HYPNOTHERAPY AN ALTERNATIVE ANALGESIC AND ANESTHETIC
Fakultas Psikologi UNDIP 1
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
HYPNOTHERAPY
AN ALTERNATIVE ANALGESIC AND ANESTHETIC
Disusun guna memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengantar
Psikoterapi
Dosen Pengampu : Farida Hidayati, S.Psi, M.Si
Oleh :
FITRIA WIDHY ANGGRAINI
NIM. 15010110120023
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Fakultas Psikologi UNDIP 2
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia terdiri dari dua unsur yakni jiwa dan raga. Kedua unsur
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, ketika salah satu unsur tidak
seimbang maka akan mempengaruhi keadaan unsur lainnya pula. Keadaan
tidak seimbang yang dialami oleh manusia bisa karena tuntutan dari
lingkungan ataupun karena konflik dalam diri. Keseimbangan ini dapat
disebut pula keadaan stres. Stres dibagi menjadi eustres dan distress. Stres
yang merugikan disebut dengan distres, jika keadaan ini terus dialami oleh
individu maka individu tersebut akan mengalami neurosis dan bersifat
patologis. Keadaan tersebut dapat ditangani dengan metode psikoterapi.
Psikoterapi bertujuan membantu indvidu yang mengalami gangguan
emosional untuk memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga
mereka dapat mengembangkan cara yang lebih berguna untuk mengatasi stres
dan menghadapi orang lain (Atkinson, tanpa tahun). Pada proses psikoterapi,
terlibat hubungan antara dua orang yakni terapis dank lien. Klien didorong
untuk mendiskusikan masalah yang mendalam kepada terapis. Selanjutnya
terapis membangkitkan kepercayaan dan mencoba membantu klien
mengembangkan cara yang lebih efektif untuk menangani masalahnya.
Salah satu teknik psikoterapi yang popular adalah hipnoterapi.
Pembahasan mendalam mengenai hipnoterapi akan dibahas pada bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas mengenai :
1. Bagaimana sejarah berkembangnya hipnotisme?
2. Apa definisi dari hipnotisme?
3. Apa saja jenis dari hipnotisme?
4. Apa saja prosedur dari pelaksanaan hipnoterapi?
Fakultas Psikologi UNDIP 3
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
5. Bagaimana persiapan hipnoterapi?
6. Dimana hipnoterapi biasanya digunakan?
7. Apa manfaat hipnoterapi dijintau dari penelitian terkait?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperdalam
bahasan mengenai psikoterapi khususnya adalah hipnoterapi serta untuk
memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi.
D. Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pada ilmu pengetahuan Psikologi mengenai hipnoterapi, memberikan
gambaran pada pembaca mengenai hakikat hipnosis pada bidang terapi.
Fakultas Psikologi UNDIP 4
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB II
Teori
A. Sejarah Hipnotisme
Dari beberapa teknik dalam psikoterapi yang berkembang di
Indonesia sampai saat ini, hipnoterapi merupakan salah satu teknik yang
mengalami
perkembangan
yang
lambat.
Alasan
yang
mendasari
perkembangan hipnoterapi yang lambat adalah persepsi masyarakat yang
menganggap bahwa hipnoterapi sebagai sesuatu yang misterius dan negatif.
Beberapa alasan yang mendasarinya antara lain karena di Indonesia sendiri
marak terjadi penyalahgunaan hipnosis. Di sisi lain, hipnosis yang
dipergunakan untuk hiburan pun juga mengalami perkembangan yang subur.
Iklim tersebut membuat hipnotisme cukup terkenal di kalangan masyarakat
mulai dari sisi menyembuhkan hingga sisi memperdaya.
Hipnotisme Klasik
Sulit menentukan kapan dan di mana hipnotisme pertama kali
digunakan. Dalam banyak kebudayaan dan etnis, hipnotisme memiliki banyak
nama dan dipraktikkan dengan berbagai macam teknik. Dalam suku Indian
Ojibwa, terdapat praktisi medis yang disebut dengan jessakid. Mereka
menyembuhkan dengan duduk di samping pasien sambil menyanyikan lagu
dengan iringan musik yang monoton. (La Kahija, 2007)
Di era yang lebih maju lagi, penggunaan terapi “tidur” ditemui di kuilkuil Mesir. Dari Mesir, pengobatan serupa menyebar ke Yunani lewat Asia
Kecil dan dipraktikkan dalam kuil-kuil penyembuhan Eskulapian sekitar
tahun 500 M. Terdapat ruang khusus di dalam kuil untuk pasien yang ingin
tidur. Atmosfer kuil yang tenang dan sakral membuat sugesti yang diberikan
oleh imam berjalan mudah dan lebih cepat. Dalam menyembuhkan, imam
terkadang menggunakan sikat atau kain yang menyimbolkan pembersihan
tubuh dan jiwa dari kotoran-kotoran yang mengganggu kesehatan. (La Kahija,
2007)
Fakultas Psikologi UNDIP 5
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Di Asia, pengobatan serupa dijumpai di China dan India. Pada tahun
1600 M, Bapak Kedokteran China Wong Tai menyembuhkan pasien dengan
membawa mereka ke dalam tidur mirip trans. (La Kahija, 2007)
Para penyembuh yang menggunakan metode membawa pasien ke
dalam keadaan trans dianggap ‘sakti’. Di Inggris, Edward the Confessor
memperkenalkan royal touch kepada masyarakat Inggis. Sejak itu, terdapat
kebiasaan di kalangan raja Inggis untuk menyentuh warganya yang sakit. (La
Kahija, 2007)
Hipnotisme Modern
Kisah di atas mendorong para pakar ilmiah untuk menjelaskan dengan
cara yang rasional. Metode observasi dan eksperimental digunakan untuk
sarana pengumpulan data pada waktu itu. Sebelum James Braid tampil, istilah
hipnotisme berawal dari kata magnetisme dan mesmerisme. (La Kahija, 2007)
Berikut adalah ringkasan sejarah hipnotisme modern dan relevansinya
bagi Psikologi (La Kahija, 2007) :
TOKOH
Franz
RELEVANSI
Anton Memperkenalkan magnetisme dan berargumen bahwa
Mesmer (1734 – penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan energi
1815)
dalam tubuh. Mesmer juga menunjukkan beberapa
faktor
penunjang dalam
mencapai
trans,
seperti
kesediaan klien, iringan musik, dan penataan ruangan.
Marquis
de Menunjukkan
perlunya
eksperimen
dalam
Puysègur (1751 – pengembangan hipnotisme. Puysègur memperkenalkan
1825)
banyak
konsep
baru
bagi
hipnotisme,
seperti
somnambulisme artifisial, otomatisme motor, katalepsi,
anestesia,
amnesia,
perbedaan
individual
dalam
sugestibilitas, serta halusinasi positif dan negatif.
Abbé Faria (1756 – Memperkenalkan teknik induksi dengan tatapan yang
1819)
sekarang ini dikenal dengan nama fiksasi mata (eye
Fakultas Psikologi UNDIP 6
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
fixation). Ia juga menunjukkan perlunya imajinasi dan
konsentrasi dalam pencapaian trans.
John
Elliotson Kedua tokoh ini menunjukkan manfaat hipnotisme bagi
(1791 – 1868)
James
anestesia dan analgesia, khususnya dalam pembedahan
Esdaile atau operasi.
(1808 – 1859)
James Braid (1795 Menemukan istilah hipnotisme yang digunakan hingga
– 1860)
saat ini dengan macam-macam variasi kata. Ia juga
menunjukkan pentingnya konsentrasi, fiksasi mata, dan
sugesti dalam proses hipnotik.
– Memperkenalkan secara khusus kekuatan sugesti dalam
Ambroise
Auguste Liebeault hipnoterapi. Sugestibilitas dan imajinasi klien dipandang
(1823 – 1904)
Jean
sebagai kunci keberhasilan hipnoterapi.
Martin Menunjukklan korelasi atau saling keterkaitan antara
Charcot (1825 – histeria dan hipnotisme, dan membuat hipnotisme
1893)
diterima di kalangan akademisi dan dokter.
Pierre Janet (1859 Memperkenalkan konsep disosiasi hipnotik dalam
– 1947)
memahami fenomena hipnotik, seperti halusinasi atau
anestesia dalam hipnotisme.
Emile Couè (1857 Memperkenalkan kekuatan otosugesti dan imajinasi
– 1926)
Sigmund
dalam hipnotisme.
Freud Memperkenalkan secara lebih sistematis tentang dunia
(1856 – 1939)
ketidaksadaran,
cara
kerja
kesadaran
dan
ketidaksadaran, dan teknik asosiasi bebas dalam
mengeksplorasi ketidaksadaran.
Milton H. Erickson Mengembangkan secara kreatif teknik hipnotisme tidak
(1901 – 1980)
langsung lewat penggunaan bahasa yang permisif,
metafora atau analogi, dan teknik induksi yang lebih
bervariasi.
Dave Elman (1900 Memperkenalkan baik induksi yang lebih sistematis
Fakultas Psikologi UNDIP 7
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
– 1967)
maupun
induksi
cepat
bagi
hipnoterapi
dan
hipnoanalisis.
Ormond
McGill Mengembangkan induksi cepat (rapid induction) yang
(1913 – 2005)
saat ini banyak digunakan untuk hipnotisme hiburan
atau panggung.
B. Definisi Hipnotisme
Menurut Bernheim, hipnosis pada dasarnya adalah sugestibilitas yang
meningkat terhadap sugesti yang diberikan orang lain. Sedangkan menurut
Braid, hipnotisme berasal dari kata neurohipnotisme yang berarti tidurnya
sistem saraf (nervous sleep), dalam artian hipnotisme hanyalah akibat dari
tidurnya sistem saraf karena perhatian visual yang terfokus dan terkonsentrasi
pada satu objek. Sigmund Freud melihat hipnosis sebagai keadaan tidur yang
memiliki tingkat trans yang bervariasi mulai dari ringan sampai ekstrem (La
Kahija, 2007).
Gil Boyne (pelatih hipnoterapis di Amerika dan pendiri Dewan
Pemeriksa Hipnotis Amerika – American Council of Hypnotist Examiners)
memandang hipnosis sebagai keadaan pikiran normal yang dicirikan dengan :
(1) Relaksasi yang dalam,
(2) Keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan sistem
kepercayaannya,
(3) Pengaturan diri dan normalisasi sistem saraf pusat,
(4) Sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli dari
lingkungan eksternal, dan
(5) Mekanisme pertahanan psikis yang melemah.
