EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN

KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Oleh AFDAL BAHRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(2)

Afdal Bahri

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CORE DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN

KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Oleh AFDAL BAHRI

Tujuan penilitian ini adalah mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran CORE dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Nege-ri 8 Bandarlampung semester genap Tahun 2012-2013 dengan kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 sebagai sampel. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sam-pling. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalent Control Group. Efektivitas model pembelajaran CORE diukur berdasarkan peningkatan gain yang signifikan dan uji perbedaan dua rata rata (uji-t).

Hasil penelitian menunjukkan rerata N-gain keterampilan mengkomunikasikan untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,46 dan 0,62; dan rerata N-gain penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,47 dan 0,57. Berdasarkan uji-t, disimpulkan bahwa model pembelajaran CORE


(3)

Afdal Bahri efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(4)

(5)

(6)

(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Teori Konstruktivisme... 7

B. Model Pembelajaran CORE... 10

C. Keterampilan Proses Sains ……… 12

D. keterampilan Mengkomunikasikan………. ... 14

E. Penguasaan Konsep...………. ... F. Kerangka Pemikiran... 16 20 G. Anggapan Dasar ……… 21


(8)

vi

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. populasi dan Sampel Penelitian ... 22

B. Jenis dan Sumber Data…..……….. 23

C. Desain dan Metode Penelitian ... D. Variabel Penelitian………. 23 24 E. Instrumen Penelitian…………... 24

F. Pelaksanaan Penelitian... 25

G. Hipotesis Kerja………... 27

H. Teknik Analisis Data……….. ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ……… ... 33

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan... 56

2. Silabus………... 58

3. RPP... ... 61

4. Lembar Kerja Siswa... 80

5. Kisi-kisi Soal Pretest Posttest ... 108

6. Soal Pretest Posttest ... 111


(9)

vii

8. Nilai Pretest Posttest... ... 119

9. Perhitungan Uji Chi, Homogenitas dan Hipotesis... 123

10. Lembar Observasi Kinerja Guru... 134


(10)

(11)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama de-ngan IPA. Ilmu Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan kete-rampilan dan penalaran. Hakikat ilmu kimia adalah sebagai produk, proses, dan sikap. Produk dari ilmu kimia adalah pengetahuan yang berupa konsep, fakta, teori, prinsip dan hukum-hukum, sedangkan proses ilmu kimia berupa kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Pembelajaran tersebut harus diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan membe-rikan pengalaman belajar secara langsung yang dapat melatih kemampuan berpi-kir siswa melalui pengembangan keterampilan proses sains (KPS).

KPS adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh ilmuwan untuk mem-peroleh dan mengembangkan produk kimia yang meliputi keterampilan


(12)

2

mengamati (observasi), mengklasifikasikan, mengukur, inferensi, prediksi, dan mengkomunikasikan.

Faktanya, pembelajaran kimia yang sering diterapkan guru guru di sekolah cende-rung hanya menyampaikan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori tanpa mengajarkan keterampilan proses sains sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Padahal pembelajaran yang melatihkan Keterampilan Proses Sains dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.

Fakta di atas diperkuat dengan hasil observasi di SMAN 8 Bandar Lampung bah-wa pembelajaran kimia yang diajarkan masih berpusat pada guru (teacher center-ed learning). Pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional yaitu ce-ramah, tanya jawab, pemberian tugas sehingga membuat siswa tidak aktif dalam pembelajaran kimia. Meski sering diadakan demostrasi dan praktikum di labora-torium, akan tetapi praktikum yang dilakukan hanya untuk pembuktian konsep bukan membimbing siswa membangun konsep. Akibatnya penguasaan konsep siswa rendah hal ini tercermin dari sedikitnya siswa yang tuntas KKM.

Proses pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ini tidak sesuai dengan hakikat ilmu kimia yang proses pembelajarannya harus berpusat pada sis-wa (student centered). Untuk itu, diperlukan suatu proses pembelajaran yang ber-pusat pada siswa. Proses pembelajaran yang menekankan keterampilan proses sains (KPS) sesuai dengan hakikat kimia. Hal ini dikarenakan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajarannya. Salah satu Keterampilan Proses Sains adalah rampilan mengkomunikasikan. Keterampilan mengkomunikasikan meliputi kete-rampilan mengungkapkan gagasan secara lisan maupun tertulis, membuat tabel,


(13)

3

membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan, mengubah data narasi ke dalam bentuk tabel, dan mengubah data dalam bentuk tabel ke dalam bentuk narasi. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatihkan keterampilan mengkomu-nikasikan adalah model pembelajaran CORE. Kata CORE merupakan singkatan dari Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending yang merupakan fase dari model ini sendiri. Model pembelajaran CORE dikembangkan oleh Calfee. Pada fase connecting guru membimbing siswa dalam menghubungkan konsep lama de-ngan konsep baru, kemudian fase organizing siswa mengorganisasikan informasi infor-masi yang didapatkan pada fase sebelumnya kedalam konsep baru, selanjut-nya siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran (reflecting) dan melakukan pengembangan pemahaman (extending) terhadap konsep baru melalui peristiwa sehari hari atau nyata. Fase fase dalam model CORE membuat siswa aktif untuk menemukan konsep dan meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan..

Salah satu topik yang dipelajari siswa kelas XI SMA pada semester genap adalah kelarutan dan hasil kali kelarutan. Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa pada konsep ini adalah memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berda-sarkan prinsip kelarutan dan data hasil kali kelarutan (Ksp) serta melakukan percoba-an untuk menentukpercoba-an hasil kali kelarutpercoba-an serta memprediksi terbentuknya endappercoba-an dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan data hasil kali kelarutan (Ksp). Topik ini sangat berkaitan dalam kehidupan sehari hari seperti penghilangan kesada-han air, kasus sidik jari dan penggunaan BaSO4 dalam bidang kesehatan. Oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk memahami topik ini. Siswa tidak hanya mahami topik tetapi juga mampu menkomunikasikannya baik secara lisan ataupun tertulis.


(14)

4 berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “ Efektivitas Model Pembelajaran CORE dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasi-kan dan Penguasaan Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam peneli-tian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran CORE pada materi kelarutan dan hasil kelarutan dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan ? 2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran CORE pada materi kelarutan dan

hasil kelarutan dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran CORE pada materi

kelaru-tan dan hasil kali kelarukelaru-tan dalam meningkatkan keterampilan mengkomuni-kasikan.

2. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran CORE pada materi kelaru-tan dan hasil kali kelarukelaru-tan dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.


(15)

5

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu: 1. Siswa

Dapat menarik minat belajar dan memotivasi siswa, membangkitkan per-hatian siswa pada materi pelajaran, melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, serta memberikan suasana belajar yang lebih menye-nangkan

2. Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pem-belajaran yang sesuai dengan materi pempem-belajaran kimia, terutama pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Sekolah

Sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup

Untuk membatasi penelitian yang dilakukan, maka ruang lingkup penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Model pembelajaran CORE dikatakan efektif meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep kelarutan dan hasil kali kela-rutan apabila secara statistik terdapat perbedaan N-gain yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.


(16)

6

2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CORE yang kembangkan oleh Calfee. Model pembelajaran CORE terdiri dari 4 fase yaitu (1) Fase Connecting (menghubungkan), (2) Fase Organizing (mengorganisasikan), (3) Fase Reflecting (merefleksikan) (4) Fase Extending (penguatan konsep).

3. Indikator keterampilan mengkomunikasikan yang diamati dalam penelitian ini adalah mendiskusikan hasil percobaan, memberikan data hasil percoba-an atau pengamatpercoba-an dalam bentuk tabel, membuat tabel, membaca tabel, menjelaskan hasil percobaan, mengubah data narasi ke dalam bentuk tabel, mengubah data dalam bentuk tabel ke dalam bentuk narasi, dan mengung-kapkan gagasan secara tertulis.


(17)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme lahir dari ide Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme Piaget menekankan pada perkembangan kognitif anak sedangkan konstruktivisme Vygo-tsky menekankan pada perkembangan sosial anak.

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendeka-tan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi se-dikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi sendiri pengeta-huan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan menstransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain (Trianto, 2011).

Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimiliki-nya.


