MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL Pentingnya Pemb

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL
“Pentingnya Pembinaan Psikologi Sosial Sejak Dini”
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Sosial

Anggota Kelompok:
Firas Fathin Riyandika (1505287)
Ilham Fajar Ramadhan (1500590)
Nadya Isnaeni (1507197)
Shafina Aryanti Wulansari (1502007)
Tiara Risanti Zulfa L (1500764)

Manajemen Resort dan Leisure
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
psikologi sosial ini.
Makalah ini terdiri dari 4 Bab. Bab 1 mengenai Pendahuluan, Bab 2 Tinjauan Pustaka,

Bab 3 mengenai Pembahasan dan Bab 4 Penutup. Makalah ini telah kami susun sesuai
sistematika penulisan makalah yang benar, tapi terlepas dari semua itu kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah psikologi sosial ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah psikologi sosial ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, Oktober 2015

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................................... 4
1.4 Manfaat........................................................................................................ 5

1.4.1 Manfaat Teoritis...................................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 5
2.1 Konsep Mengenai Psikologi...........................................................................5
2.1.1 Pengertian Psikologi............................................................................... 5
2.1.2 Sejarah Psikologi.................................................................................... 6
2.1.3 Psikologi Sebagai Ilmu............................................................................ 7
2.1.4 Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Yang Lain...........................................8
2.2 Konsep Mengenai Psikologi Sosial...............................................................11
2.2.1 Pengertian Psikologi Sosial Menurut Para Ahli......................................11
2.2.2 Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial................................................12
2.2.3 Faktor Yang Melatarbelakangi Psikologi Sosial......................................13
2.2.4 Batasan dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial........................................14
2.2.5 Gejala Psikologi Sosial..........................................................................15
2.2.6 Teori-teori Psikologi Sosial....................................................................15
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................... 18
3.1 Kronologis Kejadian.................................................................................... 18
3.2 Alasan Yang Melatarbelakangi Kasus Kejahatan Dibawah Umur.................19
3.2 Alasan Pentingnya Pembinaan Psikologi Sosial Sejak Dini..........................21
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 21

4.1 Kesimpulan................................................................................................. 21
4.2 Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 22

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ilmu psikologi tak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Psikologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya,
maupun latar belakangnya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita tidak bisa
lepas dari masalah kejiwaan. Kejiwaan seseorang mempengaruhi cara seseorang bergaul,
bersikap serta mengambil keputusan. Maka dari itu kita harus mengetahui apa itu psikologi
secara mendalam agar kita dapat mengatur dan mengontrol diri kita sendiri agar bisa menjadi
manusia ideal.
Psikologi memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya Psikologi Sosial. Psikologi
sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dari ilmu pengetahuan
psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia
dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang

pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi
ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan
situasi sosial.
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara
psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu
hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak
psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik
dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segisegi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus.
Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi
teoritis.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai pengertian psikologi sosial, ruang
lingkup psikologi sosial, serta sub bab lain yang berhubungan dengan psikologi sosial. Kami
juga menyajikan studi kasus yang menunjang materi kami agar lebih memehami konsep
psikologi sosial yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Psikologi Sosial serta hubungannya dengan Ilmu Psikologi
2. Ruang Lingkup Psikologi Sosial
3. Peran penting psikologi sosial terhadap perkembangan remaja


Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 4

1.3 Tujuan
1.

2.

3.

4.
5.

Membekali kita dengan pengetahuan Psikologi Sosial sehingga tidak terpengaruh,
tersugesti, oleh situasi sosial yang selamanya tidak bernilai baik.
Memberikan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa dan menyusun alternatif
pemecahan masalah-masalah sosial secara tetap dan sistematis mengenai proses
kejiwaan yang berhubuunagn dengan kehidupan bersama.
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat sehingga
memudahkan dalam melakukan pendekatan untuk mewujudkan perubahan dan
pengarahan kepada tujuan dengan sebaik-baiknya.

Menyadarkan kita terhadap lingkungan sosial sehingga mampu merubah sifat dan sikap
sosialnya.
Membekali kita dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan
psikologi sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat,
perkembanagn ilmu, dan perkembangan teknologi.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memahami apa itu psikologi sosial secara teoritis beserta impact nya terhadap
kepribadian seorang manusia sehingga kita bisa mengidentifikasi, memilah dan memilih
pergaulan yang sesuai dengan norma yang berlaku.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan mempelajari psikologi sosial, kita dapat mengetahui perilaku manusia sebagai
upaya menyesuaikan diri dan berhubungan dengan orang lain, sehingga memudahkan
memahami mengapa mereka berpikir, berperasaan dan berbuat menurut cara mereka
sendiri, selain itu kita bisa peka terhadap perasaan orang lain dan dapat menjalin hubungan
yang harmonis dengan orang lain dalam rangka interaksi sosial.