La Kahija mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan terfokusnya
perhatian pada objek fisik atau gambaran mental tertentu yang ditandai
dengan meningkatnya sikap sugestibilitas sebagai efek dari sikap kooperatif
dengan orang lain. Untuk sampai pada kondisi trans, klien perlu
meningkatkan sugestibilitasnya dan terapis perlu mengetahui teknik yang
tepat dalam memberi sugesti. Hal tersebut akan berjalan baik jika rapport
Fakultas Psikologi UNDIP 8
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
yang dibangun antara terapis dank lien berjalan dengan baik. (La Kahija,
2007)
Dalam The American Heritage Dictionary (dalam La Kahija, 2007)
hipnotisme diartikan sebagai teori atau praktik yang menyebabkan hipnosis.
Sementara hipnosis sendiri didefinisikan sebagai keadaan seperti tidur yang
dimunculkan secara artifisial di mana seseorang menjadi sangat responsif
terhadap sugesti yang diucapkan oleh hipnotis.
C. Jenis Hipnotisme
Terdapat lima jenis hipnotisme yang umum berkembang saat ini (La
Kahija, 2007) :
1. Hipnotisme panggung atau hiburan jika konteknya bahwa hipnotisme
dianggap sebagai sarana hiburan publik;
2. Hipnosis diri atau otohipnosis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana untuk menyugesti diri sendiri dan masuk ke dalam bawah
sadar pribadi untuk tujuan terapeutik dan pengembangan diri;
3. Hipnotisme forensik jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai sarana
merangkai kembali ingatan-ingatan korban kejahatan atau saksi mata
dalam persidangan;
4. Hipnotisme eksperimental jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai
sarana untuk melakukan penelitian eksperimental;
5. Hipnoterapi atau hipnotisme medis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana terapeutik.
D. Bahasa Hipnotik
Bahasa dalam terapi menunjukkan pergerakan bahasa dari bahasa
objektif (verbal) menuju bahasa subjektif (dinamika psikologis). Terapi tidak
hanya menuntut pengetahuan teoretis yang dihafalkan, tetapi juga seni untuk
menggunakan
berbagai
konsep
dan
teknik.
Kemampuan
berbahasa
merupakan prasyarat penting bagi hipnoterapis. Hipnoterapis menggunakan
Fakultas Psikologi UNDIP 9
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
bahasa ketika menyambut klien, membangun rapport, membawa klien dalam
tidur hipnotik, membangunkannya, dan mengajaknya berbagi pengalaman.
Hipnoterapi didasarkan pada kesepakatan antara terapis dan klien, di
mana terapis memberikan sugesti dan klien memaksimalkan daya
imajinasinya. Dua hal tersebut penting untuk mencapai perubahan subjektif
dalam persepsi, perubahan mood, perasaan, emosi, dan memori klien.
Sugesti secara umum diartikan sebagai ucapan yang ditujukan pada
seseorang untuk dipercayai tanpa menerima ucapan tersebut secara kritis.
Sugesti dapat dibagi menjadi dua, yakni sugesti sederhana yang umum
ditemui dalam percakapan biasa, dan sugesti hipnotik yang dijumpai dalam
proses hipnoterapi. (La Kahija, 2007)
Sugesti dapat dibagi menjadi enam tipe dalam proses hipnoterapi,
yakni sugesti relaksasi, sugesti untuk memperdalam, sugesti langsung, sugesti
untuk gambaran mental, sugesti tidak langsung, dan sugesti posthipnotik (La
Kahija, 2007). Sugesti untuk relaksasi dimaksudkan untuk membuat klien
berada dalam keadaan reseptif dan mampu mengarahkan konsentrasinya ke
bagian-bagian tubuh tertentu. Sugesti yang kedua yakni sugesti untuk
memperdalam. Dalam sugesti ini, klien diajak masuk lebih dalam lagi ke
bawah sadarnya hingga ke dalam tidur hipnotik. Selanjutnya adalah sugesti
tidak
langsung,
dimana
terapis
berusaha
menemukan
pengalaman-
pengalaman klien yang menimbulkan efek emosional tertentu yang tidak
menyenangkan. Selain itu terdapat pula sugesti langsung. Sugesti langsung
dipergunakan bagi klien yang kesulitan dalam berimajinasi, sehingga sugesti
yang diberikan tanpa perumpamaan atau analogi dengan bahasa yang
sederhana. Sugesti selanjutnya adalah sugesti gambaran mental. Sugesti ini
bertujuan untuk membuat gambaran mental klien menjadi lebih hidup.
Sugesti yang terakhir adalah sugesti posthipnotik, dimana sugesti ini
diberikan ketika klien dalam keadaan trans yang digunakan untuk
memodifikasi perilaku atau kepercayaan-kepercayaan klien yang negatif,
ditujukan untuk bawah sadar klien (La Kahija, 2007).
Fakultas Psikologi UNDIP 10
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Penggunaan Bahasa Untuk Sugesti
Sugesti berkaitan erat dengan teknik penggunaan bahasa, khususnya
kata, kalimat, dan pengucapan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
dipahami oleh klien. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan sugesti
antara lain adalah :
1. Kualitas ucapan
2. Penggunaan kata dan frasa
3. Kualitas suara (La Kahija, 2007)
E. Prosedur Hipnoterapi
1. Persiapan
Proses hipnoterapi dimulai dari datangnya klien ke terapis.
Pengumpulan data adalah langkah awal yng mendasari proses terapi.
Sebelumnya, terapis harus sudah membentuk rapport dengan klien.
Terapis perlu mengetahui informasi sebanyak mungkin baik dari klien
maupun dari significant others (La Kahija, 2007).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara maupun
observasi dan kuesioner. Tujuan utama dari pengumpulan data menurut
La Kahija (2007) adalah untuk memperoleh gambaran dari klien tentang:
Alasan memilih hipnoterapi,
Harapan klien dari terapi
Riwayat gangguan atau penyakit
Kebiasaan sehari-hari
Kesepakatan jumlah sesi.
2. Wawancara Prahipnosis dan Kuesioner
Terapis perlu memiliki gambaran teoretis mengenai gangguan
yang akan ditangani. Gambaran teoretis tersebut perlu di cross check
dengan pengalaman priobadi klien melalui wawancara atau melalui
pengisian kuesioner. Data yang diperoleh diharapkan dapat memberi
gambaran tentang:
Penyebab gangguan
Fakultas Psikologi UNDIP 11
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Situasi yang menstimulasi gangguan.
3. Observasi
Pengumpulan data wawancara dan kuesioner dilengkapi dengan
hasil observasi klien, sehingga data yang diperoleh oleh terapis semakin
kaya.
4. Induksi
Bila data yang dikumpulkan memadahi, maka proses selanjutnya
adalah terapis mempersiapkan induksi. Induksi adalah proses yang
ditempuh terapis dalam membawa klien menuju tidur hipnotik. Dalam
induksi terapis berperan sebagai pemandu jalan. Induksi dimulai dengan
memusatkan perhatian pada objek tertentu. Hal ini bertujuan untuk
mengasingkan klien dari stimulus eksternal. Dengan pikiran yang
terfokus, subjek perlahan bergerak dari luar ke dalam dirinya. Kemudian
baru pikiran dan tubuhnya menjadi rileks.
Elemen-Elemen Induksi
Proses induksi sangat bergantung pada sugestibilitas klien. Hal
tersebut yang mempengaruhi cepat atau lambatnya induksi. Elemen yang
harus ada dalam proses induksi antara lain :
Permulaan berupa teknik pernafasan
Relaksasi sistematis, dimana terapis membawa klien untuk
merelakskan titik-titik tubuh tertentu
Pengaktifan rasa dan emosi
Pengambilan gambar mental
Terminasi.
Teknik Induksi
a) Relaksasi progresif
Dengan teknik relaksasi progresif, klien diajak untuk membuat
tubuhnya menjadi relaks. Alur relaksasi biasanya dimulai dari kepala
sampai kaki.
Fakultas Psikologi UNDIP 12
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
b) Induksi langsung
Induksi langsung biasanya menggunakan bahasa sederhana dan
umum digunakan dalam percakapan sehari-hari. Pilihan kata perlu
diperhatikan sesuai dengan gambaran klien. Hal ini dimaksudkan
untuk membuat klien memberi respon yang diinginkan oleh terapis.
Terdapat dua jenis induksi langsung, yakni:
(1) Induksi
otoriter
(terapis
menggunakan
kalimat
perintah
sederhana)
(2) Visualisasi terarah (terapis memberi sugesti tentang gambar atau
situasi tertentu yang membuat klien nyaman)
c) Induksi tidak langsung
Induksi tidak langsung digunakan pada klien yang sulit tersugesti.
Induksi ini bisa berupa analogi, metafora, dan pernyataan sasosiatif.
Analogi dan metafora dapat digunakan untuk menyentuh emosi,
perasaan, dan suasana hati dalam ketidaksadaran klien.
5. Memperdalam Trans
Pendalaman trans dimaksudkan untuk membawa klien ke level
trans yang lebih dalam. Caranya bisa dengan menyambung induksi
dengan induksi yang lain. Dalam memperdalam trans perlu diperhatikan:
Sentuhan
Lokasi yang nyaman bagi klien
Pergerakan ke bawah, yakni dengan menyugesti semakin dalam ke
arah ketidaksadaran.
6. Sugesti Posthipnotik
Sugesti posthipnotik adalah sugesti yang diberikan ketika klien
masuk dalam tidur hipnotik atau mengalami trans. Sugesti ini bertujuan
untuk memodifikasi perilaku atau perasaan yang negatif. Bila bawah
sadar klien bisa menangkap pesannya, maka sugesti itu akan
mempengaruhi perilaku klien setelah ia bangun dari tidur hipnotiknya.
Keadaan trans terdiri dari tiga level, yakni trans ringan, trans medium, dan
trans dalam. Ciri-ciri trans dalam dapat diamati melalui:
Fakultas Psikologi UNDIP 13
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Postur yang lunglai. Tubuh klien terlihat lemas. Namun, otot-otot
lengannya terasa kaku ketika diangkat.
Napas yang santai. Klien terlihat menarik dan melepaskan napas
dengan relaks seperti orang tertidur pulas.
Suhu tubuh yang hangat.
