PADANG- SUMATERA B A R A T

Laporan Penelitian

ANALISIS
P A J A K PENGHASILAN PERUSAHAAN
PT,

SEMEN

(PPH

BADAN)

INDARUNG PADANG

,

.-.---.--

I : ,.,
,


... ,
. .

',

.,

j

:-kt--

--.-.

.,,..

: : - = ? a :-SJ.!..L,+/?~ C.5)
:
.
_ _.__
.....,

;
....-. i i
.e.,*.x

oleh

Drs. Hasdi Aimon, M.Si

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT KEGURUAN
PADANG

DAN ILMU PENDIDIKAN

- SUMATERA BARAT
1998

.:

%


'

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan perkenan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini

yang menganalisis tentang Pajak Penghasilan

Perusahaan

(PPh Badan) PT. Semen Indarung Padang.
Penulis

menyadari

bahwa penelitian ini


dari kesempurnaan, baik isi, tata bahasa maupun
Oleh

karena

kebaikan

itu

kritik dan saran

yang

masih

jauh

susunannya.

membangunan


penelitian ini, dengan senang hat.i penulis

demi
harap-

kan.
Semoga penelitian ini adn manfaatnya bagi kita semua.
Amin.. .

Padang, Juni 1998
Penulis,

DAFTAR IS1

Halaman

.........................................
IS1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

KATA PENGANTAR
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR

ABSTRAK
BAB

.
1.
2.
I

3.

................................................
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I 1 . TINJAUAN PUSTAKA
1

.

Sist.em Pajak

...............................
Penghasilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

i
ii

iv
v
vi
1


1
10
11

12
12

2 . Keseimbangan Pendapatan dan Sistem Pajak Pengha-

..........................................
3 . Efisiensi dan Keadilan Pajak . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4 . Beban Akhis Pajak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5 . Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
silan

BAB I 1 1 . METODOLOGI
1.

2.


.
4.
3

....................................
Ruang Lingkup Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sumber Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Defenisi Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Model Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

13
18
20

24

25

25

25
26
28

B A B IV

.

................

36

....

36

..................

41


..........

44

.....................

44

......................

46

HASIL P E N E L I T I A N D A N P E M B A H A S A N

1 . Efektivitas dan ~ n t e n s i v i t a sPernungutan P P h
2

.

Elastisitas P a j a k Penghasilan

3 . Fungsi Permintaan dan Penawaran S e m e n
a . Fungsi Permintaan S e m e n
b . Fungsi Penawaran S e m e n
3

.

Distribusi Beban Akhir P P h B a d a n Antara Konsumen

....................

48

........................
1 . Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2 . Implikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

52

Dan P e m i l i k Faktor Produksi

BAB V

.

XESIMPULAN D A N IMPLIMASI

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

.....................................

................................................

53

53

56

58

Ha 1aman
Tabel 1.1 Produksi dan Konsumsi Semen PT. Semen Indarung
Padang 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
Tabel 1.2 Perkembangan Harga Pedoman Setempat (HPS)
di Padang Tahun 1979 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

9

Tabel IV.l Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh Badan) UU No. 7 Tahun 1983 dan UU No. 7 Tahun 1991
PT. Semen Indarung Padang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
Tabel IV.2 Efektivitas dan Intensivitas Pernungutan PPh
Badan PT. Semen Indarung Padang Periode
1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
Tabel IV.3 Pph Badan PT. Semen Padang dan Pendapatan Nasional Periode 1985 - 1995 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
Tabel IV.4 Pergeseran Beban PPh Badan PT. Semen Padang
Antara Konsumen dan Produsen . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

Gambar 1 . Pengaruh P a j a k Penghasilan terhadap Pendapatan
G a m b a r 2. Dampak Pajak Perusahaan T e r h a d a p Penjualan

....

17
22

G a m b a r 3. Pengaruh PPh Badan atas Harga d a n Jurnlah Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan pada pajak penghasilan perusahaan (PPh Badan) pada PT. Semen Indarung Padang. Data
diperoleh melalui observasi langsung dan studi kepastakaan.
Data primer digunakan untuk mengetahui efektivitas dan
intensivitas pernungutan PPh Badan. elastisitas, seria distribsi bebnn beban akhir PPh Badan PT. Semen Indarung PaGang.
Ternuan penelitian menunjukkan bahwa efektivitas d a n
intensivitas pemungutan PPh Rndan P T . Semen Indarung Padang
merupakan suatu pajak y a n g baik. Elastisitas PPh B z d a n
adazah clastis. Distribr1si bebnn akhir menunjukkan bahwa:
PPh Badan PT, Sarnen Indarung Padang 5 8 . 7 2 % bebannya di tanggung oleh produsen !pemilik f2ktr)x. produksi) clan 41,2?.?i
d i ta~;gg!ing 0 1 e h k o n s u m ~ n .
I
meningkntkan I ) P r a n % I 1 PPh Sadan P'T. S~?n;en Indarung Padang, implikasinya terhada~) pengempurnaan sistem
admi i l i s t r a s i pengenaan . I n n pc.mun,grLr.an PPtl R a c l a n dengan
m c n g a p l i k a s i k a n s i s t e m kornput~r :;zing tprintegrasi. Sehingga
a s p e k ke;~clil a i l r!an ;tr;pefi pemrralaan : i . : n ~ , t r l .zh di capai d a p n t .
d i t l n g k a t 1 : a n menja:?i l t V , i h b a i k .

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
UUD 1945 pada pasal 33 ayat ( 2 ) dan ( 3 1 , menyatakan
bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang

menguasai

hajat hidup orang banyak

dikuasai

oleh

negara. Bumi dan air beserta kekayaan yang terkandung
dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk

di

sebesar-

besar kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan amanat konstitusi tersebut, maka peranan pemerintah dalam perekonomian
Indonesia sangat menentukan.

Real isasi da.ri pesan konst i tusi tersebut,, penerintah ikut campur t,angan dalam kegiatan ekonomi baik
lui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

kegiatan
oleh

produksi barang dan jasa

pribadi

mela-

(APBK),

dan

dilaksanakan

Badan Usaha Milik Negara (BUMU), maupun

pengaturan

kegiatan ekonomi melalui berbagai kebijakan pemerintah.

Dipertegas
Negara

(GBHN

lagi

oleh

Garis-Garis

1993) yang menyatakan

Besar

bahwa

pengembangan

perangkat fiskal meliputi perpajakan dan berbagai
patan

Haluan

penda-

negara lainnya dilaksanakan berdasarkan atas

"keadilan"

dan "pemerataan" dengan meningkatkan

azas

peranan

pajak,

sehingga berfungsi sebagai alat

untuk

rnenunjang

pembangunan.

Pengembangan perangkat perpajakan tersebut

sesuai

dengan fungsi utama perpajakan yaitu (Musgrave, 1981,
6)

p.

;

a) Fungsi Alokasi
Proses pembagian keseluruhan sumberdaya untuk
kan

sebagai

barang pribadi dan

barang

diguna-

sosial,

dan

bagaimana kornposisi "barang sosial" ditentukan.
b) Fungsi Distribusi
Merapakan

proses

penycsuaian

pendapat,an clan kekayaan untuk
apa

yang

terhadap
menjamin

dianggap masyarakat sebagai

distribusi
terpenuhinya

suatu

keadaan

yang

tinggi,

distribusi yang merata dan adil.
C)

Fungsi Stabilisasi
Upaya

mempertahankan

kesempatan kerja

tingkat "stabilitas" yang semestinya, dan laju pertumbuhan

ekonomi

segala

yang

akibatnya

tepat,

terhadap

dengan

memperhitungkan

perdagangan

dan

neraca

pembayaran.

