EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MAKNA DENOTASI DAN KONOTASI
JTEP
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN
KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MAKNA DENOTASI
DAN KONOTASI (STUDI EKSPERIMEN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 CIGEDUG TAHUNPELAJARAN 2016/2017)
1) 2) 3) Suwandi , Endang Dimyati , Yuniar 1)
Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran STKIP Garut
Em
2)
Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran STKIP Garut
Em
3)
Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran STKIP Garut
Em
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) penggunaan video pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan
menulis kalimat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas VII SMPN 1 Cigedug Kabupaten Garut; (2)
penggunaan video pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan pemahaman makna denotasi dan konotasi
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas VII SMPN 1 Cigedug Kabupaten Garut; dan
(3)mendeskripsikan ada atau tidak adanya perbedaan keterampilan menulis kalimat dan pemahaman makna
denotasi dan konotasi antara yang menggunakan video pembelajaran dengan yang menggunakan media
pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMPN 1 Cigedug Kabupaten Garut. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sampel penelitian berjumlah 63 siswa Kelas VII
SMPN 1 Cigedug tahun pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian mencakup: (1) Penggunaan video pembelajaran
dapat meningkatkan keterampilan menulis kalimat pada siswa SMPN 1 Cigedug;(2) Penggunaan video
pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan pemahaman makna denotasi dan konotasi pada siswa SMPN 1
Cigedug; (3) Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara yang menggunakan video pembelajaran
dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t, yaitu t hitung (7,00) > t tabel (1,70) pada
taraf signifikansi 5%. Saran utama penelitian ini adalah penggunaan media video pembelajaran merupakan
sebuah keniscayaan dalam pembelajaran, sepanjang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan kepada
siswa.Kata kunci :Efektivitas, media, video, Keterampilan menulis, denotasi, konotasi
ABSTRACT
This study was conducted with the aim of (1) the use of video learning in improving the skills of writing
sentences on the subjects of Indonesian students Class VII SMPN 1 Cigedug Garut regency; (2) the use of
learning videos in improving the understanding skills of the meaning of denotation and connotation on the
subjects of Indonesian students of Class VII SMPN 1 Cigedug Garut Regency; and (3) to describe the presence
or absence of different sentence writing skills and understanding of the meaning of denotation and connotation
between using video learning with using conventional learning media in grade VII students SMPN 1 Cigedug
Garut regency. The research method used in this research is experimental method. The sample of this research is
63 students of Class VII SMPN 1 Cigedug of academic year 2016/2017. The results of the study include: (1)
The use of learning videos can improve sentence writing skills in students of SMPN 1 Cigedug, (2) The use of
learning videos can improve the understanding skills of denotation and connotation meaning in students of
SMPN 1 Cigedug; (3) There is a significant difference in learning outcomes between those using video learning
and conventional learning. This is evidenced by the results of t test, ie tcount (7.00)> ttable (1.70) at a
significance level of 5%. The main suggestion of this research is the use of learning video media is a necessity
in learning, as long as according to the characteristics of the material taught to the students.Keywords: Effectiveness, media, video, writing skills, denotation, connotation
175
JTEP
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
176 A.
PENDAHULUAN
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi dan situasi (atau rangsang) yang terjadi. Belajar melibatkan berbagai unsur yang ada di dalamnya, berupa kondisi fisik dan psikis orang yang belajar. Kedua kondisi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya Kiranya masih banyak unsur lain yang dapat disebutkan yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar, antara lain suasana lingkungan saat belajar, tersedianya media pendidikan, dan sebagainya. Oleh karena itu, unsur-unsur tersebut perlu mendapatkan perhatian guna menunjang tercapainya tujuan belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Begitu pula keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media pendidikan sehingga anak didik lebih mudah memahami bahan ajar daripada tanpa bantuan media pendidikan.
Hamalik (2002: 22) mengemukakan bahwa media pendidikan ini sendiri mempunyai banyak istilah, seperti peragaan, komunikasi peragaan, audio visual aids, dan teaching material atau instructional material. Oleh karena beragamnya istilah yang tekanannya berbeda, maka penulis memilih salah satu pengertian media pendidikan sebagai alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pengertian ini tentu saja bukan satu-satunya pengertian yang paling tepat, melainkan hanya salah satu jalan untuk mengambil konsensus dari adanya bermacam istilah dan pembatasan. Di samping itu, pengertian ini perlu dirumuskan dengan maksud terdapat suatu Hal ini akan berhubungan dengan aspek enting dalam pengelolaan informasi pembelajaran (Darmawan, D., Setiawati, L, 2015). Selanjutnya akan menjadi landasan pijakan pembahasan lebih lanjut. Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pembelajaran bagaimanapun akan membantu kelancaran dan pencapaian tujuan sehingga dapat menjadikan siswa asyik belajar, menyenangkan, dan sudah tentu pembelajaran benar-benar akan menjadi bermakna. Media merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan sistem pengajaran.