Kedipan mata. Klien mengalami rapid eye movement.
Mata memerah ketika membuka mata.
Lakrimasi
Putaran bola mata.
7. Membangunkan Klien
Sesudah memberikan sugesti posthipnotik, terapis membangunkan
klien dari trans dan mengaktifkan kembali kesadaran klien. Proses
membangunkan klien dilakukan secara bertahap, cara yang paling umum
dilakukan adalah dengan menghitung dari 1 sampai 3 atau 1 sampai 5.
Membangunkan dengan tiba-tiba dapat berdampak pada perasaan
disorientasi yang menyebabkan klien merasa pusing. Setelah klien merasa
segar, terapis melakukan wawancara posthipnotik. Wawancara ini
dimaksudkan untuk mendengar pengalaman klien.
8. Penggunaan Skrip
Skrip atau naskah yang digunakan ketika hipnoterapi berisi
panduan sugesti tertulis yang sesuai dengan tujuan dilakukannya terapi.
Penggunaan skrip sangat tergantung pada gangguan yang ditangani.
F. Persiapan Hipnoterapi
Proses hipnoterapi tidak luput dari keterbatasan terapis menghadapi
klien, dikarenakan hipnoterapi bukanlah satu-satunya cara untuk mengatasi
gangguan psikologis. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk
menciptakan iklim yang nyaman bagi klien:
1. Miskonsepsi tentang hipnosis
Kebanyakan klien memiliki kecemasan ketika awal sesi terapi
karena adanya persepsi mengenai hipnoterapi yang diawalinya dengan
Fakultas Psikologi UNDIP 14
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
menyaksikan atau mendengar kisah tentang sang hipnotis hiburan yang
dapat mengendalikan perilaku seseorang atau kasus kejahatan yang
menggunakan teknik yang menyerupai hipnosis. Dalam hal ini, terapis
sebaiknya memiliki pengetahuan yang memadahi mengenai hipnoterapi
dan miskonsepsi mengenai hipnosis sehingga ketika klien mengungkap
kekhawatirannya, terapis bisa menjelaskan dan menenangkannya (La
Kahija, 2007).
2. Persiapan terapis
Penting bagi terapis untuk memiliki sikap profesionalitas dan
latar belakang keilmuan dalam bekerja. Para terapis dituntut memiliki
dasar keilmuan yang kuat karena dalam proses hipnoterapi, hipnotis
harus mengetahui cara memperlakukan dunia bawah sadar klien yang
menjadi gudang pengalaman unik setiap orang. Selain itu, hipnotis
dituntut pula memiliki kreativitas. Ada beberapa syarat yang menjadi
bekal penting para terapis (La Kahija, 2007):
Kepercayaan diri
Keinginan untuk membantu orang lain
Kesabaran
Kerendahan hati
Ketelatenan dan persistensi
Penghargaan dan keunikan
Penelusuran historisitas klien
Instrospeksi dan refleksi
Pengetahuan tentang psikoterapi.
Kesemua syarat di atas membantu terapis dalam membangun
rapport yang baik dengan klien. Perlu diingat bahwa terapis memegang
seluruh tanggung jawab terhadap kliennya ketika terapi berlangsung.
3. Persiapan klien
Terdapat perbedaan individu dalam merespon sugesti dari terapis.
Di sini lah pentingnya rapport pada awal sesi terapi. Klien yang sangat
terbuka terhadap sugesti dapat mengalami pembalikan usia (age
Fakultas Psikologi UNDIP 15
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
regression), analgesia (pengurangan rasa nyeri), halusinasi positif dan
negatif, serta amnesia posthipnotik. Namun, terdapat pula klien yang sulit
untuk tersugesti, di antaranya karena (La Kahija, 2007):
Kecemasan dan ketakutan akan hipnosis
Kesulitan untuk relaksasi
Ketidakpercayaan pada terapis
Masalah postur (kenyamanan)
Sikap argumentatif dan analitis
Perasaan gugup
Perasaan kebal terhadap hipnosis
Kesulitan berimajinasi
Keadaan terpaksa
Insomnia
Neurosis dan psikosis
Berbagai kesulitan klien di atas adalah sebagai gambaran bagi
para terapis untuk kesiapan mental ketika berhadapan dengan situasi
yang sulit dikendalikan. Di sinilah pentingnya komunikasi antara klien
dan terapis. Terbukanya pengalaman baru akan menjadi bekal untuk
memahami psikoterapi khususnya hipnoterapi secara mendalam.
4. Penataan iklim kerja
Mempersiapkan tempat atau lingkungan yang nyaman bagi klien
dapat menunjang berlangsungnya hipnoterapi.
ditentukan oleh faktor berikut (La Kahija, 2007):
Sikap dan penampilan terapis
Temperatur ruangan
Pencahayaan
Keluasan ruangan
Penataan ruang.
Iklim
yang baik
Fakultas Psikologi UNDIP 16
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
5.
Etika professional
Hipnoterapi diikat oleh etika. Etika ini diaplikasikan dalam
bentuk kode etik. Etika sangat penting untuk mempertanggungjawabkan
kerja terapis terhadap klien, keluarga, dan masyarakat.
G. Kegunaan Hipnoterapi
Hipnoterapi pada dasarnya digunakan sesuai dengan kebutuhan klien.
Namun, ada beberapa bidang yang selama ini ditangani dengan metode
hipnoterapi, di antaranya: (La Kahija, 2007)
1. Histeria
Histeria merupakan contoh klasik penggunaan hipnoterapi. Tokoh
yang banyak menangani kasus histeria adalah J M Charcot dan S. Freud.
Charcot mengemukakan bahwa histeria adalah gangguan yang disebabkan
oleh gangguan emosional terhadap kejadian traumatis di masa lalu.
Selanjutnya Freud menguatkan pendapat Charcot dengan menyatakan
bahwa simptom histeria berasal dari masa lalu yang tersimpan di alam
bawah sadar. Dalam memberi terapi pada histeria, hipnoterapis perlu
memiliki pemahaman konseptual mengenai dinamika isi ketidaksadaran,
terutama seni menginterpretasi bawah sadar.
2. Analgesia dan anestesia
Pada Perang Dunia II, hipnosis mulai digunakan kembali sebagai
analgesia (peredam rasa sakit) dan anestesia (obat bius) yang diberikan
kepada prajurit yang terluka. Sedangkan saat ini, hipnosis untuk analgesik
dan anestesi digunakan dalam persalinan, serta membantu mengurangi
rasa sakit pada penderita kanker. Teknik yang popular adalah analgesia
induksi cepat (rapid induction analgesia) dari Joseph Barber.
3. Stres
Ketika seseorang mengalami ancaman psikologis, tubuh dan jiwa
bereaksi dan merespon untuk melakukan pertahanan. Ketika usahanya
mengalami hambatan, seorang akan mengalami stres. Dalam keadaan
stres, seorang sulitm nemukan cara yang tepat dalam menyikapi
Fakultas Psikologi UNDIP 17
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
masalahnya. Penderita stres memerlukan situasi yang tenang dan santai
agar mampu untuk kembali berpikir jernih, keadaan ini dapat dibentuk
ketika proses hipnoterapi yang membantu mereka memasuki relaksasi
yang memebri rasa segar dan ringan serta berusaha menarik akar
permasalahan yang mengganggu klien.
4. Fobia
Fobia merupakan rasa takut yang berlebihan terhadap stimulus
atau situasi tertentu. Terdapat beberapa macam fobia, yaitu: agrofobia,
yaitu ketakutan akan tempat atau situasi yang bisa menimbulkan rasa
malu; fobia sosial, yaitu ketakutan yang berlebih ketika berinteraksi
dengan orang lain; dan fobia sederhana, yaitu ketakutan irasional dan
berlebihan terhadap stimulus tertentu. Fobia berakar dari pengalaman
traumatis atau perlakuan buruk lingkungan di masa lalu, khususnya masa
anak-anak. Hipnosis dapat membantu mengatasi fobia dengan cepat
melalui desentisisasi klien dengan stimulus yang menjadi objek fobia.
Setelah itu, terapis mendorong klien bereaksi dengan santai dan tenang
terhadap stimulus. Setelah itu, klien bisa mengontrol dan membebaskan
diri dari ketakutannya.
5. Gangguan kecemasan
Orang dengan gangguan kecemasan menghabiskan waktunya
dengan mencemaskan banyak hal, seperti kesehatan, keuangan, dan
keluarga. Penderita terkadang sadar bahwa kecemasannya berlebihan.
Bila kecemasan ini menjadi semakin parah, maka akan muncul
Generalized Anxiety Disorder (GAD) yang dicirikan dengan keletihan,
sakit kepala, ketegangan dan rasa sakit pada otot, kesulitan menelan,
gemetar, mudah tersinggung, mengaami kesulitan tidur, dan berkeringat.
Jika keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan individu
mengalami depresi. Hipnoterapi membantu mereka menjadi lebih santai
dan mencari akar permasalahan.
Fakultas Psikologi UNDIP 18
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
6. Depresi
Secara klinis, depresi dikategorikan ke dalam gangguan suasana
hati (mood disorder). Depresi bervariasi mulai dari yang ringan hingga
ekstrem tergantung dari rasa ketidakmampuan seseorang menyelesaikan
masalah yang menurutnya sangat berat. Semakin berat depresi yang
dialami, maka semakin lama penanganannya. Salah satu contoh depresi
berat adalah dysthymia, yaitu gangguan mood yang diderita minimal dua
tahun dengan ciri-ciri penderita gangguan pola makan dan tidur, rasa letih
berlebih, harga diri yang rendah, konsentrasi rendah, dan perasaan tidak
berdaya.
Hipnoterapi
yang
dijalani
cukup
kompleks
karena
memperhatikan multiaspek karena satu aspek bisa berkorelasi dengan
gangguan lain.
7. Perilaku merokok
Hipnoterapi cukup diminati untuk mengehentikan perilaku
merokok. Kesulitan berhenti biasanya dialami dalam beberapa hari
pertama. Terapis perlu mengumpulkan informasi mengenai alasan pribadi
klien untuk merokok dan situasi apa saja yang mendorongnya untuk
merokok. Selanjutnya terapis menanamkan sugesti yang positif.