Pelaksanaan
Pendapatan
selalu

dan

fungsi

tersebut

rnelalui

Eelanja Negara (APEX),

Anggaran

setiap

rneningkat. Pada APBN 1995/96 tersaji

tahunnya

sebesar

78.024,2 milyar yang berarti terjadi peningkatan

Rp

sebesar

11,867: dari APBN 1994/95. Peningkatan tersebut dihasilkan

dari

peningkatan penerimaan dalam negeri sebesar

10,93%

yang terdiri dari peningkat penerimaan migas 3,3% dan non
migas

13,02%, serta peningkatan

penerimaan

pembangunan

(hutang luar negeri) sebesar 17,45%. Komposisi pertumbuhan sisi penerimaan
migas

menunjukkan semakin surutnya

dalam anggaran pemerintah dan

non migas (Mulyani dan Jasmina, 1995

peranan

menguatnya
:

peranan

p. 9).

Sistem dan prosedur perpajakan untuk
pendapatan negara terus disempurnakan dan

meningkatkan
disederhanakan

memperhatikan azas keadilan, pemerataan,

dengan

manfaat

dan kemampuan pelayanan yang bertanggung jawab. Upaya ini
telah memberikan hasil berupa peningkatan penerimaan pada
APBN

1995/96 yaitu; Pajak Pertambahan Nilai 25.813,

dan

Pajak Bumi dan Bangunan 18,09%.

Penyempurnaan
Undang-undang
rangi

sistem perpajakan dan

pernberlakuan

pajak baru tersebut ternyata tidak

penerimaan pajak. Bahkan rata-rata naik

mengu-

18%

dari

semula (Syahriful, 1996, p. 2 ) . Penyempurnaan sistem
prosedur

perpajakan

yang

baru,

merupakan

salah

dan
satu

strategi bidang pembiayaan pembangunan. Pemerintah semenjak

tahun

nasional,

1984

telah

melakukan

pembaruan

meliputi satu undang-undang tentang

perpajakan
ketentuan

umum dan tata cara, dan empat undang-undang pajak masingmasingnya;

Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan

Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Meterai.

Nilai,

Tujuan utama pernbaruan perpajakan nasional

adalah

untuk

meningkatkan penerimaan pemerintah melalui

perpa-

jakan

dari

Dari

sumber-sumber di luar minyak dan

k e empat pajak yang diperbarui itu

gas

alam.

terlihat

peme-

rintah

meletakkan harapan yang besar pada Pajak

silan,

Pajak

Pertambahan Nilai, dan

Bea

Pengha-

Meterai

yang

selama ini rnasih relatif kecil.

Keberhasilan

pemerintah dalarn

upaya

peningkatan

penerimaan pajak melalui usaha intensifikasi dan

eksten-

sifikasi perpajakan atau dengan kata lain melalui penyempurnaan
p.

perangkat. perpajakan. Sebaliknya

1 ) mengemukakan kewajiban masyarakat

pajak

Esmara
untuk

(1997,

nembayar

seringkali dirasakan sebagai beban. Karena

pajak,

masyarakat j u g a dibebani berbagai macam

selain
pungutan

yang tidak jelas pertanggungjawabannya.

Selanjutnya
jika

pernungutan

kualitas
saja.
rintah

Karimi
pajak

pelayanan,

(1997,

dimaksudkan

p.

2)

untuk

tidak ada persoalan

mengemukakan,
meningkatkan
dan

baik-baik

Karena untuk pelayanan yang lebih baik itu,
membutuhkan

biaya (pendapatan). "Tapi

layanan tidak baik, maka kenaikan pajak ini akan
beban bagi masyarakat".

peme-

jika

pe-

menjadi

Lebih
publik

lanjut

merupakan

ia

rnengemukakan

faktor

produksi

bahwa

dan

pelayanan

input

kegiatan

ekonomi. Karena itu, pelayanan publik harus ada kepastian
dan

waktunya harus jelas dan cepat. Ini diperlukan

bagi

pengusaha dan masyarakat agar rnakin jelas dalam mengarnbil
keputusan, sehingga biaya bisa ditekan. "Jika pelayanan
publik

tidak ada kepastian dan tidak jelas,

rnaka

hasil

bahwa

pajak

akhirnya merupakan beban".

hiusgrave

(1981, p. 2 3 0 ) nlenyebutkan

dapat dibagi atas; ( 1 ) pajak langsung (direct t a x e s )
2

dan

pajak tidak langsung (indirect taxes). Pajak

sang

(direct

rumah

tangga

t.axes) yaitupajak

yang

dikenakan

atau perorangan yang rnemiku!

beban

atas
pajak

(indirect

taxes),

yaitu pajak yang dikenakan pada tftik pembebanan

lainnya

tersebut.

Dan

pajak tidak

langsune

lang-

tetapi dimaksudkan untuk dialihkan kepada siapa saja yang
menjadi pihak penanggung akhir dari beban pajak tersebut.

Pajak penghasilan (PPh) perusahaan (badan) rnerupakan

pajak

langsung yang dikenakan

terhadap

keuntungan

(laba)

perusahaan setelah dikurangi dengan biaya

sinya.

Namun

tersebut

dapat

demikian tidak
digeser

tertutup

bebannya

kepada pemilik faktor produksi.

opera-

kemungkinan

kepada

konsumen

PPh
dan

PPh perusahaan bersumber dari kegiatan yang dilaksanakan perusahaan yang bergerak di berbagai sektor
nomi.

penting

adalah

industri. Dalam ha1 ini perhatian difokuskan pada

indus-

tri

Salah

semen

satu

sektor ekonomi

PT. Semen Indarung

yang

eko-

Padang

mengingat

bahwa

tersebut merupakan salah satu andalan

daripada

propinsi Sumatera Barat. Produksi dan penjualan

(konsum-

industri

si)

semen

daripada

PT. Semen

Indarung

Padang

secara

selalu neningkat seperti terlihat. pada Tabel 1.1

absolut

berikut ini.
Tabel 1.1
Produksi, dan Konsumsi Semen
PT. Semen Indarung Padang 1985 - 1995

I

II

Tahun
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995

Sumber

:

/.

Juml ah
Produksi
Semen (ton)

0/

Perturnbuhan

9.817.431
10.940.822
11.836.618
12.242.133
14.099.027
15.780.656
16.153.351
17.279.843
19.450.000 1
22.088.895
23.727.790

1

11,44
8,19
3,48
15,17
11,93
2,36
6,97
12,56
13,57
11,95

Jumlah
Konsnmsi
Semen (ton)
9.174.000
9.478.000
9.922.113
10.130.629
11.365.003
13.778.659
15.378.751
16.140.902
18.066.453
20.705.338
23.344.243

1 . PT. Semen Indarung Padang.

a(
,'a

Per-t umbuhan

3,31
4,65
2,12
12,19
21,24
11,61
4,96
11,93
14,61
12,74

Tabel 1.1 di atas menunjukkan pertumbuhan produksi
tertinggi

terjadi pada tahun 1989 yaitu sebesar

sedangkan

konsumsi

tahun

1990

sebesar 2 1 , 2 4 % . Dan hasil persandingan produksi dan

kon-

sumsi

tersebut

tertinggi terjadi

menunjukkan bahwa

pada

15,17%,

antara

produksi

konsumsi semen PT. Semen Indarung Padang dari tahun

-

1995 pertumbuhannya meningkat secara proporsional.

dangkan

PPh badan (perusahaan) dihitung dari

tumbuhan

yang

seimbang

dcngan

produksi

dan

semen. Timbul pertanyaan bagi kita; Bagaimakah

oleh badar, atau

per-

elastisi-

rung Paclang? dan Apakah PPh badan ( P T . Semen Padang)
ditanggung

Se

konsumsi

tas permintaan dan penawaran harga semen PT. Semen

sepenuhnya

1985

keuntungan

set,elah biaya operasi, juga menunjukkan

perusahaan

dan

nlereka

Indaini

geser

kepada konsumen?.

