Membentuk Kepribadian Remaja Yang Hebat

Membentuk Pribadi Remaja Yang Hebat
Choirul Fauzi (1501050028)
Program Studi S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 53182
Gmail : [email protected]

Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa
ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini &
Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian
remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah masa peralihan diantara masa kanakkanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa

perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak
baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa
yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21
tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :


12 – 15 tahun = masa remaja awal,



15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan



18 – 21 tahun = masa remaja akhir.


Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian,
yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)

Pembentukkan Karakter
Karakter adalah sebuah kata yang tidak ada artinya jika tidak dihubungkan dengan
manusia. Gordon Allport mendefinisikan karakter manusia sebagai kumpulan atau
kristalisasi

dari

kebiasan-kebiasaan

seorang

individu. Sedangkan

Chaplin

mendefinisikannya sebagai kualitas kepribadian yang berulang secara tetap dalam

seorang individu. Dari sudut proses pembentukkannya ada ahli yang mengatakan
bahwa karakter manusia itu adalah turunan (hereditas), sebagian lain lagi mengatakan
lingkungan

yang

membentuk

karakter

kepribadian

seseorang.

Kita

tidak

mempersalahkan ataupun membenarkan salah satu pandangan di atas. Yang pasti
kedua


faktor

di

atas

sangat

berperan

di

dalam

pembentukan

karakter

kepribadianseorang manusia. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah

bahwa kebiasaan manusia setiap hari itulah yang akan membentuk karakter seorang
manusia.
Tulisan berikut ini akan menyajikan beberapa aspek kepribadian manusia yang perlu
dibiasakan

sejak

dini pada

anak

atau

pelajar sehingga dapat membentuk

satu

kepribadian yang tangguh dan mandiri di waktu yang akan datang.
1. Responsibility
Tanggungjawab dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua kata penting yakni

tanggung dan jawab. Tanggung berarti bersedia menerima apa yang ditugaskan
kepadanya, bersedia memikul isi tugas yang dipercayakan kepadanya.Jawab dalam
pengertian di sini berarti bersedia belajar dan memberikan penjelasan sesuai
kompetensi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya.

Aspek psikologis dari Tanggungjawab ini adalah keberanian menerima tugas,
komitmen menjalankan, ketahanan mental selama menjalankan, dan keterbukaan untuk
menerima konsekuensi positip dan negatip. Maka seorang yang disebut punya karakter
tanggungjawab berarti orang itu memiliki kesediaan untuk menerima, memiliki
komitmen untuk menjalankan tugas tersebut sampai tuntas dan mengevaluasi serta
menerima hasilnya baik positif maupun negatif.
2. Self-Respect
Penghargaan terhadap diri sendiri mungkin dilihat banyak orang sebagai hal
yang lucu. Karena penghargaan biasanya lebih banyak berhubungan dengan relasi
dengan orang lain yaitu menghargai orang lain. Bahkan ada yang beranggapan ekstrim
bahwa penghargaan terhadap diri adalah bentuk pemujaan diri. Terlepas dari anggapan
di atas saya mau mengatakan bahwa penghargaan terhadap diri sendiri adalah dasar
untuk menghargai orang lain. Bagaimana anda bisa menghargai oranglain kalau anda
sendiri tidak menghargai diri sendiri? Penghargaan terhadap diri sendiri berarti berpikir
positif, bersikap positif dan menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Dengan

berpikir positif terhadap diri, orang dapat menemukan potensi dan bakat yang
terpendam di dalamnya. Lalu dengan menerima hal-hal positip dan negatif yang ia
miliki, maka ia merasa aman dengan dengan dirinya sendiri, dan akhirnya ia dapat
tampil dengan penuh percaya diri.
3. Doing The Right Thing
Melakukan hal-hal baik merupakan aspek kepribadian yang perlu dibiasakan
sejak dini. Kebiasaan baik ini dibentuk dengan latihan. Dan latihan melakukan hal-hal
baik ini bisa terjadi di sekolah ataupun di rumah. Latihan di rumah akan didampingi
orangtua, sedangkan di sekolah akan didampingi oleh guru. Orangtua dan guru hadir
sebagai pendamping sekaligus motivator sehingga anak akan terus bersemangat
melakukan hal-hal baik itu. Latihan yang dilakukan berulang kali akan sekaligus
membentuk kebiasaan pada anak, dan selanjutnya kebiasaan ini akan menjadi bagian
dari kepribadian anak itu sendiri.

