pengetahuan
Ibu Dan
Tindakan
Pencegahan
Demam
Berdarah
Dengue Di
Wilayah
Endemis Dan
Non Endemis.

Penelitian
observational
analitik dengan
desain cross
sectional
dilakukan
penelitian
adalah ibu yang
memiliki anak
berusia ≤ 14
tahun yang
Pengambilan
data dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner.

Tingkat pengetahuan dan
tindakan pencegahan DBD
responden wilayah endemis
lebih tinggi dibandingkan
dengan responden wilayah
non endemis, didapatkan
perbedaan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan
(p=0,002)
dan
tindakan
pencegahan DBD (p=0,01)
pada kedua kelompok.

2012/Aboesina
sidiek

Hubungan
tingkat
pengetahuan
ibu mengenai
penyakit DBD
terhadap
penyakit DBD
pada anak

Penelitian
observational
analitik dengan
desain case
control. Subyek
penelitian pada
kelompok kasus
adalah ibu yang
pernah
memiliki anak
yang
mengalami
kejadian DBD
yang dirawat
pada RSUP
Dr.Kariadi pada
periode
penelitian

Tingkat pengetahuan tentang
DBD tidak berhubungan
dengan kejadian penyakit
DBD pada anak. Tingkat
pengetahuan tentang DBD
kategori
kurang
pada
kelompok kasus sebanyak 3
responden (8,8%), sedangkan
pada
kelompok
kontrol
sebanyak
7
responden
(20,6%). Tingkat pengetahuan
cukup-baik pada kelompok
kasus sebanyak 3 1(91,2%)
responden, sedangkan pada
kelompok kontrol sebanyak
27
(79,4%)
responden.
Hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang DBD
dengan kejadian DBD adalah
tidak bermakna (p=0,2).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
terletak pada lokasi, waktu, sampel dan variabel yang diteliti. Penelitian

7

ini dilakukan di Sendangmulyo Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini meliputi tingkat pengetahuan ibu mengenai penyakit DBD
dengan perilaku pencegahan kejadian penyakit DBD.