EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI

DAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI

Oleh

ESTI NUNGGAL SARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

Esti Nunggal Sari

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI

DAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI Oleh

ESTI NUNGGAL SARI

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran learning cycle 5E ( LC 5E) dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep laju reaksi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA MAN Poncowati tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 173 siswa dan tersebar dalam 5 kelas. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, dan diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen yang mengguna-kan model pembelajaran LC 5E dan kelas XI IPA2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen dengan Non Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran LC 5E ditunjukkan dengan uji-t dari N-gain yang signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata N-gain keterampilan inferensi kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,67 dan 0,44; t’hitung (5,515) > ttabel (1,698). Rata-rata N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 0,58 dan 0,46; thitung (2,06) > ttabel (1,6622). Dengan demikian didapat bahwa keterampilan inferensi dan penguasaan konsep laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Dan dapat


(3)

disimpulkan bahwa model pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep laju reaksi.

Kata kunci: model pembelajaran LC 5E, keterampilan inferensi dan penguasaan konsep


(4)

(5)

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Efektivitas Pembelajaran ... 5

B. Pembelajaran Konstruktivisme ... 5

C. Learning Cycle……… ... 7

D. Keterampilan Proses Sains ... .. 9

E. Keterampilan Inferensi ... 11

F. Penguasaan Konsep ... 11

G. Pembelajaran Konvensional ... 13

H. Kerangka Pikir ... 13


(7)

vii

J. Hipotesis Umum ... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Populasi dan Sampel Penelitian ……….………. 16

B. Jenis dan Sumber Data ... 17

C. Desain dan Metode Penelitian ... 17

D. Jenis dan Variabel Penelitian ... 18

E. Instrumen Penelitian... 19

F. Pelaksanaan Penelitian ... 19

G. Teknik Analisis Data ... 21

1. Gain ternormalisasi ... 21

2. Uji normalitas ... 21

3. Uji homogenitas dua varians ... 22

4. Pengujian Hipotesis ... 22

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 25

B. Pembahasan ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen ……… 46

2. RPP Kelas Eksperimen ………... 52

3. Lembar Kerja Siswa Kelas ………. 68


(8)

viii

5. Soal Pretes ………. 114

6. Soal Postes ………. 118

7. Pedoman Penskroran Pretest ... 123

8. Pedoman Penskroran Posttest ... 127

9. Perhitungan dan Analisis Data ……… ... 131

10.Lembar Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 181


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pem-belajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. (Arini Mariana :2012).

Mata pelajaran Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam cabang sains yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kimia berkaitan dengan cara mengkaji sains melalui konsep secara sistematis, dan fakta yang diperoleh me-lalui proses penemuan. Mata pelajaran ini menekankan pada pemberian pe-ngalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai alam sekitar secara ilmiah. Seperti halnya saat melarutkan gula dalam air panas, gula akan lebih cepat larut dalam air panas. Proses ini sangat dipengaruhi oleh salah satu faktor dalam laju reaksi yaitu suhu. Seharusnya mata pelajaran kimia dapat dianggap mudah dengan cara tersebut. Namun pada kenyataan disekolah MAN Lampung Tengah, guru tidak melibatkan alam sekitar untuk memahami mata pelajaran ini. Sehingga mata pelajaran ini masih dianggap sulit bagi siswa.


(10)

2

Pembelajaran kimia di sekolah selama ini hanya menghafal konsep dan kurang mengusai proses memperoleh dan menerapkan konsep tersebut. Karenanya, pembelajaran kurang menarik dan muncul kejenuhan siswa dalam belajar. Pada proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya melibatkan siswa sebagai pencatat, penghafal dan pembelajaran seolah-olah hanya terjadi di dalam sekolah tanpa adanya keterkaitan dengan lingkungan di sekitar mereka. Contohnya saat siswa dimita menghafal pengertian laju reaksi dan faktor- faktor yang mem-pengaruhi laju reaksi. Akibatnya nilai mata pelajaran kimia siswa rendah. Oleh karena itu perlu dipelajari cara mengatasi masalah tersebut.