(18)

8

Proses pembangunan konsep menurut Piaget meliputi:

a. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingku-ngan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang datang dan terus berkembang.

b. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada da-lam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang me-nempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam ske-ma yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan ske-mata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pemahaman orang itu berkembang.

c. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru sese-orang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dimiliki. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak co-cok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan meng-adakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang co-cok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.

d. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga se-seorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya


(19)

9

(skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari

disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi (Trianto, 2011).

Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kogni-tif atau suatu ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya. Proses ini akan mempengaruhi struktur kognitif. Menu-rut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, ako-modasi, dan ekuilibrasi (penyeimbang). Proses asimilasi merupakan proses peng-integrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Proses ekuilibrasi diperlukan agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekali-gus menjaga stabilitas mental dalam dirinya. Tanpa adanya proses ekuilibrasi, maka perkembangan kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan tidak tera-tur (disorganized) (Budiningsih, 2005).

Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Vygot-sky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umunya muncul dalam per-cakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Penafsiran terkini terhadap ide-ide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, dan realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen


(20)

sua-10

tu tugas yang kompleks yang pada suatu hari diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut (Nur & Wikan-dari,2000).

B. Model CORE

Model CORE dikembangkan oleh Calfee. Model ini merupakan gabungan dari pemikiran para ilmuwan pembelajaran, termasuk Walter Shewart (Plan-Do-Act-Check Cycle) dan David Kolb (action learning cycle). Kata CORE adalah akro-nim dari Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending. Pada model ini pe-ran guru adalah memberikan perhatiaan khusus terhadap pemikipe-ran siswa terma-suk cara/ proses mereka berpikir melalui diskusi. Calfee et al (Jacob 2005) men-jelaskan tentang pentingnya diskusi dalam pembelajaran.

Menurut Harmsen (2005) elemen elemen pada model CORE digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan infor-masi inforinfor-masi yang bervariasi menjadi sebuah konsep utuh, kemudian mereflek-sikan segala sesuatu yang siswa pelajari dan mengembangkan konsep yang telah dipelajari kedalam kehidupan sehari hari. Penjelasan mengenai model CORE se-lengkapnya disajikan pada uraian berikut:

a. Connecting

Connect secara bahasa artinya come or bring together, sehingga connecting dapat diartikan dengan menghubungkan. Pengetahuan yang berguna adalah pengetahu-an ypengetahu-ang bersifat kontekstual, dihubungkpengetahu-an dengpengetahu-an apa ypengetahu-ang telah siswa ketahui.


(21)

11

Diskusi menentukan koneksi untuk belajar. Agar dapat berperan dalam suatu dis-kusi, siswa harus mengingat informasi dan menggunakan pengetahuaannnya yang dimilikinya untuk menghubungkan dan menyusun ide-idenya. Calfee et al (Jacob 2005:) berpendapat bahwa siswa belajar melaui diskusi belajar yang baik memili-ki pertalian (coherence). Di samping itu, Katz & Nirula (2001) menyatakan bah-wa dengan connecting, bagaimana sebuah konsep/ide dihubungkan dengan ide lain dalam sebuah diskusi kelas.

b. Organizing

Organize secara bahasa berarti arrange in a system that works well, artinya siswa mengorganisasikan informasi-informasi yang diperolehnya. Diskusi membantu siswa dalam mengorganisasikan pengetahuannya. Calfee et al (Jacob 2005) ber-pendapat bahwa berbagai partisipan berusaha untuk mengerti dan berkontribusi terhadap diskusi, mereka dikuatkan dengan menghubungkan dan mengorganisasi-kan apa yang mereka ketahui. Dalam hal ini Katz & Nirula (2001) menyatamengorganisasi-kan tentang bagaimana seseorang mengorganisasikan ide-ide mereka dan apakah peng organisasi tersebut membantu mereka untuk memahami konsep.

c. Reflecting

Reflect secara bahasa berarti think deeply about something and express, artinya siswa memikirkan secara mendalam terhadap konsep yang dipelajarinya. Sagala (2007) mengungkapkan refleksi adalah cara berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.


(22)

12

Diskusi yang baik dapat meningkatkan kemampuan berfikir reflektif siswa. Guru melatih siswa untuk berfikir reflektif sebelum dan sesudah dikusi berlangsung. Menurut O’Flavohan & Stein (Jacob 2005), hal ini dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap kemampuan siswa dengan merefleksikan pada interaksi dan pada substansi berfikirnya.

d. Extending

Extend secara bahasa berarti make longer and larger, artinya dsikusi dapat mem-bantu memperluas pengetahuan siswa. Perluasan pengetahuan tersebut harus di-sesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki siswa. Guthrie (Jacob 2005) menyatakan bahwa pengetahuan deklaratif dan prosedural siswa diperluas dengan cepat sehingga mereka meneliti terhadap jawaban atas pertanyaan yang mereka miliki; pengetahuan metakognitif meningkat sehingga mereka melakukan strategi berdiskusi untuk memperoleh informasi sesama temannya dan guru serta mencoba untuk menjelaskan temuannya kepada teman-teman sekelasnya.

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk bela-jar (“basic learning tools”) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans 1990)

Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau panutan pengem-bangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber


(23)

13

dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa (Arikunto 2004). Penerap-an pendekatPenerap-an pembelajarPenerap-an keterampilPenerap-an proses sains memungkinkPenerap-an siswa un-tuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa.

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Menurut Esler & Esler (1996) keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi:

Tabel 1. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati (observasi)

Inferensi

Mengelompokkan (klasifikasi) Menafsirkan (interpretasi) Meramalkan (prediksi) Berkomunikasi

Mengajukan pertanyaan Berhipotesis

Penyelidikan

Menggunakan alat/bahan Menerapkan Konsep Melaksanakan percobaan

Adapun indikator keterampilan proses sains dasar dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar

Keterampilan

Dasar Indikator

Mengamati (observing)

Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan. Inferensi

(inferring)

Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.


(24)

14

(classifying) ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.

Menafsirkan (predicting)

Mampu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan fakta dan yang

menunjukkan suatu, misalkan memprediksi kecenderungan atau pola yang sudah ada menggunakan grafik untuk menginterpolasi dan mengekstrapolasi dugaan.

Meramalkan (prediksi)

Menggunakan pola/pola hasil pengamatan, mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

Berkomunikasi (Communicating)

memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik/ tabel/ diagram, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan atau penelitian, membaca grafik/ tabel/ diagram,

mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

D. Keterampilan Mengkomunikasikan

Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan, bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyapaikan sesuatu secara li-san maupun tulili-san termasuk komunikasi. Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai penyampaian dan memperoleh fakta, dan konsep ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Contoh membaca peta, tabel, garfik, bagan, lambang-lambang, diagaram, dan demontrasi visual.

Menurut Cartono (2007) kemampuan komunikasi siswa dapat diidentifikasi se-bagai berikut:

1. Kemampuan mengungkapkan gagasan secara tertulis. 2. Kemampuan menjelaskan hasil pengamatan.


(25)

15

Menurut Funk (dalam Dimyati dan Moedjiono, 2002) mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan).

Menurut Baroody (1993) ada lima aspek komunikasi. Kelima aspek itu adalah: 1. Representasi (representating) adalah: (a) bentuk baru sebagai hasil

trans-lasi dari suatu masalah, atau ide, (b) transtrans-lasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata. (c) Translasi dari kata kata menjadi tabel, diagram atau grafik. Representasi dapat membantu anak menjelas-kan konsep atau ide, dan memudahmenjelas-kan anak mendapatmenjelas-kan strategi peme-cahan.

2. Mendengar (listening) merupakan aspek penting dalam suatu diskusi. Sis-wa tidak akan mampu berkomentar dengan baik apabila sisSis-wa tidak mam-pu mengambil inti sari dari topik diskusi. Siswa sebaiknya mendengar dengan hati-hati manakala ada pertanyaan dan komentar dari temannya. Mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkontruksi lebih lengkap pengetahuannya dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif. Pentingnya mendengar secara kritis juga dapat mendorong siswa berpikir tentang jawaban perta-nyaan sambil mendengar.