8. Sakit kepala dan migren
Penyebab dari rasa sakit kepala dan migren adalah faktor fisik
dan/atau psikologis yang bervariasi antarindividu. Secara psikologis,
migren berkaitan erat dengan depresi. Dalam memberi terapi, klien dilatih
melakukan relaksasi yang dapat membantu tubuh untu kmemproduksi
serotonin. Serotonin dapat menghilangkan rasa sakit.
9. Gangguan makan
Gangguan makan (eating disorder) yang utama adalah bulimia
nervosa dan anorexia nervosa. Penderita anorexia dan bulimia memiliki
persepsi tubuh mereka memiliki kelebihan berat badan, serta berusaha
menurunkan berat badan secara maladaptif. Hipnoterapi difokuskan untuk
mengatur dan mengontrol pola makan.
Fakultas Psikologi UNDIP 19
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
10. Gangguan tidur
Gangguan
tidur
dikelompokkan
menjadi
disomnia
dan
parasomnia. Disomnia berkaitan dengan gangguan lama waktu dan
kualitas tidur, sedangkan parasomnia berkaitan dengan perasaan diteror
selama tidur dan berjalan ketika tidur. Sesi awal hipnoterapi untuk
penderita gangguan tidur adalah relaksasi dan meditasi.
Fakultas Psikologi UNDIP 20
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB III
Pembahasan
Hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi atau mengurangi gejala dari
gangguan fisik maupun psikologis yang dialami oleh klien. Proses hipnoterapi
berdasarkan asesmen dan pengumpulan data yang diperoleh dari klien dan
significant others sehingga diperoleh tujuan dari hipnoterapi sesuai dengan
kebutuhan klien yang datang ke terapis. Pada bagian sebelumnya telah disinggung
beberapa kegunaan hipnoterapi, yakni diantaranya adalah untuk mengatasi
gangguan makan, gangguan tidur, kecemasan, depresi, dan untuk mengatasi rasa
sakit yang berfungsi sebagai analgesik dan anestesi. Pada bagian ini akan dibahas
mengenai hipnoterapi untuk mengurangi dan/atau mengatasi rasa sakit yang
ditinjau dari beberapa jurnal.
Hipnoterapi pada penelitian Gerson menggunakan metode terapi kelompok
untuk penderita IBS (Irritable Bowel System). IBS adalah suatu kondisi gangguan
perut yang ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perut, yang disertai
dengan gejala-gejala episodik perasaan sulit buang air besar (konstipasi) dan atau
diare. IBS sering kali disebut sebagai suatu kumpulan keluhan dan bukan penyakit
maag tertentu. Kembung, banyak gas dan perasaan tidak nyaman adalah keluhan
yang paling sering dialami pasien selain diare dan sulit buang air besar. Hasil
penelitian Gesron menyebutkan bahwa hipnoterapi dalam kelompok berpengaruh
pada penurunan yang signifikan terhadap gejala yang dimunculkan selama 1 tahun
setelah terapi dihentikan. Hipnoterapi sangat efektif untuk pasien IBS yang
mengalami masalah hubungan interpersonal. Proses hipnoterapi diberikan pada 75
pasien pengidap IBS, 46 wanita dan 29 pria dengan rentang usia 21 tahun hingga
82 tahun.
Pasien diminta untuk melengkapi kuesioner sebelum memulai terapi,
yakni IBS Severity Scale (SSS), the Mind-Body IBS questionnaire, dan The
Quality of Relationship Inventory (QRI). Panduan hipnoterapi yang digunakan
berdasarkan model terapi dari Palsson, dengan seting terapi kelompok. Terdapat
Fakultas Psikologi UNDIP 21
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
tujuh sesi yang dilakukan dua kali dalam seminggu dengan masing-masing sesi
berlangsung selama 45 menit. 15 menit pertama digunakan untuk menggali
informasi pasien mengenai kekhawatiran yang dialami ketika pengobatan serta
berbagi informasi IBS secara umum seperti pengobatan dan stress yang dialami
atau gejala yang dirasakan olwh pasien. Selanjutnya 30 menit terakhir adalah
proses hipnoterapi melalui relaksasi kemudian pengaktifan gambar mental
terutama mengenai usus. Terapis memberikan sugesti dan mengajak pasien untuk
berimajinasi bahwa ususnya sedang dilapisi dan dilindungi, sensitivitas sakit
menurun dengan mengurangi atensi terhadap sensasi tubuh yang kurang
menyenangkan. Pasien melakukan hal tersebut selanjutnya dengan panduan CD
yang diberikan oleh terapis hingga opada akhir sesi ketujuh.
Dari proses dan hasil hipnoterapi terhadap pasien IBS memberikan
gambaran bahwa hipnoterapi dapat digunakan untuk analgesik, yakni pengurang
rasa sakit dan efek yang diterima oleh pasien masih berlangsung satu tahun
setelah penghentian terapi. Terapi yang dilakukan digunakan untuk mengurangi
atensi pasien terhadap rasa sakit yang tidak menyenangkan di daerah perut.
Penelitian lain yang mendukung hipnoterapi dapat digunakan untuk
pengurang rasa sakit adalah penelitian Yacov dkk. mengenai penggunaan
relaksasi hipnosis pada pasien dengan keluhan sakit kepala dalam jurnalnya
Hypnotic Relaxation Vs Amitriptyline for Tension-Type Headache: Let the Patient
Choose. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa Hypnotic Relaxation
(HR) lebih dipilih oleh pasien daripada Amitriptyline (AMT) karena pasien
dengan HR menyatakan gejala sakit kepala yang dideritanya berkurang setelah
mendapatkan treatment.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Hadassah dengan 98
pasien dengan klasifikasi sakit kepala gangguan II episodic serta kronis. Semua
pasien menjalankan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mendapatkan penjelasan
mengenai kondisi mereka dan peran obat terhadap rasa sakit; (2) mendapat
penjelasan bahwa kondisi mereka tidak terlalu buruk; (3) mendapat penjelasan
Fakultas Psikologi UNDIP 22
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
mengenai dua alternatif pengobatan yakni dengan HR atau AMT dengan disertai
kelebihan dan kelemahan dari keduanya.
Pasien dengan AMT menerima 10 mg setiap malam sebelum tidur dan
kemudian meningkatkan dosisnya setelah 3 minggu menjadi 25 mg dan kemudian
peningkatan dosis 25 mg tiap 3 minggu sekali hingga pada dosis 75 mg.
Sedangkan pasien dengan HR ditawarkan 3 sesi pelatihan untuk melatih relaksasi
dan imajinasi. Proses terapi dilakukan selama 30 menit tiap sesi. Sesi pertama
dilakukan relaksasi 10 kelompok otot dan berfokus pada pernafasan. Setelah
memasuki keadaan trans, terapis memberikan sugesti untuk merelaksasikan otot
kepala dan merasakan kenyamanan. Pada akhir sesi diberikan sugesti untuk dapat
memproduksi perasaan tersebut dengan mudah setiap mereka membutuhkan.
Evaluasi dilakukan dengan pengisian kuesioner baik pasien yang mendapatkan
AMT dan pasien dengan HR berupa rating scale, frekuensi, dan penggunaan
analgesik. Kemudian, evaluasi diulang melalui wawancara melalui telepon 6-12
bulan kemudian oleh perawat klinik sakit kepala.
Lebih dari 50% pasien memilih untuk menggunakan HR daripada
menggunakan obat untuk mengurangi rasa sakitnya. Aplikasi teknik HR yang
dianggap mudah menyebabkan pasien lebih memilih teknik HR daripada
menggunakan obat. HR mengurangi persepsi sakit dan mengurangi ketegangan
pada otot-otot kepala yang membuat relaks sehingga pasien merasa sakit kepala
yang dialaminya berkurang tanpa harus mengkonsumsi obat analgesik.
Fakultas Psikologi UNDIP 23
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB IV
Penutup
A. Simpulan
Dalam The American Heritage Dictionary (dalam La Kahija, 2007)
hipnotisme diartikan sebagai teori atau praktik yang menyebabkan hipnosis.
Sementara hipnosis sendiri didefinisikan sebagai keadaan seperti tidur yang
dimunculkan secara artifisial di mana seseorang menjadi sangat responsif
terhadap sugesti yang diucapkan oleh hipnotis.
Terdapat lima jenis hipnotisme yang umum berkembang saat ini (La
Kahija, 2007) :
1. Hipnotisme panggung atau hiburan jika konteknya bahwa hipnotisme
dianggap sebagai sarana hiburan publik;
2. Hipnosis diri atau otohipnosis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana untuk menyugesti diri sendiri dan masuk ke dalam bawah
sadar pribadi untuk tujuan terapeutik dan pengembangan diri;
3. Hipnotisme forensik jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai sarana
merangkai kembali ingatan-ingatan korban kejahatan atau saksi mata
dalam persidangan;
4. Hipnotisme eksperimental jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai
sarana untuk melakukan penelitian eksperimental;
5. Hipnoterapi atau hipnotisme medis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana terapeutik.
Hipnoterapi sebagai sarana terapeutik sudah banyak dikembangkan di
dunia, baik untuk pengobatan medis maupun psikologis. Penggunaan bahasa
dalam hipnoterapi sangatlah penting karena dengan bahasa terapis mensugesti
klien dan mendorong klien untuk berimajinasi. Hipnoterapi dapat digunakan
sebagai analgesik dan anestesi di bidang medis, selain itu dapat dipergunakan
sebagai terapi bagi pecandu alkohol, perokok, dan mengurangi kecemasan
serta depresi pada individu.
Fakultas Psikologi UNDIP 24
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah memperkaya penelitian
mengenai hipnoterapi khususnya di Indonesia untuk memberikan gambaran
yang jelas pada masyarakat mengenai manfaat hipnosis di bidang terapi.
Fakultas Psikologi UNDIP 25
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Daftar Pustaka
Atkinson, Rita L., dkk. Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid 2. Batam:
Interaksara
Ezra, Yacov, et al. (2011). Hypnotic Relaxation vs Amitriptyline for TensionType Headache: Let the Patient Choose. American Headache Society, 1-7
Gerson, Charles D., Jessica Gerson, dan Mary-Joan Gerson. (2012). Group
Hypnotherapy for Irritable Bowel Syndrome with Long-Term Follow-Up.