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 5


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Mengenai Psikologi
2.1.1 Pengertian Psikologi
Secara harfiah Psikologi berasal dari kata: Pysche (Jiwa) dan logos (ilmu), sehingga
secara harafiah disebut juga Ilmu Jiwa. Beberapa pengertian yang dirumuskan oleh para ahli
itu antara lain sebagai berikut:.
1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990),
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang
dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2. Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungannya.
3. Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok,
dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku
yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan dan lain
sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya.
4. Dr. Singgih Dirgagunasa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia.
5. Plato dan Aritoteles Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat jiwa

serta prosesnya sampai akhir.
2.1.2 Sejarah Psikologi
Sejarah psikologi dapat ditelusuri pada masa Yunani kuno. Pada tahun 1600-an, filsuf
Perancis yang terkenal, Rene Descartes, memperkenalkan konsep dualisme yang menekankan
pada tubuh dan pikiran yang pada dasarnya adalah dua entitas terpisah yang berinteraksi
bersama untuk membentuk pengalaman.
Pada pertengahan abad ke-19, muncul Wilhelm Wundt, seorang ahli ilmu fisiologi
Jerman yang terkenal akan karya-karyanya, menguraikan hubungan yang paling penting
antara fisiologi dan psikologi. Dia mempelajari tentang kesadaran manusia dan berusaha
untuk menerapkan metode eksperimental tertentu untuk mempelajari proses mental internal.
Proses ini sekarang dikenal dengan introspeksi.
Salah satu murid Wundt yang paling terkenal, Edward Titchener, menjadi salah satu
pendiri sekolah psikologi pertama. Edward Titchener memunculkan sebuah pemikiran baru
yang disebut strukturalisme. Menurut strukturalisme, kesadaran manusia dapat dipecah
menjadi bagian-bagian kecil. Menggunakan introspeksi, siswa dilatih untuk berusaha
memecahkan reaksi dan tanggapan yang paling dasar dari semua persepsi dan sensasi.
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 6

Psikologi kemudian berkembang di Amerika pada abad ke-19. William James adalah
seorang psikolog Amerika terkemuka selama periode ini dan prinsip-prinsip psikologi

membuatnya menjadi disebut sebagai Bapak Psikologi Amerika. Konsep dan gagasan
William James dikenal dengan nama fungsionalisme. Fungsionalisme terfokus pada perilaku
manusia bekerja untuk membantu masyarakat di lingkungan masing-masing. Fungsionalis
menggunakan metode seperti observasi langsung. Fungsionalis menekankan pada kenyataan
bahwa kesadaran adalah proses yang selalu berubah dan berkelanjutan.
Sampai saat itu, psikologi cenderung lebih menekankan pada pengalaman manusia
secara sadar. Sigmund Freud, dokter Austria yang terkenal karena mengubah wajah psikologi
sedemikian rupa, mengedepankan teori kepribadian yang menekankan pada pentingnya
pikiran bawah sadar. Penelitiannya dengan orang yang menderita penyakit mental seperti
histeria membuatnya percaya bahwa pengalaman anak usia dini serta impuls bawah sadar kita
memberi kontribusi besar terhadap pengembangan kepribadian dan perilaku orang dewasa.
Menurutnya, gangguan psikologis pada dasarnya akibat dari konflik tak sadar yang terjadi
dalam diri kita, dan yang menjadi tidak seimbang. Teorinya memiliki dampak besar pada
psikologi di abad ke-20, yang mempengaruhi bidang lainnya seperti sastra, seni dan budaya.
Psikologi berkembang secara dramatis selama abad ke-20 dan muncul pemikiran yang
dikenal dengan behaviorisme. Behaviorisme adalah perubahan yang sangat besar dari semua
perspektif teoritis sebelumnya, dan menolak penekanan pada pikiran sadar serta pikiran
bawah sadar. Melainkan berusaha untuk membuat disiplin yang lebih ilmiah dengan
menekankan pada perilaku yang dapat diamati. Perilaku menekankan pada kenyataan, bahwa
materi pelajaran psikologi pada dasarnya adalah perilaku manusia. Dampak dari aliran

pemikiran ini sangat besar dan mendominasi selama hampir 50 tahun. Meskipun akhirnya
runtuh, prinsip-prinsip dasar behaviorisme masih digunakan sampai sekarang. Metode terapi
sering digunakan untuk membantu anak-anak mengatasi perilaku maladaptif dan belajar
keterampilan baru.
Pada pertengahan abad ke-20, muncul pemikiran yang kita kenal dengan psikologi
humanistik, konsep teoritis yang meletakkan penekanan pada pengalaman sadar.
Disiplin ilmu psikologi telah mengalami pertumbuhan dan perubahan besar sejak awal
kemunculan Wilhelm Wundt. Psikologi sejak itu terus berubah dan berkembang, membawa
perspektif baru. Penelitian psikologis sekarang berfokus pada banyak aspek dari perilaku
manusia dan pengalaman, yang mengacu pada faktor budaya dan sosial, serta pengaruhnya
pada perilaku manusia.
2.1.3 Psikologi Sebagai Ilmu
Psikologi sebagai ilmu merupakan pegetahuan yang di peroleh dengan pendekatan
ilmiah, dan merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah.
Oleh karenanya sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan data
empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis, ( Morgan, dkk,1984 ). Namun,
lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan organism manusia.
Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 7


berhubungan. Pertama psikologi adalah studi(penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, adalah
ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai “tingkah laku” organism.
Psikologi sebagai suatu ilmu, mempunyai tugas-tugas atau fungsi-fungsi tertentu
seperti ilmu-ilmu pada umumnya. Adapun tugas-tugas psikologi ialah:
a. Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang di
bicarakan.
b. Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya
peristiwa-peristiwa tersebut.
c. Menyusun Teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai
hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.
d. Prediksi, yaitu untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi.
e. Pengendalian, yaitu tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.
Seperti yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka
dengan sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu yang lain seperti,