3. Membaca (reading) adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk men-cari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun. Pembaca ya-ng baik terlibat aktif deya-ngan teks bacaan deya-ngan cara: (a) membaya-ngun


(26)

pen-16

getahuan dalam pikiran mereka berdasarkan apa yang telah mereka keta-hui, (b) menggunakan strategi untuk memahami teks bacaan dan mengor-ganisasikannya dalam bentuk visual berupa bagan, diagram, atau outline, (c) memonitor, merencanakan dan mengatur pembentukan makna, (d) membangun penafsiran atau pemahaman teks bacaan yang bermakna da-lam memori jangka pendek, dan (e) menggunakan strategi dan pengetahu-an ypengetahu-ang sudah ada ypengetahu-ang digali dalam memori jpengetahu-angka ppengetahu-anjpengetahu-ang.

4. Diskusi (discussing) merupakan sarana untuk mengungkapkan dan mere-fleksikan pikiran siswa. Beberapa kelebihan dari diskusi kelas, yaitu antara lain; dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan ke-mahiran menggunakan strategi, (b) membantu siswa mengkonstruk pema-hamannya (c) membantu siswa menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana.

5. Menulis (writing) adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran.

E. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinya-takan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak (Sagala 2010)

Syaiful (Ernawati, 2009) menyatakan bahwa konsep diperoleh dari fakta-fakta, peristiwa, pengalaman generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk


(27)

17

menjelaskan dan meramalkan. Konsep merupakan abstraksi dan ciri-ciri dari sesuatu yang dapat mempermudah komunikasi untuk berpikir, dengan demikian tanpa adanya konsep belajar akan sangat terhambat. Kemampuan abstrak itu dise-but pemikiran konseptual. Sebagian besar materi pembelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseo-rang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Penguasaan konsep merupakan tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu menguasai/memahami arti atau konsep, situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya. Penguasaan kon-sep sangat penting dimiliki oleh siswa yang telah mengalami proses belajar. Peng-uasaan konsep yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki.

Penguasaan konsep siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Raw input, yaitu karakteristik khusus siswa, baik fisiologi maupun psikologi. 2. Instrumental input, yaitu faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi. 3. Environmental input, yaitu faktor lingkungan dan faktor sosial.

Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memiliki penguasaan konsep, peserta didik akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahu-an ypengetahu-ang diperoleh dari fakta dpengetahu-an pengalampengetahu-an ypengetahu-ang pada akhirnya peserta didik akan memperoleh prinsip hukum dari suatu teori.


(28)

18

ANALISIS KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Label

Konsep

Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Posisi Konsep Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Sub-ordinat Kelarutan Jumlah gram zat terlarut dalam 1

liter larutan

Konkrit  Gram zat terlarut  Volume larutan

Massa

unsur/senyawa Volume

- Kelarutan molar - Kelarutan timbal kromat (PbCrO4) ialah 4,5 x 10-5 g/l

Kelarutan timbal kromat (PbCrO4) ialah 4,5 x 10-5 mol/l Larutan

jenuh

Larutan yang yang memiliki zat terlarut dalam jumlah maksimum sehingga penambahkan zat terlarut tidak merubah kelarutan lagi, zat terlarut akan terionisasi dan antara ion ion dengan zat yang tidak dapat melarut lagi terbentuk

kesetimbangan.

konkrit  Zat terlarut dalam jumlah maksimum  Kesetimbangan antara

ion ion dan zat yang tidak dapat melarut lagi

Massa zat terlarut Kesetimbanga n ion ion dan zat yang tidak larut

Larutan Larutan tidak jenuh

Kelarutan molar

Jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan

Konkrit  Gram zat terlarut Volume larutan Ar/Mr Massa unsur/senyawa Volume Massa atom relative dan massa molekul relative

- kelarutan - Kelarutan

timbal kromat (PbCrO4) ialah 4,5 x 10-5 mol/l

Kelarutan timbal kromat (PbCrO4) ialah

4,5 x 10-5 g/l

Hasil kali kelarutan

Hasil kali kali konsentrasi molar dari ion ion penyusunnya, dimana masing masing dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya di dalam persamaan

kesetimbangan(pada keadaan

Konkrit  hasil kali Konsen-trasi molar ion

 Koefisien stoikiometri  Persamaan kesetimbangan Konsetrasi molar ion Koefisien stoikiometri

- Kc (tetapan kesetimbangan konsentrasi) Kp (tetapan

kesetimbangan tekanan)

- Ksp CaF2 = [Ca2+][2F-]2

Dengan nilai 4,0 x 10-11

Kc reaksi NH3yang terdiisosiasi men-jadi N2 danH2 adalah1,2 pada 18


(29)

19

jenuh) Ka/Kb (tetapan

kesetimbangan asam/ basa) Kh (tetapan hidrolisis) Q (hasil kali ion)

375O C

Elektrolit biner

Larutan elektrolit yang menghasilkan dua ion

Abstrak  Jumlah ion Jenis larutan elektrolit

Larutan elektrolit

Elektrolit terner Elektrolit kuartener

- AgCl Ag2S

Elektrolit terner

Larutan elektrolit yang menghasilkan tiga ion

Abstrak  Jumlah ion Jenis larutan elektrolit

Larutan elektrolit

Elektrolit biner Elektrolit kuartener

- Na2SO4 NaBr

Elektrolit kuartener

Larutan elektrolit yang menghasilkan empat ion

Abstrak  Jumlah ion Jenis larutan elektrolit

Larutan elektrolit

Elektrolit biner Elektrolit terner

- FeCl3 FeSO4

Hasil kali ion

Hasil kali kali konsentrasi molar dari ion ion, dipangkatkan dengan koefisien stoikiometrinya

Konkrit  Hasil kali ion  Koefisien stoikiometri

Konsentrasi ion Koefisein stoikiometri

- Kc (tetapan kesetimbangan konsentrasi) Kp (tetapan

kesetimbangan tekanan)

Ka/Kb Kh (tetapan hidrolisis)

Ksp (hasil kali kelarutan)

- Penambahan 200ml BaCl2 terhadap 600ml K2SO4 meng-hasilkan Q (BaSO4)sebe sar 6,0 x 10-6

Ksp BaSO4 adalah 1,1x

10-10

Efek ion senama

Efek menurunkan kelarutan garam yang sukar larut jika ditambahkan senyawa yang memiliki ion sejenis dengan garam yang sukar larut

Konkrit  Ion sejenis  Ion sejenis - - - Penambahan

AgNO3 kedalam larutan jenuh AgCl Penambahan Mg(NO3)2 kedalam larutan jenuh AgCl 19


(30)

20

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran model CORE memiliki 4 langkah yaitu fase connecting, fase organizing, fase reflecting dan fase extending.

1. Connecting (C): menghubungkan fakta-fakta yang sedang dipelajari dengan konsep yang sudah dipelajari.,

2. Organizing(O):Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.

3. Reflecting(R):Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat.Merenungkan pencapaian target indikator.

4. Extending (E):Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan,melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas.

Pembelajaran kimia dengan model pembelajaran CORE memberikan pengalaman belajar pada siswa sebagai proses dengan menggunakan sikap ilmiah agar mampu memiliki pemahaman melalui fakta-fakta yang mereka temukan sendiri, sehingga mereka dapat menemukan konsep, hukum, dan teori, serta dapat mengaitkan dan menerapkan pada kehidupan.

Dengan berpikir apabila pembelajaran seperti ini diterapkan pada pembelajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan mengkomuni-kasikan dan juga penguasaan konsep, sehingga kemampuan mengkomunimengkomuni-kasikan dan penguasaan konsep siswa menggunakan pembelajaran ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan kemampuan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.


(31)

21

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan mengko-munikasikan dan penguasaan konsep materi pokok hasil kali kelarutan siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 8 BandarLampung TP 2012-2013 pada kedua kelas diabaikan.

H.Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

Pembelajaran materi pokok hasil kali kelarutan melalui model pembelajaran CORE efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan peng-uasaan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(32)

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Bandar lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 118 siswa dan tersebar dalam tiga kelas. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Oleh karena ingin didapatkan sampel yang memiliki kemam-puan kognitif yang sama, maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pur-posive sampling.

