POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) HIBRIDA AKIBAT APLIKASI KALIUM NITRAT PADA DATARAN RENDAH

POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH KERITING
(Capsicum annuum L.) HIBRIDA AKIBAT APLIKASI
KALIUM NITRAT PADA DATARAN RENDAH
Oleh
Satrio Tri Handono

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

Judul Skripsi

: POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI MERAH
KERITING(Capsicum annuum L.) HIBRIDA AKIBAT

APLIKASI KALIUM NITRAT PADA DATARAN RENDAH

Nama Mahasiswa

: Satrio Tri Handono

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0854013022

Jurusan

: Agroteknologi

Fakultas

: Pertanian

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing


Ir. Kushendarto, M. S.
195703251984031001

Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc.
196101011985031003

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.S.
NIP 196411181989021002

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji
Ketua

: Ir. Kushendarto, M.S.


………….

Sekretaris

: Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc.

………….

: Ir. Yohannes C. Ginting, M. P.

………….

Penguji
Bukan Pembimbing

2.

Dekan Fakultas Pertanian


Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 196108261987021001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 09 Januari 2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi
merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Permintaan
produk cabai cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai
komoditas nonmigas (Rukmana, 1996).

Produksi cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi
diekspor ke negara-negara beriklim dingin dalam bentuk kering. Oleh karena itu,
hampir setiap hari produk dibutuhkan sehingga kebutuhan akan komoditas ini
meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya jenis dan menu makanan yang
memanfaatkannya produk ini (Marbun, 2002).


Permintaan cabai merah relatif tetap yaitu 60.000--70.000 ton/bulan sehingga
diupayakan harus ada produksi tetap setiap bulan. Ketersediaan pasokan cabai
berlebihan terjadi biasanya pada bulan Februari, Maret, April, Mei dan Juni.
(Ditjen. Hortikultura, 2010)

Tabel 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Merah di Indonesia Tahun 2010
Total
ProduksiKebutuhan
Kebutuhan
Bulan
(Ton)
(Ton)
Juni
105,833
97,999
7,834
Juli
97,228
97,999

(771)
Agustus
108,268
117,599
(9,331)
September
99,944
107,799
(7,855)
Th 2010
1,220,078
1,220,088
(10)
Sumber: Ditjen Hortikultura, Kementan RI (2010).
Ketersediaan
(Ton)

Dari data tabel diatas terlihat kebutuhan akan komoditi cabai dapat terjadi pada
bulan-bulan tertentu , terutama pada saat hari hari besar agama seperti Hari Raya
Idul Fitri , dimana sebagian besar masyarakat Indonesia memerlukan cabai

sebagai bahan dalam masakan. Seiring dengan permintaan yang meningkat
sehingga kurangnya pasokan yang tersedia maka peningkatan luas tanam
diarahkan untuk mencapai keseimbangan pasokan dan permintaan.

Cabai merah hibrida varietas TM-999 tergolong tanaman yang tumbuh kuat dan
tinggi, tanaman ini terus-menerus berbunga, sehingga waktu panennya lama.
Umur panennya antara 90 hst (di dataran rendah) sampai 105 hst (di dataran
tinggi). Benihnya diproduksi oleh Hung Nong Seed, Korea (Indroprahasto dan
Madyasari, 2005).

Salah satu unsur yang perlu membantu produksi adalah kalium. Kalium diserap
tanaman dalam bentuk K+. Ion ini dengan mudah disalurkan dari organ dewasa
ke organ muda. Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang
penting untuk respirasi dan fotosintesis (Taiz and Zeiger, 2002). Kalium juga
dapat mengaktifkan enzim yang membentuk pati (Salisbury dan Ross, 1995). Oleh
karena itu, kekurangan kalium tidak akan memberikan produksi yang maksimal.