Objek tertentu
Metode pendekatan atau penelitian tertentu
Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu
Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek

2.1.4 Hubungan Psikologi Dengan Ilmu Yang Lain
Berikut dijelaskan hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain yaitu, sebagai berikut :
1. Hubungan psikologi dengan Fisiologi
Fisiologi (ilmu tentang tubuh manusia) dapat dihubungkan dengan ilmu psikologi
untuk memperoleh kejelasan tentang bagaimana sebenarnya proses tingkah laku.
2. Hubungan Psikologi dengan ilmu sosiologi
Untuk dapat mengetahui pola-pola reaksi manusia, sehingga individu menjadi objek
penyelidikan psikologi. Sosiologi adalah ilmu yang berpengaruh pada psikologi Sosial.
Sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang terkait dengan perilaku hubungan antar individu,
atau antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku
sosialnya.
3. Hubungan Psikologi dengan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Keduanya memiliki persamaan metode, yaitu metode induktif. Penyelidikan psikologi
sejalan dengan metodologi riset dalam periode hipotesis dan eksperimen, dimana kebenaran
diperoleh melalui proses pengajuan hipotesis yang dilanjutkan dengan pengujian melalui
eksperimen-eksperimen. Hubungan Psikologi dan Ilmu Alam Pada permulaan abad ke-19
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 8

psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi disusun
berdasarkan hasil eksperimen Objek penelitian psikologi: manusia dan tingkah lakunya yang
selalu hidup dan berkembang. Objek penelitian ilmu alam : benda mati.
Ilmu pegetahuan alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
psikologi. Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami
kemajuan yang cukup cepat, hingga ilmu pengetahuan alam menjadi contoh bagi
perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi, khususnya metode ilmu pengetahuan
mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi. Karenanya sebagian ahli
berpendapat, kalau psikologi ingin mendapatkan kemajuan haruslah mengikuti cara kerja
yang ditempuh oleh ilmu pengetahuan alam. Psikologi merupakan ilmu yang berdiri sendiri
terlepas dari filsafat, walaupun pada akhirnya, metode ilmu pengetahuan alam tidak
seluruhnya digunakan dalam lapangan psikologi.
4. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu keguruan
Mendidik dan mengajar yang berhasil diantaranya harus menyesuaikan diri dengan
keadaan jiwa anak, dan itu semua memerlukan psikologi. Hubungan Psikologi dengan Ilmu
Pendidikan Ilmu Pendidikan: bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir
sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana tidak didasarkan pada
psikologi perkembangan. Hubungan kedua disiplin ilmu ini melahirkan Psikologi Pendidikan
Fireworks.
5. Hubungan Psikologi dengan ilmu antropologi
Adapun antropologi adalah ilmu yang memfokuskan pada perilaku sosial dalam
suprastruktur budaya tertentu. Psikologi Sosial mempelajari perilaku individu yang
bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya. Perbedaan psikologi
sosial dengan sosiologi adalah fokus studinya. Fokus perhatian studi psikologi sosial adalah
perilaku Individu sedangkan sosiologi fokus pada sistem dan struktur sosial yang dapat
berubah atau konstan tanpa bergantung pada individu atau lebih memfokuskan pada
masyarakat dan budaya yang melingkupi individu.
Tiga masalah yang menjadi fokus perhatian antropologi adalah kepribadian bangsa,
peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal. Dalam persoalan
‘kepribadian bangsa’ sesudah perang Dunia ke-1 menunjukkan bahwa hubungan antar bangsa
kian intensif, perhatian penjajah terhadap kepribadian bangsa jajahan. Fokus studi
antropologi awal tahun 1920-an adalah antropologi tertarik pada lingkungan dan kebudayaan
dari bayi dan anak-anak, masa itu dianggap penting bagi pembentukan kepribadian dewasa
yang khas dalam suatu masyarakat. Hampir semua penelitian yang mendalami “kepribadian
bangsa” menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak berbeda pada bangsabangsa di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan pada masa kanak-kanak. Misalnya
orang jepang yang dewasa menjadi bersifat memaksakan kehendaknya, karena ketatnya
latihan mengenai cara membuang air pada masa kanak-kanak perkembangannya. Saat ini
kesimpulan di atas tidak bisa diandalkan lagi.