4. Respecting Others
Setiap orang tua dan guru di sekolah ingin supaya anak-anaknya memiliki
kebiasaan menghargai orang lain. Sikap ini bukan hanya harapan orang tua dan guru
tetapi

adalah


harapan

setiap

orang

dalam

kehidupan

bermasyarakat. Ketika

masih tinggal bersama orangtuanya di rumah, anak menjadi raja kecil. Semua
permintaannya selalu dipenuhi, semua keinginannya selalu dikabulkan. Tetapi setelah
ia masuk sekolah, ia akan bertemu dengan tantangan baru, yaitu teman-temannya
yang juga memiliki keinginan dan kemauan sendiri. Di sini anak perlu didampingi untuk
mengembangkan sisi penghargaan terhadap temannya yang lain. Ia perlu juga
menahan diri, memberi kesempatan kepada teman lain, menerima pendapat dan
keinginan teman lain, serta berani untuk menerima kekalahan. Sikap-sikap lain yang

perlu dikembangkan untuk mendukung aspek ini adalah kesabaran, menerima orang
lain, mendengarkan orang lain, dan mengakui kelebihan orang lain.
5. Preventing Conflicts & Violence
Konflik dan kekerasan sering identik dengan kaum muda. Pelajar yang adalah
bagian dari kaum muda pun sering kena stikma ini. Tentu bukan tanpa alasan kaum
muda mendapat stikma ini. Kenyataan membuktikan bahwa banyak terjadi tawuran
antar pelajar, tawuran antara mahasiswa, dan tawuran pemuda antar desa. Kenyataan
ini tentu memberi kita satu indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan
karakter orang-orang muda kita ini. Apa itu? Mereka tidak dibekali dengan nilai-nilai
kehidupan bersama yang patut diterima dan dihormati bersama. Selain itu oleh tekanan
ekonomi dan tantangan hidup metropolitan yang begitu tinggi,menyebabkan mereka
kehilangan pegangan hidup dan akhirnya sulit mengendalikan diri menghadapi konflikkonflik tersebut. Upaya membuat preventing terhadap konflik dan kekerasan antar
pelajar adalah dengan memberikan beban pekerjaan rumah yang banyak sehingga ia
sibuk dan hanya berpikir tentang tugas belajarnya, atau juga dengan memberikan
kursus-kursus ketrampilan lain sesuai dengan bakat dan talenta yang dimilikinya.
Selain itu anak juga perlu pandai memilih kegiatan yang tidak cenderung pada konflik
dan kekerasan.

6. Saying No to Alcohol and Other Drugs
Mengatakan No kepada Alkohol dan segala jenis obat bius adalah harapan

semua orangtua kepada anaknya. Bahkan bukan hanya para orangtua, tapi sekolah,
dan masyarakat pun sangat setuju dengan komitmen di atas. Banyak orangtua selalu
cemas dan dengan ketat memantau keberadaan anaknya supaya tidak sampai terjebak
ke dalam kebiasan buruk di atas. Gampang mengatakan No kalau kita belum pernah
mengalami nikmatnya minuman keras dan obat bius. Tapi adalah sulit kalau kita sudah
terjebak dalam kebiasaan minumun keras dan obat tersebut. Banyak orangtua sampai
menjual semua harta bendanya untuk memulihkan anaknya yang ketagihan narkoba.
Bukan itu saja, tapi kondisi fisik dan psikologis anak itu juga sangat memprihatinkan.
Maka para anak perlu diperingatkan untuk tidak mencoba-coba minum atau
mengkonsumsi narkoba. Mengapa perlu say No to Alcohol dan other Drugs? Karena
untuk menghindari diri dari jebakan kebiasaan buruk yang akan membawa seorang
siswa kepada kehancuran kepribadian.