CABAI KERITING (Capsicum annum L) PADA FASE GENERATIF YENNITA MSI dan TOTEN ENDRIYANI

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Gardner et al (1991) menyatakan pemberian GA

  3 pada tanaman

  pada bunga apel dapat meningkatkan set buah (fruit setting) dan kualitas buah. Yennita (2003) menyatakan bahwa pemberian 50 ppm GA

  3

  saat gugurnya kaliptra pada anggur Thomsom tanpabiji menghasilkan buah lebih besar dengan kualitas rasa yang mmeningkat. Notodimedjo (1995) menyatakan bahwa penyemprotan 200 ppm GA

  3

  dapat meningkatkan kandungan auksin pada bunga sehingga mencegah terjadinya absisi pada bunga. Weaver (1972) menyatakan penyemprotan 200 ppm GA

  3

  Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mmencegah gugur bunga dan buah, memperbaiki mutu buah, dan meningkatkan hasil buah dapat dilakukan dengan memberikan zat pengatur tumbuh (ZPT).Sehingga diharapkan produksi cabai dapat meningkat.

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  Ganefianti dkk (2006) menyatakan, salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman cabai ini disebabkan karena tingginya persentase gugur bunga maupun buah sehingga dapat menyebabkan turunnya produksi buah cabai yang dihasilkan.Persentase gugur bunga pada tanaman cabai sangat bervariasi tergantung genetic danlingkungan.Di samping factor genetik, gugur buah dapat disebabkan oleh factor lingkungan seperti curah hujan, suhu dan intensitas cahaya matahari yang tinggi dapat menyebabkan gugur baik pada bunga maupun buah (Sunaryono, 2000).

  Berdasarkan potensi tanaman cabai, produksinya tergolong rendah. Produksi cabai Indonesia belum mmencukupi kebutuhan dalam negeri, setiap tahun Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 736 ribu ton pertahun dari kebutuhan 790,5 ribu ton pertahun (Anonim, 2008). Jumlah ini kecil tapi berpengaruh terhadap stabiliras harga, sangat dirasakan terutama pada hari besar dan saat tanam/paceklik.

  Cabai keriting diperlukan oleh seluruh lapisan mmasyarakat untuk berbagai keperluan yang erat dengan kegiatan masak memasak, maupun untuk keperluan lain misalnya bahan ramuan obat tradisional, industri makanan dan obat-obatan.

  PENDAHULUAN Latar belakang

  Kata kunci: Gibberellic Acid (GA 3 )

  

YENNITA MSI dan TOTEN ENDRIYANI

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian GA 3 terhadap cabai

keriting pada fase generatif. Menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan enam

kelompok dan empat perlakuan, perlakuan tersebut adalah: 0 ppm GA 3 , 25 ppm, 50 ppm dan 75 ppm GA 3 .Perlakuan GA 3 diberikan pada minggu ke 12 dan ke 14. Pengamatan yang

dilakukan adalah: jumlah bunga, jumlah buah, bobot buah pertanaman, persen bunga jadi

buah, dan bobot perbuah Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA 1 faktor, jika F hit

besar dari f tabel dilanjutkan dengan uji kontras polynomial. Dari Hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pemberian GA 3 berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap jumlah

buah, bobot buah pertanaman dan persentase bunga jadi buah. Tapi tidak berpengaruh nyata

terhadap Jumlah bunga dan bobot perbuah.

  3 ) TERHADAP

CABAI KERITING (Capsicum annum L) PADA FASE

GENERATIF

  PENGARUH GIBBERELLIC ACID (GA

  kedelai dapat meningkatkan jumlah polong bernas dan jumlah biji. Namun respon tanaman terhadap zat pengatur tumbuh dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya: jenis zat pengatur tumbuh

  YENNITA MSI dan TOTEN ENDRIYANI : PENGARUH GIBBERELLIC ACID (GA 3 )

TERHADAP CABAI KERITING (Capsicum annum L) PADA FASE GENERATIF

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Penelitian tentang pemberian GA

  bunga dan bobot per buah, tapi hanya memperpanjang tangkai bunga bila dibanding dengan yang tidak diberikan GA

  3

  tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga, dimana jumlah bunga pada 0 ppm GA3 391,67, 25 ppm GA

  3 337,00, 50 ppm GA 3 282,83, dan 75

  ppm GA

  3 325,00 buah, demikian juga

  terhadap bobot per buah yaitu: pemberian 0 ppm GA

  3

  bobotnya 0,24, 25 ppm 0,26, 50 ppm 0,23 dan 75 ppm 0,19 gram. Jadi pemberian GA

  3 tidak menaikkan jumlah

  3 , sehingga lebih muda dalam

  terhadap jumlah bunga dan bobot per buah tanaman cabai keriting, dapat dilihat pada Tabel 1.

  penghitungan bunga, sama seperti yang dikemukakan oleh Weaver (1972) penyemprotan GA

  3

  pada anggur Thomson merenggangkan jarak antar rangkaian buahnya dan menyebabkan gerombolan buah anggur menjadi lebih panjang sehingga buahnya tidak berdesakan dan tahan infeksi cendawan.

  Tabel 1. Rata-rata jumlah bunga dan bobot per buah cabai kering dengan berbagai konsentrasiGA 3 .

  No Perlakuan GA3

  (ppm) n Jumlah bunga

  (buah) Bobot per buah

  (gram) 1 6 391,67 0,24 2 25 6 337,00 0,26

  3 50 6 282,83 0,23

  4 75 6 325,00 0,19

  Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian GA

  3

  3

  Rancangan penelitian

  terhadap cabai keriting belum dilaporkan, untuk itu telah dilakukan penelitian tentang ―Pengaruh konsentrasi GA

  3 terhadap cabai

  kering (Capsicum annum (L) var Longum) pada fase generatif.

  Tujuan penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian GA3 terhadap cabai keriting pada fase generatif.

  METODOLOGI PENELITIAN Tempat penelitian

  Penelitian dilaksanakan di kebun biologi jurusan pendidikan MIPA FKIP Universitas Benggkulu.

  Alat dan bahan

  Polybag, nampan, hand sprayer, alat- alat gelas, alat tulis, alat ukur, cangkul, bibit cabai keriting, aquadest, GA

  3 (Gibberelic acid), tanah kebun dan pupuk kandang.

  Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 6 kelompok. Perlakuan tersebut: GA

  480| Semirata 2013 FMIPA Unila yang dipergunakan, musim sewaktu pemberian, varietas tanaman, stadia pertumbuhan dan konsentrasi zat pengatur tumbuh tersebut.

  3

  (0) ppm, 25 ppm, 50 ppm, dan 75 ppm, sehingga didapatkan 24 pot penelitian.

  Prosedur penelitian

  Prosedur terdiri atas beberapa langkah: Penyediaan bibit, penyedian media tanam, penanaman, pemeliharaan, pemberian perlakuan GA

  3 , dan pengamatan.

  Anallis data

  Data hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA 1 faktor, jika Fhitung besar dari F table dillanjutkan dengan uji kontras polynomial.

  Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman cabai keriting dengan pemberian berbagai konsentrasi GA

  3 didapatkan hasil sebagai berikut.

  Jumlah bunga dan Bobot per buah

  Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian GA

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  dapat mmeningkatkan jumlah buah pada cabai keriting sampai konsentrasi 50 ppm, ini disebabkan karena GA

  3 saat berbunga pada

  Dari Gambar 2. Di bawah dapat dilihat bahwa pemberian GA

  Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap bobot buah pertanaman, dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah.

  Bobot buah pertanaman

  (1999) pertumbuhan zigot dimulai dengan penyerbukan, tanpa penyerbukan pada bunga akan terbentuk lapisan absisi dan gugur, karena kurangnya hormone pertumbuhanYang tepat. Sedangkan serbuk sari kaya akan GA dan auksin sehingga penyerbukan menyediakan sumber hormone pertumbuhan yang cukup untuk memulai pertumbuhan buah, tapi ransangan dari penyerbukan itu bersifat sementara karena pemasokan GA endogen dari serbuk sari segera habis. Puncak kedua pertumbuhan buah terjadi dengan adanya pemasokan hormone baru dari buah yang terbentuk.

  berbunga diduga dapat meninngkatkan kandungan auksin sehingga tidak terbentuk lapisan absisi padabunga, seperti yang dikemukakan oleh Nitsch (1952) dalam Gardner et al (1991), Ozga dan Reinecke

  3 pada cabai pada saat

  Pemberian GA

  pada kedelai dapat meningkatkan jumlah polong bernas pertanaman.

  3

  dapat mengurangi bunga yang gugur sehingga jumlah buah yang terbentuk meningkat, dan ini didukung oleh hasil penelitian Yennita (2003), pemberian 50 ppm GA

  3

  3

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  GA

  3 75 ppm. Jadi pemberian

  132,67 buah dan naik menjadi 177 buah pada konsentrasi 50 ppm, tetapi menurun dengan pemberian GA

  3

  jumlah buah 95, 25 ppm GA

  3

  kuadratik terhadap jumllah buah, dimana pada pemberian konsentrasi 0 ppm GA

  3 berpengaruh nyata

  Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa, pemberian GA

  dengan berbagai konsentrasi berpengaruh nyata terhadap jumlah buah, dapat dilihat dari gambar 1.

  3

  Hasil analisis sidik ragam mmenunjukkan bahwa, pemberian GA

  Jumlah buah Gambar 1.

  tanaman cabai meningkatkan bobot buah pertanaman secara kuadratik. Pada perlakuan 0 ppm bobot buah 21,67 gram, kemudian meningkat menjadi 34,5 gram pada perlkuan 25 ppm, dan meningkat lagi pada konsentrasi 50 ppm yaitu 40,83 gram, lalu menurun pada konsentrasi 75 ppm menjadi 23,75 gram.Jadi respon tanaman terhadap zat pengatur tumbuh tergantung pada beberapa factor diantaranya adalah konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digukan, pada konsentrasi rendah pengaruhnya masih sedikit, konsentrasi optimum pertumbuhan maksimal dan konsentrasi yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman, Wattimena (1992) menyatakan bahwa respon tanaman terhadap zat pengatur tumbuh dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya: jenis zat pengatur tumbuh yang digunakan, musim sewaktu pemberian, varietas tanaman, stadia pertumbuhan dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan.

  YENNITA MSI dan TOTEN ENDRIYANI : PENGARUH GIBBERELLIC ACID (GA 3 )

TERHADAP CABAI KERITING (Capsicum annum L) PADA FASE GENERATIF

  Gambar 3. Gambar 2.

  KESIMPULAN Persen bunga jadi buah

  Analisis sidik ragam menunjukkan Dari hasil penelitian yang telah bahwa pemberian GA

  3 berpengaruh nyata

  dilakukan dapat diambil kesmpulan sebagai terhadap persen bunga jadi buah pada berikut: tanaman cabai keriting, dapat dilihat pada

  Pemberian GA berpengaruh nyata

  3 Gambar 3.

  secara kuadratik terhadap jumlah buah, Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa persentase bunga jadi buah dan bobot buah pemberian GA

  3 pada tanaman cabai dengan pertanaman cabai keriting.

  berbagai konsentrasi berpengaruh secara Pemberian GA tidak berpengaruh nyata

  3

  kuadratik terhadap persen bunga jadi buah, terhadap jumlah bunga dan bobot per buah yaitu 26,33 % pada perlakuan 0 ppm, 45,33 pada cabai keriting % pada 25 ppm,, 65,17 % pada 50 ppm, dan

  Pemberian GA

  3 konsentrasi 50 ppm pada

  34,17 % pada perlakuan 75 ppm. Jadi tanaman cabai keriting memberikan hasil Pemberian GA pada tanaman cabai

  3

  yang maksimum terhadap persen bunga jadi keriting dapat mengurangi jumlah bunga buah, jumlah buah, dan bobot buah yang gugur sehingga persen bunga jadi pertanaman. buah meningkat, demikian juga dengan jumlah buah pertanaman dan bobot buah

DAFTAR PUSTAKA

  pertanaman. Meenurut Notodimedjo (1995) bahwa buah akan terbentuk setelah terlebih Abidin Z. 1993.Dasar-Dasar pengetahuan dahulu pada bunga terjadi peristiwa

  Tentang Zat Pengatur Tumbuh. penyerbukan dan pembuahan. Pemberian Bandung. Angkkasa.

  GA

  3 akan meningkatkan kandungan auksin

  pada bunga, Van Overbe ek (1966) dalam Anonim. 2008. ITB Teliti Cabai Tahan

  Abidin (1993) menyatakan bahwa Cekaman Aluminium. pemberian GA pada tumbbuhan akan

3 Htta://www.co.id//

  mendukung pembentukan enzim Ganefianti.DW. Yulian, Suprapti AN.2006. proteolysis yang akan membebaskan

  Korelasi dan Sidik Lintas Antara triptopan sebagai senyawa asal Pertumbuhan, Komponen Hasil dan pembentukan auksin. Selanjurtnya Weaver Hasil dengan Gugur Buah pada Tanaman

  (1972) mengemukakan absisi tidak akan Cabai. Akta Agrasia. Hal 1-6. terjadi apabila kadar auksin didaerah distal lebih besar atau sama dengan di daerah Gardner FP. Pearce RB, Michel RL. 1991. proksimal.

  Fisiologi Tanaman Budidaya. Sosilo H, 482| Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Semirata 2013 FMIPA Unila Subianto, penerjemmah. Jakarta: UI- Press. Terjemmahan dari: Physiology of Crops Plant.

  Notodimedjo S. 1995. Pengaruh penyerbukan buatan dan pemberian GA

  3

  terhadap persentase bunga jadi buah dan hasil apel (Malus sylvestris Mill) cultivar rome bbeauti di Batumaalang. Agrivita 18 (1): 33-36.

  Ozga JA, Reinecke DM. 1999. Interaction of 4-cloro indole-3- acetic acid and gibberellins in early pea fruit development.Plant Growth Regul. 27: 33-38.

  Sunaryono, Hendro. 1988. Budidaya Cabai Merah (Capsicum annum L). Sinar BaruAgresindo. Bandung..

  Wattimena. 1992. Zat pengatur tumbuh.

  Pelatihan kultur jaringan tanaman berkayu dan tanaman langka. Bengkulu: Heds Project. Universitas Bengkulu. Weaver, Robert J. 1972. Plant Growth

  Substances in Agriculture. San Fransisco. Freeman and Company. Yennita. 2003. Respon tanaman kedelai

  (Glicine max) terhadap GA

  3 (Gibberelic

  acid) pada fase generative. Exacta 5: 16- 23,

  484| Semirata 2013 FMIPA Unila