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 9

Dalam perkembangannya, fokus pendekatan psikologis pada keanekaragaman
kebudayaan, berubah. Minat terhadap hubungan pengasuhan semasa anak-anak dan
kepribadian setelah dewasa, tetap dipertahankan, namun beberapa ahli antropologi mulai
meneliti faktor-faktor determinan yang mungkin jadi penyebab dari kebiasaan pengasuhan
anak yang beragam. Kebudayaan tertentu menghasilkan karakteristik psikologi tertentu dan
menimbulkan ciri budaya lainnya. Kesimpulan mengenai pendekatan psikologis dalam
antropologi budaya adalah bahwa dengan menghubungkan variasi dalam pola budaya dengan
masa pengasuhan anak, kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan yang mungkin menjadi
konsekuensi dari faktor psikologis dan prosesnya. Anthropology in mental health,
memfokuskan diri pada aspek sosial budaya yang mempengaruhi kondisi/ gangguan mental
pada diri individu.
6. Hubungan Psikologi dengan llmu Politik
Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang polotik,
“massa psikologi penting bagi politisi untuk menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada
umumnya, golongan tertentu pada khususnya. Psikologi sosial dapat menjelaskan bagaimana
sikap dan harapan masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang
teguh pada tuntutan masyarakat.
7. Hubungan Psikologi dan Ilmu Komunikasi
Banyak disiplin ilmu yang terlibat dalam studi komunikas Dalam perkembangannya
ilmu komunikasi melakukan “perkawinan’ dengan berbagai ilmu lai Subdisiplin : komunikasi
politik, sosiologi komunikasi masa, psikologi komunikas Psikologi komunikasi : ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan dan mengndalikan peristiwa mental dan behavioral
dalam komunikasi.
8. Hubungan Psikologi dengan Biologi
Mempelajari benda-benda hidup, sedangkan psikologi mempelajari dan meneliti
tingkah laku manusia (benda hidup) dalam hubunganya dengan lingkungan Objek Formal
Psikologi : tingkah laku manusia Biologi : fisik Psikologi ilmu subjektif. Mempelajari
penginderaan dan persepsi manusia,menganggap manusia sebagai subjek (pelaku) Psikologi
mempelajari nilai yang berkembang dari persepsi subjek. Psikologi mempelajari perilaku
secara ‘molar’ (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh Biologi ilmu Objektif
Mempelajari manusia sebagai jasad/objek Mempelajari fakta yang diperoleh dari penelitian
terhadap jasad manusia Mempelajari perilaku manusia secara molekular. Mempelajari
molekul-molekul dari perilaku berupa gerakan,refleks, proses ketubuhan..dsb.
Biologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, semua benda yang hidup
menjadi obyek biologi, dan cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung didalamnya. Baik
psikologi dan biologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu
tersebut meninjau dari sudut yang berlainan, namun dati segi-segi tertentu kedua ilmu itu ada
titik-titik pertemuan. Biologi maupun psikologi mempelajari perihal proses-proses kejiwaan.
Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa disamping adanya hal yang sama-sama dipelajari
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 10

oleh kedua ilmi tersebut, misalnya soal keturunan. Ditinjau dari segi biologi adalah hal yang
berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke
generasi lain. Soal keturunan juga dibahas oleh psikologi, misalnya tentang sifat, intelegensi,
dan bakat. Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari
biologi.
9. Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat segala sesuatu. Karena itu,
filsafat juga mempelajari masalah-masalah hakikat jiwa, hakikat hidup, hubungan antara jiwa
dan Tuhan sebagai penciptanya dan lain sebagainya.Filsafat adalah hasil akal manusia yang
mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam
penyelidikannya filsafat berangkat dari apa yang dialami manusia Ilmu psikologi menolong
filsafat dalam penelitiannya. Kesimpulan filasafat tentang kemanusiaan akan ‘pincang’ dan
jauh dari kebenaran jika tida mempertimbangkan hasil psikolog.
Pada awalnya ilmu psikologi adalah bagian dari ilmu filsafat, tetapi kemudian
memisahkan diri dan berdiri sendiri sebagai ilmu yg mandiri. Meskipun psikologi
memisahkan diri dari filsafat, namau psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan
filsafat, karena kedua ilmu ini memiliki ilmu obyek yang sama yaitu manusia sebagai
makhluk hidup. Namun berbeda dalam pengkajiannya. Dalam ilmu psikologi, yang dipelajari
dari manusia adalah mengenai jiwa, tetapi tidak dipelajari secara langsung karena bersifat
abstrak dan membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa tersebut, yakni berupa tingkah
laku dan proses kegiatannya. Sedangkan dalam ilmu filsafat yang dibicarakan adl mengenai
hakikat dan kodrat manusia serta tujuan hidup manusia. Sehingga ilmu psikologi dan filsafat
terdapat suatu hubungan yang timbal balik dan saling melengkapi antara keduanya.