Sudjana dkk. (2001 : 2-3), mengatakan bahwa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Komputer memiliki berbagai fasilitas yang dapat membantu guru dan siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Salah satunya adalah melalui penggunaan video pembelajaran. Sebagai media audio visual, video pembelajaran memungkinkan siswa akan beroleh pemahaman bahan ajar yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tanpa video pembelajaran. Melalui video pembelajaran guru dapat mendesain beragam bahan ajar setiap mata pelajaran secara lebih variatif, ilustratif, dan ekspresif. Begitu pula dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, media ini diyakini akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam keterampilan menulis serta kemampuan
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak.
JTEP
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif, yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretes) untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan data hasil tes setelah belajar (postes) siswa. Sumber data penelitian ini diperoleh melalui teknik tes untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif, yaitu data hasil pretes (kemampuan awal) dan postes kelas eksperimen maupun kelas pembanding.
Berdasarkan data hasil nilai pelajaran dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran di SMPN 1 Cigedug, masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal, yakni 70. Rata-rata siswa baru mencapai ketuntasan
40. Selain masih rendahnya ketuntasan belajar, motivasi dan pemahaman konsep belajar siswa juga masih rendah. Jika kondisi tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan dampak yang kurang baik bagi sekolah.
B .METODE PENELITIAN
3 Jenis dan Sumber Data
Dari sampel yang diambil 63 siswa, satu kelas yang terdiri atas 31 orang siswa diposisikan sebagai siswa eksperimen yang dalam proses belajar mengajarnya menggunakan media video pembelajaran; dan kelas lain yang berjumlah 32 orang siswa diposisikan sebagai kelompok pembanding yang dalam proses belajarnya menggunakan model pembelajaran konvensional.
1.Metode dan Desain Penelitian
- –Posttest Control Group Design. Penggunaan bentuk desain
2. Populasi dan Sampel Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah kelas VII di SMP
Negeri I Cigedug Kabupaten Garut ini adalah siswa kelas VII yang yang berjumlah 128 orang dan nilai prestasinya belum mencapai nilai KKM. Penarikan sampel ini juga didasarkan pada alasan bahwa populasi ini memiliki tingkat homogenitas yang tinggi, terutama dari segi efektivitas penggunaan media video pembelajaran yang digunakan oleh guru dan motivasi serta pemahaman konsep yang diperoleh oleh siswa. Penarikan sampel ini digunakan teknik sample
eksperimen ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian diasumsikan dapat mengontrol semua variabel luar yang mungkin memengaruhi jalannya eksperimen.
Bentuk desain eksperimen yang digunakan adalah Pretest
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Sugiyono (2010 : 74) berpendapat bahwa metode eksperimen adalah metode yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
174 memahami konsep makna denotasi dan konotasi.
C. Instrumen Penelitian, Pengujian Validitas, dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
1.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data disusun berdasarkan instrumen dalam penelitian eksperimen. Oleh karena itu, ada dua instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut.
a.
Lembar Observasi Hadi dalam Sugiyono (2010:145) bependapat bahwa observasi merupakan suatu proses pengamatan dan ingatan. Pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
b.
Tes Tulis Instrumen ini berupa tes objektif terdiri atas 10 soal tes pilihan ganda 4 option dan 5 tes esai (tugas menyusun kalimat) menggunakan kata tertentu yang memiliki makna denotasi dan konotasi.