Purposive sampling akan baik hasilnya jika dipilih oleh seorang ahli yang telah mengenal populasi dan dapat segera mengetahui masalah-masalah yang khas (Sud jana, 2002). Maka dari itu, peneliti dalam melakukan pengambilan sampel diban-tu oleh seorang ahli yang mengenal populasi, yakni guru kimia kelas XI IPA dan mendapatkan kelas XI IPA dan XI IPA sebagai sampel penelitian. Selanjutnya dua kelas sampel tersebut dibagi menjadi kelas eksperimen yang akan diterapkan pembelajaran model pembelajaran CORE yakni kelas XI IPA 1, dan kelas kontrol yang akan diterapkan model pembelajaran konvensional yakni kelas XI IPA 3.


(33)

23 B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah bela-jar (posttest) siswa.

Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu : 1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen. 2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.

Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.

C. Desain dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian ini ada-lah Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono, 2011). Di dalamnya terda-pat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu: Tabel 4. desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan :

O1 = Pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan. O2 = Posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X1 = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran CORE.


(34)

24 - = Perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai va-riabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelaja-ran CORE dan model pembelajapembelaja-ran konvensional. Kemudian variabel terikat da-lam penelitian ini adalah keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan kon-sep kelarutan dan hasil kali kelarutan.

E. Instrumen Penelitian

Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah :

1. LKS Kimia dengan pembelajaran CORE pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Soal pretest dan posttest yang masing-masing berisi 15 soal pilihan jamak dan 4 soal essay. Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui pemaha-man konsep dan keterampilan mengkomunikasikan siswa baik sebelum mau-pun sesudah pembelajaran.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang digu-nakan harus valid. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa


(35)

25 yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara te-pat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau keputusan ahli dan pengujian empirik. Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah ke-sesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Adapun peng-ujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengpeng-ujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Tahap Pra penelitian

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan kesekolah.

b. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 8 BandarLampung dan menyam-paikan surat izin penelitian pendahuluan yang telah dibuat.

c. Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakannya penelitian dan mela-kukan wawancara dengan guru mitra untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, informasi tentang KKM, data nilai kelas XI IPA, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di


(36)

26 sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

d. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel.

e. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, seperti silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS sesuai dengan materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. LKS yang dibuat disesuaikan dengan tahapan pembelajaran dan keterampilan proses sains yang diharapkan akan dicapai siswa pada kelas eksperimen.

f. Membuat soal-soal pretest dan posttest berbasis keterampilan proses sains dan penguasaan konsep.

g. Validasi instrumen.

2. Tahap Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan akhir April sampai Mei. Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua yaitu model pembelajaran CORE pada kelas XI IPA 1, sedangkan pembelajaran konvensional pada kelas XI IPA 3 .

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :

a. Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

c. Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.


(37)

27 Pada penelitian ini dikembangkan alur penelitian dengan langkah-langkah peneli-tian seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Alur penelitian

G. Hipotesis Kerja

1. Hipotesis pertama (keterampilan mengkomunikasikan) :

Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan dengan model pembelajaran CORE lebih tinggi daripada rata-rata keterampilan mengkomunikasikan

Tahap persiapan dan observasi

Penetapan populasi dan sampel

Pretest

Analisis data

Kesimpulan

Kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional Kelas eksperimen

dengan model pembelajaran

CORE

Pembuatan perangkat pembelajaran dan instrumen

Validitas instrumen


(38)

28 dengan pembelajaran konvensional pada materi kelarutan dan hasil kali kelaru-tan.

2. Hipotesis kedua (penguasaan konsep):

Rata-rata penguasaan konsep dengan model pembelajaran CORE lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan konsep pembelajaran konvensional pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

H. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Nilai Pretest dan Posttest

Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai = x 100 ...(1)

b. Gain Ternormalisasi

Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran dalam meningkatkan keteram-pilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Meltzer bahwa dengan


(39)

29 mendapatkan nilai rata-rata gain yang ternormalisasi maka secara kasar akan dapat mengukur efektivitas suatu pembelajaran dalam pemahaman konseptual. Rumus N-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut:

N-gain = ...(2)

2. Pengujian hipotesis a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0 = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data, digunakan rumus sebagai berikut :

... ( 3 ) Keterangan : χ2 = uji Chi- kuadrat

Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan Kriteria : Terima H0 jika χ2hitung χ2tabel

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:


(40)

30 H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H0 : 12 22

H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

H1 : 2

2 2 1

Untuk menguji kesamaan dua varians dalam Sudjana (2005), digunakan rumus sebagai berikut:

...(4)

Untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak, maka

membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Menggunakan α = 5 % atau 0.05 dengan dk pembilang sama dengan banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut sama dengan banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen.

c. Uji perbedaan dua rata-rata

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2002). Pengujian hipohipo-tesis ini menggunakan uji perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah seba-gai berikut:

1. Hipotesis pertama (keterampilan mengkomunikasikan) :

H0 : Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan dengan model pem-belajaran CORE lebih rendah atau sama dengan rata-rata N-gain keteram-pilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran konvensional pada ma-teri kelarutan dan hasil kali kelarutan.


(41)

31 H0 : µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan dengan model pembelajaran CORE lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran konvensional pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

H1 : µ1x> µ2x

2. Hipotesis kedua (penguasaan konsep):

H0 :Rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran CORE lebih rendah atau sama dengan rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

H0 : µ1y≤ µ2y

H1 :Rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran CORE lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan pembe-lajaran konvensional pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. H1 : µ1y> µ2y

Selanjutnya yaitu menyatakan banyaknya masing-masing sampel yaitu n1=32 dan n2= 32, dengan n1 adalah jumlah siswa kelas eksperimen dan n2 adalah jumlah siswa kelas kontrol. Karena pada penelitian ini data sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka rumus yang digunakan adalah rumus statistik t. Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berlaku untuk populasi.


(42)

32 Rumus uji t yang mengacu pada Sudjana (2002) dalam rumus (5) sebagai berikut:

t =

... (5)

dengan S2 =

...(6)

Keterangan: t = Koefisien t

= nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen

= nilai rata-rata N-gain kelas kontrol S2 = simpangan baku gabungan

= varians N-gain kelas eksperimen = varians N-gain kelas kontrol

= Jumlah siswa kelas eksperimen = Jumlah siswa kelas kontrol

Dengan kriteria uji:

Terima H0 jika t < t(1-α) dengan derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya, dengan menentukan taraf signifikan α = 5% peluang (1- α ).


(43)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian penerapan model pembelajaran CORE pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan kon-sep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan model pembe-lajaran CORE lebih tinggi daripada pembepembe-lajaran konvensional siswa SMA 8 Bandarlampung Bandar Lampung.

2. Model pembelajaran CORE efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan model pembe-lajaran CORE, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan pada tiap fase dalam model pembelajaran CORE dan lebih memerhatikan soal


(44)

52

tes yang akan diberikan kepada siswa, untuk menguji validitas dan reabilitas soal serta melakukan tes pengetahuan awal.

2. Pembelajaran CORE dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi larutan kelarutan dan hasil kali kelarutan karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep.


(45)

54

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S .2004. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Barrody, A.J. 1993. Problem Solving, Reasoning and Communicating, K-8:

Help-ing Children Think Mathematically. Macmilan. New York.

Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. RinekaCipta. Jakarta. Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidi-kan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung. Chain, Sandra E and Jack M. Evan. 1990. Sciencing: An Involvement Approach to

Elementary Science Methods. Columbus. Merril Publishing Company. Ohio Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ernawati, N.2009.Efektivitas Pembelajaran Course Review Horay Terhadap

Pe-mahaman Konsep Materi Pokok Bahasan Sudut Pada Siswa Kelas VII Semes-ter II di SMP AL ISLAM Surakarta (Penelitian Eksperimen, Tahun Pelajaran 2008-2009). Skripsi. 15 Januari 2013. http://etd.eprints.ums.ac.id. /4697/ 1/A4/1005 0097.pdf.

Esler, W.K. dan Esler, M.K. 1996. Teaching Elementary cience. California Wads-worth.

Harmsen, D. (2005). Journal Critique#2. 18 Mei 2013. http:www.tsclient\ A\ Daniell Harmsen.htm.

