11 HUBUNGAN FUNGSI EKSEKUTIF OTAK DENGAN ASUPAN KALORI HARIAN PADA ORANG OBESITAS DI POLDA SULUT

  

HUBUNGAN FUNGSI EKSEKUTIF OTAK DENGAN ASUPAN KALORI

HARIAN PADA ORANG OBESITAS DI POLDA SULUT Engryne Nindy*, Taufiq Pasiak*, Nelly Mayulu*

  • *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

  ABSTRAK

Obesitas telah menjadi epidemik global dengan tidak saja meningkat di Negara maju namun juga

di Negara berkembang, termasuk Indonesia. Obesitas memberikan kontribusi sebesar 35%

terhadap morbiditas dan berkontribusi 15 –20% terhadap mortalitas di Negara maju. Obesitas

menjadi masalah serius dibanyak negara berkembang dengan pengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan pertambahan penduduk, maka kurang lebih sudah 20

tahun obesitas meningkat seiring dengan kebiasaan, cara mengkonsumsi, dan gaya hidup.

  

Penelitian menggunakan Pre dan Post Test, dengan teknik Simple Random Sampling. Penelitian

dilakukan pada bulan November 2016

  • – Juli 2017. Sampel penelitian 110 responden dihitung

    menggunakan rumus Slovin, data dianalisis secara univariate, bivariate, dan multivariat. Hasil

    analisis menunjukkan nilai signifikan jumlah makanan p=0,252, jenis makanan (karbohidrat)

    p=0,003, waktu makan (siang) p=0,023 dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di

    Polda Sulut. Kesimpulannya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah makanan,

    terdapat hubungan yang signifikan antara jenis makanan (karbohidrat) dan waktu makan (siang)

    dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di Polda Sulut. Jumlah makanan merupakan

    variabel yang paling dominan berhubungan dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di

    Polda Sulut.

  Kata Kunci : Eksekutif Otak, Asupan Kalori Harian, Obesitas ABSTRACT

Obesity has become a global epidemic with not only increased in developed countries but also in

developing countries, including Indonesia. Obesity contributes 35% to morbidity and contributes

15-20% to mortality in developed countries. Obesity is a serious problem in many developing

countries with a negative influence on economic growth. Along with the growing population, then

approximately 20 years of obesity increases along with the habit, how to consume, and lifestyle.

Research using Pre and Post Test, with Simple Random Sampling technique. The study was

conducted in November 2016 - July 2017. The sample of 110 respondents was calculated using

Slovin formula, the data were analyzed univariate, bivariate, and multivariate. The results showed

significant value of food amount p = 0.252, food type (carbohidrat) p = 0.003, meal time

(daytime) p = 0.023 with daily caloric intake in obese in Police of North Sulawesi. In conclusion

there is n’t a significant relationship between the amount of food, there is a significant type of food

(carbohidrat) and meal times (daytime) with daily caloric intake in obese in the Police of North

Sulawesi. Amount of food is the most dominant variable associated with daily caloric intake in

obese people in Police of North Sulawesi.

  Keyword : Brain Executive, Daily Caloric Intake, Obesity

  PENDAHULUAN

  Obesitas tidak menyebabkan kematian secara langsung namun menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius. Beban penyakit tidak menular meningkat di negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang berkontribusi terhadap kemiskinan karena menjadi penghalang bagi pencapaian Millenium Development

  Goal’s (Anonimous, 2013).

  Transisi gizi menyebabkan terjadinya perubahan diet secara signifikan. Selain masalah anemia dan kekurangan energi kronis atau kurus, masalah kegemukan dan obesitas juga dijumpai pada usia produktif dan dewasa setengah tua. Hal ini antara lain terjadi sebagai dampak perubahan gaya hidup berkaitan dengan pola makanan dan menurunnya aktivitas fisik yang terutama terlihat secara nyata di kota- kota besar. Obesitas menjadi masalah serius dibanyak negara berkembang dengan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan pertambahan penduduk, maka kurang lebih sudah 20 tahun obesitas meningkat seiring dengan kebiasaan, cara mengkonsumsi, dan gaya hidup. Peran perempuan secara umum lewat berkonsumsi dengan kesadaran akan nutrisi yang baik khususnya untuk perempuan hal-hal tersebut yang obesitas (Anonimous, 2013).