2.2 Konsep Mengenai Psikologi Sosial
2.2.1 Pengertian Psikologi Sosial Menurut Para Ahli
Menurut Gordon Allport (1985), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku
seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara:
a. secara nyata atau actual
b. dalam bayangan atau imajinasi
c. dalam kehadiran yang tidak langsung (implied)
Menurut David O Sears (1994), psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara
sistematis untuk memahami perilaku social, mengenai:
a. bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social
b. bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita
c. bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 11

Menurut Sherif & Musfer (1956), psikologi sosial adalah ilmu tentang pengalaman
dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus social. Dalam defenisi ini,
stimulus social diartikan bukan hanya manusia, tetapi juga benda-benda dan hal-hal lain yang
diberi makna social.
Menurut Show & Costanzo (1970), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku individual sebagai fungsi stimulus-stimulus social. Defenisi ini tidak
menekankan stimulus eksternal maupun proses internal, melainkan mementingkan hubungan
timbale balik antara keduanya. Stimulus diberi makna tertentu oleh manusia dan selanjutnya
manusia bereaksi sesuai dengan makna yang diberikannya itu.
Menurut Baron & Byrne (2006), psikologi sosial adalah bidang ilmu yang mencari
pemahaman tetnang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam
situasi-situasi sosial. Defenisi ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal
mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.
Menurut Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial
membedakan tiga wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:
a. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang persepsi,
motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan monopoli dari
psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar dari studi tentang topik-topik
ini.
b. Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan
sebagainya.
c. Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan
kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan, peran dan sebagainya.
Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau pengaruh sosial
terhadap perilaku manusia. Bidang ini sangat luas, mencakup berbagai bidang studi dan beberapa
disiplin ilmu. Psikolgi sosial juga digunakan dalam berbagai disiplin dan industri; banyak orang
memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi sosial bahkan tanpa menyadari hal itu ketika mereka
mencoba untuk mengendalikan kelompok, pengaruh pendapat seseorang, atau menjelaskan mengapa
seseorang berperilaku dengan cara tertentu.

2.2.2 Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial
Disiplin psikologi sosial yang belum tertata secara mapan sebagai ilmu empiris
tersendiri seperti sekarang ini sudah ada sejak zaman Yunani klasik sebagai bagian dari kajian
disiplin ilmu filsafat. Tokoh-tokoh filsafat Yunani klasik yang dapat dikategorikan sebagai
pemikir metafisika rasional psikologi sosial adalah Plato dan Aristotles. Perkembangan
lanjutan psikologi sosial dapat ditemui pada pemikir filsuf Prancis dan bapak ilmu sosiologi
Auguste Comte yang hidup pada abad kesembilan belas Masehi (Cooper, 1996). Auguste
Comte juga dapat dipandang sebagai salah satu peletak dasar perkembangan psikologi sosial
empiris yang lahir pada abad kedua puluh Masehi.

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 12

Sebagai ilmu empiris yang berdiri sendiri, kelahiran psikologi sosial ditandai dengan
dipublikasikannya dua buku psikologi sosial yaitu Introduction to Social Psychology
(Pengantar Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar ilmu psikologi William McDougall pada
tahun 1908 dan Social Psychology (Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar ilmu sosiologi
A. Ross pada tahun yang sama (Stephan dan Stephan, 1990). Selain itu, pada tahun 1924.
Floyd Allport (dalam Baron dan Byrne, 2004) menulis sebuah buku yang berjudul Social
Psychology. Dalam buku ini Floyd Allport memberikan deskripsi tentang topik-topik
penelitian yang berhubungan dengan perilaku sosial, yaitu topik konformitas sosial, topik
kemampuan individu dalam memahami emosi orang lain, dan topik pengaruh audiens
terhadap kinerja penyelesaian tugas.
Pada saat terjadi Perang Dunia II banyak para ahli psikologi di Amerika Serikat dan
Eropa termasuk ahli psikologi sosial yang terlibat dalam perang dan memnfaatkan
pengetahuan dan keterampilan psikologi mereka untuk upaya-upaya memenangkan perang.
Setelah mengalami kemandekan yang cukup signifikan akibat terjadinya Perang Dunia II,
perkembangan psikologi sosial menunjukkan perkembangan lebih lanjut pada periode
pertengahan 1940-an yang ditunjukkan mulai dilakukan penelitian terhadap pengaruh
kelompok pada perilaku individu, hubungan ciri-ciri kepribadian, perilaku sosial,
pengembangan teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger tahun 1957.
Setelah Perang Dunia berakhir, seorang pakar psikologi sosial yang jenius, Kurt Levin
mempelopori pengembangan ilmu psikologi sosial ke arah bidang-bidang yang lebih terapan
(Hanurawan dan Diponegoro, 2005). Berdasarkan ide Kurt Lewin untuk mengembangkan
ilmu sosiologi sosial ke arah yang lebih bermanfaat secara langsung bagi kesejahteraan
manusia, maka kemudian didirikan organisasi yang disebut dengan Society for the
Psychological Study of Social Issues (Masyarakat untuk Studi Psikologis tentang Isu-Isu
Sosial) (Sadava, 1997).
Pada periode 1960-an, para pakar psikologi sosial mulai mengarah perhatiannya pada
topik persepsi sosial, agresi, kemenarikan dan cinta, pengambilan keputusan dalam
kelompok, dan membantu orang lain yang membutuhkan. Pada periode 1970-an pakar
psikologi sosial mengembangkan topik-topik baru berhubungan dengan perilaku diskriminasi
jenis kelamin, proses atribusi, dan perilaku lingkungan. Pada periode 1990-an para pakar
psikologi sosial mulai mengembangkan secara lebih nyata aspek terapan teori-teori psikologi
sosial seperti bidang kesehatan, bidang media, proses hukum dan perilaku organisasi.
2.2.3 Faktor Yang Melatarbelakangi Psikologi Sosial
McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi
sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang
menentukan perilaku manusia. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang
berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat
pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif,