International Journal of Clinical and Hypnosis 61(1), 38-54
La Kahija, YF. (2007). Hipnoterapi: Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Psikoterapi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
HYPNOTHERAPY
AN ALTERNATIVE ANALGESIC AND ANESTHETIC
Disusun guna memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengantar
Psikoterapi
Dosen Pengampu : Farida Hidayati, S.Psi, M.Si
Oleh :
FITRIA WIDHY ANGGRAINI
NIM. 15010110120023
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
Fakultas Psikologi UNDIP 2
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia terdiri dari dua unsur yakni jiwa dan raga. Kedua unsur
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, ketika salah satu unsur tidak
seimbang maka akan mempengaruhi keadaan unsur lainnya pula. Keadaan
tidak seimbang yang dialami oleh manusia bisa karena tuntutan dari
lingkungan ataupun karena konflik dalam diri. Keseimbangan ini dapat
disebut pula keadaan stres. Stres dibagi menjadi eustres dan distress. Stres
yang merugikan disebut dengan distres, jika keadaan ini terus dialami oleh
individu maka individu tersebut akan mengalami neurosis dan bersifat
patologis. Keadaan tersebut dapat ditangani dengan metode psikoterapi.
Psikoterapi bertujuan membantu indvidu yang mengalami gangguan
emosional untuk memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya, sehingga
mereka dapat mengembangkan cara yang lebih berguna untuk mengatasi stres
dan menghadapi orang lain (Atkinson, tanpa tahun). Pada proses psikoterapi,
terlibat hubungan antara dua orang yakni terapis dank lien. Klien didorong
untuk mendiskusikan masalah yang mendalam kepada terapis. Selanjutnya
terapis membangkitkan kepercayaan dan mencoba membantu klien
mengembangkan cara yang lebih efektif untuk menangani masalahnya.
Salah satu teknik psikoterapi yang popular adalah hipnoterapi.
Pembahasan mendalam mengenai hipnoterapi akan dibahas pada bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas mengenai :
1. Bagaimana sejarah berkembangnya hipnotisme?
2. Apa definisi dari hipnotisme?
3. Apa saja jenis dari hipnotisme?
4. Apa saja prosedur dari pelaksanaan hipnoterapi?
Fakultas Psikologi UNDIP 3
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
5. Bagaimana persiapan hipnoterapi?
6. Dimana hipnoterapi biasanya digunakan?
7. Apa manfaat hipnoterapi dijintau dari penelitian terkait?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperdalam
bahasan mengenai psikoterapi khususnya adalah hipnoterapi serta untuk
memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi.
D. Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
pada ilmu pengetahuan Psikologi mengenai hipnoterapi, memberikan
gambaran pada pembaca mengenai hakikat hipnosis pada bidang terapi.
Fakultas Psikologi UNDIP 4
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB II
Teori
A. Sejarah Hipnotisme
Dari beberapa teknik dalam psikoterapi yang berkembang di
Indonesia sampai saat ini, hipnoterapi merupakan salah satu teknik yang
mengalami
perkembangan
yang
lambat.
Alasan
yang
mendasari
perkembangan hipnoterapi yang lambat adalah persepsi masyarakat yang
menganggap bahwa hipnoterapi sebagai sesuatu yang misterius dan negatif.
Beberapa alasan yang mendasarinya antara lain karena di Indonesia sendiri
marak terjadi penyalahgunaan hipnosis. Di sisi lain, hipnosis yang
dipergunakan untuk hiburan pun juga mengalami perkembangan yang subur.
Iklim tersebut membuat hipnotisme cukup terkenal di kalangan masyarakat
mulai dari sisi menyembuhkan hingga sisi memperdaya.
Hipnotisme Klasik
Sulit menentukan kapan dan di mana hipnotisme pertama kali
digunakan. Dalam banyak kebudayaan dan etnis, hipnotisme memiliki banyak
nama dan dipraktikkan dengan berbagai macam teknik. Dalam suku Indian
Ojibwa, terdapat praktisi medis yang disebut dengan jessakid. Mereka
menyembuhkan dengan duduk di samping pasien sambil menyanyikan lagu
dengan iringan musik yang monoton. (La Kahija, 2007)
Di era yang lebih maju lagi, penggunaan terapi “tidur” ditemui di kuilkuil Mesir. Dari Mesir, pengobatan serupa menyebar ke Yunani lewat Asia
Kecil dan dipraktikkan dalam kuil-kuil penyembuhan Eskulapian sekitar
tahun 500 M. Terdapat ruang khusus di dalam kuil untuk pasien yang ingin
tidur. Atmosfer kuil yang tenang dan sakral membuat sugesti yang diberikan
oleh imam berjalan mudah dan lebih cepat. Dalam menyembuhkan, imam
terkadang menggunakan sikat atau kain yang menyimbolkan pembersihan
tubuh dan jiwa dari kotoran-kotoran yang mengganggu kesehatan. (La Kahija,
2007)
Fakultas Psikologi UNDIP 5
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Di Asia, pengobatan serupa dijumpai di China dan India. Pada tahun
1600 M, Bapak Kedokteran China Wong Tai menyembuhkan pasien dengan
membawa mereka ke dalam tidur mirip trans. (La Kahija, 2007)
Para penyembuh yang menggunakan metode membawa pasien ke
dalam keadaan trans dianggap ‘sakti’. Di Inggris, Edward the Confessor
memperkenalkan royal touch kepada masyarakat Inggis. Sejak itu, terdapat
kebiasaan di kalangan raja Inggis untuk menyentuh warganya yang sakit. (La
Kahija, 2007)
Hipnotisme Modern
Kisah di atas mendorong para pakar ilmiah untuk menjelaskan dengan
cara yang rasional. Metode observasi dan eksperimental digunakan untuk
sarana pengumpulan data pada waktu itu. Sebelum James Braid tampil, istilah
hipnotisme berawal dari kata magnetisme dan mesmerisme. (La Kahija, 2007)
Berikut adalah ringkasan sejarah hipnotisme modern dan relevansinya
bagi Psikologi (La Kahija, 2007) :
TOKOH
Franz
RELEVANSI
Anton Memperkenalkan magnetisme dan berargumen bahwa
Mesmer (1734 – penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan energi
1815)
dalam tubuh. Mesmer juga menunjukkan beberapa
faktor
penunjang dalam
mencapai
trans,
seperti
kesediaan klien, iringan musik, dan penataan ruangan.
Marquis
de Menunjukkan
perlunya
eksperimen
dalam
Puysègur (1751 – pengembangan hipnotisme. Puysègur memperkenalkan
1825)
banyak
konsep
baru
bagi
hipnotisme,
seperti
somnambulisme artifisial, otomatisme motor, katalepsi,
anestesia,
amnesia,
perbedaan
individual
dalam
sugestibilitas, serta halusinasi positif dan negatif.
Abbé Faria (1756 – Memperkenalkan teknik induksi dengan tatapan yang
1819)
sekarang ini dikenal dengan nama fiksasi mata (eye
Fakultas Psikologi UNDIP 6
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
fixation). Ia juga menunjukkan perlunya imajinasi dan
konsentrasi dalam pencapaian trans.
John
Elliotson Kedua tokoh ini menunjukkan manfaat hipnotisme bagi
(1791 – 1868)
James
anestesia dan analgesia, khususnya dalam pembedahan
Esdaile atau operasi.
(1808 – 1859)
James Braid (1795 Menemukan istilah hipnotisme yang digunakan hingga
– 1860)
saat ini dengan macam-macam variasi kata. Ia juga
menunjukkan pentingnya konsentrasi, fiksasi mata, dan
sugesti dalam proses hipnotik.
– Memperkenalkan secara khusus kekuatan sugesti dalam
Ambroise
Auguste Liebeault hipnoterapi. Sugestibilitas dan imajinasi klien dipandang
(1823 – 1904)
Jean
sebagai kunci keberhasilan hipnoterapi.
Martin Menunjukklan korelasi atau saling keterkaitan antara
Charcot (1825 – histeria dan hipnotisme, dan membuat hipnotisme
1893)
diterima di kalangan akademisi dan dokter.
Pierre Janet (1859 Memperkenalkan konsep disosiasi hipnotik dalam
– 1947)
memahami fenomena hipnotik, seperti halusinasi atau
anestesia dalam hipnotisme.
Emile Couè (1857 Memperkenalkan kekuatan otosugesti dan imajinasi
– 1926)
Sigmund
dalam hipnotisme.
Freud Memperkenalkan secara lebih sistematis tentang dunia
(1856 – 1939)
ketidaksadaran,
cara
kerja
kesadaran
dan
ketidaksadaran, dan teknik asosiasi bebas dalam
mengeksplorasi ketidaksadaran.
Milton H. Erickson Mengembangkan secara kreatif teknik hipnotisme tidak
(1901 – 1980)
langsung lewat penggunaan bahasa yang permisif,
metafora atau analogi, dan teknik induksi yang lebih
bervariasi.
Dave Elman (1900 Memperkenalkan baik induksi yang lebih sistematis
Fakultas Psikologi UNDIP 7
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
– 1967)
maupun
induksi
cepat
bagi
hipnoterapi
dan
hipnoanalisis.
Ormond
McGill Mengembangkan induksi cepat (rapid induction) yang
(1913 – 2005)
saat ini banyak digunakan untuk hipnotisme hiburan
atau panggung.
B. Definisi Hipnotisme
Menurut Bernheim, hipnosis pada dasarnya adalah sugestibilitas yang
meningkat terhadap sugesti yang diberikan orang lain. Sedangkan menurut
Braid, hipnotisme berasal dari kata neurohipnotisme yang berarti tidurnya
sistem saraf (nervous sleep), dalam artian hipnotisme hanyalah akibat dari
tidurnya sistem saraf karena perhatian visual yang terfokus dan terkonsentrasi
pada satu objek. Sigmund Freud melihat hipnosis sebagai keadaan tidur yang
memiliki tingkat trans yang bervariasi mulai dari ringan sampai ekstrem (La
Kahija, 2007).
Gil Boyne (pelatih hipnoterapis di Amerika dan pendiri Dewan
Pemeriksa Hipnotis Amerika – American Council of Hypnotist Examiners)
memandang hipnosis sebagai keadaan pikiran normal yang dicirikan dengan :
(1) Relaksasi yang dalam,
(2) Keinginan mengikuti sugesti yang sejalan dengan sistem
kepercayaannya,
(3) Pengaturan diri dan normalisasi sistem saraf pusat,
(4) Sensitivitas yang meningkat dan selektif terhadap stimuli dari
lingkungan eksternal, dan
(5) Mekanisme pertahanan psikis yang melemah.