Menurut Mangkoesoebroto (1993, p. 1911, dapat atau
tidaknya

suatu pajak digeser kepada konsumen

kepada 4 (empat.) faktor

:

a) Elas t isi t.as penawar-an
b ) Elastisitas permintaan
C )

Bentuk pasar

d ) Motivasi pengusaha.

tergantung

posisi pasar semen PT.

Dimanakah
Padang?
produk

Semen

Indarung

Apakah pasar persaingan sempurna? Apabila
semennya,

merupakan pasar

persaingan

Mangkoesoebroto,

(1983, p. 2 2 8 )

sepenuhnya

menjadi tanggungan

akan

mengatakan

pasar

sempurna,
bahwa

perusahaan,

PPh

karena

pihak perusahaan tidak mampu untuk menggeser PPh tersebut
kepada konsumen atau pemilik faktor produksi dan sebaliknya bersifat monopoli, maka PPh sepenuhnya rnenjadi

tang-

gungan konsumen.

HPS (Harga Pedoman Setempat) merupakan harga
dari

industri

secara

semen

kepada

konsumen

yang

bersama-sama oleh; ( 1 ) Industri semen

sangkutan, ( 2 ) Pemerintah Daerah Setempat, ( 3 )

jual

ditetapkan
yang

ber-

Assosiasi

Semen Indonesia, dan ( 4 ) Pemerintall Pusat.

Dalam
melalui

ha1 ini terlihat ada

intervensi

pengaturan harga semen dengan

pemerintah

menetapkan

pedoman setempat (HPS) dari harga jual semen. HPS
harga

pagu (ceiling price) yang lebih rendah dari

keseimbangan
mum.

yang diperlukan untuk mencapai laba

Tujuannya

adalah untuk melindungi

konsumen

harga
adalah
harga
maksidalam

negeri, dan mendorong produsen untuk meningkatkan

jumlah

produksi melalui peningkatan persentase kapasitas

terpa-

kai (Lains, 1991, p. 4 ) .

Sehubungan dengan kebijakan tersebut mengintervensi

agar

struktur pasar semen

di

Indonesia

berbentuk

oligo-polistik

dan Asosiasi Semen Indonesia (AS11

mampu

struktur tersebut ke

merobah

Dengan

kata

lain

industri

arah

semen

tidak

monopolistik.

Indonesia

mempunyai

kekuatan monopoli potensial.

Gambaran perkembangan harga pedoman setempat (HPS)
semen

di

Padang, dapat dilihat pada Tabel

1.2

berikut

ini.
Tabel 1.2
Perkembangan Harga Pedoman Setempat (HPS)
Semen PT. Semen Indarung Padang Tahun 1979 - 1995
Tahun

!

I

1979
1980
1982
1983
1983
1984
1986
1988
1990
1991
1993
1995
19'35

Bulan

'

I

April
j
May
Januari i
Januari
April
Januar i
Oktober
November
Maret
1
Juli
1
Januar i I
Maret
April

i

Padang

'