  Kalori merupakan salah satu nutrisi yang terkandung dalam makanan. Kebutuhan energi seseorang menurut WHO (2012) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang. Jumlah kalori tidak dapat menjadi satu-satunya patokan apakah suatu makanan pantas untuk dimakan atau tidak.

  Dengan struktur anatomis yang komplek itu, maka fungsi otakpun juga bersifat komplek. Hal itu meliputi berbagai fungsi tubuh seperti kesadaran, gerakan tubuh, panca indera (melihat, mendengar, membaui, pengecapan, perabaan), reflek, bahasa, sistim otonom, dan lain-lain. Termasuk kedalam fungsi penting otak adalah pikiran, atensi, inteligensi, analisis, mental, emosi, memori, dan sebagainya. Jadi ibarat toko, otak adalah super market untuk semua kebutuhan hidup. Hal remeh temeh seperti kapan harus kentut dan kapan kentut perlu ditahan juga diatur otak (Pasiak, 2015).

  Fungsi eksekutif dari otak dapat didefenisikan sebagai suatu proses kompleks seseorang dalam memecahkan masalah / persoalan baru. Proses ini meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah, mengevaluasinya, menganalisa serta memecahkan /

  (Lailatul & Mohammad, 2014).

  Data menunjukkan bahwa jumlah makan responden dengan nilai asupan kalori cukup adalah sebayak 48 responden (43,6%), sedangkan asupan kalori tidak cukup 62 responden dengan nilai (56,4%). Analisis dilakukan dengan menggunakan uji T. Hasil data di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah makanan dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di Polda Sulut, dengan nilai signifikan 0,252 yang berarti lebih dari taraf signifikansi 0,05.

  hubungan yang signifikan antara asupan kalori dengan jumlah makanan yang dikonsumsi dengan p=0,001.

  chi square yang dilakukan, ada

  dan narasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian obesitas pada responden di SMA Katolik Cendrawasih Makassar tinggi mencapai diatas 50%, namun berdasarkan hasil uji

  square dan disajikan dalam bentuk tabel

  bivariat dengan menggunakan uji chi-

  windows dengan analisis univariat dan

  Aflah (2015) melakukan penelitian yaitu penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian sebanyak 314 orang dengan jumlah sampel sebanyak 56 orang di masing-masing kelas X dan XI. Pengolahan data menggunakan SPSS for

  Hubungan Antara Jumlah Makan dengan Asupan Kalori Harian Pada Orang Obesitas di Polda Sulut

  Salah satu contoh dari fungsi eksekutif yaitu dapat dilihat dari suatu komunitas yang dikenal dengan

  Karakteristik Responden Gambaran karakteristik responden menunjukkan bahwa responden berumur ≥ 34 tahun lebih banyak yaitu 63 responden (57,3%) dibandingkan dengan responden yang berumur < 34 tahun yaitu 47 responden (42,7%). Jenis kelamin responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu 107 responden (97,3%) sedangkan responden perempuan berjumlah 3 orang (2,7%).

  bulan November 2016 – Juli 2017. Sampel penelitian 110 responden dihitung menggunakan rumus Slovin, data dianalisis secara univariate, bivariate, dan multivariate.

  Post Test, dengan teknik Simple Random Sampling. Penelitian dilakukan pada

  Desain penelitian menggunakan Pre dan

  METODE

  mereka adalah sekelompok orang-orang yang dahulunya adalah pecandu berat alcohol, namun bisa berhenti merokok hanya dengan mengubah pola pikir mereka, dan bertekat untuk tidak merokok (Christine, 2016).

  Alcoholics Anonimous , yaitu dimana

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.