La Kahija mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan terfokusnya
perhatian pada objek fisik atau gambaran mental tertentu yang ditandai
dengan meningkatnya sikap sugestibilitas sebagai efek dari sikap kooperatif
dengan orang lain. Untuk sampai pada kondisi trans, klien perlu
meningkatkan sugestibilitasnya dan terapis perlu mengetahui teknik yang
tepat dalam memberi sugesti. Hal tersebut akan berjalan baik jika rapport
Fakultas Psikologi UNDIP 8
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
yang dibangun antara terapis dank lien berjalan dengan baik. (La Kahija,
2007)
Dalam The American Heritage Dictionary (dalam La Kahija, 2007)
hipnotisme diartikan sebagai teori atau praktik yang menyebabkan hipnosis.
Sementara hipnosis sendiri didefinisikan sebagai keadaan seperti tidur yang
dimunculkan secara artifisial di mana seseorang menjadi sangat responsif
terhadap sugesti yang diucapkan oleh hipnotis.
C. Jenis Hipnotisme
Terdapat lima jenis hipnotisme yang umum berkembang saat ini (La
Kahija, 2007) :
1. Hipnotisme panggung atau hiburan jika konteknya bahwa hipnotisme
dianggap sebagai sarana hiburan publik;
2. Hipnosis diri atau otohipnosis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana untuk menyugesti diri sendiri dan masuk ke dalam bawah
sadar pribadi untuk tujuan terapeutik dan pengembangan diri;
3. Hipnotisme forensik jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai sarana
merangkai kembali ingatan-ingatan korban kejahatan atau saksi mata
dalam persidangan;
4. Hipnotisme eksperimental jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai
sarana untuk melakukan penelitian eksperimental;
5. Hipnoterapi atau hipnotisme medis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana terapeutik.
D. Bahasa Hipnotik
Bahasa dalam terapi menunjukkan pergerakan bahasa dari bahasa
objektif (verbal) menuju bahasa subjektif (dinamika psikologis). Terapi tidak
hanya menuntut pengetahuan teoretis yang dihafalkan, tetapi juga seni untuk
menggunakan
berbagai
konsep
dan
teknik.
Kemampuan
berbahasa
merupakan prasyarat penting bagi hipnoterapis. Hipnoterapis menggunakan
Fakultas Psikologi UNDIP 9
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
bahasa ketika menyambut klien, membangun rapport, membawa klien dalam
tidur hipnotik, membangunkannya, dan mengajaknya berbagi pengalaman.
Hipnoterapi didasarkan pada kesepakatan antara terapis dan klien, di
mana terapis memberikan sugesti dan klien memaksimalkan daya
imajinasinya. Dua hal tersebut penting untuk mencapai perubahan subjektif
dalam persepsi, perubahan mood, perasaan, emosi, dan memori klien.
Sugesti secara umum diartikan sebagai ucapan yang ditujukan pada
seseorang untuk dipercayai tanpa menerima ucapan tersebut secara kritis.
Sugesti dapat dibagi menjadi dua, yakni sugesti sederhana yang umum
ditemui dalam percakapan biasa, dan sugesti hipnotik yang dijumpai dalam
proses hipnoterapi. (La Kahija, 2007)
Sugesti dapat dibagi menjadi enam tipe dalam proses hipnoterapi,
yakni sugesti relaksasi, sugesti untuk memperdalam, sugesti langsung, sugesti
untuk gambaran mental, sugesti tidak langsung, dan sugesti posthipnotik (La
Kahija, 2007). Sugesti untuk relaksasi dimaksudkan untuk membuat klien
berada dalam keadaan reseptif dan mampu mengarahkan konsentrasinya ke
bagian-bagian tubuh tertentu. Sugesti yang kedua yakni sugesti untuk
memperdalam. Dalam sugesti ini, klien diajak masuk lebih dalam lagi ke
bawah sadarnya hingga ke dalam tidur hipnotik. Selanjutnya adalah sugesti
tidak
langsung,
dimana
terapis
berusaha
menemukan
pengalaman-
pengalaman klien yang menimbulkan efek emosional tertentu yang tidak
menyenangkan. Selain itu terdapat pula sugesti langsung. Sugesti langsung
dipergunakan bagi klien yang kesulitan dalam berimajinasi, sehingga sugesti
yang diberikan tanpa perumpamaan atau analogi dengan bahasa yang
sederhana. Sugesti selanjutnya adalah sugesti gambaran mental. Sugesti ini
bertujuan untuk membuat gambaran mental klien menjadi lebih hidup.
Sugesti yang terakhir adalah sugesti posthipnotik, dimana sugesti ini
diberikan ketika klien dalam keadaan trans yang digunakan untuk
memodifikasi perilaku atau kepercayaan-kepercayaan klien yang negatif,
ditujukan untuk bawah sadar klien (La Kahija, 2007).
Fakultas Psikologi UNDIP 10
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Penggunaan Bahasa Untuk Sugesti
Sugesti berkaitan erat dengan teknik penggunaan bahasa, khususnya
kata, kalimat, dan pengucapan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
dipahami oleh klien. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan sugesti
antara lain adalah :
1. Kualitas ucapan
2. Penggunaan kata dan frasa
3. Kualitas suara (La Kahija, 2007)
E. Prosedur Hipnoterapi
1. Persiapan
Proses hipnoterapi dimulai dari datangnya klien ke terapis.
Pengumpulan data adalah langkah awal yng mendasari proses terapi.
Sebelumnya, terapis harus sudah membentuk rapport dengan klien.
Terapis perlu mengetahui informasi sebanyak mungkin baik dari klien
maupun dari significant others (La Kahija, 2007).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara maupun
observasi dan kuesioner. Tujuan utama dari pengumpulan data menurut
La Kahija (2007) adalah untuk memperoleh gambaran dari klien tentang:
Alasan memilih hipnoterapi,
Harapan klien dari terapi
Riwayat gangguan atau penyakit
Kebiasaan sehari-hari
Kesepakatan jumlah sesi.
2. Wawancara Prahipnosis dan Kuesioner
Terapis perlu memiliki gambaran teoretis mengenai gangguan
yang akan ditangani. Gambaran teoretis tersebut perlu di cross check
dengan pengalaman priobadi klien melalui wawancara atau melalui
pengisian kuesioner. Data yang diperoleh diharapkan dapat memberi
gambaran tentang:
Penyebab gangguan
Fakultas Psikologi UNDIP 11
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Situasi yang menstimulasi gangguan.
3. Observasi
Pengumpulan data wawancara dan kuesioner dilengkapi dengan
hasil observasi klien, sehingga data yang diperoleh oleh terapis semakin
kaya.
4. Induksi
Bila data yang dikumpulkan memadahi, maka proses selanjutnya
adalah terapis mempersiapkan induksi. Induksi adalah proses yang
ditempuh terapis dalam membawa klien menuju tidur hipnotik. Dalam
induksi terapis berperan sebagai pemandu jalan. Induksi dimulai dengan
memusatkan perhatian pada objek tertentu. Hal ini bertujuan untuk
mengasingkan klien dari stimulus eksternal. Dengan pikiran yang
terfokus, subjek perlahan bergerak dari luar ke dalam dirinya. Kemudian
baru pikiran dan tubuhnya menjadi rileks.
Elemen-Elemen Induksi
Proses induksi sangat bergantung pada sugestibilitas klien. Hal
tersebut yang mempengaruhi cepat atau lambatnya induksi. Elemen yang
harus ada dalam proses induksi antara lain :
Permulaan berupa teknik pernafasan
Relaksasi sistematis, dimana terapis membawa klien untuk
merelakskan titik-titik tubuh tertentu
Pengaktifan rasa dan emosi
Pengambilan gambar mental
Terminasi.
Teknik Induksi
a) Relaksasi progresif
Dengan teknik relaksasi progresif, klien diajak untuk membuat
tubuhnya menjadi relaks. Alur relaksasi biasanya dimulai dari kepala
sampai kaki.
Fakultas Psikologi UNDIP 12
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
b) Induksi langsung
Induksi langsung biasanya menggunakan bahasa sederhana dan
umum digunakan dalam percakapan sehari-hari. Pilihan kata perlu
diperhatikan sesuai dengan gambaran klien. Hal ini dimaksudkan
untuk membuat klien memberi respon yang diinginkan oleh terapis.
Terdapat dua jenis induksi langsung, yakni:
(1) Induksi
otoriter
(terapis
menggunakan
kalimat
perintah
sederhana)
(2) Visualisasi terarah (terapis memberi sugesti tentang gambar atau
situasi tertentu yang membuat klien nyaman)
c) Induksi tidak langsung
Induksi tidak langsung digunakan pada klien yang sulit tersugesti.
Induksi ini bisa berupa analogi, metafora, dan pernyataan sasosiatif.
Analogi dan metafora dapat digunakan untuk menyentuh emosi,
perasaan, dan suasana hati dalam ketidaksadaran klien.
5. Memperdalam Trans
Pendalaman trans dimaksudkan untuk membawa klien ke level
trans yang lebih dalam. Caranya bisa dengan menyambung induksi
dengan induksi yang lain. Dalam memperdalam trans perlu diperhatikan:
Sentuhan
Lokasi yang nyaman bagi klien
Pergerakan ke bawah, yakni dengan menyugesti semakin dalam ke
arah ketidaksadaran.
6. Sugesti Posthipnotik
Sugesti posthipnotik adalah sugesti yang diberikan ketika klien
masuk dalam tidur hipnotik atau mengalami trans. Sugesti ini bertujuan
untuk memodifikasi perilaku atau perasaan yang negatif. Bila bawah
sadar klien bisa menangkap pesannya, maka sugesti itu akan
mempengaruhi perilaku klien setelah ia bangun dari tidur hipnotiknya.
Keadaan trans terdiri dari tiga level, yakni trans ringan, trans medium, dan
trans dalam. Ciri-ciri trans dalam dapat diamati melalui:
Fakultas Psikologi UNDIP 13
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Postur yang lunglai. Tubuh klien terlihat lemas. Namun, otot-otot
lengannya terasa kaku ketika diangkat.
Napas yang santai. Klien terlihat menarik dan melepaskan napas
dengan relaks seperti orang tertidur pulas.
Suhu tubuh yang hangat.
Kedipan mata. Klien mengalami rapid eye movement.
Mata memerah ketika membuka mata.
Lakrimasi
Putaran bola mata.