Materi pokok laju reaksi merupakan materi yang menyajikan fakta-fakta tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya obat sakit maag (lambung) dianjurkan agar dikunyah lebih dulu sebelum ditelan, hal ini bertujuan supaya obat maag cepat larut dalam lambung, proses ini disebutkan dalam faktor- faktor laju reaksi. Oleh karena itu dalam mempelajarinya siswa harus mampu mendeskripsikan konsep-konsep materi yang ada dalam pelajaran tersebut. Hasil penelitian Ika Novianawati (2009) diperoleh bahwa model siklus belajar empiris- induktif (SBEI) mampu meningkatan keterampilan on task dan penguasa-an konsep siswa pada materi laju reaksi. Disamping itu pada model LC 5E telah dilakukan penelitian oleh Devi Kartika Sari (2012) di peroleh bahwa rata- rata penguasaan konsep siswa pada model pembelajaran LC 5E lebih tinggi diban-dingkan dengan SBEI pada materi pokok reaksi reduksi- oksidasi.


(11)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini akan mendiskripsikan “Efektivitas Model Pembelajaran LC 5E Untuk Mening-katkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Laju Reaksi”. B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah model pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa dan penguasaan konsep pada materi pokok laju reaksi?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5E dalam meningkatkan :

(1) Keterampilan inferensi pada materi pokok laju reaksi (2) Penguasaan konsep pada materi pokok laju reaksi

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

(1) Guru dalam memilih model pembelajaran kimia khususnya pada pem-belajaran laju reaksi

(2) Siswa supaya mendapatkan pengalaman belajar yang baru sehingga

diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa dalam materi laju reaksi


(12)

4

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah :

(1) Efektivitas model pembelajaran LC 5E pada penelitian ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

(2) Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini digunakan di MAN Poncowati.

(3) Model pembelajaran LC 5E merupakan model pembelajaran yang disusun berdasarkan 5 tahap pembelajaran, yaitu: engagement phase (persiapan/ pendahuluan), exploration phase (eksplorasi), explaination phase (penjelasan konsep), elaboration phase (penerapan konsep) , dan evaluation phase

(evaluasi).

(4) Penguasaan konsep laju reaksi dilihat dari nilai siswa pada materi pokok laju reaksi yang diperoleh melalui pre test dan post test .

(5) Indikator keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan inferensi meliputi mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi

(6) Lembar Kerja Siswa (LKS) berisi tentang prosedur dan pertanyaan-pertanyaan yang membantu keterampilan inferensi siswa pada model pembelajaran LC 5E.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), defenisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat dari usaha atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan (Satria, 2005).

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) yaitu :

“ model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah

pembelajaran (N-gain yang signifikan)”.

B. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Sagala (2010) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasil-nya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi penge-tahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan


(14)

6 untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih mene-kankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasi-kan dan menghubungmengasimilasi-kan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2009).

Menurut Slavin dalam Trianto (2011) teori pembelajaran konstruktivisme: merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi

pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Setiap pendekatan pembelajaran tentunya memiliki karakteristik dan prinsip ter-sendiri, adapun prinsip-prinsip konstruktivisme (Suparno, 1997), diantaranya yaitu: 1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa;


(15)

C. Learning Cycle

Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan, 2009). LC merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (phase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Model LC termasuk kedalam pendekatan kontruk-tivisme karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pemahamannya.

Menurut Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007), LC pada mulanya terdiri dari 3 phase (3 tahap) , yaitu eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application). Pada tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005).

Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh tahap berikutnya, tahap pengenalan konsep (concept intro-duction). Pada tahap ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep- konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru


(16)

8 dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti

menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada tahap terakhir, yakni aplikasi konsep (concept application), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari menurut Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007)

Tahapan dalam LC 5 phase adalah sebagai berikut: 1. Engagement phase (Tahap persiapan)

Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar terkondisi dalam me-nempuh tahap berikutnya, dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya mis-konsepsi pada pembelajaran sebelumnya. Pada tahap ini minat dan keingin-tahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibang-kitkan. Pada tahap ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. 2. Exploration phase (Tahap Eksplorasi)

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi,


(17)

melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

3. Explaination phase (Tahap Penjelasan) Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini siswa menemukan istilah-istilah baru dari konsep yang dipelajari.

4. Elaboration phase (Tahap Penerapan Konsep) Pada tahap ini, siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. 5. Evaluation phase (Tahap Evaluasi)

Pada tahap akhir dilakukan evaluasi terhadap efektifitas tahap-tahap sebelum-nya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut.

D. Keterampilan Proses Sains

Menurut Depdikbud dalam Dimyati (2006) pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan

mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.