random sampling , yaitu teknik
JTEP
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
Bobot skor soal tes pilihan ganda adalah 1 instrumen penelitian yang akan digunakan sehingga skor total idealnya adalah 10. merupakan instrumen penelitian yang Adapun bobot skor soal tes esai adalah 4 memiliki tingkat validitas yang tinggi. sehingga skor total idealnya adalah 20. Sehubungan dengan itu, dalam penelitian Jadi, skor total ideal tes tersebut adalah 30. ini pengujian validitas instrumen Meskipun demikian, penskoran dan pengumpulan data dilakukan dengan uji penilaian dilakukan untuk masing-masing korelasi Product Moment Pearson melalui bentuk soal. Hal itu dilakukan karena tahapan sebagai berikut. sasaran pencapaiannya terpusat pada dua hal, yaitu pemahaman konsep makna denotasi dan konotasi dan keterampilan menulis kalimat. Sasaran pertama diuji
Keterangan :
melalui tes pilihan ganda, sedangkan R = Koefisiensi validitas item yang sasaran kedua diuji melalui tes tugas dicari menyusun kalimat dengan menggunakan
X = Skor yang diperoleh subjek dalam kata yang bermakna denotasi dan konotasi. tiap item
Sebelum instrumen ini digunakan, terlebih Y = Skor total yang diperoleh subjek dari dahulu dilakukan validasi isi dengan seluruh item melakukan uji coba soal pada siswa di luar = Jumlah skor dalam distribusi X subjek penelitian (dalam hal ini siswa kelas yang sama di SMPN 3 Cigedug), dan
Y = Jumlah skor dalam jumlah Y di- judgement oleh ahli yang berkompeten di bidang pembelajaran. Hal ini dilakukan
= Jumlah kuadrat masing-masing untuk mengetahui tingkat reliabilitas soal, tingkat kemudahan, dan daya pembeda tiap skor X butir soal.
= Jumlah kuadrat masing-masing 2.
Pengujian Validitas Alat Ukur
skor Y
Penelitian
Hasil uji validitas data pada penelitian Untuk mengukur tingkat kesahihan ini adalah sebagai berikut. sebuah instrumen penelitian perlu dilakukan uji validitas. Dengan demikian,
Tabel Output SPSS.17 Uji Validitas Correlations Me Pemaha Nil Nilai nulis man Konsep ai Pretes Postes
- ** ** Ketera Pearson
1 .804 .07 .609 mpilan Correlation
1 Menulis Sig. (2-tailed) .000 .59 .000
2 N
60
60
60
60 ** ** Pemaha Pearson .80 1 .06 .549 man Konsep Correlation
4
9 Sig. (2-tailed) .00 .60 .000
175
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
60
60
60 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antarskor item. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel signifikansi 0,05, uji dua sisi untuk n=30 adalah 0,361. Dari hasil uji validitas pada tabel 3.1 diketahui nilai Pearson Correlation rata-rata lebih besar dari 0,361. Dengan demikian data dalam penelitian ini valid.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana sebuah instrumen penelitian dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Oleh karena itu, uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat ketepercayaan atau keterandalan sebuah instrumen penelitian.
Hasil dari uji reliabilitas terhadap data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
N % C ases
5 N
Valid 60 100.0 Excluded
a
.0 Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items 0.534
4
60
1 Sig. (2-tailed) .00 .000 .75
JTEP
.07
176
N
60
60
60
60 Nilai Pretes Pearson Correlation
1 .069 1 .041 Sig. (2-tailed) .59
1
2 .600 .755 N
60
60
60
60 Nilai Postes Pearson Correlation
.60
9 ** .549
- ** .04
I. Uji Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Alat Ukur Penelitian a. Reliabilitas
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
Guru memberikan latihan soal 4)
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu (1) pretes; (2) perlakuan (treatment); dan (3) postes.
1. Pretes
Instrumen ini dilaksanakan pada awal dari kegiatan penelitian, yang nantinya akan berfungsi sebagai pembanding hasil postes sesudah dilakukan treatment.
2. Perlakuan atau Treatment a.
Kelompok Eksperimen
Perlakkuan dalam kelompok ini melibatkan tahapan berikut. 1)
Guru memperkenalkan topik dalam bentuk media video pembelajaran. 2)
Para siswa melibatkan diri sendiri dalam belajar bersama secara intensif tentang materi pelajaran. 3)
Siswa mengerjakan latihan soal secara individual tanpa bantuan dari teman.. 5)
Sukar Sedang Mudah
Guru mengakui dan menghargai hasil pekerjaan siswa. 6)
Guru memberikan tugas b.
Kelompok Pembanding
Perlakuan dalam kelompok ini melibatkan langkah-langkah berikut. 1)
Guru menyampaikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan demonstrasi 2)
Siswa mendengarkan guru dan mencatat ringkasan dari buku yang dibagikan
3) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang wilayah topik yang tidak jelas bagi mereka
4) Guru memberikan latihan soal
5) Siswa mengerjakan latihan soal secara individual tanpa bantuan dari teman..
Terlalu Mudah (Sumber: Suherman dan Sukjaya, 1990 : 213)
IK = 1,00 Terlalu Sukar
JTEP
≤ 0,30 0,30 ≤ 0,70 0,70 ≤ 1,00
IK = 0,00 0,00
Besar IK Interprestasi
Dari hasil analisis di atas, didapat nilai Alpha sebesar 0,534, sedangkan r
kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah data n=30 adalah 0,361.
Karena nilai Cronbach's Alpha lebih besar dari nilai r kritis (0,534 > 0,361), maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian ini reliabel.
b. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran
Sukjaya, 1990 : 213)
(Sumber: Suherman dan
Sangat jelek
Untuk menghitung indeks kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut Keterangan :
Sangat jelek Jelek
DP ≤ 0,00 0,00 ≤ 0, 20 0,20 ≤ 0,40 0,40 ≤ 0,70 0.70 ≤ 1,00
Besarnya DP Interpertasi
Klasifikasi daya pembeda tiap butir soal yang digunakan seperti tabel berikut ini
=Rata-rata skor siswa kelompok bawah SMI = Skor Maksimul Ideal
Keterangan: = Rata-rata skor siswa kelompok atas
Untuk menghitung daya pembeda (DP) tiap butir soal digunakan rumus:
= rata-rata skor jawaban tiap butir soal SMI= Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi tingkat kesukaran tiap butir soal yang digunakan seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4. Klasifikasi Tingkat KesukaranCukup Baik
JTEP
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
6) pemahaman makna denotasi dan konotasi Guru memberikan tugas.
3.
dengan menggunakan metode
Postes
Setelah selesai melakukan konvensional mengalami peningkatan, perlakuan, postes diatur pada kelompok namun tidak optimal.. Rerata nilai pretes eksperimen dan kelompok pembanding. dan postes siswa di kelas ini sebagai Hasil postes ini dibandingkan dengan hasil berikut: pretes yang dilakukan pada awal kegiatan
1. rerata nilai pretes pemahaman konsep penelitian ini. makna denotasi dan konotasi adalah
28, sedangkan rerata postesnya
D.Teknik Analisis Data adalah 64;
Dalam penelitian ini analisis data 2. rerata nilai pretes keterampilan dilakukan dua kali. Analisis dilakukan menulis kalimat menggunakan kata- untuk menguji perbedaan kemampuan kata bermakna denotasi dan konotasi awal antara kelompok eksperimen dan adalah 28, sedangkan rerata kelompok pembanding (O1 : O2). postesnya adalah 56; Pengujian dalam analisis ini menggunakan 3. rerata nilai pretes kedua kemampuan
t-test. Namun demikian, hasil yang tersebut dari seluruh soal tes adalah
diharapkan dalam analisis ini 28, sedangkan rerata nilai postesnya “Penggunaan video pembelajaran tidak dapat adalah 60. meningkatkan keterampilan menulis dan Sebaliknya, hasil belajar siswa pada pemahaman makna denotasi dan konotasi mata pelajaran Bahasa Indonesia, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam hal keterampilan menulis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cigedug kalimat dan pemahaman makna denotasi dan konotasi dengan menggunakan metode
Kabupaten Garut.” Analisis kedua dilakukan untuk video pembelajaran berada pada kategori menguji hipotesis yang diajukan, yaitu: baik.. Rerata nilai pretes dan postes siswa di kelas ini sebagai berikut:
“Penggunaan video pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menulis dan
1. rerata nilai pretes pemahaman konsep pemahaman makna denotasi dan konotasi makna denotasi dan konotasi adalah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia 29, sedangkan rerata postesnya adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cigedug 90;
2. Kabupaten Garut.” rerata nilai pretes keterampilan Teknik statistik yang digunakan menulis kalimat menggunakan kata- untuk menguji hipotesis tersebut adalah kata bermakna denotasi dan konotasi teknik t-test dua sampel yang adalah 30, sedangkan rerata dihubungkan. Aspek yang diuji adalah postesnya adalah 76; perbedaan antara O2 dengan O4. Kalau 3. rerata nilai pretes kedua kemampuan terdapat perbedaan O2 lebih besar tersebut dari seluruh soal tes adalah daripada O1, maka penggunaan media 30, sedangkan rerata nilai postesnya video pembelajaran berpengaruh positif. adalah 83.
Sementara itu, bila O2 lebih kecil daripada O4, maka penggunaan media video B.Pembahasan Hasil Penelitian pembelajaran berpengaruh negatif.
1. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Dari penelitian yang dilakukan di
E. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SMP Negeri
1 Cigedug tentang keterampilan menulis dan pemahaman
A.Hasil Penelitian
Setelah melalui penilaian, hasil konsep makna denotasi dan makna belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa konotasi dapat dikemukakan hal-hal Indonesia, khususnya dalam hal sebagai berikut. keterampilan menulis kalimat dan
JTEP
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
a.Pembelajaran dengan menggunakan media atau metode konvensional untuk saat ini kurang menarik perhatian siswa. Suasana belajar yang kurang kondusif kerap terasa karena antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran begitu kurang. Dominasi guru dalam menjelaskan materi pelajaran pada era ini relatif tidak cocok, khususnya dalam pembelajaran keterampilan menulis dan pemahaman makna konotasi dan denotasi. b.pembelajaran dengan menggunakan media video pembelajaran sangat menumbuhkan minat, motivasi, dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran ini. Ketertarikan mereka akan tayangan audio-visual telah membangkitkan gairah mereka dalam belajar. Ketekunan dan keseriusan memahami materi melalui tayangan video menyebabkan daya serap mereka terhadap materi ajar cukup tinggi.
F.SIMPULAN
2. Hasil Belajar
a. Situasi belajar yang cenderung membosankan dan kurang menarik perhatian siswa berdampak pada hasil belajar siswa. Dengan menggunakan metode ceramah, hasil belajar siswa menunjukkan ketidakoptimalan hasil belajar.
b. Dengan menggunakan tayangan video pembelajaran tentang keterampilan menulis kalimat dan pemahaman konsep makna konotasi dan denotasi, para siswa lebih mudah menyerap materi pembelajaran tersebut.
c. Uji statistika menunjukkan bahwa penggunaan media video pembelajaran terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Cigedug dalam pemahaman konsep makna denotasi dan konotasi serta keterampilan menulis kalimat. Dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan metode konvensional, tingkat perbedaan kualitas hasil belajar di antara keduanya sangat signifikan. Itu berarti, penggunaan video pembelajaran tersebut sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Setelah memperoleh data penelitian serta menganalisisnya, dapat penulis kemukakan simpulan penelitian yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang termaktub dalam rumusan masalah
1. Penggunaan video pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menulis kalimat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas VII SMPN 1 Cigedug Kabupaten Garut. Hal ini dibuktikan dengan rerata nilai pretes yang hanya 30 meningkat tajam menjadi 76 pada saat postes. Angka ini menunjukkan bahwa video pembelajaran sangat efektif dalam pembelajaran keterampilan menulis kalimat bahasa Indonesia.
2. Penggunaan video pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan pemahaman makna denotasi dan konotasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas VII SMPN 1 Cigedug Kabupaten Garut. Hal ini dibuktikan dengan rerata nilai pretes yang hanya 29 meningkat tajam menjadi 90 pada saat postes. Angka ini menunjukkan bahwa video pembelajaran sangat efektif dalam pembelajaran pemahaman konsep makna denotasi dan konotasi bahasa Indonesia.
3.Terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan menulis kalimat dan pemahaman konsep makna denotasi dan konotasi antara yang menggunakan video pembelajaran dengan yang menggunakan media pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMPN 1 Cigedug Kabupaten Garut. Hal ini dibuktikan dengan rerata nilai postes kelas pembanding yang hanya 60, sedangkan rerata hasil postes kelas eksperimen adaldh 83. Angka ini menunjukkan bahwa video pembelajaran sangat efektif dalam
JTEP
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
pembelajaran keterampilan menulis Chaer, A. 2008. Semantik Leksikal. kalimat dan pemahaman konsep makna Jakarta: Rineka Cipta. denotasi dan konotasi bahasa Indonesia.
hitung
Dikaitkan dengan hasil uji t, yaitu t Chaniago, A.Y. 2002. Kamus Lengkap
tabel
(7,00) > t (1,70) pada taraf Bahasa Indonesia . Bandung: Pustaka signifikansi 5%, maka perbedaan Setia. peningkatan hasil belajar tersebut sangat signifikan. Dengan demikian, Darmawan, D., Setiawati, L. (2015).
1 2>
1
hipotesis Kerja (H :µ µ ) yang Developing Integrated Management berbunyi, “Penggunaan video Information System in Research: A pembelajaran dapat meningkatkan Study at the Institute for Research keterampilan menulis dan pemahaman and Community Services of makna denotasi dan konotasi pada mata Universitas Pendidikan Indonesia. pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas India: International Journal of VII SMP Negeri 1 Cigedug Kabupaten Applied Engineering Research.
ISSN Ga
0973-4562 Volume 10, Number 16 rut.” Diterima (2015) pp 37206-37210.
G. DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2012. Media Pembelajaran.
Akhadiah, S. dkk. 1989. Pembinaan Bandung: PT Sarana Tutorial Kemampuan Menulis Bahasa Nurani Sejahtera.
Indonesia . Jakarta: Erlangga.
Daryanto dan Rahardjo. 2009. Model Alwi, H. dkk. (2008). Kamus Besar Pembelajaran Inovatif . Yogyakarta: Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Gava Media.
Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Arifin, E.Z. dan Tasai, A. 2006. Cermat Pembinaan dan Pengembangan
Berbahasa Indonesia . Jakarta: Bahasa Indonesia . Jakarta: Pusat Akademika Pressindo. Bahasa.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Hamalik, O. 2002. Media Pendidikan.
Pendidikan , Jakarta: Bumi Aksara. Bandung: Aditya Bakti Roestiyah.
Ayuningrum, F. 2012. Pengembangan Haryanto. 2014. Asesmen Pembelajaran.
Media Video Pembelajaran untuk Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Siswa Kelas X pada Kompetensi Mengolah Soup Kontinental di Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2008.
SMKN 2 Godean. diakses pada Strategi Pembelajaran Bahasa . tanggal 13 Maret 2014. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Azhar, A. 2004. Media Pembelajaran. Ismaniati. 2001. Pengembangan Program Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pembelajaran Komputer .
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Briggs and Leslie, J. 1977., Instructional Pendidikan UNY.
Design, Principle and Aplication,
New York: Mc. Graw Hill Book Joko, S.B. 2008. Pengembangan Company. Pembelajaran dengan Menggunakan
Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas .
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D .
Jakarta: Kencana. Semi, A. 1993. Kemahiran Menulis.
Jakarta: Rineka Cipta. Soenart o, S. 2005. “Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Mata Kuli ah.” Jurnal Inotek Volume 9, No.1 Tahun 2005.
Sudjana. 1996. Metode Statistika .
Bandung: Tarsito. Sudjana, N. dkk. 2001. Media
Pengajaran . Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset.
Sugestina. 2005. Membina Keterampilan Menulis . Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Bandung: Alfabeta. Suhendar, M.E. (1993). MKDU Bahasa Indonesia: Keterampilan Menulis .
PT Raja Grafindo Persada.
Bandung: Alfabeta. Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis . Jakarta: Depdiknas UT.
Suparno dan Yunus. 2008.
Mengembangkan Kemahiran Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Kencana. Tarigan, H. G. (1998). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa .
Bandung: Angkasa. Tim Penyusun. 2014. Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan . Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Turban dkk. 2001. http://Makalah
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran.
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya . Cetakan I. Jakarta:
JTEP
Martinis, Y. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa . Jakarta: Gaung Persada Press. N. N. 2013. Penerapan Video sebagai
Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Keraf, G. 1994. Narasi dan Argumentasi.
Ende-Flores: Nusa Indah. Kosasih,
E. 2002. Kompetensi
Ketatabahasaan : Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Kridalaksana, H. 1982. Linguistik Umum.
Jakarta: Unika Atmajaya. Kustandi dkk. 2013. Media
Pembelajaran . Bogor: Ghalia Indonesia.
Media Pembelajaran. Tersedia:
Sadiman, A. 2003. Media Pendidikan:
ret 2014].
Nurgiyantoro, B. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra .
Yogyakarta: BPFE. Purwanto, J. 2011. Penggunaan Video sebagai Media Pembelajaran.
Tersedia:
[21 Maret 2014].
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian
Untuk Guru, Mahasiswa, dan Peneliti Pemula
. Bandung: Alfabeta Riyana, C. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video . Jakarta: P3AI UPI.
Pembelajaran Video Pembelajaran
JTEP
- -Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 2, Nomor 1, Maret 2017
«Ryfkanarang's Blog. htm. [12 Maret 2011]
Warsita,
B. 2008. Teknologi
Pembelajaran, Landasan & Aplikasinya Jakarta: PT Rineka
Cipta.