2,300
2,650
2,825
3,350
3,725

~~~
5,425
5,930
8,290
7,461

L

I
I
I

X Naik

17.95
15.22
18.58
11.19
10.07
21.95
8.50
9.31
39.80
(10.00)

Sumber : Departemen Perdagangan, 1979-1995,
Berdasarkan

HPS

tertinggi

Tabel 1 . 2 di atas

baik di

Padang adalah

diolah PDBI.

terlihat
pada

Maret

sebesar 3 9 , 8 0 % . Tetapi pada April 1995 HPS turun
menjadi

Rp

7.461,-

per sak.

Dan

apabila

kenaikan
1995

kembali

dibandingkan

dengan

Januari

Selain

dari

1993, maka kenaikan HPS

pada itu secara umum terjadi

secara terus menerus dari tahun 1979
kenaikan

adalah

HPS

tersebut terjadi

-

25,82%.

kenaikan

HPS

1995. Apakah da-lam

penggeseran

PPh

kepada

konsumen semen?

Kondisi
di

yang demikian memungkinkan industri
menggeser PPh

Indonesia

pihak

lain.

per-usahaan

Untuk i t u penelitian

ini

semen

(badan)
akan

kepada

memberikan

jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas.

2. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian-uraian di atas

mengenai

pajak penghasilan, menjadi pertanyaan bagi kita

bagaima-

nakah sesungguhnya kondisi PPh PT. Semen Indarung

Padang

tersebut?. Dalam ha1 ini secara khusus dilihat pada pajak
penghasilan perusahaan PT. Semen Indarung Padang

sebagai

salah

satu penyumbang penerimaan pajak penghasilan

cukup

bermakna. Untk itu

permasalahan penelitian

yang
dapat

dirumus sebagai berikut :
a. Sejauhmanakah efekt.ivitas dan intensivitas

pernungutan

PPh Perusahaan PT. Semen Indarung Padang?
b. Bagaimanakah

peranan

elastisi tas

PPh

PT. Semen

Indarung Padang?
c. Bagaimanakah

distribusi PPh PT.Semen Indarung

antara konsumen dan pemi 1 ik faktor produksi?

Padang

3. T u j u a n Penelitian
Sesuai

dengan

permasalahan di atas,

penelitian ini adalah untuk melihat
a. Tingkat

maka

tujuan

:

e f e k t i ~ i ~ adan
s
intensivitas

pernungutan

PPh

P T . S e m e n Indarung P a d a n g .
b. P e r a n a n

elastisitas

PPh PT.

Semen

Indarung

Padang

sebagai suatu s u m b e r penerin~aan n e g a r a .

c. Distribusi

beban akhir P P h PT. S e m e n Indarung

antara konsumen dan pemilik faktor produksi.

Padang

BAB I 1

TINJAUAN PUSTAKA

1. S i s t e m Pajak Penghasilan

Dalam

usaha meningkatkan pendapatan

nasional

beberapa kebijaksanaan fiskal yang dapat ditempuh
intah

dalam rangka mernbelanjakan uangnya

guna

ada

pemer-

mencapai

tujuan negara dan dalam rangka mendapatkan dana-dana yang
dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran tersebut (Jhingan,
1934 : h. 8 6 ) .

Keberhasi lan kebi jaksarlaan fis1ia.l dalam

rneningkat-

kan laju pertumbuhan ekonomi tergantung pada pe-ningkatan
jumlah penerimaan negara sex-ta jumlah dan arah
ran

negara.

pemerintah
surplus
bank.

Sarana

fiskal yang

dapat

untuk meningkatknn sumber

digunakan

penerimaan

penerin~aanpajak, pinjan~an dari

Dari

Pajak

diartikan

:

oleh
adalah

masyarakat

semua sarana tersebut pajak

paling efektif (Boediono, 1994

pengelua-

merupakan

dan
yang

h. 1 1 0 ) .

sebagai pungutan

yang

dilakukan

oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan,
yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah yang secara tidak

langsung

memberikan

umum
balas

jasanya kepada pembayarnya, dan pada pelaksanaannya
perlu dipaksakan (Usman dan Subroto,

Musgrave
pajak

1980

h. 16).

:

(1984,h. 577) mengemukakan bahwa

penghasilan adalah fleksibel dimana

bila

sistem

antara

pajak

dengan pendapatan ada keselarasan. Lebih lanjut ia rnenyatakan

sistem

tersebut

sebagai

sistem

yang

dimana penerimaan pajak tergantung dari pada

realistis
pendapatan.

Sejalan dengan pendapat tersebut Soediyono (1988, h. 103)
Inenyatakan

-

bahwa

antara pajak

dan

tingkat

pendapatan

terdapat hubungan fungsional yang dapat ditulis

T

sebagai:

f ( Y ) dimana T adalah pajak, dan Y adalah pendapatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan dan sesuai dengan
Undang-undang No. 10 tchun 1994 bahwa pajak adalah

iuran

dari wajib pajak (objek pajak) yang harus diserahkan pada
pemungut pajak (pemerintah) dimana penetapannya

ditentu-

kan oleh si wajib pajak (self assessment) dan juga berdasarkan

ketetapan pemerintah tanpa mernperhitungkan

beban

atau kesanggupan si wajib pajak.

2. Keseimbangan Pendapatan dan Sistem Pajak Penghasilan

Sistem

perpajakan yang berlaku pada

suatu

sangat menentukan sistem pembiayaan negara yang
kutan.

Sistem

pajak

penghasilan

adalah

negara

bersang-

proporsional

terhadap

pendapatan,

(Soediyono, 1992

sehingga

persamaan

fungsi

pajak

h. 145-150), dan (Dernburg, 1992 :

:

h.

114) menjadi :

T

= tY

......................................

(1)

dimana t adalah koefisien pajak.

Dengan fungsi pajak yang dernikian itu
fungsi konsumsi rumah tangga yakni

mempengaruhi

:

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3a)

Yd = (1 - t)Y
C = a + cYd

atau

C = a + c(l - t)Y

............................

i3b?

Efek pajak ini berlanjut pada pendapatan ekuilibrium.

Menurut Froyen (1993, h . 34-95) dan Dernburg

105-1061

pada perekonornian tertutup dengan tiga

(1992,
sektor,

pendapatan nasional digunakan untuk konsumsi rumah tangga
( C ) , investasi ( I ) , dan pengeluaran pemerintah (GI yakni:

Y = C + I + G

.................................

Disisi lain pendapata:~ digunakan untuk

Y = C + S + T

(4)

:

...................................

(5)

Dalam kesimbangan pendapatan menjadi;
C + I + G = Y = C + S + T

I + G = S + T

atau

..................................

(6)

Dilihat dari sudut pendapadatan disposibel, maka
Y d = C + S
= a + c Y d + S

S

-

= (1 - c)Yd

a

= ( 1 - c ) (1 - t)Y - a
maka

-

I + G = (1 - c)(1

-

dan Y C ( 1
YC1

-

c)(l

c(l

-

-

t)Y

-

t) + t]

t)

a + tY

-

a = I + G

= a + I + G

sehingga keseimbangan pendapatan menjadi;

Perubahan pengeluaran pemerintah, akan mempengaruhi
pendapatan

nasional,

dimana

sifat

pengeluaran

adalah

ekspansif. Besarnya perubahan pendapatan nasional

akibat

perubahan pengeluaran pemerintah adalah sebagai Serikut.

Dari persamaan keseimbangan pendapatan dapat
hat

besar pengaruh koefisien pajak

(multiplier

karena dalam sistem pajak penghasilan terdapat

dilipajak),

keselara-

san dalam perekonomian. Dari kesimbangan pendapatan dapat

diturunkan

multiplier

pajak

yang

bersifat

restriktif

(menurunkan pendapatan) sebagai berikut.

Soediyono

(1988, h.

menyatakan

171:

koefisien

pajak menyebabkan pajak yang terpungut naik bila pendapatan naik dan turun bila pendapatan turun. Jadi naik turun
penerimaan pajak selaras dengan tingkat pendapatan.

Setelah
bersifat

mengetahui

ekspansif

kenaikan

sementara

pengeluaran

kenaikan

pajak

adalah
bersifat

restriktif, maka perlk dipertimbangkan perrlbahan anggaran
berimbang

seperti

[l/l-c(1-t)ldG,
luaran

=

dT.

Kenaikan

pendapatan

=

yakni efek ekspansif dari kenaikan penge-

pemerintah.

C-c/l-c(1-t!ldT

dG

sen~entara penurunan

(Musgrave, 1984

:

pendapatan

=

h. 484).

Sehubungan dengan itu pertambahan pendapatan persis
sama dengan kenaikan pengeluaran pemerintah, dan pengganda

anggaran berimbang sama dengan 1 (satu). Jika

faktor

pengganda anggaran berimbang lebih besar dari satu,

maka

marjinal wajib pajak lebih kecil dari

pada

kecendrungan

kecenclrungan marjinal dari penerima pendapatan.

Penerimaan pemerintah dari sistem pajak penghasilan
yang proporsional merupakan ha1 yang berbeda bila dibandingkan dengan yang berasal dari sistem pajak
Pengenaan

"lump-sum".

pajak proporsional ini tidak menggeser

fungsi

konsumsi secara paralel, sebagaimana halnya dengan sistem
pajak "lump-sum". Tetapi bergerak ke bawah, berputar pada
titik potong dengan sumbu vertikal. Karena pajak
sional bertambah sejalan dengan bertambahnya
maka

perlu

pendapatan,

kemiringan fungsi konsumsilah dan bukan

tong-nya

yang

menurun. Agar pendapatan

propor-

titik

meningkat

penurunan pajak, seperti terlihat pada

pomaka

Gambar

berikut ini.
Pengeluaran

I

F

P

Pendapatan

dY

Gambar 1 . Pengaruh Pajak Penghasilan (PPh)
terhadap Penclapatan.

1.

Pada

Gambar 1 di atas terlihat C ' C 1 adalah

fungsi

konsumsi sebelum penurunan pajak dan C'C., se-telah

penu-

&

runan

pajak, dimana pendapatan meningkat dari OP k e

OF.

Proses

ini diperlihatkan pada persamaan ( 1 ) sampai

(8),

dimana penerimaan pajak (T) sama dengan tY yang rnerupakan
fungsi dari Y. Dengan naiknya pendapatan naik pula pajzk,
sehingga

memperkecil Yd dan C . Hal ini

bisa

meniadakan

efek ekspansi yang ditimbulkan oleh G.

Apabila

pemerintah

nenaikkan

anggaran

setelah

menyadari kenaikan pengeluaran bersifat ekspansif
tara

kenaikan

pajak

bersifat

restriktif

semen-

(rnenurunkan

pendapatan nasional), maka perlu mempertimbangkan perubahan anggaran dG = d T .

3. Efisiensi dan Keadilan Pajak

Analisis
dalam
dan

efisiensi perpajakan pada mulanya

rnenentukan yang mana di antara pajak
pajak

mengurnpulkan

atas penghasilan yang
sejurnlah

penerimaan

paling

atas
efisien

pemerintah

adalah
barang
dalam

tertentu.

Untuk mengukur efisiensi ini digunakan beban pajak

lebi-

han (excess burden). Suatu pajak dikatakan efisien apabila menimbulkan beban lebihan yang paling kecil.

Sehubungan

dengan

itu perlu

adanya

suatu

pajak

optimal yang merupakan kombinasi pajak yang dapat menaikkan penerimaan pemerintah dan sekaligus menimbulkan beban
lebihan

minimal.

Untuk

itu ada

beberapa

menghasilkan pajak yang demikian yaitu

aturan

:

( 1 ) Kebalikan elastisitas. Tarif pajak atas suatu

bergantung

pada elastisitas permintaan barang

supaya

beban

dengan

elastisitas

tinggi,
tarif

dan

lebihan

yang

kecil

ditimbulkan
dikenakan

barang

tersebut,

kecil.

tarif

barang dengan elastisitas

agar

Barang

pajak

besar

yang

dikenakan

yang rendah. B,~umoldan Bradford, ( 1 9 7 0

:

h.

telah membuktikan bahwa elastisitas adalah penentu

326)

untuk

nenghasilkan beban lebihan yang paling kecil.
(2)

Pengurangan

proporsional. Rarnsey

(1972 :

h.

172)

mengemukakan suatu teori yang menyatakan bahwa pajak yang
optimal

adalah

suatu pajak yang

mengurangi

permintaan

terhadap semua barang secara proporsional.
(3)

Penjumlahan langsung utilitas. Jika fungsi

utilitas

seseorang dapat ditulis sebagai penjumlahan langsung maka
tarif
dengan

pajak

optimal

elastisitas

berkebalikan
permintaan

secara

proporsional

terhadap

penghasilan

(Hyman, 1993 : h. 2 0 6 ) .
( 4 ) Optimaljtas pajak penghasilan. Pajak penghasilan

pajak
barang

atas barang dengan tarif yang seragam untuk
akan optimal jika elatisitas permintaan

penghasilan

untuk

semua barang sama

dengan

dan
semua

terhadap
satu,

dan

perubahan

dalam tenaga kerja tidak mernpengaruhi

substitusi marginal tiap barang (Boadway, 1979

:

tingkat
h. 343).

4. Beban Akhir Pajak

Analisis Seban akhir pajak (tases incidence) adalah
suatu kajian yang berusaha menentukan siapa yang akhirnya
menanggung atau mengorbankan sumber-sumber untuk

dialih-

kan k e sektor publik. Dengan analisis ini dapat diketahui
dampak perubahan suatu pajak atas dist.ribusi penghasilan,
efisierisi penggunaan sumber, clan efek makrv lainnya
diperlukan

dalam

menetukan

kebijakan

perpnjakan

yang
dan

transfer .

Definisi
Musgrave

beban

akhir pajak menurut

Musgrave

(1984, h. 227) adalah penernpatan

beban

dan
pajak

pada pembayar pajak yang terakhir atau tempat beban akhir
suatu

pajak.

distribusi

Beban

akhir

pajak

merupakan

penghasilan yang diakibatkan

oleh

perubahan
perubahan

kebijaksanaan anggaran belanja pemerintah.

Pajak penghasilan (PPh) perusahaan dikenakan terhadap keuntungan/laba perusahaan (badan hukum) dalam
periocle terTt.entu.Dapat atau tidaknya PPh perusahaan
digeserkan

kepada

konsumen tergantung

kepada

suatu
ini

struktur*

pasar atau motivasi pengusaha (Mangkoesoebroto, 1993 : h.
226)

.
Pada pasar persaingan sempurna PPh perusahaan dalam

jangka pendek tidak dapat digeserkan kepada konsumen, ha1
ini

disebabkan produsen tidak dapat

rnempengaruhi

harga

dan harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran

selu-

ruh industri serta pengusaha tidak dapat berpindah

usaha

kepada yang tidak dikenakan PPh perusahaan. Dalam keseimbangan jangka panjang

perusahaan tidak memperoleh

tungan ekonomi, sebab dalani jangka panjang tidak ada

keunPPh

yang dibayar oleh perusahaan karena mereka tidak memperoleh keuntungan ekonorni (Mangkoesoebroto, 1933

:

h. 2 3 0 ) .

Lebih lanjut Mangkoesoebroto (1993, h. 2 3 1 1 , mengemukakan

bahwa dalam pasar monopoli PPh

dikenakan

pada

motivasi

pengusaha.

keuntungan

keuntungan

maksimum,

perusahaan

Apabila

perusahaan

yang

bergantung

pada

perusahaan

maka ia menetapkan

motivasi-nya
produksi

biaya marginal sama dengan penerirnaan marginal (MC =
dan

keuntungan

dengan

penerimaan

biaya total (TR - TC). PPh perusahaan tidak

pengaruhi
PPh

adalah selisih antara

penerimaan total rnaupun biaya total,

perusahaan

penghasilan.

tidnk

dapat

mengubah

posisi

atas

MR)
total
rnern-

sehingga
maksirnum

Kaitan
(omzet)

antara

pajak perusahaan

dengan

penjualan

dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva TC,

TR,

OAB menunjukkan biaya total, penerimaan total, dan
tungan perusahaan. Agar tingkat keuntungan yang
kan

maksimum, maka barang yang dijual

OQ9

dan perusahaan akan mendapatkan

maka

keun-

diingin-

haruslah

sebesar

keuntungan

sebesar

AQO (=CD). Sebaliknya apabila perusahaan ingin
maksimum

dan

jumlah barang yang harus

dijual

penjualan
sebesar

OQ1. Tingkat penjualan sebesar OQt ini tidak akan dipilih
oleh

rnanajer

maksimum

perusahaan sebab

pada

tingkat

keuntungan sama dengan no1 (TR =

TC)

penjualan
sehingga

keadaan ini tidak memuaskan pemilik perusahaan.
Rupiah

0

QO

Q3

Q2

Q1 Jumlah Barang

Gambar 2. Dampak Pajak Perusahaan Terhadap
Penjualan

Untuk memuaskan para pemilik modal (pemegang saham)
pimpinan

perusahaan

penjualan.

untuk

memaksimumkan

Misalkan keuntungan minimum yang

dikehendaki

saham sebesar OL maka pimpinan perusahaan

pemegang
menjual

akan berusaha

barang

yang diproduksinya sebesar

akan
Dengan

OQ2.

adanya PPh sebesar 20 persen, maka pimpin-an akan menjual
produk-nya sebesar OQ3, sehingga total keuntungan menjadi

FQ3

dan 20 persen PPh dari keuntungan ( 2 0 % x FQ,)
.,

FG dan keuntungan nettu perusahaan

sebesar

( \ I a n g k . ; . o r s o c ~ b r n(1,
f
1

Sebagaimana

11

yaitu

sebesar

GQ3

lh9'

yang telah dikernukakan di atas

rangnn penjualan atau produksi akan rnenyebabkan
harga

barang pada pasar nunopoli atau

tidak

sempurna

pasar

lainnya. Akibat pengenaan

pengu-

kenaikan

persaingan

PPl: produksi

barang akan semakin sedikit, artinya PPh dapat digeserkan
sebagian atau seluruhnya kepada konsumen dengan

mernbayar

harga

tersebut

yang

digeserkan
elastisitas
Semakin

lebih tinggi. Seberapa

besar

kepada konsurnen akan sangat
permintaan

akan

barang

PPh

bergantung
yang

elastis permintaannya akan semakin

pada

dihasilkan.
sedikit

PPh

yang dapat digeserkan kepada konsumen. Sebaliknya sernakin
inelastis

kurva

permintaannya, maka semakin

yang dapat digeserkan kepada konsumen.

besar

PPh

5. Hipotesis

Hipotesis yang dapat ditarik dan sekaligus menjadi
jawaban

sementara

didasarkan

dari permasalahan

pada tinjauan pustaka yang

adalah sebagai berikut

penelitian.
sudah

serta

dipaparkan

:

a. Efektivitas dan intensivitas pemungutan PPh Perusahaan

PT. Semen Indarung tinggi.
b. Peranan PPh Perusahaan PT. Semen Indarung Padang cukup
berarti sebngai srlatu sumber penerimaan n e g a r a .

c. Beban

akhir PPh Perusahaan PT. Semen Indarung

dialokasikan

lebih

besar

kepada

kcinsumen

Fadnng
pengguna

produk tersebut dari pada pcmi 1 ik faktor produksj

.

BAB I 1 1

M E T O D O L O G I

1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
yang

lingkup penelitian meliputi

segala

sesuatu

berkaitan dengan pajak penghasilan PT. Semen

Inda-

rung Padang, terutama yang dapat menjelaskan tentang

:

a. Efektivitas dan intensivitas pernungutan;
b . Struktur,

dan

elastisitas

PPh

Perusahaan

Industri

Semen; dan
c. Distribusi

beban

akhir antara konsumen

dan

pemilik

faktor produksi .

2. Sumber Data
Data yang diolah dan dianallsis berupa data primer
berupa biaya produksi (jumlah dan kon~posisinya), penerimaan

yang diperoleh, keuntungan, dan PPh Perusahaan

Semen IndarSung Padang dari tahun 1984/55 sampai

PT.

1994/95.

Dat,a sekunder diperoleh dari Biro Pusat

Statistik

yang

dipublikasikan.

clipublikasikan

maupun yang

tidak

baik

Selain

itu

data

sekunder

juga

diperoleh

dari

lembaga dan instansi terkait seperti Departemen Perindustrian, dan Departemen Keuangan.

3. Definisi Variabel

Untuk

mencapai keseragaman penafsiran atas

varia-

bcl-variabel yang diteliti, maka penulis berikan
definisi varibel berikat ini

batasnn

:

a. Beban Akhir Pajak
Tempat
atau

kepada

siapa beban akhir

suatu

pajak

penempatan behail pajak p a d n pemhayar pajaf;

terakhir

(Musgrav?, 1 9 8 4

:

h . 227). Eeban

Sang

akhir

ini

diukur' besarannya berdasarkan tarif pajaf;, e1astisit:as
permintaan dan elastisitas pennwarari semen.

b. Pajak Penghasilan Perusahaan
Beban
atas

pajak yang dikenakan kepada

keantungan yang diperolehnya

perusahaan,

setelah

dikurangi

dengan biaya operasi per-usnhaan tersebut. Asunisi bahwa
beban pajak tersebut dialokasikan kedalam produksi per
unit
Undang
(PPh

seagai

penarnbah biaya produksi.

Perpajakan
Pasal

Dalam

dikenal dengan istilah

2 9 ) . Diukur berdasarltan

Undang-

PPh

persentase

Eadan
yang

d i t ~ t a p k a noleh Undang-Undang Perpajakan yang Derlaku.

c. Efektivitas Pemungutan Pajak
Persentase

pencapaian penorimaan

pajak

sekarang dibandingkan penerimaan pajak tahun
nya.

Apabila nilainya positif dikatakan

tahun

sebelum-

efektif

dan

jika nilainya negatif dikatakan inefektif.

d. Intensivitas Pemungutan Pajak
Persentase beban pajak sctelah dikurangi dengan
pajak

terutang.

Cntuk mengetahui

tingka.t

perolehan

tunai beban pajak pada p ~ r i o d et . Xpabila intensivitas
pernungutan pa jak besarnya: 0-30°; = kurang bail;, 21-40%

=

a g a k baik, 41-60% = baik, 61-80% = l e b i h

baik, dan

81-100". = sangat baik atnu diseb~lt intensivitas

pemu-

nguten PPh Badan ideal.

e. Elastisitas Pajak
Repekaan
perubahan
nasional

variabel

penerimaan

pendapatan nasional.
diukur

berdasarkan

pajak

Sedangkan

Produk

terhadap
pendapatan

Domestik

Bruto

(PDB) Rerdasarkan Harga Eerlaku.

f. Pergeseran Pajak
Pendistribusian

beban pajak kepada pihak

lain

seperti; kepada konsumen atau pernilik faktor produlisi.
Atau dengan kata lain suatu proses dimana beban

pajak

dipindahkan

melalui

penyesuaian

harga

dari

pengenaannya k e tempat akhir pembebanannya
1984

:

h. 2 3 0 ) . Penggeseran beban pajak

tempat

(Musgrave,
ini

berdasarkan tarif rata-rata pajak, elatisitas

diukur
permin-

taan dan elastisitas penawaran.
4 . Model Analisis

Kajian dan analisis dipusatkan pada masalah

efelc-

tifitas dan intesivitas, annlisis struktitr, d a n analisis
dis t.ribusi beban akhir. PPh perusallaan indus tr-i semen.

a . Analisis Efektivitas dan Intesivitas Pemungutan
Kaj ian ngliput i n s p e k tujuan pengenaan, objek
PPh B a d a n d a n tar-if PPh Radan.

subjek

Dalam

dan

kaitannya

dcngan bes?~rnq'abeban PPh Baclan Periocle yang bersangkr~tan
dan

PPii Badan terutang HPS, serta

proses

admi nistrasi .

Dalanl kajiar~ ini efekt ivi tas dilihat derlgan men;bandingkan
antara

beban

PPh

Radan d a r - i

periode

t.ertentu

periode

sebelumnya. Apabila hasilnya

positif

efektif

dan jika negatif dikatakan tidak efektif

dengan

dikatakan
(inef-

fec.tive).

Sedangkan intensivitas dilihat dengan

mernbanding-

kan antara beban PPh badan dengan PPh Radan terutang p a d a
per-iocle

tertentu.

Sekiranya

hasi lnya

posi tif

be~-art
j

intensif

upaya pemungutan P P h Badan, dan tidak

intensif

upaya pemungutan PPh badan apabila hasi lnya negatif.

Kemudian dilihat perlakuan yang seharusnya menurut
teori

dan

seperti
yang

hal-ha1 lain yang

penting

untuk

diterapkan

yang diingini oleh undang-undang dengan

terjadi. Sehingga dapai diketahui bagaimana

penetapan

PPh tersebut ditetapkan, apakat~sesuai

undang-undang

yang

berlaku. Jika

tidak

praktek
sistem
decgan

dicari

faktor

penyebab dan imp1 ikasinya atas PPh Eaclan indus t r i senion.

b. Elastisitas PPh
Elastisitas
pertthahan

PPh

adalah

~erhandingan p e l - s e n t a s e

PPh terhadnp p e r - s e n t a s e

nasional (Choudry, 1979

:

pe1'115ahan perlciapa t n r l

h . 8 8 1 , d q p a t dirumuskan

dinlana Eppi, adalah elastisitas P P h , dan Y

adalah

:

penda-

patan nasional pada harga berlaku.

c. Elatisitas Permintaan dan Penawaran
Elastisitas permintaan adalah perbandingan persentase

perubahan jumlah barang yang diminta terhadap

per-

sentase

perubahan

harganya,

yang

diruinuskan

sebagai

berikut :

dimana

Ec.

adalah elastisitas permintazn, p adalah

harga

dan q adalah jumlah barang yang diminta.

Elastisitas p?nawaran adalah perbandingan
tase

perubahan

j u m l a h barang yang

ditawarkan

persentase harganga, !rang dapat dirumuskan

dimana E,

perserterhadap

:

adalah elastisitas penawnran.

d. Beban Akhir PPh Perusahaan
Pengenaan

PPh Badan (perusahaan) atas

keuntungan

(laba) perusahaan, akan mengurangi keuntungan perusahaan.
Sehubungan

dengan

perusahaan

diasumsikan

itu beban atas PPh Eadan
sebagai

pajak

yang

oleh

pihak

merupakan

penambah biaya produksi. Sehingga PPh Badan akan menambah
biaya marginal perusahaan, seperti terlihat pada Gambar 3
berikut ini.

Harga

MC + P P h B a d a n

0

Qt

Jumlah

Q:-I

Gambar 3 . P e n g a r u h PPh B a d a n a t a s H a r g a
dan Jumlah P r o d u k s i

Berdasarkan

Gambar

3 d i atas

pengaruhnya

jelas

kepada b i a y a p r o d u k s i , h a r g a , dan jumlah p r o d u k s i .

Peru-

bahan t e r s e b u t memotivasi pengusaha untuk menggeser beban
PPh Badan k e p a d a p i h a k l a i n , b a i k k e p a d a konsumen
harga

produk

yang l e b i h t i n g g i

maupun

kepada

dengan
pernilik

f a k t o r p r o d u k s i d e n g a n rnernbayarnya d e n g a n l e b i h m u r a h

P e n g a l o k a s i a n b e b a n a k h i r PPh p e r u s a h a a n

.

industri

s e m e n a d a l a h p e m b a g i a n b e b a n a n t a r a konsurnen d a n p r o d u s e n
y a n g d i t e n t u k a n dengan rumus

( I c h s a n , 1959, h. 5 2 ) :

I[; = 1
IP

-

dan

IP

= (t - 1) Ed/{Es

dalam

+ (t

-

1 ) Eel)

mana I k adalah beban akhir yang ditanggung

konsu-

men, dan I p adalah beban akhir yang ditanggung produsen.

Biaya

pemungutan

atas

PTh

PT. Semen

Indarung

diperkirakan berdasarkan jumlah biaya yang

Padang
luarkan

pemerintah

dan subjek PPh

atas

pemasukan

dikePPh

setiap tahunnya.

( 1 ) Estimasi fungsi permintaan dan penawaran
I3entu.k

urnunl

d n r i f r ~ n g is

ba1-ang

(Maurice, 1982

adalah

:

:

pel-mintclan akan

h . 16 dan Rosen, 1 9 8 5

s t i a ti1

: 11.

5601

substitusi

atau

dimana Qcl adalah Ruantitas barang yang diminta
Po adalah harga barang per unit
P,

adalah

adalah

harga

barang

komplementer per unit.
Y p adalah pendapatan perkapita

U

adalah selera konsumen

V

adalah ekspektasi konsumen.

Sedangkan bentuk operasional persamaan yang sering
digunakan

adalah berbentuk log linear. Bentuk

persamaan

log linear merniliki banyak keuntungan antara lain;

mudah

s e c a r a ernpiris, dapat mengatasi nilai

negatif,

dapat mengatasi rnasalah heteroskedatisitas yang

biasanya

ditaksir

timbul

dalam analisa yang menggunakan data

sgri

parameter dapat langsung diinterpretasi, dan

rnenghampiri

naksimasi kepuasan individu (Waiters. 1968 h. 2 2 1 :
clan

Johnsan,

1976.

117). Sehubungan

dengan

fungsi permintaan ynng d i g u n + ~ k a nberbe~ituk

bentuk operasionalnya adalah

ysrtg

Penawaran
harga

suatu

waktu,

Itu

Hasan
makd

:

:

barring ditentukan

barang tersebnt ( P o ) , harga fafitor

oleh
produksi

digunakan ( P i ! , dan teknologi sang digunakan dzlarn

faktor
yang
dalam

proses produksi barang tersebut ( 2 ) (Maurice, dkk. 1982

h.

36;

dan R o s e n , 1985

:

h. 563). nalam

hubungan ditulis sebagai berikut

:

bentuk

:

fungsi

Karena
perusahaan

analisis

beban

akhir

pajak

penghasilan
PPh

dilakukan untuk melihat distribusi beban

perusahaan pada suatu periode tertentu, maka pengaruh
dianggap tetap. Dengan demikian penentu yang perlu
mengestimasi fungsi penatkaran adalah harga barang

Pi

untuk
terse-

but dan teknologi yang digunakan. Dengan demikian besaran
teknologi

akan

dinakili oleh data. berupa

falitor input

yang digunakan dalam proses p r o d ~ ~ k s i
barang

tersebut.

Sehingga

clalnnl

fungsi penawaran dapat dinyatakan

log linear berikut ini

;node!

:

yang dalam bentuk operasionalnya dinyatakan sebagai

:

Penentuan harga dan kuantitas keseimbangan terjadi
secara bersamaan, pada saat

:

Persarnaan ( 5 1 ,

( 6 1 , dnn ( 7 1 mernbentuk suatu sistern

persamaan yang "exactly identified".

( 2 ) Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Berdasarkan
parameter-parameter

persamaan-persamaan

di

atas,

maka

fungsi permintaan dan penawaran dapat

dihitung, selanjatnya dihitung elastisitas permintaan dan
penawaran semen dengan menggunakan persamaan ( 2 ) clan ( 3 ) .

( 3 ) Alokasi Beban Akhir PPh Perusahaan

Untuk
perusahaan

mendapatkan

distribusi

k e p a d a k o n s u r n e n d a n pemi l ik:

beban

aktlir

faktor

PPh

prcdalcs i

d i g u n ~ k a npersamaan ( 4 ) un?u!.< m e 1 i h a t hesaran alokasi .

BAB IV
HASIL PENELITIAN D A N PEMBAHASAN

1. Efektivitas dan Intensivitas Pemungutan PPh
Ketentuan

2 3 ayat ( 2 )

Undang-Undang

Dasar

1915, mengenai k~tentuan-ketentuanperpajakan yang

meru-

pakan

Pasal

landasan pemungutan pajak harus ditetapkan

undang-undang.

Berdasarkan

LTndang-undang perpajakan

ketentuan

tahun 1933

dengan

tersebut,
tela!?

nalia

diundangkaq

Undang-unclang Nomor 7 Tahun 1983 tentsng Pajak Penghasilan,

sebagai landasan hukum pengenaan

Pajak

Penghasilan

j.ang b ~ r l a k use jak tahun 195.2.

Sistem pajak penghasilan ( P P h l berdasarlian
undang

Pajak

petlghasilan
du.

1983 tidak lagi

rnemb~dakan antara

perusahaan dengan pajali penghasilan

Pajal; penghasilan perusahaan dimaksud

penghasilan
berbadan

Undang-

pajak
indivi-

adalah

!PPh) yang dikenakan kepada perusahaan

hukum (PT), sehingga dalam

istilah

pajak
Fang

perpajakan

dikenal dengan FPh Badan (PPh Pasal 1 9 ) .

PPh badan tersebut dikenakan pada keuntungan (laba)

perusahaan.

Tarif

marjinal

PPh

mpnurut

Undang-undang

Pajak 1983 ditetapkan menjadi 3 (tigal kelornpok, yaitu:

-

15% dari keuntungan di bawah Rp. 10 juta.

-

25% dari keuntngan antara Rp. 10

-

35% dari keuntungan di atas Rp. 50 juta.

Dengan

demikian

PPh merupakan

-

5 0 juta.

sumber

penerimaan

negara yang sangat potensial. Walaupun dernikian persoalan
pajak

tetap

Kendala

fundamental

adalah sistern administrasi dan hukum,

dihadapi
aparat

masih kompleks.

perpajakan,

dan

kepatuhan

yang

kualitas

masyarakat

rnembayar

pajak.

Agar

efektivitas dan intensivitas

pemungutan

PPh

dapat tercapai, diperlukan prasyarat perangkat perpajakan
yang baik, yaitu melalui penyempurnaan sistem perpajakan.
Misalnya
yang

pemerintah harus menciptakan

standar,

serta

mendorong

sistem

pembukuan

pelaksanaannya

melalui

sistem komputerisasi yang terintegrasi.

Untuk mencapai tujuan efektivitas dan
pemungutan

Pajak

penghasilan

perusahaan

intensivitas
(PPh

pemerintah antara lain mengeluarkan Undang-undang
tahun

1991

sebagai

upaya

penyempurnaan

Nomor

7 Tahun 1983. Tarif marjinal PPh

Badan),
No.

7

Undang-undang

menurut

Undang-

undang No.7 tahun 1991 ditetapkan menjadi 3 (tigal kelompok, yaitu:

-

10% dari keuntungan di bawah Rp. 25 juta
15% dari keuntungan antara Rp. 25

-

.

50 juta.

30% dari keuntungan di atas Rp. 50 juta.

Pemberlakuan
berlaku

tahun

Sehingga

tarif

PPh ini secara

efektif

1995 untuk industri semen

temuan

yang bisa

di

dibandingkan

mulai

Indonesia.

kedua

Undang-

undang itu adalah untuk tahun 1994 dan 1995.

Temuan

perhitungan

pajak

penghasilan

perusahaan

(PPh

Badan)

dari PT. Semen [ndarung Padang

yang

diberlakukan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991,

tahun

1995

dan

untuk tahun 1994 yang diberlakukan Undang-undang Nomor

7

tahun 1983, dapat dilihat pada Tabel IV.1.

Efektivitas

pemungutan PPh Eadan pada

tahun

ditunjukkan oleh peningkatan penerimaan PPh Badan
sar Rp. 7.8511.009 (110,04%). Dan jika dilihat
tas

pemungutan

jumlah

PPh

PPh

Badan tahun

terhutang
Intensivitas

8.515.055.

tahun
PPh

terpungut

F'P~+
7 . PPhU,.
PPh

x 1(30%

:

sebe-

intensivi-

ditemukan

adalah

1995

dengan menggunakan formula berikut

IP = -

1995

1995

bahwa

sebesar

dapat

RP.

dihitung

Tabel IV. 1
Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh Badan)
UU No. 7 Tahun 1983 dan UU No. 7 Tahun 1991
PT. Semen Indarung Padang ( 000
Keterangan
Laba sebelum pajak
Ditambah atau (Dikurangi)
- Koreksi beban untuk perhitungan PPh (netto)
- Deviden (Anak Perush.

1

1994

Rp. 49.751.531

Rp. 12.374.467

Rp.
(Rp.

Laba kena pajak

552.481
69.0671

Rp. 8.130.783

-

Rp. 50.234.945 Rp. 20.505.250

I

Perhitungan Pajak PenghasiIan Perusahaan
PPh Badan Tahun 1995 :

1995

I

1994

RP RP
Rp. 15.055.596

=
=

lm x Rp.
25.000
15% x Rp.
25.000
3076xRp. 50.184.945

=

1
I

Rp. 15.061.846

Jumlah PPh Badan 1995

I

PPh Badan Tahun 1994 :
15% x Rp.
10.000
40,000
25% x Rp.
35% x Rp. 20.455.250

I

1995

I

=
=

=

1 %:

!

1 .500
10.000
Rp. 7.159.337

Rp. 7.170.837

Jumlah PPh Badan Tahun 1994

i

Surnber

:

1. PT. Semen Padang.
2. Diolah.

Hal ini berarti intensivitas PPh
sebesar 46,83% dihitung dari

terpungut

adalah

:

Rp. 15.061.846 - Rp. 8.008.768

IP =

x 100%

Rp. 15.061.846

= 46,83%

dimana :

IP

= Intensivitas Pernungutan Pajak.

PPht

= Beban PPh Badan pada tahun t.

PPhUt = PPh Badan Terhutang pada tahun t.

Dan perkembangan efektivitas

dan intensivitas

PT. Semen Indarung Padang untuk sepuluh

tahun

PPh

terakhir

dapat dilihat pada Tabel I V . 2 berikut ini.
Tabel IV.2
Efektivitas dan Intesivitas Pemungutan PPh Badan
PT. Semen Indarung Padang
Periode 1985 - 1995
r

Reban
PPh Badan

Tahun

(Rp. 000)

Efekti- I Intenvi tas
i sivitas

PPh Badan
Teru tang
(Rp. 0 0 0 )

1

(

-1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995

Rata-rata

( % I

-

1,568,887
2,461,463
2,201,279
2,506,370
4,586,732
17,339,793
18,592,785
23,438,708
16,799,986
7,170,837
15,061,846

0
0
1,554,180
634,530
3,380,922
10,480,895
2,989,171
4,407,342
10,808,712
L,331,684
8,000,768

56.89
(10.57)
13.86
83.00
278.04
7.23
26.06
(28.32)
(57.32)
110.04

100.00
100.00
29.40
71.68
26.29
39.56
83.92
81.20
35.66
81.43
46.83

10,157,120

3,963,291

43.54

63.54

L

Sumber

:

PT. Semen Padang.

Dari

Tabel

IV.2 di atas

kelihatan

perkembangan,'

peningkatan efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 1990
yaitu

sebesar

2 7 8 , 6 4 % dan yang

terendah

terjadi

pada

tahun

dengan

1994

tingkat

efektivitas

negatif

yaitu

(57,32%). Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pernungut-

an

PPh

secara
Semen

industri semen

sangat

berfluktuasi.

efektivitas pernungutan PPh

rata-rata

Sedangkan
PT.

Badan

Indarung Padang adalah 43,547;. Kondisi ini

nienun-

jukkan efektivitas adalah katagori baik.

Dari sisi intensivitas pernungutan PPh badan
tri

semen

(yaitu
tahun

tertinggi terjadi pada tahun

1985

indus-

dan

1007;), dimana pada saat itu Undang-undang

1986

No.

1983 baru diberlakukan 2 (dual tahun dalam

7

perhi-

tungan PPh badan PT. Semen Indarung Padang. Dan intesifitas

terendah

Sedangkan
adalah

rata-rata

63,54%.

pemungutan

terjadi pada tahun 1989 sebesar

PPh

intensivitas pernungutan

Hal ini menunjukkan

bahwa

Badan PT. Semen Indarung

26,

PPh

39%.

badan

intensivitas
Padang

adalah

katagori lebih baik.

2. Elastisitas Pajak Penghasilan
Estimasi
dilakukan
ries)

penerirnaan Pajak Penghasilan (PPh)

dengan menggunakan data seri waktu

dari tahun 1985

yang dinyatakan

:

-

1995 dan memakai

yang

(time

fungsi

se-

linear

agar

secara sekaligus dapat melihat elastisitasnya

maka

persamaan fungsinya menjadi :

-

T

= a. ynB atau

In T = In a + B In Yn

dimana

T mewakili penerimaan PPh

Badan.

Sedangkan

Yn

adalah pendapatan Nasional menurut harga berlaku. Gambaran PPh Badan, dan Pendapatan Nasional

dapat dilihat pada

Tabel IV.3 berikut ini.
T a b e l IV.3
PPh Badan PT. Semen Padang dan Pendapatan Nasional
Periode 1985 - 1995 ( R p . milyar)

Tahun
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995

Rata-rata

PPh

Yn

1.57
2.46
2.20
2.51
4.59
17.34
18.59
23.44
16.80
7.17
15.06

80,125.60
88,296.90
104,920.50
121,605.95
142,454.71
166,518.40
192,803.10
227,795.41
269,385.30
283,465.20
298,734.70

10.06

179,645.98

r

Sumber

:

Keterangan

1. PI'. Semen Padang.
2. Ministry of Finance.
3. BAPPENAS.
:

PPh

= PPh Badan PT. Semen Indarung Padang

Yn

= Pendapatan Nasional Berdasarkan Harga Berlaku.

Berdasarkan
atas

Tabel IV.3 di atas

dilakukan

pendapatan nasional 7). Hasil estimasi

terhadap

Pendapatan

Nasional dengan

regresi

PPh

model

yang

Badan
telah

ditetapkan pada persarnaan log linear di atas adalah :

In T =

-

19,877 + 1,8155 In Yn

(51

(4,6877) (4,6511)
R~ = 0,7062

t-Ratio = 4,6511 dan

F = 21,633

et, = 0,2938

DW = 1,0484

Hasil
pada

Rho = 0,47016

tersebut secara ekonometrik sangat

derajat

(autoregressive)

tidak

t

kepercayaan 99% baik melalui uji

rnaupun uji F. Akan tetapi menunjukkan adanya
dalam

persarnaan fungsi

oleh DM' = 1,0484. Sesuatu

ditunjukkan

berrnakna
Ratio

swahubungan

ini.

fungsi

Hal

ini

dikatakan

terdapat auto regresi, apabila DW = 3,OO. Menurut

Supranto,

(1984 : h. 164) dan Gujarati, (1995 : h.