Pembudidayaan cabai di dataran rendah, pada umumnya memiliki keuntungan dan
kekurangan. Salah satu keuntungannya adalah intensitas cahaya yang lebih tinggi
kemudian luasan area tanam lebih luas dan tidak berlereng sehingga memudahkan

pembudidayaan cabai di dataran rendah. Di samping itu dataran rendah juga
memiliki kekurangan, diantarannya banyaknya serangan hama penyakit akibat
suhu yang tinggi yang berakibat dapat merusak dan menurunkan kualitas dan
produksi tanaman cabai.

Berdasarkan latar belakang penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah
yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :
(1) Apakah terdapat perbedaan respon pola pertumbuhan tanaman cabai merah
terhadap aplikasi Kalium Nitrat dengan konsentrasi berbeda?
(2) Apakah pemberian berbagai konsentrasi Kalium Nitrat akan memberikan
perbedaan respon terhadap komponen hasil tanaman cabai merah?

1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk :

(1) Mengetahui respon pola pertumbuhan tanaman cabai merah terhadap
aplikasi Kalium Nitrat.
(2) Mengetahui respon komponen hasil cabai terhadap pemberian Kalium Nitrat
dengan konsentrasi berbeda.


1.3 Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah
dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:
Produksi cabai merah di Indonesia masih rendah, perbaikan teknologi yang dapat
diterapkan adalah penggunaan benih atau bibit unggul (faktor genetis) dan
perbaikan atau manipulasi lingkungan tumbuh tanaman (faktor lingkungan).
Menurut Nofizan (2007), pemupukan didefinisikan sebagai komponen yang
ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi
ketersediaan hara.

KNO3 merupakan salah satu pupuk yang dapat membantu meningkatkan
pertumbuhan serta produksi tanaman cabai dengan cara menambahkan unsure
hara yang dapat membantu pertumbuhan dan pembungaan agar nanti nya dapat
berproduksi dengan baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah pemberian
KNO3 yang mampu merangsang pertumbuhan serta pembungaan pada cabai.

Pupuk KNO3 mengandung dua unsur hara penting yang dibutuhkan
tanaman yaitu 44 % kalium dan 12 % nitrogen. Nitrogen dan kalium merupakan
dua unsur penting yang diperlukan tanaman. Secara umum aplikasi KNO3

pada tanaman mampu mengatasi tunas yang dorman karena mampu mengaktifkan
giberellin. Hasil penelitian Andriani (2008) menunjukkan bahwa
kalium nitrat (KNO3) dapat meningkatkan pertumbuhan, jumlah bunga, jumlah
buah, dan produktivitas buah cabai merah (Capsicum annuum L).

KNO3 dapat diberikan penyemprotan di bagian daun tanaman cabai, karena
pemberian melalui daun dapat terserap langsung oleh stomata yang ada di
permukaan daun apabila pemberian nya dilakuakan pada waktu yang tepat yakni
pada waktu membuka nya stomata antara pagi ataupun sore hari.
KNO3 yang terserap dalam jaringan tanaman dalam bentuk ion K+ , ion K di
dalam tanaman berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi
dalam beberapa proses metabolisme utama tanaman.
Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting
untuk respirasi dan fotosintesis. Kalium juga dapat digunakan untuk mengaktifkan
enzim yang membentuk pati (Salisbury dan Ross, 1995). Nitrogen merupakan
komponen utama klorofil, protein, asam amino, dan enzim. Nitrogen diperlukan
untuk pertumbuhan daun dan batang, pertunasan, pembentukan klorofil,
meningkatkan serapan unsur hara, dan pengaruhnya penting terhadap peningkatan
hasil (Sumarwoto dan Widodo, 2008).


Berdasarkan hasil penelitian Sadewo (2008), Allabi (2005) dan Chellemi dan
Lazarovits (2002), tanaman cabai memerlukan unsur hara makro dan mikro untuk
pertumbuhan dan peningkatan produksinya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Cabai (capsicum annuum L.) merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar orang di Indonesia maupun di dunia. Tingkat kebutuhan akan cabai
diikuti oleh perkembangan jumlah penduduk, oleh sebab itu untuk memenuhi
kebutuhan cabai maka diperlukan aspek budidaya cabai yang terbaik untuk
meningkatkan laju pertumbuhan dan produksi yang optimum.

Dalam budidaya cabai yang perlu diperhatikan antara lain media tanam dengan
unsur hara yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan serta perkembangan
tanaman sehingga menghasilkan produksi yang maksimal. Media tanam yang baik
untuk tanaman cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu
liat, dan tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik. Tanah yang subur dapat
ditambahkan dengan pupuk yang dapat meningkatkan kandungan unsur hara di
dalam tanah.

Pemupukan pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan pemupukan organik dan
pemupukan anorganik. Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan
kompos dengan dosis yang sesuai sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman
cabai. Pemupukan anorganik dilakukan dengan menggunakan pupuk buatan yang
bisa didapat dengan mudah.

Peningkatan pertumbuhan serta produksi dapat dilakukan dengan menambahkan
unsur hara yang dapat membantu pertumbuhan dan pembungaan agar nanti nya
dapat berproduksi dengan baik. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah
pemberian KNO3 yang mampu merangsang pertumbuhan serta pembungaan pada
cabai. Pemberian KNO3 yang sesuai pada tanaman cabai diharapkan mampu
memberikan hasil yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi
cabai. KNO3 dapat diberikan penyemprotan di bagian daun tanaman cabai, karena
pemberian melalui daun dapat terserap langsung oleh stomata yang ada di
permukaan daun apabila pemberian nya dilakuakan pada waktu yang tepat yakni
pada waktu membuka nya stomata antara pagi ataupun sore hari, KNO3 yang
terserap dalam jaringan tanaman dalam bentuk ion K+ , ion K di dalam tanaman
berfungsi sebagai aktivator dari banyak enzim yang berpartisipasi dalam beberapa
proses metabolisme utama tanaman.

Nitrogen yang terkandung didalam KNO3 dapat membantu proses fotosintesis
serta proses fisiologis tanaman. Dari proses tersebut apabila berjalan dengan baik
maka akan memicu fase pertumbuhan vegetatif tanaman cabai menjadi lebih
maksimal. Secara menyeluruh kandungan KNO3 dinilai cukup efektif untuk
membantu serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

1.5 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat respon pola pertumbuhan pada tanaman cabai merah terhadap
aplikasi Kalium Nitrat.
2. Pemberian berbagai konsentrasi Kalium Nitrat akan memberikan perbedaan
respon terhadap komponen hasil tanaman cabai merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Cabai

Buah cabai selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas
menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang
eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Luas
tanaman dan produksi cabe di Irian Jaya pada tahun 1998 adalah 4.104 ha dengan
produksi 8.565 ton/ ha.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam Wardani (2009), cabai (C.
annuum) mempunyai keragaman yang luas. Pada umumnya cabai tumbuh sebagai
herba tahunan atau semak dengan tinggi 0.5-1.5 meter yang tumbuh tegak dengan
banyak cabang.

Perakaran tanaman cabai termasuk akar tunggang yang tersusun dari akar
primer, akar lateral, dan akar tersier yang merupakan percabangan dari akar lateral
(Poulos, 1994) dalam Wardani (2009). Akar tunggang cabai kuat dan dalam. Akar
ini umumnya berkembang dengan sempurna (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999
dalam Wardani, 2009).

Susunan daun cabai memiliki pola alternate, sederhana, dan bentuknya
sangat bervariasi, panjang petiol mencapai 10 cm, ujung daun runcing, dan

berwarna hijau terang sampai gelap (Poulos, 1994 dalam Wardani, 2009). Daun
cabai relatif halus dengan bulu jarang, daunnya tunggal dan tipis dengan ukuran
yang bervariasi, dengan helaian daun lanset dan bulat telur lebar.

Bunga tanaman cabai adalah bunga sempurna, menurut bunga cabai umumnya
bersifat tunggal dan tumbuh pada bagian terminal. Warna mahkota bervariasi dari
putih hingga putih kehijauan, dan putih keunguan hingga ungu. Warna kepala sari
adalah biru, ungu, dan kuning. Kelopak yang berbentuk bel biasanya membesar
bersama dengan buah, dan menutup sebagian atau sebagian besar dasar buah.
Seluruh kultivar yang didomestikasi adalah menyerbuk sendiri, walaupun
penyerbukan terbuka dapat juga terjadi.

Buah cabai tumbuh menggantung atau tegak, merupakan buah buni berbiji
banyak. Pada C. annuum buah seringkali tumbuh tunggal pada setiap buku. Ketika
buah berkembang, kulit buah tumbuh lebih cepat dibanding jaringan plasenta,
yang menyebabkan buah berongga.

2.2 Ekologi Tanaman Cabai

1. Adapun sifat-sifat tanah yang dikehendaki oleh tanaman cabai adalah:
a. Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
b. Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 - 7,0
c. Tanah tidak becek/ ada genangan air
d. Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.

2. Adapun iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai adalah :
a. Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
b. Suhu udara 16° - 32 ° C
c. Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar
matahari cukup (10 - 12 jam).

2.2 Kalium Nitrat
Kalium Nitrat merupakan sumber alami mineral nitrogen. Senyawa ini tergolong
senyawa nitrat dengan rumus kimia KNO3. KNO (Kalium Nitrat) adalah pupuk
majemuk yang tersusun oleh unsur N (13%) dan K (K2O sebanyak 44%.
Kalium nitrat (KNO3) sebenarnya mengandung boron tetapi ia hanya mampu
menanggulangi jika defisiensi tidak terlalu berat. Pupuk KNO3 mengandung unsur
kalium dan nitrogen. Dalam jumlah lebih sedikit, KNO3 berisi pula kalsium,
boron, dan magnesium. Bentuk sepintas mirip NPK biasa, berupa butiran merah
muda atau putih.

KNO3 dipakai untuk fase vegetatif (pertumbuhan). Kelebihan KNO3 adalah
penyerapannya oleh tanaman dalam bentuk nitrat dan amonium. Bentuk N pada
KNO3 yang sudah berupa nitrat mempercepat penyerapan N ke tanaman. Dengan
demikian KNO3 dapat diaplikasikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman
cabai (Redaksi Trubus 2011).

Tanaman yang kekurangan kalium akan mengakumulasi karbohidrat lebih rendah
karena fotosintesis berjalan lambat. Kekurangan kalium juga menyebabkan daun

menjadi kuning, batang menjadi lemah, dan rentan terhadap hama dan penyakit
(Salisbury dan Ross, 1995).

2.3 Deskripsi Varietas Cabai TM- 999

Cabai merah keriting varietas TM 999 merupaka cabai jenis hibrida. Potensi hasil
mencapai 14 ton/ha dan dapat dipanen pertama umur 80 – 85 hari setelah tanam
(hst). Tinggi tanaman + 65 cm, diameter buah + 1,3cm dan panjang buah + 12 cm.
Bentuk buah bulat panjang ramping, kulit buah tidak rata, kadang kadang
melengkung. Ditanam di datran rendah maupun tinggi, rata-rata per batang
menghasilkan 800 – 1,2 kg/tanaman. Secara normal panen dapat dilakukan 12 –
20 kali (Sherly Piay dkk., 2010).

Cabai varietas TM 999 sangat adaptif, baik ditanam di daerah dataran rendah
maupun sedang, produktivitasnya tinggi, tanamannya kompak, ukuran buah relatif
seragam, berbiji banyak, rasa pedas, mempunyai daya simpan yang relatif lama.

Tanaman cabai varietas TM 999 mulai berbunga pada umur sekitar 40 hari dan
mulai panen pada umur sekitar 105 hari sejak tanam. Cabai TM 999 mempunyai
kanopi yang rapat. Batang tanaman berwarna hijau, bentuk daun menjorong
dengan tepi daun rata dan ujung daun meruncing. Daun berwarna hijau dengan
panjang sekitar 9 cm dan lebar 4 cm. Warna keloopak bunga putih dengan tangkai
hijau, sedangkan kotak sari berwarna ungu dan berjumlah 5 – 6 buah (Redaksi
Agromedia, 2008).

III BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

3.2 Bahan dan alat
Bahan yang digunakan adalah benih cabai varietas TM 999, pupuk kandang
kotoran kambing, Plant catalyst, pupuk Urea, KNO3, Dolomit, NPK mutiara,
Dithane 45WP, Furadan 3G, Buldox dan Agrimec 18C , yang diberikan sesuai
ajuran. Alat yang dipakai adalah timbangan, oven, meteran, bambu, plastik
transparan, mulsa plastik, jerami, pisau, gunting, tudor, cangkul, koret, ember,
gembor, golok, isolatip, tali plastik, benang nilon, steples dan alat tulis

3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji
hipotesis, perlakuan disusun secara tunggal terstruktur bertingkat.
Dengan menggunakan perlakuan taraf konsentrasi kalium nitrat (KNO3) yang
berbeda beda yaitu : k0 = tanpa kalium nitrat, k1 = 2 g/l, k2 = 4 g/l, k3 = 6 g/l, k4 =
8 g/l.

Perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan terdapat di dalam 18 bedengan , terdapat
ulangan di dalam ulangan. Setiap ulangan tiap populasi bedeng terdapat 32- 34
tanaman. Populasi keseluruhan + 600 tanaman.

1 Rancangan Percobaan

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji
hipotesis, perlakuan tunggal diterapkan pada rancangan percobaan acak kelompok
(RAK) dengan tiga ulangan.

2 Rancangan Analisis Data

Perlakuan tunggal dengan faktor taraf konsentrasi KNO3 yaitu :
0 g/l, 2 g/l, 4 g/l, 6 g/l, 8 g/l, diterapkan dalam rancangan kelompok teracak
sempurna (RKTS) dengan 3 kali ulangan. Seluruh data yang diperoleh dianalisis
ragam. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett sedangkan aditivitas data
diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal
pada taraf 1 % dan 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1

Persiapan lahan

a. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma
(tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan

pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan
menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.

b. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah yang bergumpal-gumpal
menjadi struktur tanah yang gembur, sesuai dengan perkembangan akar tanaman
cabai, menstabilkan peredaran air, udara, dan suhu di dalam tanah. Pengolahan
lahan dilakukan dengan pencangkulan setelah dicangkul di angin-anginkan
(berakan) selama satu minggu.

3.4.2

Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan lahan yakni mencangkul serta
meratakan agar tanah tidak padat, setelah bedengan terbentuk kemudian
pemberian pupuk kandang kambing 1 karung ukuran 25 kg untuk 1 bedengan
dengan ukuran bedengan 1x10 meter kemudian ditambahkan pengapuran untuk
mengurangi ke asaman tanah dan selanjutnya bedengan ditutup dengan mulsa.

3.4.3

Persemaian dan penanaman

Benih tanaman cabai sebelum disemai direndam 24 jam di dalam larutan Plant
Catalist agar mempercepat berkecambah. Kemudian diletakkan pada kain yang
lembab. Setelah benih berkecambah dipindahkan ke dalam polibag kecil. Media
semai berupa campuran tanah yang telah diayak, pupuk kandang, seta pasir
dengan perbandingan (1:1:1). . Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman,
penyemprotan dengan pestisida curacron 2 ml/l dan pembersihan gulma. Bibit
yang telah berumur 1 bulan, atau berdaun 6-7 helai dipindah ke lahan dan
ditanam pada lubang yang berjarak 50 cm x 60 cm yang dilakukan sore hari agar

tanaman tidak stres terkena cahaya matahari akibat pemindahan bibit ke lahan.
Setiap lubang berisi satu bibit tanaman cabai setiap petak percobaan terdapat 6 - 8
tanaman dengan ukuran per petak percobaan 1x2 meter.

3.4.4

Aplikasi Perlakuan

Perlakuan aplikasi KNO3 dilakukan setelah bibit berumur 30 hari setelah tanam,
konsentrasi dari masing – masing KNO3 yakni 0,2,4,6,8 g/liter, diberikan dengan
cara melarutkan masing-masing konsentrasi ke dalam 1 liter air sebagai larutan,
dan pertanaman diberikan sebanyak 250 ml/tanaman, pemberiannya dilakukan
dengan cara disemprot dibagian daun. Aplikasi KNO3 diberikan seminggu sekali
sebanyak 8x pengaplikasian nya.

3.4.5

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, dan pencegahan gangguan hama
dan penyakit serta pemupukan. Penyulaman dilakukan secepat mungkin agar
tanaman tidak terlalu berbeda dengan tanaman lain, yaitu maksimum satu minggu
setelah tanam dengan mengganti bibit yang mati atau tumbuh abnormal dengan
bibit yang baik. Irigasi dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang
dilakukan sesuai kondisi lapang, jika kering di lakukan irigasi dengan cara
dialirkan keseluruh bedengan agar tanaman tidak kekurangan air. Pencegahan
hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida setiap satu minggu sekali.
Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 250 gram yang
diberikan secara berkala yang dilarutkan dalam 10 liter air lalu dicampur dengan
Plant Patalyst 2006 sebanyak dua sendok takar sabagai larutan stok. Kemudian

diambil satu liter yang kemudian dilarutkan kembali dalam air sebanyak 10 liter
air. Kemudian diberikan 250 ml per tanaman cabai.

Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur tujuh hari setelah tanam.
Pemasangan ajir bertujuan untuk menjaga tanaman tidak roboh akibat hujan dan
terpaan angin dengan panjang ajir sekitar 125 cm.

3.5 Pengamatan
Terdapat 4 sampel tanaman setiap perlakuan . Penentuan sampel diambil secara
acak yang seragam. Berikut ini variabel yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dalam satuan centimeter dengan menggunakan meteran
jahit. Pengukuran tinggi dimulai dari leher akar sampai titik tumbuh tertinggi .
Pengukuran di laksanakan secara kontinyu setiap 2 minggu sekali setiap
pengamatan hingga akhir pengamatan sebanyak 8 kali pengamatan.

2. Jumlah tingkat percabangan
Cabang yang diamati dipilih dari salah satu cabang utama (primer), dari
pangkal cabang hingga cabang teratas . Jumlah tingkat percabangan dihitung
secara kontinyu setiap 2 minggu sekali setiap pengamatan hingga akhir
pengamatan sebanyak 8 kali pengamatan.

3. Bobot kering berangkasan
Pengukuran bobot kering berangkasan tanaman terdiri dari akar, batang
tanaman dan seluruh daun setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven
‘Memmert’ dengan suhu 80°C selama 72 jam atau mencapai berat konstan.

Bobot berangkasan diukur dalam satuan gram dengan menggunakan neraca
elektrik.
4. Jumlah bunga di pohon
Pengamatan jumlah bunga yang ada di pohon dengan mencatat bunga yang
masih berada di pohon cabai per tanaman sampel, pencatatan jumlah bunga
dilakukan 2 minggu sekali hingga pengaatan berakhir.

5. Jumlah buah di pohon
Pengamatan jumlah buah yang ada di pohon yaitu dengan mencatat
keseluruhan buah yang masih ada di pohon tanaman cabai per tanaman sampel,
pencatatan jumlah buah dilakukan setiap 2 minggu sekali hingga pengamtan
berakhir.

6. Jumlah buah gugur
Jumlah buah gugur di hitung pada keseluruhan buah yang gugur sekitaran
tanaman sampel tiap petak percobaan, dihitung pada saat muncul buah hingga
akhir panen . Setiap 2 minggu sekali hingga pengamatan berakhir.

7. Bobot buah per sampel tanaman
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung dan menimbang jumlah buah
yang telah di panen saat awal panen dan sampai panen berakhir. Buah yang
dihitung adalah buah yang baik, 80-100% merah. Panen dilakukan setiap
seminggu 2 kali .

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pola pertumbuhan vegetatif untuk variabel tinggi tanaman dan tingkat
percabangan aplikasi kalium nitrat pada berbagai taraf konsentrasi yaitu : 0 g/l, 2
g/l, 4 g/l, 6 g/l, 8 g/l, tidak memberikan pengaruh yang nyata.
2. Pemberian kalium nitrat dengan konsentrasi 4, 6, 8, g/l meningkatkan jumlah
bunga di tanaman cabai. Peningkatan jumlah buah tertinggi terdapat pada aplikasi
kalium nitrat dengan konsentrasi 8 g/l, sedangkan bobot buah total tertinggi terjadi
pada konsentrasi 6 g/l.
5.2 Saran
Bedasarkan hasil penelitian penulis menyarankan untuk melakukan penelitian
serupa pada saat musim kemarau dengan kondisi kadar air yang terjaga, dengan
peningkatan konsentrasi kalium nitrat yang lebih tinggi.

PUSTAKA ACUAN

Allabi DA. 2005. Effect of fertilizer phosphorus and poultry droppings treatments
on growth and nutrient components of pepper (Capsicum annum L) African J
Biotech 5 (8): 671-677.
Andriani. R. 2008. Pengaruh Bentuk Senyawa Nitrogen Terhadap Perkembangan
Generatif dan Produktivitas Cabai Merah (Capsicum annum L). (skripsi).
Institut Teknologi Bandung.
Chellemi DO, Lazarovits G. 2002. Effect of organic fertilizer applications on
growth yield and pests of vegetable crops. Proc Fla State Hort Soc 115: 315321.
Ditjen Hortikultura, Kementan. 2010. Kondisi Pasokan dan Harga Pangan Tahun
2010. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Jakarta
Handayani, Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi Kalium Nitrat (KNO3) Terhadap
Pertumbuhan Dan Pembungaan Tanaman Spathiphyllum wallisii Schoot Fase
Generatif. (Skripsi). Fakultaas Pertanian Universitas Lampung.
Hardjowigeno, S., 1995. Ilmu Tanah, Akademika Pressindo, Jakarta.
Indroprasto, Setyo dan Madyasrai, Riandini. 2005. Frekuensi pemberian pupuk
susulan terbaik bagi cabai varietas cth-01, laris, or-twist, dan tm-999.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian (INSTAN) Yogyakarta. Yogyakarta.
Marbun, Basaria. 2002. Uji taraf konsentrasi pupuk pelengkap cair plant catalyt
2006 terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas cabai merah
(Capsicum annum L). Fakultas pertanian Universitas Lampung: Bandar
Lampung.
Nofizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka: Jakarta
Piay, S. S. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annuum L.).
BPTP. Jawa Tengah. 60 hlm.
Prajnanta, Final. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya: Jakarta
Redaksi Agromedia. 2008. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 190 hlm.

Redaksi Trubus 2011. My Potential Bussines. PT. Trubus Swadaya. Depok.
Rukmana, R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius.
Yogyakarta.
Sadewo. 2008. Kajian morfologis dan fisiologis pertumbuhan fase vegetatif tiga
varietas cabai merah besar (Capsicum annum L) akibat pemberian jenis
pupuk. Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Jember.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid II
(diterjemahkan dari: Plant Physiology, 4th edition, penterjemah: D.R.
Lukman dan Sumaryono).Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 173
hal.
Sumarwoto, Widodo W. 2008. Pertumbuhan dan hasil elephant food yam
(Amorphophallus muelleri Blume) periode tumbuh pertama pada berbagai
dosis pupuk N dan K. Agrivita Vol. 30
Taiz, L. and Zeiger E. 2002. Plant Physiology, 3rd Edition. Sinaur Associates.
Sunderland. 690 p. Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. 268 hal.
Wardani, F. Y. 2009. Evaluasi karakter morfologi dan daya hasil 11 galur cabai
(Capsicum annuum l.) Introduksi avrdc di kebun percobaan ipb tajur. (skripsi)
Institut Pertanian Bogor. 64 hlm.