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 13

kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat
dua faktor.
1. Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan
faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan
yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan
pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.
Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan
manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.
diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim
disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan
makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya.
2. Faktor Sosiopsikologis
Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.




Komponen Afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis,
didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
Komponen Kognitif Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia.
Komponen Konatif Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan
kemauan bertindak.

Menurut Freud perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian
manusia :
1. Id
Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin memenuhi
kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id
adalah tabiat manusia hewani.
2. Ego
Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego adalah
mediator anatara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego dapat
menundukan manusia terhadap hasrat hewaninya.
3. Superego
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani
(conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 14

masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam
bawah sadar.
Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id),
komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego).
2.2.4 Batasan dan Ruang Lingkup Psikologi Sosial
Batasan dan ruang lingkup psikologi sosial adalah sebagai berikut :
1. Psikologi sosial mempelajari perilaku manusia, bukan perilaku hewan karena hewan
tidak mempunyai interaksi seperti yang ada pada manusia (misalnya bahasa, norma
dan sebagainya)
2. Perilaku itu haruslah yang teramati dan terukur, bisa berupa aktivitas motorik yang
besar (misalnya meloncat), bisa juga kecil (misalnya gerakan mengangkat alis), bicara
atau menulis.
3. Sebagai konsekuensi dari objek studi yang teramati dan terukur, psikologi sosial harus
bisa diverifikasi oleh siapa saja (publicly verifiable), walaupun tentu saja maknanya
sangat bergantung pada perspektif teori, latar belakang budaya dan intepretasi pribadi.
4. Psikologi sosial tidak mempelajari perilaku yang tidak kasat mata dan tidak terukurberiman, kejujuran, bersifat culas, berjiwa besar, berideologi Pancasila dan
sebagainya, harus tetap terukur dan disimpulkan (inferred) dari perilaku yang kasat
mata.
Dengan demikian, psikologi sosial menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari
perilaku sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar. Ilmu ini juga terkait
dengan sosiologi, antropologi, budaya, lunguistik, psikologi kognitif dan neurosains (ilmu
syaraf). Walaupun demikian, ilmu ini tetap merupakan bidang ilmu yang “distinctive” (khas,
lain dari yang lain).
2.2.5 Gejala Psikologi Sosial
Gejala-gejala perilaku sosial merupakan hasil dari proses belajar berdasar pada sistem
stimulus dan respon. Untuk sekedar memperoleh bayangan mengenai hal-hal yang dipelajari
dalam ilmu jiwa sosial, berikut adalah beberapa pokok yang akan kita bahas, diantaranya:
1. Hubungan antar manusia
2. Kehidupan manusia dalam kelompok
3. Sifat-sifat dan struktur dalam kelompok
4. Pembentukan norma sosial
5. Peranan kelompk dalam perkembangan individu
6. Kepemimpinan (leadrship)
7. Dinamika sosial
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 15

8. Sikap (attitude) sosial
9. Perubahan sikap (attitude) sosial
10. Psikologi anak-anak jahat dan lain-lain
2.2.6 Teori-teori Psikologi Sosial
Secara umun dapat dikemukakan teori merupakan penjelasan lengkap tentang gejalagejala (Baron & Byrne, 2004; Myers, 2002). Dalam disiplin psikologi sosial, fungsi teori
adlah untuk menjelaskan gejala-gejala psikolgis dan perilaku individu dalam konteks saling
berpengaruh dengan dunia sosial. Berikut adalah teori-teori kontemporer dalam psikologi
sosial.
1. Teori Behavioristik
Perspektif teori behavioristik sangat meneknkan pada cara individu sebagai organisme
membuat respons terhadap stimulus lingkungan melalui proses belajar. Dalam teori ini
hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon merupakan paradigma yang utama.
Menurut John B. Watson, seorang tokoh pendiri aliran psikologi behavioristik bahwa status
ilmiah ilmu psikologi manusia menjadi lebih terjamin apabila aktivitas-aktivitas ilmiahnya
dilakukan oleh prosedur eksperimen seperti pada penelitian psikologi binatang.
Para kritikus perspektif behavioristik menyebut perspektif ini sebagai pendekatan “kotak
hitam dalam psikologi”. Dalam hal ini stimulus masuk ke dalam “kotak hitam” hanya sekedar
untuk mengeluarkan respons tertentu yang sudah dipastikan wujudnya. Para behavioristik
tradisional memiliki pendapat bahwa proses psikologis internal.
2. Teori Belajar Sosial
Akar perspektif teori belajar sosial (Social Learning Theory) adalah teori-teori yang telah
dikembangkan oleh para penganut psikologi behavioristik. Para pakar teori belajar sosial,
seperti Albert Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004) mengemukakan bahwa perilaku sosial
individu dipelajari dengan melakukannya dan secara langsung mengalami konsekuensikonsekuensi dari perilaku sosial itu. Selain itu, individu juga mempelajari perilaku baru
melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain (Observational Learnig).
3. Teori Gestalt dan Kognitif
Para ahli psikologi gestalt dan kognitif memandang organisme sebagai agen yang aktif
dalam menerima, memanfaatkan, memanipulasi, dan menstranformasi informasi yang
diperolehnya. Dan mereka berpendapat bahwa manusia adalh organisme yang memiliki
kemampuan berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Dalam
perspektif gestalt dan kognitif, kognisi adalah istilah yang mengacu pada proses mental yang
memiliki fungsi menstranformasikan semua masukan (input) sensorik ke dalam struktur yang
bermakna. Para pakar psikologi gestalt dan kognitif memiliki keyakinan bahwa pikiran
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 16

merupakan faktor utama terjadinya suatu perilaku dimana manusia sebagai makhluk yang
mampu mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pada pemrosesan informasi yang
telah tersedia.
4. Teori Lapangan
Pendiri teori lapangan (field theory) adalah Kurt Lewin (1890-1947). Pemikiran teori
lapangan berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup (life space). Kurt Lewin
mengemukakan bahwa segenap peristiwa perilaku, seperti bermimpi, berkeinginan atau
bertindak, merupakan fungsi dari ruang hidupnya (Hergenhahn, 2000). Dalam formula yang
lebih matematis, pemikiran beliau dapat dirumuskan ke dalam rumusan berikut: b (behavior /
perilaku), p (person / oramg) dan e (enviroment / lingkungan). Dalam formula itu terkandung
suatu pengertian bahwa perilaku manusia, termasuk perilaku sosialnya, merupakan hasil dari
interaksi dari karakteristik kepribadian individu dan lingkungannya. Perilaku manusia
merupakan hasil tidak terpishkan kedua unsur itu.
5. Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial (social exchange theory) juga merupakan perkembangan lanjut
perspektif teori behavioristik. Prinsip belajar teori behavioristik berdasarkan prinsip ganjaran
(reward) dan hukuman (punishment) yang diintegrasikan bersama prinsip-prinsip teori
ekonomi klasik, salah satu tokoh teori pertukaran sosial adalah George Homan (Stephan dan
Stephan, 1990). Menurut teori pertukaran sosial, individu memasuki dan mempertahankan
suatu hubungan sosial dengan orang lain karena ia merassa mendapat banyak keuntungankeuntungan berupa ganjaran dari hubungan itu.
6. Interaksionisme Simbolik
Perspektif teori ini dalam psikologi sosial dan sosiologi banyak mendapat pengaruh dari
pakar-pakar filsafat pragmatisme Anglo Saxon. Dua orang di antara pakar-pakar filsafat
pragmatisme Anglo Saxon itu adalah William Jaames (1842-1910) dan John Dewey (18591952). Di dalam teori Interaksionisme Simbolik terdapat dua jenis aliran yaitu aliran Chicago
dan Iowa. Aliran chicago lebih menekankan metode penelitian kualitatif dalam penelitian
psikologi sosial dan sosiologi, sedangkan aliran Iowa lebih menekankan pada metode
penelitian kuantitatif (Stephan & Stephan, 1990).
Terdapat tiga ciri utama perspektif teori interaksionisme simbolik (Zanden, 1984), yaitu:
a. Tindakan manusia terhadap sesuatu itu didasari oleh makna sesuatu itu bagi mereka.
b. Makna dari sesuatu itu merupakan hasil dari suatu interaksi sosial.
c. Makna itu terbentuk dan termodifikasi berdasar pada proses intrepretif yang dilakukan
oleh individu dalam berinteraksi dengan orang lain.
Teori interaksionisme simbolik mengemukakan bahwa manusia bahwa manusia adalah
entitas sosial yang hidup dalam suatu kelompok. Berdasarkan pada informasi yang diperoleh
dari proses komunikasi sosial dan pewarisan nilai, maka individu-individu sebagai bagian
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 17