  Hubungan antara Jenis Makan dengan Asupan Kalori Harian pada Orang Obesitas di Polda Sulut

  Data menunjukkan bahwa kalori dalam jenis makanan (water) yang dikonsumsi responden cukup sebanyak 59 responden (53,6%) dan tidak cukup 51 responden (46,4), jenis makanan (protein) yang dikonsumsi responden cukup sebanyak 40 responden (35,5%), dan tidak cukup 70 responden (61,8%), selanjutnya jenis makanan (fat) yang dikonsumsi responden cukup sebanyak 60 responden (54,5%), dan tidak cukup 50 responden (45,5%), dari jenis makanan (karbohidrat) yang dikonsumsi responden cukup sebanyak 62 responden (56,4%), dan tidak cukup 48 responden (43,6%). Analisis dilakukan dengan menggunakan uji T, hasil data menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis makanan (water) yang dikonsumsi responden dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di Polda Sulut, dengan nilai signifikan 0,028 tidak sesuai sesuai dengan nilai taraf signifikansi 0,05. Sedangkan dari jenis makanan (protein) yang dikonsumsi responden dengan asupan kalori harian pada orang obesitasi di Polda Sulut, menunjukkan tidak terdapat hubungan dengan nilai signifikan 0,793 tidak sesuai dengan nilai taraf signifikan 0,05. Dari jenis makanan (fat) menunjukkan terdapat hubungan antara harian pada orang obestias di Polda Sulut, dengan nilai signifikan 0,005 sesuai dengan nilai taraf signifikan 0,05. Dan dari jenis makanan (karbohidrat) menunjukkan terdapat hubungan antara jenis makanan dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di Polda Sulut, dengan nilai signifikan 0,003 sesuai dengan nilai taraf signifikan.

  Jenis makanan yang dapat meningkatkan deposit lemak tubuh contohnya jajanan (street food) adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan. Salah satunya yaitu gorengan. Ketidakseimbangan antara jumlah kalori yang dikonsumsi dengan dengan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan dari satu buah gorengan memiliki jumlah kalori sebesar 280 Kkal, dimana apabila seseorang mengkonsumsi gorengan dengan jumlah >2 per hari dapat melebihi kebutuhan kalori per hari sebesar 2500 Kkal. Analisis data menggunakan uji chi

  square . Hasil penelitian menunjukkan

  bahwa jumlah sampel terdiri dari 43 orang. Sebagian besar anggota TNI-AD Yonzipur mengalami obesitas sebanyak 21 orang, mengalami overweight sebanyak lima orang, dan sebanyak 17 orang memiliki IMT yang normal. Terdapat hubungan antara jumlah makan dengan Indeks Masa Tubuh pada anggota TNI-AD Yonzipur Dayeuhkolot p=0,02 (nilai p<0,05).berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dengan Indeks Massa Tubuh (Diguna, 2015).

  Rinjati (2012) melakukan penelitian antara konsumsi jenis makanan street

  food dengan asupan kalori. Penelitian

  dilakukan dengan menggunakan metode

  cross sectional dengan sampel terdiri

  dari 468 orang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara kebisaan mengkonsumsi makanan dengan asupan kalori.

  4. Hubungan antara Waktu Makan dengan Asupan Kalori Harian Pada Orang Obesitas di Polda Sulut

  Data menunjukkan bahwa asupan kalori pada waktu makan (pagi) dengan AKG cukup sebanyak 49 responden (44,5%) dan tidak cukup sebanyak 61 responden (55,4%). Untuk waktu makan (siang) menunjukkan cukup sebanyak

  60 responden (54,5%) dan tidak cukup sebanyak 50 responden (45,5%). Sedangkan untuk waktu makan (malam) menunjukkan cukup sebanyak

  62 responden (56,4%) dan tidak cukup sebanyak 48 responden (43,6%). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji T. Hasil data menunjukkan bahwa nilai signifikan asupan kalori yaitu 0,380 > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara waktu makan (pagi) dengan asupan kalori harian pada orang obesitas kristen di Polda Sulut. Hasil data menunjukkan bahwa nilai signifikan antara waktu makan (siang) dengan asupan kalori yaitu 0,023 < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara waktu makan (pagi) dengan asupan kalori harian pada orang obesitas kristen di Polda Sulut. Hasil data menunjukkan bahwa nilai signifikan antara waktu makan (malam) dengan asupan kalori yaitu 0,003 > 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara waktu makan (malam) dengan asupan kalori harian pada orang obesitas kristen di Polda Sulut.