7. Membangunkan Klien
Sesudah memberikan sugesti posthipnotik, terapis membangunkan
klien dari trans dan mengaktifkan kembali kesadaran klien. Proses
membangunkan klien dilakukan secara bertahap, cara yang paling umum
dilakukan adalah dengan menghitung dari 1 sampai 3 atau 1 sampai 5.
Membangunkan dengan tiba-tiba dapat berdampak pada perasaan
disorientasi yang menyebabkan klien merasa pusing. Setelah klien merasa
segar, terapis melakukan wawancara posthipnotik. Wawancara ini
dimaksudkan untuk mendengar pengalaman klien.
8. Penggunaan Skrip
Skrip atau naskah yang digunakan ketika hipnoterapi berisi
panduan sugesti tertulis yang sesuai dengan tujuan dilakukannya terapi.
Penggunaan skrip sangat tergantung pada gangguan yang ditangani.
F. Persiapan Hipnoterapi
Proses hipnoterapi tidak luput dari keterbatasan terapis menghadapi
klien, dikarenakan hipnoterapi bukanlah satu-satunya cara untuk mengatasi
gangguan psikologis. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk
menciptakan iklim yang nyaman bagi klien:
1. Miskonsepsi tentang hipnosis
Kebanyakan klien memiliki kecemasan ketika awal sesi terapi
karena adanya persepsi mengenai hipnoterapi yang diawalinya dengan
Fakultas Psikologi UNDIP 14
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
menyaksikan atau mendengar kisah tentang sang hipnotis hiburan yang
dapat mengendalikan perilaku seseorang atau kasus kejahatan yang
menggunakan teknik yang menyerupai hipnosis. Dalam hal ini, terapis
sebaiknya memiliki pengetahuan yang memadahi mengenai hipnoterapi
dan miskonsepsi mengenai hipnosis sehingga ketika klien mengungkap
kekhawatirannya, terapis bisa menjelaskan dan menenangkannya (La
Kahija, 2007).
2. Persiapan terapis
Penting bagi terapis untuk memiliki sikap profesionalitas dan
latar belakang keilmuan dalam bekerja. Para terapis dituntut memiliki
dasar keilmuan yang kuat karena dalam proses hipnoterapi, hipnotis
harus mengetahui cara memperlakukan dunia bawah sadar klien yang
menjadi gudang pengalaman unik setiap orang. Selain itu, hipnotis
dituntut pula memiliki kreativitas. Ada beberapa syarat yang menjadi
bekal penting para terapis (La Kahija, 2007):
Kepercayaan diri
Keinginan untuk membantu orang lain
Kesabaran
Kerendahan hati
Ketelatenan dan persistensi
Penghargaan dan keunikan
Penelusuran historisitas klien
Instrospeksi dan refleksi
Pengetahuan tentang psikoterapi.
Kesemua syarat di atas membantu terapis dalam membangun
rapport yang baik dengan klien. Perlu diingat bahwa terapis memegang
seluruh tanggung jawab terhadap kliennya ketika terapi berlangsung.
3. Persiapan klien
Terdapat perbedaan individu dalam merespon sugesti dari terapis.
Di sini lah pentingnya rapport pada awal sesi terapi. Klien yang sangat
terbuka terhadap sugesti dapat mengalami pembalikan usia (age
Fakultas Psikologi UNDIP 15
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
regression), analgesia (pengurangan rasa nyeri), halusinasi positif dan
negatif, serta amnesia posthipnotik. Namun, terdapat pula klien yang sulit
untuk tersugesti, di antaranya karena (La Kahija, 2007):
Kecemasan dan ketakutan akan hipnosis
Kesulitan untuk relaksasi
Ketidakpercayaan pada terapis
Masalah postur (kenyamanan)
Sikap argumentatif dan analitis
Perasaan gugup
Perasaan kebal terhadap hipnosis
Kesulitan berimajinasi
Keadaan terpaksa
Insomnia
Neurosis dan psikosis
Berbagai kesulitan klien di atas adalah sebagai gambaran bagi
para terapis untuk kesiapan mental ketika berhadapan dengan situasi
yang sulit dikendalikan. Di sinilah pentingnya komunikasi antara klien
dan terapis. Terbukanya pengalaman baru akan menjadi bekal untuk
memahami psikoterapi khususnya hipnoterapi secara mendalam.
4. Penataan iklim kerja
Mempersiapkan tempat atau lingkungan yang nyaman bagi klien
dapat menunjang berlangsungnya hipnoterapi.
ditentukan oleh faktor berikut (La Kahija, 2007):
Sikap dan penampilan terapis
Temperatur ruangan
Pencahayaan
Keluasan ruangan
Penataan ruang.
Iklim
yang baik
Fakultas Psikologi UNDIP 16
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
5.
Etika professional
Hipnoterapi diikat oleh etika. Etika ini diaplikasikan dalam
bentuk kode etik. Etika sangat penting untuk mempertanggungjawabkan
kerja terapis terhadap klien, keluarga, dan masyarakat.
G. Kegunaan Hipnoterapi
Hipnoterapi pada dasarnya digunakan sesuai dengan kebutuhan klien.
Namun, ada beberapa bidang yang selama ini ditangani dengan metode
hipnoterapi, di antaranya: (La Kahija, 2007)
1. Histeria
Histeria merupakan contoh klasik penggunaan hipnoterapi. Tokoh
yang banyak menangani kasus histeria adalah J M Charcot dan S. Freud.
Charcot mengemukakan bahwa histeria adalah gangguan yang disebabkan
oleh gangguan emosional terhadap kejadian traumatis di masa lalu.
Selanjutnya Freud menguatkan pendapat Charcot dengan menyatakan
bahwa simptom histeria berasal dari masa lalu yang tersimpan di alam
bawah sadar. Dalam memberi terapi pada histeria, hipnoterapis perlu
memiliki pemahaman konseptual mengenai dinamika isi ketidaksadaran,
terutama seni menginterpretasi bawah sadar.
2. Analgesia dan anestesia
Pada Perang Dunia II, hipnosis mulai digunakan kembali sebagai
analgesia (peredam rasa sakit) dan anestesia (obat bius) yang diberikan
kepada prajurit yang terluka. Sedangkan saat ini, hipnosis untuk analgesik
dan anestesi digunakan dalam persalinan, serta membantu mengurangi
rasa sakit pada penderita kanker. Teknik yang popular adalah analgesia
induksi cepat (rapid induction analgesia) dari Joseph Barber.
3. Stres
Ketika seseorang mengalami ancaman psikologis, tubuh dan jiwa
bereaksi dan merespon untuk melakukan pertahanan. Ketika usahanya
mengalami hambatan, seorang akan mengalami stres. Dalam keadaan
stres, seorang sulitm nemukan cara yang tepat dalam menyikapi
Fakultas Psikologi UNDIP 17
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
masalahnya. Penderita stres memerlukan situasi yang tenang dan santai
agar mampu untuk kembali berpikir jernih, keadaan ini dapat dibentuk
ketika proses hipnoterapi yang membantu mereka memasuki relaksasi
yang memebri rasa segar dan ringan serta berusaha menarik akar
permasalahan yang mengganggu klien.
4. Fobia
Fobia merupakan rasa takut yang berlebihan terhadap stimulus
atau situasi tertentu. Terdapat beberapa macam fobia, yaitu: agrofobia,
yaitu ketakutan akan tempat atau situasi yang bisa menimbulkan rasa
malu; fobia sosial, yaitu ketakutan yang berlebih ketika berinteraksi
dengan orang lain; dan fobia sederhana, yaitu ketakutan irasional dan
berlebihan terhadap stimulus tertentu. Fobia berakar dari pengalaman
traumatis atau perlakuan buruk lingkungan di masa lalu, khususnya masa
anak-anak. Hipnosis dapat membantu mengatasi fobia dengan cepat
melalui desentisisasi klien dengan stimulus yang menjadi objek fobia.
Setelah itu, terapis mendorong klien bereaksi dengan santai dan tenang
terhadap stimulus. Setelah itu, klien bisa mengontrol dan membebaskan
diri dari ketakutannya.
5. Gangguan kecemasan
Orang dengan gangguan kecemasan menghabiskan waktunya
dengan mencemaskan banyak hal, seperti kesehatan, keuangan, dan
keluarga. Penderita terkadang sadar bahwa kecemasannya berlebihan.
Bila kecemasan ini menjadi semakin parah, maka akan muncul
Generalized Anxiety Disorder (GAD) yang dicirikan dengan keletihan,
sakit kepala, ketegangan dan rasa sakit pada otot, kesulitan menelan,
gemetar, mudah tersinggung, mengaami kesulitan tidur, dan berkeringat.
Jika keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan individu
mengalami depresi. Hipnoterapi membantu mereka menjadi lebih santai
dan mencari akar permasalahan.
Fakultas Psikologi UNDIP 18
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
6. Depresi
Secara klinis, depresi dikategorikan ke dalam gangguan suasana
hati (mood disorder). Depresi bervariasi mulai dari yang ringan hingga
ekstrem tergantung dari rasa ketidakmampuan seseorang menyelesaikan
masalah yang menurutnya sangat berat. Semakin berat depresi yang
dialami, maka semakin lama penanganannya. Salah satu contoh depresi
berat adalah dysthymia, yaitu gangguan mood yang diderita minimal dua
tahun dengan ciri-ciri penderita gangguan pola makan dan tidur, rasa letih
berlebih, harga diri yang rendah, konsentrasi rendah, dan perasaan tidak
berdaya.
Hipnoterapi
yang
dijalani
cukup
kompleks
karena
memperhatikan multiaspek karena satu aspek bisa berkorelasi dengan
gangguan lain.
7. Perilaku merokok
Hipnoterapi cukup diminati untuk mengehentikan perilaku
merokok. Kesulitan berhenti biasanya dialami dalam beberapa hari
pertama. Terapis perlu mengumpulkan informasi mengenai alasan pribadi
klien untuk merokok dan situasi apa saja yang mendorongnya untuk
merokok. Selanjutnya terapis menanamkan sugesti yang positif.
8. Sakit kepala dan migren
Penyebab dari rasa sakit kepala dan migren adalah faktor fisik
dan/atau psikologis yang bervariasi antarindividu. Secara psikologis,
migren berkaitan erat dengan depresi. Dalam memberi terapi, klien dilatih
melakukan relaksasi yang dapat membantu tubuh untu kmemproduksi
serotonin. Serotonin dapat menghilangkan rasa sakit.