Jacob, C., Sumiaty, E., Puspita, E., Dedy, E.(2005). Pengembangan Model CORE dalam Pembelajaran Logika dengan Pendekatan Reciprocal Teaching bagi Siswa SMA. Laporan Piloting. FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan.

Katz, S. &Nirula, L. (2001). Portifolio Exchange. 15 Mei 2013. Tersedia:www.\ ts-client\A\portifolio exchange.htm.


(46)

54

Nur, M. 1998. Proses BelajarMengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Sagala, S. 2010 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung Sriyono.1992. Teknik Belajar Mengajardalam CBSA. RinekaCipta. Jakarta. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(47)

56

Pemetaan /Analisis SK dan KD

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/Genap

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Tingkat Ranah KD Indikator Pencapaian Tingkat Ranah IPK Ruang Lingkup Alokasi Waktu Nilai Karakter 1 2 3

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.

C3 1. Mendefinisikan larutan jenuh

2. Mendefinisikan kelarutan 3. Menjelaskan pengaruh suhu

terhadap kelarutan senyawa sukar larut

4. Menjelaskan pengertian tentang tetapan hasil kali kelarutan

5. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air 6. Menjelaskan hubungan

antara kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk elektrolit biner, terner, dan elektrolit dengan n>3

C1 C1 C2 C2 C3 C2  N e w Y o r k N e w Y o r k N e w Y o r 5 x

pertemuan

Rasa ingin tahu, percaya diri, teliti, dan cermat.


(48)

57

7. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp

atau sebaliknya

8. Mendefinisikan ion senama 9. Menjelaskan pengaruh

penambahan ion senama terhadap kelarutan 10. Menjelaskan hubungan

kelarutan dengan pH 11. Menghitung kelarutan suatu

garam atau basa sukar larut pada pH tertentu

12. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dan

membuktikannya dengan percobaan.

C3

C1

C2

C2

C3

C3


(49)

58

SILABUS KELAS EKSPERIMEN

Nama Sekolah : SMA Negeri 8 Bandarlampung Mata Pelajaran : Kimia

Kelas : XI

Semester : 2

Standar Kompetensi

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya.

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok Kegiatan

Pembelajaran Indikator

Penilaian

Alokasi

waktu Sumber

Jenis tagihan Bentuk instrumen Contoh instrumen 4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.

 Larutan jenuh  Kelarutan Pengaruh

suhu terhadap kelarutan  Tetapan hasil

kali kelarutan

Melakukan

praktikum kelarutan dan pengaruh suhu terhadap kelarutan Diskusi tentang kelarutan,larutan jenuh, pengaruh suhu terhadap kelarutan, tetapan hasil kali kelarutan

Mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas 1. Mendefinisikan larutan jenuh 2. Mendefinisikan kelarutan 3. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan senyawa sukar larut 4. Menjelaskan

pengertian tentang tetapan hasil kali kelarutan

5. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air

Test akhir Soal pilihan jamak

Terlampir 3 x 45 menit

Buku M.Purba kelas XI bab kelarutan dan hasil kali kelarutan

• LKS berbasis

CORE •Alat dan bahan percobaan (terlampir di LKS)


(50)

59 Hubungan kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan Elektrolit biner,terner, kuartener

Efek ion senama terhadap kelarutan hubungan kelarutan dengan pH memperkiraka n apakah terbentuk endapan atau tidak berdasarkan perbandingan nilai Qc terhadap Ksp konsep hubungan kelarutan dan Ksp. Melakukan

praktikum mengenai ion senama

Melakukan praktikum tentang hubungan pH dan kelarutan.

6. Menjelaskan hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk elektrolit biner, terner, dan elektrolit dengan n>3 7. Menghitung kelarutan

suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya

8. Mendefinisikan ion senama 9. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan 10. Menjelaskan hubungan kelarutan dengan pH

11. Menghitung kelarutan suatu garam atau basa sukar larut pada pH tertentu

12. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dan membuktikannya

2 x 45 menit

2 x 45 menit

2x 45 menit


(51)

60


(52)

61

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELAS EKSPERIMEN

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI IPA/Genap

Materi Pokok : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Sub Materi Pokok : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Standar Kompetensi

4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. Kompetensi Dasar

4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Indikator 1. Kognitif

b. Produk

1. Mendefinisikan larutan jenuh 2. Mendefinisikan kelarutan

3. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan senyawa sukar larut 4. Menjelaskan pengertian tentang tetapan hasil kali kelarutan

5. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air

6. Menjelaskan hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk elektrolit biner, terner, dan elektrolit dengan n>3

7. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya

8. Mendefinisikan ion senama

9. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan 10. Menjelaskan hubungan kelarutan dengan pH

11. Menghitung kelarutan suatu garam atau basa sukar larut pada pH tertentu

12. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dan membuktikannya dengan percobaan.

c. Proses

1. Melakukan percobaan tentang kelarutan

2. Mengamati kelarutan suatu garam dengan penambahan garam secara terus menerus


(53)

62

3. Membuat data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan

4. Menemukan definisi larutan jenuh 5. Menemukan definisi kelarutan

6. Membedakan garam yang sukar larut dan garam yang mudah larut 7. Membandingkan kelarutan suatu garam sebelum dan sesudah

dipanaskan

8. Menyimpulkan pengaruh suhu terhadap kelarutan

9. Mengamati data tabel hasil pengamatan percobaan kesetimbangan senyawa sukar larut.

10. Menganalisis data hasil pengamatan percobaan kesetimbangan senyawa sukar larut.

11. Menuliskan reaksi kesetimbangan senyawa yang sukar larut 12. Menuliskan tetapan kesetimbangan senyawa yang sukar larut 13. Menghubungkan tetapan kesetimbangan dengan hasil kali kelarutan 14. Menemukan definisi hasil kali kelarutan

15. Menuliskan ungkapan Ksp senyawa yang sukar larut

16. Menjelaskan pengertian elektrolit biner, terner dan elektrolit dengan n>3

17. Menyimpulkan hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk elektrolit biner, terner, dan elektrolit dengan n>3

18. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp

19. Menghitung harga Ksp berdasarkan data kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut

20. Melakukan percobaan untuk mengetahui efek penambahan ion senama terhadap kelarutan suatu elektrolit

21. Membuat data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan

22. Menunjukkan ion senama

23. Menemukan pengertian ion senama

24. Menghitung besarnya kelarutan zat dalam pelarut air dan dalam larutan yang mengandung ion senama

25. Menyimpulkan efek penambahan ion senama terhadap kelarutan 26. Menghitung besarnya kelarutan zat akibat perbedaan konsentrasi ion

senama

27. Menjelaskan pengaruh besarnya konsentrasi ion senama terhadap kelarutan

28. Melakukan percobaan tentang pengaruh pH terhadap kelarutan suatu garam atau basa

29. Membandingkan tingkat kelarutan suatu garam atau basa pada pH berbeda


(54)

63

30. Membuat data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan

31. Menyimpulkan pengaruh pH terhadap kelarutan suatu garam atau basa

32. Menghitung kelarutan suatu garam atau basa pada pH tertentu 33. Menghitung Ksp suatu garam atau basa pada pH tertentu 34. Menghitung Qsp dalam campuran dari data percobaan reaksi

pengendapan

35. Menghubungkan Qsp dengan Ksp

36. Melakukan percobaan reaksi pengendapan

37. Membuat data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan

38. Memprediksi pengendapan zat elektrolit dalam campuran 2. Afektif

A. Karakter 1. tanggung jawab 2. teliti

3. rasa ingin tahu B. Keterampilan sosial

1. bertanya

2. mengemukakan pendapat 3. berkomunikasi

4. kerjasama

3. Psikomotor

a. Mengatur alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. b. Menuangkan larutan ke dalam gelas kimia

c. Membersihkan dan merapikan alat dan bahan percobaan I. Tujuan Pembelajaran

A. Kognitif a. Produk:

1. Siswa dapat mendefinisikan larutan jenuh sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

2. Siswa dapat mendefinisikan kelarutan sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu senyawa yang sukar larut sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)


(55)

64

4. Siswa dapat menjelaskan pengertian tentang tetapan hasil kali kelarutan sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

5. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

6. Siswa dapat menjelaskan hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk elektrolit biner, terner, dan elektrolit dengan n>3 sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

7. Siswa dapat menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya sesuai dengan kunci pada

lembar penilaian (LP)

8. Siswa dapat menjelaskan pengertian ion senama sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

9. Siswa dapat menjelaskan pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

10. Siswa dapat menjelaskan hubungan kelarutan dengan pH sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

11. Siswa dapat menghitung kelarutan suatu garam atau basa sukar larut pada pH tertentu sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

12. Siswa dapat memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) dan membuktikannya dengan percobaan

sesuai dengan kunci pada lembar penilaian (LP)

b. Proses:

1. Berdasarkan instruksi guru dan perintah (tugas) di LKS maka siswa melakukan percobaan tentang kelarutan senyawa yang sukar larut 2. Berdasarkan hasil percobaan, siswa mengamati kelarutan suatu garam

dengan penambahan secara terus menerus

3. Dari hasil percobaan, maka siswa dapat menuliskan data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan

4. Siswa dapat menemukan definisi larutan jenuh 5. Siswa dapat menemukan definisi kelarutan

6. Dari hasil percobaan dan perhitungan kelarutan suatu garam, maka siswa dapat membedakan garam yang sukar larut dan garam yang mudah larut 7. Dari hasil percobaan, maka siswa dapat membandingkan kelarutan suatu

garam sebelum dan sesudah dipanaskan

8. Siswa dapat menyimpulkan pengaruh suhu terhadap kelarutan 9. Berdasarkan instruksi guru dan perintah (tugas) di LKS maka siswa

melakukan percobaan tentang kesetimbangan larutan jenuh. 10. Siswa mengamati proses kesetimbangan dalam larutan jenuh dan


(56)

65

11. Siswa menjawab pertanyaan pada LKS dan dibimbing menuliskan reaksi kesetimbangan larutan jenuh yang dipakai pada percobaan

12. Dari reaksi kesetimbangan yang telah dituliskan, siswa dapat menuliskan harga tetapan kesetimbanganya

13. Siswa dapat menghubungkan harga tetapan kesetimbangan dengan hasil kali kelarutan

14. Berdasarkan hubungan harga tetapan kesetimbangan dengan hasil kali kelarutan, siswa dapat menyimpulkan definisi hasil kali kelarutan 15. Siswa dapat menuliskan ungkapan Ksp senyawa yang sukar larut

16. Dengan menghitung jumlah total ion dalam reaksi ionisasi larutan, siswa dapat mendefinisikan elektrolit biner, terner dan elektrolit dengan n>3 17. Berdasarkan perbandingan koefisien reaksi suatu elektrolit, siswa dapat

menyimpulkan hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk elektrolit biner, terner, dan elektrolit dengan n>3

18. Berdasarkan reaksi kesetimbangan dan diberikannya data harga Ksp, maka siswa dapat menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut

19. Berdasarkan reaksi kesetimbangan dan diberikannya data kelarutan, maka siswa dapat menghitung harga Ksp senyawa yang sukar larut

20. Berdasarkan instruksi guru dan perintah (tugas) di LKS maka siswa melakukan percobaan untuk mengetahui efek penambahan ion senama terhadap kelarutan suatu elektrolit

21. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, siswa dapat membuat data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan

22. Dari reaksi kesetimbangan dan reaksi ionisasi larutan elektrolit, siswa dapat menunjukkan ion senama dalam campuran

23. Dengan menunjukkan ion senama dalam larutan, siswa dapat menemukan pengertian ion senama

24. Dari hasil percobaan, siswa dapat menghitung besarnya kelarutan zat dalam pelarut air dan dalam larutan yang mengandung ion senama 25. Dengan membandingkan tingkat kelarutan zat elektrolit dalam pelarut air

dan dalam larutan yang mengandung ion senama, siswa dapat menyimpulkan efek penambahan ion senama terhadap kelarutan 26. Dari hasil percobaan, siswa dapat menghitung besarnya kelarutan zat

akibat perbedaan kosentrasi ion senama.

27. Dengan membandingkan besarnya kelarutan zat akibat perbedaan

konsentrasi ion senama, siswa dapat menyimpulkan pengaruh konsentrasi ion senama terhadap kelarutan

28. Berdasarkan instruksi guru dan perintah (tugas) di LKS maka siswa melakukan percobaan tentang pengaruh pH terhadap kelarutan suatu garam atau basa

29. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa dapat membandingkan tingkat kelarutan suatu garam atau basa pada pH berbeda


(57)

66

30. Dari hasil pecobaan, siswa dapat membuat data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan

31. Dari hasil pecobaan, siswa dapat menyimpulkan pengaruh pH terhadap kelarutan suatu garam atau basa

32. Dari hasil pecobaan, siswa dapat menghitung kelarutan suatu garam atau basa pada pH tertentu

33. Dari hasil pecobaan, siswa dapat menghitung Ksp suatu garam atau basa pada pH tertentu

34. Diberikan data hasil percobaan reaksi pengendapan, siswa dapat menghitung Qsp dalam campuran

35. Berdasarkan data percobaan, siswa dapat menghubungkan Qsp dengan Ksp

36. Berdasarkan instruksi guru dan perintah (tugas) di LKS maka siswa melakukan percobaan reaksi pengendapan

37. Berdasarkan hasil pecobaan, siswa dapat membuat data hasil pengamatan dan melaporkan hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan

38. Dengan menghubungkan harga Qsp dengan harga Ksp, siswa dapat meramalkan pengendapan zat elektrolit dalam campuran

B. Afektif 1. Karakter:

Siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, minimal siswa dinilai cukup dalam menunjukkan karakter teliti, tanggung jawab, danrasa ingin tahu.

2. Keterampilan sosial:

Siswa terlibat dalam proses belajar mengajar, minimal siswa dinilai cukup dalam menunjukkan perlaku keterampilan sosial bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, berkomunikasi, dan bekerjasama.

II. Materi Pembelajaran

Ketika sejumlah tertentu NaCl telah melarut dan ada sebagian yang tidak larut (terbentuk endapan), maka larutan tersebut merupakan larutan jenuh atau tepat jenuh. Konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuh sama dengan kelarutannya. Dengan demikian, kelarutan (solubility) –dengan lambang s– dapat didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Satuan kelarutan biasanya dinyatakan dalam gram/ Liter atau mol/ Liter. Ada dua hal yang dapat mempengaruhi kelarutan, yaitu suhu dan jenis pelarut.

Karena nilai kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan (Ksp) sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka terdapat hubungan yang sangat erat di antara


(58)

67

keduanya. Untuk senyawa AmBn yang terlarut, maka ia akan mengalami ionisasi dalam sistem kesetimbangan:

AmBn(s) mAn+ (aq) + nBm– (aq)

Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L–1, maka di dalam reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan Bm– adalah:

AmBn(s) mAn+ (aq) + nBm– (aq) s mol L–1 ms mol L–1 ns mol L–1

sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah: Ksp AmBn = [An+]m [Bm–]n

= (ms)m (ns)n = mm.sm.nn.sn = mm.nn.sm+n sm+n =

s = √

Jika AgCl dilarutkan dalam larutan NaCl atau larutan AgNO3, ternyata kelarutan AgCl dalam larutan-larutan tersebut akan lebih kecil jika dibandingkan dengan kelarutan AgCl dalam air murni. Hal ini disebabkan karena sebelum AgCl(s) terionisai menjadi Ag+(aq) atau Cl–(aq), di dalam larutan sudah terdapat ion Ag+ (dari AgNO3) atau ion Cl– (dari NaCl).

AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl– (aq)

Sesuai dengan Asas Le Chatelier, penambahan Ag+ atau Cl– akan menggeser kesetimbangan ke kiri, sehingga AgCl yang larut makin sedikit. Dengan demikian,

adanya ion sejenis akan memperkecil kelarutan suatu elektrolit.

Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.

Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk endapan dan ada juga yang tidak membentuk endapan, tergantung pada konsentrasi ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Dalam proses yang kemungkinan membentuk endapan AxBy, dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu:

a. Jika [Ay+]x [Bx-]y > Ksp AxBy, percampuran menghasilkan endapan,


(59)

68

(keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan mulai mengendap) c. Jika [Ay+]x [Bx-]y < Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan.

III. Model Pembelajaran

 Pendekatan : Konstruktivisme

 Model Pembelajaran : CORE

 Metode Pembelajaran : Diskusi kelompok dan eksperimen

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke – 1

1. Fase Connect

Kegiatan keterangan

a. Guru mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa.

c. Pada saat kalian belajar reaksi hidrolisis, coba sebutkan senyawa-senyawa garam yang kalian ketahui”

d. Guru meminta siswa menuliskan senyawa garam di papan tulis e. Guru menanyakan pertanyaan, antara lain

”Per ahkah kalia e asuka gara atau kapur kedala segelas air?” ”Apakah ya g terjadi terhadap gara atau kapur tadi saat didala air?” ”Bagai a a jika dala segelas air terse ut terus e erus kalia

asuka gara atau kapur?”

” e gapa gara atau kapur tadi tidak dapat larut lagi?”

f. Guru meminta siswa menuliskan alasan kenapa garam atau kapur tidak dapat melarut kembali pada secarik kertas lalu menempelkan di papan tulis

g. Guru memberikan pernyataan “untuk menemukan kenapa garam atau kapur tidak dapat melarut kembali mari kita lakukan ekperimen” h. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil dengan cara undian, satu

kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa.

i. Guru meminta bantuan ketua kelas untuk membagikan LKS 1 tentang kelarutan dan hasil kali kelarutan kepada teman-temannya.

2. Fase Organize

Kegiatan keterangan

Guru


(60)

69

Kegiatan keterangan

a. Guru mengingatkan kembali pertanyaan awal.

b. “mengapa garam atau kapur tidak dapat melarut lagi?”

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang tertera pada LKS berbasis model pembelajaran CORE kepada siswa.

d. Guru menjelaskan petunjuk praktikum

e. Guru membimbing siswa dalam melakukan praktikum tentang kelarutan senyawa garam(NaCl dan CaCO3).

f. Guru mengawasi praktikum siswa Setelah praktikum

a. Guru memoderatori diskusi siswa

b. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya, menanggapi, memberikan saran atau kritik kepada kelompok yang di depan.

c. Guru memberi penguatan kesimpulan hasil diskusi. Kegiatan siswa sebelum dan selama percobaan

a. Siswa mendengarkan instruksi dari guru.

b. Siswa fokus pada tujuan pembelajaran yang harus dicapai

c. Siswa melaksanakan praktikum dengan baik dan bertanggung jawab Kegiatan siswa setelah percobaan

a. Siswa menganalisis data hasil percobaan yang telah mereka lakukan. b. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS. c. Siswa melakukan diskusi (mengemukakan pendapat dan siswa lain

mendengarkan dengan baik) dan bekerjasama dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

d. Siswa membuat kesimpulan dari hasil analisis data secara teliti, jujur, dan bertanggungjawab.

e. Setelah membuat kesimpulan, salah satu kelompok mengkomunikasikan (mengemukakan pendapat) tentang hasil percobaan dan diskusi kelompok yang telah mereka lakukan di depan kelas dan siswa yang lain

mendengarkan dengan baik.

3. Fase Reflect dan Extend

Kegiatan keterangan

Fase Reflect Kegiatan guru\

Guru mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi pembelajaran dengan cara memberikan pertanyaan reflektif (pertanyaan reflektif ada di LKS)


(61)

70

Kegiatan siswa

a. Siswa menuliskan pada lembar reflektif

b. Siswa mengumpulkan lembaran reflektif ke guru

Fase Extend Kegiatan guru

Guru mengarahkan siswa pada kegiatan extending

a. Guru memberikan artikel aplikasi kelarutan dalam kasus “Sidik Jari” b. Guru menginstruksikan siswa untuk memberikan penjelasan deskriptif

mengenai grafik “kelarutan vs temperature”

c. Guru meminta siswa untuk menjelaskan aplikasi kelarutan dalam kasus “sidik jari”

d. Setelah penjelasan siswa, Guru menyempurnakan penjelasan siswa tentang aplikasi kelarutan pada kasus sidik jari.

e. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran hari ini. f. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Kegiatan siswa

a. Siswa mencari tahu informasi mengenai hubungan antara kelarutan dan kasus sidik jari

b. Siswa menuliskan paragraph deskriptif mengenai grafik kelarutan vs temperature

c. Siswa menjelaskan aplikasi kelarutan dalam kasus “sidik jari” d. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran

Pertemuan Ke – 2

1. Fase Connect

Kegiatan keterangan

Kegiatan Guru

Guru membuka pertemuan dengan salam. a. Guru mengecek kehadiran siswa. b. Guru menanyakan definisi:

1. kelarutan,

2. tetapan hasil kali kelarutan 3. larutan elektrolit.

d. Guru menyampaikan indikator pembelajaran tentang hubungan larutan elekrolit dengan kelarutan dan tetapan hasil kali kelarutan.

e. Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok yang sudah dibuat sebelumnya

f. Guru meminta bantuan ketua kelas untuk membagikan LKS 2 tentang


(62)

71

hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan kepada teman-temannya.

2. Fase Organize

Kegiatan keterangan

Kegiatan Guru

a. Guru menyajikan beberapa contoh senyawa yang tergolong elektrolit biner,terner,kuartener ,dan poli ion

b. Guru meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksud elektrolit biner, terner, kuartener dan poli ion.

c. Guru meminta siswa menuliskan hubungan matematis antara kelarutan dan hasil kali kelarutan dari elektrolit biner,terner ,dan kuartener

d. Guru meminta siswa mengeneralisasi hubungan matematis antara kelarutan dan hasil kali kelarutan.

e. Guru mengingatkan kembali hubungan koefisien dengan jumlah ion. f. Guru membimbing siswa selama diskusi

g. Guru memberi penguatan kesimpulan hasil diskusi. Kegiatan siswa

a. Siswa melaksanakan diskusi dan bekerjasama dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada rumusan masalah yang terdapat dalam LKS secara bertanggungjawab.

b. Siswa mengumpulkan data melalui studi literatur untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS .

c. Siswa melakukan diskusi (mengemukakan pendapat dan siswa lain

mendengarkan dengan baik) dan bekerjasama dengan kelompok lain untuk menganalisis jawaban mereka dalam LKS.

d. Siswa membuat kesimpulan dari hasil analisis data.

e. Setelah membuat kesimpulan, salah satu kelompok mengkomunikasikan (mengemukakan pendapat) tentang diskusi kelompok yang telah mereka lakukan di depan kelas dan siswa yang lain mendengarkan dengan baik.

3. Fase Reflect dan Extend

Kegiatan keterangan

Fase reflect Kegiatan guru

a. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi pembelajaran dengan cara memberikan pertanyaan reflektif

b. Melakukan tanya jawab antara guru dengan siswa untuk mengetahui tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran.


(63)

72

Kegiatan siswa

a. Siswa menuliskan pada lembar reflektif

b. Siswa mengumpulkan lembaran reflektif ke guru

Fase Extend Kegiatan Guru

a. Guru memberikan soal mempertajam pengetahuan yang baru dikuasai siswa.

b. Guru mengomentari jawaban siswa

c. Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Kegiatan Siswa

a. Siswa menerjakan soal yang diberikan

b. Perwakilan Siswa menjelaskan jawabannya didepan kelas

Pertemuan Ke – 3 1. Fase Connect

Kegiatan keterangan

a. Guru mengucapkan salam. b. Guru mengecek kehadiran siswa.

c. Guru menanyakan tentang hukum pergeseran kesetimbangan

d. “Apakah yang terjadi jika dalam suatu system kesetimbangan,terjadi penambahan salah satu komponen reaktan?”

e. Guru menyampaikan indikator pembelajaran dan mengajak siswa melakukan praktikum untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tadi. f. Guru meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok yang telah

dibuat sebelumnya.

g. Guru meminta bantuan ketua kelas untuk membagikan LKS 3 tentang pengaruh penambahan ion senama terhadap kelarutan kepada teman-temannya.

2. Fase Organize

Kegiatan keterangan

Kegiatan Guru

a. Guru menanyakan pertanyaan

“Apabila masing masing 0,5 garam CaCO3 dilarutkan dengan 50 mL aquades dan 50 mL larutan Ca(OH)2 0,1 M, pada larutan manakah jumlah


(64)

73

Kegiatan keterangan

garam CaCO3 banyak terlarut?”

“Apabila garam Ba(OH)2 dilarutkan dengan 50 mL akuades dan 50 mL larutan NaOH 0,1 M, pada larutan manakah jumlah garam Ba(OH)2 banyak terlarut?”

b. Guru membimbing siswa melakukan percobaaan efek ion senama

c. Guru mengarahkan siswa untuk menemukan pengaruh ion senama terhadap kelarutan

d. Guru memberi penguatan kesimpulan hasil diskusi. Kegiatan siswa

a. Siswa mengumpulkan data melalui percobaan

b. Siswa melakukan percobaan dengan teliti, dan bertanggungjawab. c. Siswa menganalisis data hasil percobaan.

d. Siswa menganalisis data percobaan secara teliti, jujur, dan

bertanggungjawab dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

e. Siswa melakukan diskusi (mengemukakan pendapat dan siswa lain mendengarkan dengan baik) dan bekerjasama dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS.

f. Siswa membuat kesimpulan dari hasil analisis data secara teliti, jujur, dan bertanggungjawab.

g. Setelah membuat kesimpulan, salah satu kelompok mengkomunikasikan (mengemukakan pendapat) tentang hasil percobaan dan diskusi kelompok yang telah mereka lakukan di depan kelas dan siswa yang lain

mendengarkan dengan baik.

3. Fase Reflect dan Extend

Kegiatan keterangan

Fase reflecting Kegiatan guru

a. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan refleksi pembelajaran dengan cara memberikan pertanyaan reflektif

b. Melakukan tanya jawab antara guru dengan siswa untuk mengetahui tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran.

Kegiatan siswa

a. Siswa menuliskan pada lembar reflektif


(1)

135

4 Penutup

1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.

2. Guru memberikan tugas mandiri

√ √

√ √ 5 Manajemen kelas

1. Pengelolaan waktu 2. Penggunaan bahasa 3. Respon terbuka terhadap siswa

√ √

√ √√

Materi Pokok : kelarutan dan hasil kali kelarutan Sub Materi Pokok : hubungan kelarutan dan Ksp Pertemuan : 2

Petunjuk :

Berikut daftar pengelolaan kegiatan belajar berdasarkan prinsip pembelajaran melalui pembelajaran CORE yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan penilaian Anda dengan memberi tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.

No Aspek Yang Diamati Dilakukan Penilaian Ya Tidak 1 2 3 1 Persiapan mengajar

1. Silabus

2. Menyusun RPP

√ √√

2 Pendahuluan

1. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran 2. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk sesuai kelompoknya dan membagikan LKS kepada siswa

√ 3 Kegiatan inti

1. Guru mengajukan pernyataan yang bertujuan untuk memunculkan masalah dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

2. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pembelajaran yang ada.

3. Guru meminta siswa untuk menggungkapkan gagasan

4. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.

5. Guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin bertanya dan guru menjawab pertanyaan yang

√ √

√ √

√ √


(2)

136

diajuakan siswa.

Guru memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.

√ √

√ √

4 Penutup

Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.

√ √

5 Manajemen kelas Pengelolaan waktu Penggunaan bahasa

Respon terbuka terhadap siswa

√ √

√ √√

Materi Pokok : kelarutan dan hasil kali kelarutan Sub Materi Pokok : ion senama

Pertemuan : 3 Petunjuk :

Berikut daftar pengelolaan kegiatan belajar berdasarkan prinsip pembelajaran melalui pembelajaran CORE yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan penilaian Anda dengan memberi tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.

No Aspek Yang Diamati Dilakukan Penilaian Ya Tidak 1 2 3 1 Persiapan mengajar

1. Silabus

2. Menyusun RPP

√ √√

2 Pendahuluan

1. Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran 2. Guru mengkondisikan siswa

untuk duduk sesuai

kelompoknya dan membagikan LKS kepada siswa

√ √

√ √ 3 Kegiatan inti

1. Guru mengajukan pernyataan yang bertujuan untuk

memunculkan masalah dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

2. Guru meminta siswa untuk menggungkapkan gagasan. 3. Guru meminta siswa untuk

√ √

√ √


(3)

137

berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pembelajaran yang ada.

4. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.

5. Guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin bertanya dan guru menjawab pertanyaan yang diajuakan siswa.

6. Guru memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.

√ √

√ √ 4 Penutup

1. Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.

2. Guru memberikan tugas mandiri √ √

√ √ 5 Manajemen kelas

1. Pengelolaan waktu 2. Penggunaan bahasa

3. Respon terbuka terhadap siswa √ √ √

√ √ √ Materi Pokok : kelarutan dan hasil kali kelarutan

Sub Materi Pokok : pengaruh asam dan basa terhadap kelarutan Pertemuan : 4

Petunjuk :

Berikut daftar pengelolaan kegiatan belajar berdasarkan prinsip pembelajaran melalui pembelajaran CORE yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan penilaian Anda dengan memberi tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.

No Aspek Yang Diamati Dilakukan Penilaian Ya Tidak 1 2 3 1 Persiapan mengajar

 Silabus

 Menyusun RPP

√ √√

2 Pendahuluan

 Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran  Guru mengkondisikan siswa

untuk duduk sesuai

kelompoknya dan membagikan LKS kepada siswa

√ √

√ √ 3 Kegiatan inti

 Guru mengajukan pernyataan yang bertujuan untuk

memunculkan masalah dan mengembangkan rasa ingin tahu


(4)

138

siswa.

 Guru meminta siswa untuk menggungkapkan gagasan  Guru meminta siswa untuk

berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pembelajaran yang ada.

 Guru meminta siswa untuk memberikan hipotesis awal dari permasalahan yang telah

dikemukakan.

 Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.

 Guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin bertanya dan guru menjawab pertanyaan yang diajuakan siswa.

 Guru memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.

√ √

√ √

√ √

4 Penutup

 Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.

 Guru memberikan tugas mandiri √ √

√ √ 5 Manajemen kelas

 Pengelolaan waktu  Penggunaan bahasa

 Respon terbuka terhadap siswa √ √ √

√ √ √ Materi Pokok : kelarutan dan hasil kali kelarutan

Sub Materi Pokok : perkiraan pengendapan Pertemuan : 5

Petunjuk :

Berikut daftar pengelolaan kegiatan belajar berdasarkan prinsip pembelajaran melalui pembelajaran CORE yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan penilaian Anda dengan memberi tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.

No Aspek Yang Diamati Dilakukan Penilaian Ya Tidak 1 2 3 1 Persiapan mengajar

 Silabus

 Menyusun RPP

√ √√

2 Pendahuluan

 Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran


(5)

139  Guru mengkondisikan siswa

untuk duduk sesuai kelompoknya dan membagikan LKS kepada siswa

√ √

3 Kegiatan inti

 Guru mengajukan pernyataan yang bertujuan untuk memunculkan masalah dan mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

 Guru meminta siswa untuk berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber pembelajaran yang ada.

 Guru meminta siswa untuk menggungkapkan gagasan.

 Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS.

 Guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin bertanya dan guru menjawab pertanyaan yang diajuakan siswa.

 Guru memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.

√ √

√ √

4 Penutup

 Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan.

 Guru memberikan tugas mandiri

√ √

√ √ 5 Manajemen kelas

 Pengelolaan waktu  Penggunaan bahasa  Respon terbuka terhadap siswa

√ √ √

√ √ √ Keterangan :

1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik

Bandarlampung, Mei 2013 Observer


(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGEMUKAKAN HIPOTESIS DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

0 12 51

EFEKTIVTAS MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENDEFINISIKAN DAN MENARIK KESIMPULAN PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

2 9 50

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN

0 12 45

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYATAKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT DAN NEGASI

0 10 41

Analisis Keterampilan Memprediksi dan Mengkomunikasikan Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

0 7 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 45

PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 12 47

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 36

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI LABORATORIUM TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SISWA SMA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 41

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

3 17 14