  Penelitian pola makan dilakukan pengukuran frekuensi makanan dan asupan makanannya, Pengukuran frekuensi makanan menggunakan lembar FFQ sedangkan untuk asupan menggunakan formulir recall 24 jam. Penelitian frekuensi konsumsi dibagi ke dalam 3 kategori yaitu dikatakan sering apabila ≥1 x/hari, kadang-kadang apabila 2-4x/minggu atau 5-6x/minggu, dan jarang apabila ≤1x/minggu atau tidak pernah, untuk asupan sendiri menggunakan 3 kategori yaitu lebih jika asupan >100% AKG, cukup jika 80- 100% AKG, dan kurang apabila <80%AKG. Hasil penelitian pokok nasi putih merupakan makanan pokok yang paling sering dikonsumsi oleh responden yaitu sebesar 98,21% dan sukun merupakan makanan pokok yang paling jarang dikonsumsi yaitu sebesar 91,96%. Frekuensi konsumsi sumber protein menunjukan bahwa daging ayam dengan kulit merupakan sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi oleh responden yaitu sebesar 33,03%. Konsumsi sumber protein hewani menunjukkan bahwa bahwa tempe merupakan sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi oleh responden sebanyak 39,28%. Frekuensi konsumsi sayuran diketahui bahwa wortel merupakan jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi oleh responden sebanyak 29,46%, sedangkan untuk konsumsi buah, pepaya merupakan jenis buah yang paling sering dikonsumsi oleh responden yaitu sebesar 25,89%.

  Hasil analisis bivariat, dengan melihat hubungan frekuensi makanan dengan kejadian obesitas dengan menggunakan uji chi-square, pada frekuensi konsumsi makanan tinggi energi diperoleh nilai p=0,075, frekuensi makanan tinggi protein diperoleh nilai p=0,261 , untuk makanan tinggi lemak diperoleh nilai p=0,437, makanan tinggi karbohidrat diperoleh nilai p=0,202, konsumsi buah dan sayur diperoleh nilai diperoleh p=0,321, dan terakhir konsumsi minuman diperoleh p=0,393. Dari semua hasil yang diperoleh untuk semua jenis bahan makanan diperoleh hasil p value yang lebih besar dari α (0,05), dengan demikian disimpulkan hubungan frekuensi konsumsi makanan dengan kejadian obesitas tidak signifikan, sehingga hipotesis alternatif (Ha) ditolak.

  5. Analisis Multivariat Berdasarkan hasil analisis multivariate yang dilakukan, dilihat dari nilai Wald faktor yang paling dominan berhubungan dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di Polda Sulut adalah jumlah makanan.

  KESIMPULAN 1.

  Tidak Terdapat hubungan antara jumlah makanan dengan asupan kalori harian pada orang obesitas di Polda Sulut 2. Terdapat hubungan antara jenis makanan (karbohidrat) dengan asupan kalori harian pada orang obesitas kristen di Polda Sulut

  3. Terdapat hubungan antara waktu makan (siang) dengan asupan kalori harian pada orang obesitas kristen di Polda Sulut

  Childhood Overweight Status in a

  SARAN Multicenter, Cohort Study.

  1. Journal of The American Bagi Institusi Pendidikan Dapat bekerja sama dengan instansi Academy of Pediatrics. terkait dalam hal pelaksanaan sosialisasi 2002;109:109-94. tentangi pengaruh fungsi eksekutif

  Wahyuni, Citra Tri. 2012. “Aplikasi terhadap asupan kalori penderita Pemilihan Menu Makanan Diet obesitas.

  Bagi Penderita Overweight 2. Menggunakan Fuzzy Query

  Bagi Polda Sulawesi Utara Lebih memperhatikan jenis makanan,

  Database”. Jurnal Informatika dan jumlah makanan dan waktu makan dari Komputer. 1 (1). penghuni Polda untuk menyeimbangkan Waspadji, Sarwono. 2004. Cara Mudah angka kecukupan kalori. Hal ini Mengatur Makanan Sehari-hari dilakukan untuk mengurangi penderita Seimbang dan Sesuai Kebutuhan obesitas, juga menjaga asupan makanan Gizi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI yang masuk ke dalam tubuh.

3. Bagi Pemerintah

  Mengadakan kerja sama dengan instansi kesehatan untuk memberikan pengarahan, pembinaan, dan penyulhan terkait bahaya obesitas dan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA

  Latif Annisa. Hubungan aktifitas Sedentari dengan Kejadian Obesitas [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2014.

  Manurung, N. K., 2009. Pengaruh

  Karakteristik Remaja, Genetik, Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Obesitas di SMU Tri Sakti .Medan