9. Gangguan makan
Gangguan makan (eating disorder) yang utama adalah bulimia
nervosa dan anorexia nervosa. Penderita anorexia dan bulimia memiliki
persepsi tubuh mereka memiliki kelebihan berat badan, serta berusaha
menurunkan berat badan secara maladaptif. Hipnoterapi difokuskan untuk
mengatur dan mengontrol pola makan.
Fakultas Psikologi UNDIP 19
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
10. Gangguan tidur
Gangguan
tidur
dikelompokkan
menjadi
disomnia
dan
parasomnia. Disomnia berkaitan dengan gangguan lama waktu dan
kualitas tidur, sedangkan parasomnia berkaitan dengan perasaan diteror
selama tidur dan berjalan ketika tidur. Sesi awal hipnoterapi untuk
penderita gangguan tidur adalah relaksasi dan meditasi.
Fakultas Psikologi UNDIP 20
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB III
Pembahasan
Hipnoterapi dapat digunakan untuk mengatasi atau mengurangi gejala dari
gangguan fisik maupun psikologis yang dialami oleh klien. Proses hipnoterapi
berdasarkan asesmen dan pengumpulan data yang diperoleh dari klien dan
significant others sehingga diperoleh tujuan dari hipnoterapi sesuai dengan
kebutuhan klien yang datang ke terapis. Pada bagian sebelumnya telah disinggung
beberapa kegunaan hipnoterapi, yakni diantaranya adalah untuk mengatasi
gangguan makan, gangguan tidur, kecemasan, depresi, dan untuk mengatasi rasa
sakit yang berfungsi sebagai analgesik dan anestesi. Pada bagian ini akan dibahas
mengenai hipnoterapi untuk mengurangi dan/atau mengatasi rasa sakit yang
ditinjau dari beberapa jurnal.
Hipnoterapi pada penelitian Gerson menggunakan metode terapi kelompok
untuk penderita IBS (Irritable Bowel System). IBS adalah suatu kondisi gangguan
perut yang ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah perut, yang disertai
dengan gejala-gejala episodik perasaan sulit buang air besar (konstipasi) dan atau
diare. IBS sering kali disebut sebagai suatu kumpulan keluhan dan bukan penyakit
maag tertentu. Kembung, banyak gas dan perasaan tidak nyaman adalah keluhan
yang paling sering dialami pasien selain diare dan sulit buang air besar. Hasil
penelitian Gesron menyebutkan bahwa hipnoterapi dalam kelompok berpengaruh
pada penurunan yang signifikan terhadap gejala yang dimunculkan selama 1 tahun
setelah terapi dihentikan. Hipnoterapi sangat efektif untuk pasien IBS yang
mengalami masalah hubungan interpersonal. Proses hipnoterapi diberikan pada 75
pasien pengidap IBS, 46 wanita dan 29 pria dengan rentang usia 21 tahun hingga
82 tahun.
Pasien diminta untuk melengkapi kuesioner sebelum memulai terapi,
yakni IBS Severity Scale (SSS), the Mind-Body IBS questionnaire, dan The
Quality of Relationship Inventory (QRI). Panduan hipnoterapi yang digunakan
berdasarkan model terapi dari Palsson, dengan seting terapi kelompok. Terdapat
Fakultas Psikologi UNDIP 21
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
tujuh sesi yang dilakukan dua kali dalam seminggu dengan masing-masing sesi
berlangsung selama 45 menit. 15 menit pertama digunakan untuk menggali
informasi pasien mengenai kekhawatiran yang dialami ketika pengobatan serta
berbagi informasi IBS secara umum seperti pengobatan dan stress yang dialami
atau gejala yang dirasakan olwh pasien. Selanjutnya 30 menit terakhir adalah
proses hipnoterapi melalui relaksasi kemudian pengaktifan gambar mental
terutama mengenai usus. Terapis memberikan sugesti dan mengajak pasien untuk
berimajinasi bahwa ususnya sedang dilapisi dan dilindungi, sensitivitas sakit
menurun dengan mengurangi atensi terhadap sensasi tubuh yang kurang
menyenangkan. Pasien melakukan hal tersebut selanjutnya dengan panduan CD
yang diberikan oleh terapis hingga opada akhir sesi ketujuh.
Dari proses dan hasil hipnoterapi terhadap pasien IBS memberikan
gambaran bahwa hipnoterapi dapat digunakan untuk analgesik, yakni pengurang
rasa sakit dan efek yang diterima oleh pasien masih berlangsung satu tahun
setelah penghentian terapi. Terapi yang dilakukan digunakan untuk mengurangi
atensi pasien terhadap rasa sakit yang tidak menyenangkan di daerah perut.
Penelitian lain yang mendukung hipnoterapi dapat digunakan untuk
pengurang rasa sakit adalah penelitian Yacov dkk. mengenai penggunaan
relaksasi hipnosis pada pasien dengan keluhan sakit kepala dalam jurnalnya
Hypnotic Relaxation Vs Amitriptyline for Tension-Type Headache: Let the Patient
Choose. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa Hypnotic Relaxation
(HR) lebih dipilih oleh pasien daripada Amitriptyline (AMT) karena pasien
dengan HR menyatakan gejala sakit kepala yang dideritanya berkurang setelah
mendapatkan treatment.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Hadassah dengan 98
pasien dengan klasifikasi sakit kepala gangguan II episodic serta kronis. Semua
pasien menjalankan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mendapatkan penjelasan
mengenai kondisi mereka dan peran obat terhadap rasa sakit; (2) mendapat
penjelasan bahwa kondisi mereka tidak terlalu buruk; (3) mendapat penjelasan
Fakultas Psikologi UNDIP 22
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
mengenai dua alternatif pengobatan yakni dengan HR atau AMT dengan disertai
kelebihan dan kelemahan dari keduanya.
Pasien dengan AMT menerima 10 mg setiap malam sebelum tidur dan
kemudian meningkatkan dosisnya setelah 3 minggu menjadi 25 mg dan kemudian
peningkatan dosis 25 mg tiap 3 minggu sekali hingga pada dosis 75 mg.
Sedangkan pasien dengan HR ditawarkan 3 sesi pelatihan untuk melatih relaksasi
dan imajinasi. Proses terapi dilakukan selama 30 menit tiap sesi. Sesi pertama
dilakukan relaksasi 10 kelompok otot dan berfokus pada pernafasan. Setelah
memasuki keadaan trans, terapis memberikan sugesti untuk merelaksasikan otot
kepala dan merasakan kenyamanan. Pada akhir sesi diberikan sugesti untuk dapat
memproduksi perasaan tersebut dengan mudah setiap mereka membutuhkan.
Evaluasi dilakukan dengan pengisian kuesioner baik pasien yang mendapatkan
AMT dan pasien dengan HR berupa rating scale, frekuensi, dan penggunaan
analgesik. Kemudian, evaluasi diulang melalui wawancara melalui telepon 6-12
bulan kemudian oleh perawat klinik sakit kepala.
Lebih dari 50% pasien memilih untuk menggunakan HR daripada
menggunakan obat untuk mengurangi rasa sakitnya. Aplikasi teknik HR yang
dianggap mudah menyebabkan pasien lebih memilih teknik HR daripada
menggunakan obat. HR mengurangi persepsi sakit dan mengurangi ketegangan
pada otot-otot kepala yang membuat relaks sehingga pasien merasa sakit kepala
yang dialaminya berkurang tanpa harus mengkonsumsi obat analgesik.
Fakultas Psikologi UNDIP 23
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
BAB IV
Penutup
A. Simpulan
Dalam The American Heritage Dictionary (dalam La Kahija, 2007)
hipnotisme diartikan sebagai teori atau praktik yang menyebabkan hipnosis.
Sementara hipnosis sendiri didefinisikan sebagai keadaan seperti tidur yang
dimunculkan secara artifisial di mana seseorang menjadi sangat responsif
terhadap sugesti yang diucapkan oleh hipnotis.
Terdapat lima jenis hipnotisme yang umum berkembang saat ini (La
Kahija, 2007) :
1. Hipnotisme panggung atau hiburan jika konteknya bahwa hipnotisme
dianggap sebagai sarana hiburan publik;
2. Hipnosis diri atau otohipnosis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana untuk menyugesti diri sendiri dan masuk ke dalam bawah
sadar pribadi untuk tujuan terapeutik dan pengembangan diri;
3. Hipnotisme forensik jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai sarana
merangkai kembali ingatan-ingatan korban kejahatan atau saksi mata
dalam persidangan;
4. Hipnotisme eksperimental jika konteksnya hipnotisme dianggap sebagai
sarana untuk melakukan penelitian eksperimental;
5. Hipnoterapi atau hipnotisme medis jika konteksnya hipnotisme dianggap
sebagai sarana terapeutik.
Hipnoterapi sebagai sarana terapeutik sudah banyak dikembangkan di
dunia, baik untuk pengobatan medis maupun psikologis. Penggunaan bahasa
dalam hipnoterapi sangatlah penting karena dengan bahasa terapis mensugesti
klien dan mendorong klien untuk berimajinasi. Hipnoterapi dapat digunakan
sebagai analgesik dan anestesi di bidang medis, selain itu dapat dipergunakan
sebagai terapi bagi pecandu alkohol, perokok, dan mengurangi kecemasan
serta depresi pada individu.
Fakultas Psikologi UNDIP 24
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah memperkaya penelitian
mengenai hipnoterapi khususnya di Indonesia untuk memberikan gambaran
yang jelas pada masyarakat mengenai manfaat hipnosis di bidang terapi.
Fakultas Psikologi UNDIP 25
Hypnotherapy: An Alternative Analgesic and Anesthetic
Daftar Pustaka
Atkinson, Rita L., dkk. Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, Jilid 2. Batam:
Interaksara
Ezra, Yacov, et al. (2011). Hypnotic Relaxation vs Amitriptyline for TensionType Headache: Let the Patient Choose. American Headache Society, 1-7
Gerson, Charles D., Jessica Gerson, dan Mary-Joan Gerson. (2012). Group
Hypnotherapy for Irritable Bowel Syndrome with Long-Term Follow-Up.
International Journal of Clinical and Hypnosis 61(1), 38-54
La Kahija, YF. (2007). Hipnoterapi: Prinsip-Prinsip Dasar Praktik Psikoterapi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama