KERAGAAN FASE PEMBIBITAN DAN POTENSI PRODUKSI TUJUH VARIETAS CABAI KERITING

  ISSN 2460 - 5506

PROSIDING

KONSER KARYA ILMIAH

TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

  

“ Peluang dan Tantangan Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

di Era Global dan Digital”

  Kamis, 13 September 2018 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW

  

KERAGAAN FASE PEMBIBITAN DAN POTENSI PRODUKSI

TUJUH VARIETAS CABAI KERITING

Ahmad Fatkul Khoir dan Suprihati

  

Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

email: fatkulahmad13@gmail.com

ABSTRACT

  The average yield of red chilli in Indonesia per hectare is 8.47 tons in 2016. One of the efforts

to increase production is the use of new high yielding varieties. At present on the market many

emerging new varieties that have higher yield potential. The purpose of this study was to determine

the performance of the seedlings in the nursery and the production of red chili on the land of

various varieties that were tried. The experiment was carried out on the SWCU Agriculture and

Business Faculty experimental field, located in Wates Village, Getasan District, Semarang Regency,

Central Java Province at an altitude of 900 m above sea level from December 2017 to August 2018.

The type of soil in the experimental location included the Andosol type. The study was carried out

with a randomized block design with 7 treatment varieties and 4 replications. The treatments for the

varieties tested were OR Twist 42, KRIDA, JINAWI, PHOENIX, OR 33, INKO, and PM. Data were

analyzed by Anova and if significant differences continued with DMRT (Duncan Multiple Range

Test) at P <0.05. The results showed that the red pepper the varieties tested tested significantly

affected plant height where the highest plant height achieved by PHOENIX varieties was significantly

higher than the variety, OR 33, INKO, and PM. For seed germination between 75.4% -94.2%;

average seedling height ranges from 3.4 to 5.8 cm; the number of leaves ranged between 3-5

strands. The average number of fruit per variety varied between 33.3-43.7 fruits per plant, fruit

weight per plant ranged from 135.49 to 220.78 g; weight per fruit ranges from 3.6 to 5.6 g.

  Keywords: curly red chili, variety, seed character, yield potential.

  kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain

  PENDAHULUAN

  digunakan dalam kebutuhan rumah tangga cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan industri merupakan komoditas sayuran yang memiliki pangan, farmasi dan juga kosmetik. nilai ekonomis yang cukup tinggi di Indonesia.

  Pada tahun 2016 luas panen cabai merah Tanaman cabai merah ini sudah dikembangkan sebesar 123.404 ha dengan produksi 1.045.587 hampir di seluruh daerah di Indonesia. Rasanya -1 ton dan produktivitas 8,47 ton ha angka tersebut yang pedas dan panas sangat disukai oleh menunjukan peningkatan produksi dibandingkan tahun 2015 dengan luas panen cabai merah sebesar 120.847 ha dengan produksi 1.045.182 ton, akan tetapi produktivitasnya turun dari 8,65 ton.ha -1 menjadi 8.47 ton ha -1 (BPS, 2017).

  Faktor yang mendukung dalam produksi buah cabai di Indonesia adalah luas areal penanaman. Menurut BPS (2017) luas areal tanaman cabai (C. annuum) pada tahun 2012- 2016 berturut-turut sebesar 120.275 ha; 124.110 ha; 128.734 ha; 120.847 ha; dan 123.404 ha. Pada tahun 2015 terjadi penurunan luas lahan panen cabai tapi produktivitasnya mengalami peningkatan, dan kemudian luas lahan panen cabai meningkat kembali pada tahun 2016 akan tetapi produktivitasnya malah mengalami penurunan.

  Semakin meningkatnya luas areal pena- naman cabai ini diluar penurunan luas lahan panen pada tahun 2015 mengindikasikan bahwa pernintaan cabai juga mengalami peningkatan dari tahun-ketahun, akan tetapi pada setiap daerah yang digunakan dalam budidaya tanaman cabai mempunyai agroekosistem yang berbeda- beda. Hal ini dapat menyebabkan tanaman cabai yang dibudidayakan sulit berproduksi secara maksimal.

  Salah satu faktor dalam usaha peningkatan produksi tanaman adalah penggunaan teknologi yang tepat, seperti penggunaan benih varietas unggul (Syukur et al., 2010). Banyaknya varietas unggul yang beredar dipasaran akan memunculkan variasi dari segi pertumbuhan dan juga hasil sehingga diperlukannya karakterisasi untuk mengetahui informasi yang terkandung dalam tiap genotype, sifat-sifat penting yang terkandung yang dapat bernilai ekonomis yang menjadi ciri khas dari suatu varietas. Sifat atau karakter yang dapat diamati salah satunya karakter agronomis dan karakter morfologis (Somantri et al., 2008).

  Informasi karakter suatu varietas dapat digunakan sebagai informasi dalam budidaya tanaman terutama pada suatu lokasi tempat budidaya karena fenotipe yang muncul dari suatu varietas akan berbeda-beda tergantung kemam- puan adaptasi tiap varietas pada lingkungan budidayanya, menurut Gomez dan Gomez (1985) terdapat respon dari tanaman yang diakibatkan oleh interaksi antara genotype dan lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kontribusi dari genetic pada tampilan akhir suatu tanaman.

  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaan bibit pada persemaian dan produksi cabai merah di lahan dari berbagai varietas yang dicobakan.

  METODE PENELITIAN

  Percobaan ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi percobaan mempunyai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan pH tanah 6,3 dan jenis tanah dilokasi percobaan termasuk jenis Andosol. Percobaan ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai dengan bulan Agustus 2018.

  Metode penelitian yang digunakan yaitu metode percobaan dengan menggunakan Ran- cangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan ini terdiri dari 7 perlakuan varietas masing-masing diulang 4 kali. Varietas yang digunakan terdiri dari varietas OR Twist 42, Krida F1, JINAWI, Phoenix 55, OR Twist 33, INKO 99, dan PM 999 F1 yang diperoleh dari toko penyedia sarana pertanian di Kabupaten Semarang dan Magelang, sedangkan untuk pembanding digunakan varietas OR Twist 42 yang biasa digunakan oleh petani setempat. Plot percobaan dibuat dengan ukuran 2,5 m x 4,6 m, jarak tanam yang digunakan 50 cm x 60 cm, dengan jumlah tanaman masing- masing plot sebanyak 30 tanaman.

  Media persemaian berupa campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Penanaman dilakukan ketika bibit yang disemai jumlah daunnya berkisar 2-4 helai atau kisaran umur bibit 30-35 hari. Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyulaman yang dilakukan sampai umur 2 minggu. Penyiangan gulma dan pemangkasan tunas air dilakukan secara manual. Penyiraman dilakukan sesuai kondisi lapang. Pengendalian hama sesuai dengan PHT. Panen dilakukan ketika buah 70% sudah berwarna merah.

  Data yang diamati meliputi data pada persemaian yaitu tinggi bibit (cm), jumlah daun, dan daya kecambah (%), dan data setelah pindah tanam meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah buah, bobot total panen (g/tanaman). Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh tertinggi menggunakan alat bantu penggaris. Produksi buah dihitung sebagai akomodasi bobot segar buah setiap kali panen. Daya kecambah dihitung dari jumlah benih yang tumbuh dibagi jumlah benih yang disemai dan dikalikan seratus. Jumlah daun dihitung langsung. Jumlah buah dihitung manual pertanaman.

  muncul antara fenotipe dan genotipe dapat ditentukan oleh interaksi antara genotipe dengan lingkungan.

  Tinggi Tanaman

  Keterangan: Angka merupakan nilai rata-rata ± standar deviasi.

  Tabel 1 Daya Kecambah Benih, Tinggi Bibit, dan Jumlah Daun

  INKO 89.4 3.4±0.80 3±1.04 PM 94.9 3.4±0.63 3±0.95

  94.2 4.2±0.79 4±0.77 KRIDA 91.4 5.2±1.07 4±0.69 JINAWI 77.8 5.8±0.87 5±0.84 PHOENIX 90.6 4.8±1.06 4±1.04 OR 33 75.4 4.6±0.94 4±0.80

  (cm) Jumlah daun OR 42

  Varietas Daya Kecambah (%) Tinggi bibit

  al. (2013), bahwa adanya keragaman yang

  Data dan hasil pengamatan utama dianalisis dengan menggunakan metode analysis of

  Pada parameter tinggi bibit dan jumlah daun varietas JINAWI menunjukan hasil yang paling baik yaitu tinggi bibit 5,8±0,87 cm dan jumlah daun sebanyak 5±0.84 helai. Keragaman yang muncul pada fase pembibitan ini bisa disebabkan oleh interaksi antara tiga faktor yaitu interaksi antara genetik, lingkungan, dan interaksi antara genetik dengan lingkungan. Menurut Fitriani et

  Sedangkan 5 varietas lain memiliki daya kecambah diatas 80% dimana varietas yang memiliki daya kecambah tertinggi adalah PM yaitu sebesar 94.9%.Menurut Halimunsyadah et al. (2015), benih dengan viabilitas yang baik mampu mening- katkan daya kecambah, kecepatan tumbuh, dan nilai potensi tumbuh dari benih.

  Berdasarkan (Tabel 1) pertumbuhan vegetatif pada pembibitan menunjukan pada JINAWI dan OR 33 memiliki daya kecambah dibawah 80%.

  Pertumbuhan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam penentuan kese- suaian varietas terhadap kondisi lingkungan dan dapat dilihat dari awal pertumbuhan yaitu pada saat pembibitan tanaman. Pada tahap pembibitan ini dapat diketahui karakter agronomi bibit meliputi daya kecambah, tinggi bibit dan jumlah daun. Perbedaan karakter bibit tiap varietas dapat dilihat pada (Tabel 1), dimana daya kecambah diukur pada usia bibit 1 minggu dan untuk tinggi biit dan jumlah daun diukur pada 35 hari setelah semai.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Genotipe Pada Fase Pembibitan

  95%. Pengaruh berbeda nyata diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

  varience (ANOVA) pada selang kepercayaan

  Hasil uji DMRT (Gambar 1) menunjukan perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap variable tinggi tanaman pada 8 MST. Varietas PHOENIX memiliki tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan varietas OR INKO dan PM pada umur 8 MST. Menurut Zuhry et al. (2012), bahwa terdapat perbedaan tinggi tanaman pada setiap genotipe tanaman, perbedaan ini diebabkan oleh sifat gen tanaman yang lebih dominan yang terdapat dalam suatu genotipe tanaman. Hal ini diperkuat dengan pendapat Soeprapto (1982), populasi genetik yang terkandung dalam suatu tanaman memiliki pola pertumbuhan yang berbeda-beda dengan lainnya termasuk dalam hal pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ketersedian unsur hara, air, pH tanah, dan beberapa faktor pembatas lain seperti topografi lahan tempat budidaya (Sutrapradja, 2008).

  Jumlah Buah

  Parameter jumlah buah per tanaman dapat dapat dihitung dengan menghitung jumlah buah saat panen pertama sampai masa terakhir kali panen. Dengan diketahui jumlah buah per tanaman saat panen dapat diketahui pula nantinya jumlah buah dalam satuan luas lahan produksi tertentu. Jumlah buah per saat panen pada tanaman cabai bervariasi dari yang awalnya sedikit kemudian akan semakin meningkat sampai pada tahap panen puncak dan kemudian setelah fase panen puncak akan semakin mengalami penurunan seiring waktu.

  

Gambar 2 Jumlah buah akumulasi tiap periode panen

Gambar 1 Tinggi Tanaman 8 MST Berdasarkan (Gambar 2) dari periode panen pertama sampai kedua belas jumlah buah yang di panen terus mengalami peningkatan, dimana OR Twist 42 memiliki akumulasi rata- rata jumlah buah panen per tanaman yang paling tinggi yaitu sebanyak 43,7 buah; kemudian disusul dibawahnya varietas INKO sebanyak 41,9 buah; OR Twist 33 sebanyak 41,3 buah; PM sebanyak 39,9 buah; JINAWI sebanyak 39,4 buah; KRIDA sebanyak 39 buah; dan yang terendah adalah PHOENIX dengan jumlah buah sebanyak 33,3 buah. Banyak factor yang dapat mempengaruhi jumlah buah seperti faktor genetik dan lingkungan. Menurut Pracaya (1994), jumlah bunga menjadi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu udara, angin, curah hujan, dan serangan hama penyakit. Jumlah cabang produktif yang terbentuk pada tanaman dapat mempengaruhi jumlah buah terbentuk karena buah cabai muncul di percabangan tanaman (Setiawan, 2012).

  Perbandingan Jumlah Buah, Bobot Buah Total, Bobot Per Buah

  4.2 JINAWI 220.78

  39.9

  3.8 PM 163.44

  41.9

  4.3 INKO 161.12

  41.3

  4.1 OR 33 135.49

  33.3

  5.6 PHOENIX 137.29

  39.4

  39.0

  Menurut Dirjen Hortikultura (2013), salah satu kriteria yang dapat digunakan dalam penentuan keunggulan suatutanaman adalah tingginya daya hasil per tanaman yang diperoleh dari perhitungan rata-rata produksi tanaman per satuan waktu.

  3.6 KRIDA 164.11

  43.7

  OR 42 159.30

  Jumlah Buah/Tanaman Bobot Per Buah (g)

  Varietas Bobot Panen/Tanaman (g)

  x lokasi memiliki pengaruh nyata terhadap hasil, hal ini terlihat dari parameter pengukuran diameter buah, panjang buah, tebal daging buah, bobot per buah dan bobot buah per tanaman.

  al. (2010), bahwa pada interaksi antara genotipe

  Pada parameter bobot per buah varietas JINAWI memiliki bobot buah tertinggi yaitu seberat 5,6 g/buah; sedangkan untuk bobot per buah terendah dimiliki oleh varietas OR Twist 42 yaitu seberat 3,6 g/buah. Menurut Syukur et

  Berdasarkan (Gambar 3) menunjukan varietas JINAWI memiliki bobot total panen yang paling tinggi dibanding varietas lain yaitu seberat 220,78 g/Tanaman; dan untuk varietas yang memiliki bobot total terendah adalah varietas OR 33 yaitu seberat 135,49 g/tanaman. Sedangkan untuk rata-rata jumlah buah terbanyak dimiliki oleh varietas OR Twist 42 yaitu sebanyak 43,7 buah per tanaman sampai dengan periode panen terakhir yaitu periode panen ke-12. Menurut Astutik et al. (2017), berat buah total per tanaman dipengaruhi jumlah buah, jumlah percabangan, bobot per buah, diameter buah, dan panjang buah. Sedangkan menurut Inardo et al., (2014), menyatakan bahwa genotipe tanaman dapat mempengaruhi berat buah pertanaman pada masing-masing genotipe dan setiap varietas cabai dapat memunculkan hasil yang berbeda-beda sesuai dengan gen yang terkandung dalam setiap varietas.

  4.1 Tabel 2 Bobot Penen, Jumlah Buah, Bobot Per Buah

  

Gambar 3 Perbandingan jumlah buah dengan bobot buah total

KESIMPULAN

  John Willey & Sons, Inc, Canada. Harlimunsyadah., Jumini., dan Muthiah. 2015.

  2008. Teknik Konservasi Ex-Situ,

  Penebar Swadaya. Jakarta. Somantri, I.H., M. Hasanah dan H. Kurniawan.

  Soeprapto. 1982. Bertanam Kacang Hijau.

  Pertumbuhan dan hasil benih lima varietas cabai merah (Capsicum annum L.) di dataran menengah. Vegetalika, 1(3). pp.1– 11.

  Pracaya, 1994. Bertanam Lombok. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Setiawan, A.B., S. Purwanti, dan Toekidjo. 2012.

  Penggunaan organic priming dan periode inkubasi untuk invigorasi benih cabai merah (Capsicum annuum L.) kadaluarsa pada stadia perkecambahan. J. Floratek 10 (2): 78-86. Inardo, D., Wardati, and Deviona. 2014. Evaluasi daya hasil 8 genotipe cabai (Capsicum annum L.) Di lahan gambut. Jom Faperta, 1(2).

  Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1985. Statistical Procedures for Agricultural Research .

  Penelitian ini menyimpulkan varietas yang diuji coba berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dimana tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh varietas PHOENIX nyata lebih tinggi dibandingkan varietas, OR 33, INKO, dan PM. Untuk daya kecambah benih berkisar antara 75,4%-94,2%; tinggi rata-rata bibit berkisar 3,4- 5,8 cm; jumlah daun berkisar antara 3-5 helai. Jumlah rata-rata buah tiap varietas bervariasi antara 33,3-43,7 buah per tanaman, bobot buah per tanaman berkisar 135,49-220,78 g; bobot per buah berkisar 3,6-5,6 g.

  annuum L.) di dataran medium. Jurna vegetalika . 2(2):50-63.

  Keragaman lima kultivar cabai (Capsicum

  Jakarta. Fitriani, L., Toekidjo., dan S, Purwanti. 2013.

  Indonesia and Directorat General of Horticulture . Kementrian Pertanian.

  [BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik

  Uji daya hasil galur mg1012 dengan tiga varietas pembanding tanaman cabai keriting (Capsicum annum L.). J Agriprima. Vol. 1(2), Hal. 180-190

  DAFTAR PUSTAKA Astutik, W., D, Rahmawati., N, Sjamsijah. 2017.

  Rejuvinasi, Karakterisasi, Evaluasi, Dokumentasi, dan Pemanfaatan Plasma Nutfah . http://my-curio.us/ Sutapradja, H. 2008. Penggunaan pupuk multihara Zuhry, J., Deviona., M. Syukur., S, Sujiprihati., dan lengkap PML-Agro terhadap pertumbuhan Telphy. 2012. Uji daya hasil beberapa dan hasil cabai merah. J.Hort., 18(2): 141- genotipe cabai (Capsicum annuum l.) 147 toleran pada lahan gambut. J. Agrotek.

  Trop. 1 (2): 1-7.

  Syukur, M., S, Sujiprihati., R, Yunianti., dan D, A, Kusumah, 2010. Evaluasi daya hasil cabai hibrida dan daya adaptasinya di empat lokasi dalam dua tahun. J. Agron. Indonesia., 38(1): 43-51.

  

ooOoo

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim terhadap Penguasaan Tanah Secara Melawan Hukum: Studi terhadap Putusan Mahkamah Agung RI No. 2462 K/PDT/2015 Juncto Putusan Pengadilan

0 0 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Discovery pad

0 0 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning ( PBL ) Berbantuan Video untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester II SD Kanisius Harjosari Kec

1 4 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Eksperimentasi Problem Based Learning dan Circ terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan S

0 0 21

EKSPERIMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DAN CIRC TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SEDAYU KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syara

1 1 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Menumbuhkan Daya Berpikir Sistematis Logis dan Meningkat

0 0 19

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SISWA KELAS 3 SD NEGERI TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014 2015

0 0 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Mat

0 0 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD Siswa Kelas V SD Negeri Tega

0 0 24

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS 3 SD GUGUS RA KARTINI BANCAK

0 0 15