dari suatu masyarakat mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial budayanya dalam
upaya mencapai tujuan bersama.
7. Etnometodologi
Istilah ini biasanya digunakan oleh para ahli antropologi berkenaan dengan metode
untuk menganalisis keyakinan-keyakinan dan praktik-praktik hidup yang dilakukan oleh
orang-orang asli di daerah tertentu (Zanden, 1984). Dalam makna yang bersifat literer,
etnometologi berarti prosedur yang digunakan orang dalam usaha membuat kehidupan sosial
dan masyarakat menjadi lebih dapat dipahami dan memungkinkan untuk diteliti. Fokus utama
etnometodologi adalah mengkaji aktivitas praktis hidup sehari-hari orang yang secara etnis
hidup dalam wilayah geografis dan kebudayaan tertentu, termasuk perilaku sosial. Berbeda
dari interaksi simbolik yang lebih mementingkan interaksi antarindividu, perspekti
etnometodologi memiliki fokus pada metode yang menggambarkan cara individu
mengkonstruksi interaksi dan citra hidup sosial yang mempengaruhi kehidupan sosial.
8. Teori Peran
Peran adalah sekumpulan norma yang mengatur individu-individu yang brada daalam
suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk berperilaku tertentu (Myers,
2002). Teori peran (role theory) memberi penelaah terhadap perilaku sosial dengan
penekanan pada konteks status, fungsi, dan posisi sosial yang terdapat dalam masyarakat.
Perilaku sosial seseorang dalam sebuah kelompok merupakan hasil aktualisasi dari suatu
peran tertentu.
Peran terdiri atas harapan-harapan yang melekat pada ciri-ciri perilaku tertentu yang
seharusnya dilaksanakan oleh seseorang yang menduduki posisi atau status sosial tertentu di
masyarakat. Posisi sosial yang menunjukkan peran tertentu misalnya peran guru, atasan,
bawahan, presiden, dan orang tua.

Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 18

BAB III PEMBAHASAN
Setelah membahas mengenai apa itu psikologi sosial, kita akan membahas mengenai
kasus yang terjadi di masyarakat. Kita jadi teringat akan sebuah kasus yang terjadi Jumat, 18
September 2015 yang lalu. Peristiwa ini menimpa seorang anak umur 8 tahun yang dibunuh
oleh teman sekelasnya sendiri. Ini menunjukan bahwa perkembangan psikologi seseorang
harus dibina sejak dini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

3.1 Kronologis Kejadian
Ardiansyah, siswa kelas dua SDN 07 Jalan Pelita Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
tewas dianiaya temannya saat mengikuti lomba menggambar di sekolahnya. Pelajar berusia
delapan tahun itu tewas setelah mengalami pendarahan di bagian kepala. Menurutnya, korban
tewas akibat pukulan cukup yang keras dari pelaku yang berinisal R di bagian otak belakang
sehingga membuat korban merenggang nyawa.
Sebelumnya, korban sempat pingsan, oleh gurunya langsung dibawa ke Puskemas
terdekat. Namun karena luka yang cukup parah, korban dibawa ke RS Fatmawati dan pukul
18.00 korban akhirnya meninggal dunia.
"Dia lagi gambar terus dipukulin sama R di bagian kepala belakang, lima kali pakai tangan,"
kata Dori ketika berbincang kepada Okezone, Jumat (18/9/2015).
Saat ini, kata dia, polisi sedang melakukan pencarian terhadap orangtua dan juga
pelaku yang baru berusia delapan tahun. "Masih dicari sama polisi, anaknya sih katanya di
rumahnya," tandasnya. Sementara itu, Kanit PPA Polres Jaksel, AKP Nunu saat ini masih
berada di Rumah Sakit Fatmawati dan belum bisa dimintai keterangannya.

3.2 Alasan Yang Melatarbelakangi Kasus Kejahatan Dibawah Umur
Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi baik secara langsung maupun tidak, sangat
berpengaruh terhadap perkembangan psikologis seseorang. Masa remaja sebagai periode
perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu
periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian
adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan
faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini
merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu
sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di
bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis,
yang mungkin saja dapat menimbulkan peoblema tertentu bagi si remaja. Apabila tidak
disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat
menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.
Pengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 19

Problema yang mungkin timbul pada masa remaja di antaranya:
1. Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan
fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik
tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture)
dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik
yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan
upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada
penyimpangan perilaku seksual.
2. Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan Bahasa
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang
pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kesempatan
intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya
tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan
masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan
kesempatan dan sarana prasarana,menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa
asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing
merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir seseorang. Namun
dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya
akan sedikit banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan karirnya. Terhambatnya
perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan
aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
3. Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan
keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial),yang ditandai
dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya
( peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustasi dan menjadikan dia
sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima
oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola, tentunya ia akan merasa bangga dan
memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi
dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan orang dewasa
lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khusunya
remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan
untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi
lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan
pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja
ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis
dan jika tidak terbimbing, dapat menjurus pada tindakan penyimpangan perilaku sosial dan
perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencobaPengantar Ilmu Sosial: Psikologi SosialPage 20

coba dan menguji kemapaman norma yang ada. Jika tidak terbimbing, mungkin saja akan
berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.
4. Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri ( self identity). Usaha
pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku
imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan
mengalami krisis identitas atau identify confusion),sehingga mungkin saja akan terbentuk
sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi
dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat
berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan
dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan
perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya. Selain yang telah
dilaporkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya
problema remajdi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar
remaja dpaat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari
semua pihak. Upaya untuk menfasilitasi perkembangan rem