Menurut Djamarah (2010) keterampilan proses sains bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa menyadari, memahami dan menguasai


(18)

10 rangkaian bentuk kegiatan yang berhubungan dengan hasil belajar yang telah dicapai siswa.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari: 1. Keterampilan dasar (basic skills), meliputi mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.

2. Keterampilan terintegrasi (integrated skills), meliputi mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, mengidentifikasi variabel secara operasional serta merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen

Menurut Djamarah (2010) kegiatan keterampilan proses sains dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Bentuk pelaksanaan kegiatan keterampilan proses sains dasar

Keterampilan Dasar Kegiatan

Mengamati (Observasi)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses melihat, mendengar, merasa (kulit meraba), mencium/membau, mencicip/mengecap, mengukur, dan menggumpulkan data/informasi. Mengelompokkan

(Klasifikasi)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses mencari persamaan, perbedaan, memban-dingkan, mengkontraskan, menggolongkan dan

mengelompokkan. Menafsirkan

(Interpretasi)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses menaksir, memberi arti, mencari hubungan antar dua hal (misalnya ruang/waktu), dan menemukan pola.


(19)

Keterampilan Dasar Kegiatan Meramalkan

(Memprediksi)

Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses mengantisipasi (berdasarkan kecenderu-ngan/pola/hubungan antar data/hubungan antar

informasi).

Inferensi Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan,

menginterpretasi data dan informasi.

Mengkomunikasikan Anak didik dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses berdiskusi, mendeklamasikan, bertanya, melaporkan data dalam bentuk lisan, tulisan, dan gambar.

E. Keterampilan Inferensi

Inferensi adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan fakta hasil serangkaian observasi. Dengan demikian inferensi harus berdasarkan pada

observasi langsung. Apabila observasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih panca indera, maka inferensi adalah penafsiran atau penjelasan terhadap hasil observasi tersebut (Soetardjo dan Soejitno, 1998).

F. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep


(20)

12 juga merupakan suatu upaya pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa dituntut untuk menguasai materi- materi pelajaran selanjutnya.

Menurut Dahar (1998), konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mem-punyai atribut yang sama.

Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan ling-kungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep- konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajar-kan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin (Suparno, 1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat


(21)

menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

G. Pembelajaran Konvensional

Menurut Sudaryo (1990) bahwa secara konvensional mengajar diartikan sebagai upaya penyampaian atau penanaman pengetahuan pada anak. Dalam pengertian ini anak sebagai obyek yang sifatnya pasif, pengajaran berpusat pada guru (teacher oriented) dan guru memegang peranan utama dalam proses pembelajaran.

Roy Killen dalam Wina Sanjaya (2010) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dalam hal ini pendekatan konvensional dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches).

H. Kerangka Pikir

Efektivitas yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap efektivitas siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan efektivitas model LC 5E dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep laju reaksi pada MAN Poncowati. Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya adalah keterampilan inferensi dan penguasaan konsep laju


(22)

14 reaksi (Y). Data diambil dari dua kelas, satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

menerapkan pembelajaran LC 5E dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

Masing-masing kelas diberi pretest yang sama dari materi laju reaksi. Soal pretest yang diberikan disusun dalam dua bagian untuk mengungkap keterampilan proses sains siswa dan penguasaan konsep dengan model pembelajaran yang mereka alami sebelumnya.

Model pembelajaran konvensional memiliki beberapa kelebihan antar lain, lebih mudah direncanakan, siswa juga dapat secara cepat memperoleh informasi dari gurunya dalam proses pembelajaran, latihan soal pada pembelajaran konvensional dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, dapat

merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar, namun pembelajaran konvensional cenderung membosankan karena hanya menekankan pada penerimaan konsep sehingga siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan sains siswa. Siswa lebih cenderung menghafal materi, bukan memahami. Selain itu, siswa menjadi pasif dalam pembelajaran karena guru lebih mendominasi. Pembelajaran LC 5E memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat meningkat-kan motivasi belajar karena siswa dilibatmeningkat-kan secara aktif dalam proses

pembelajaran dalam artian siswa lebih mendominasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki, mem-bantu mengembangkan sikap ilmiah siswa sehingga tidak hanya penguasan konsep siswa yang ditingkatkan namun kemampuan ilmiah atau sains akan


(23)

meningkat sehingga dari kemampuan sains ini siswa dapat mengintegrasikan teori dan praktek yang memungkinkan mereka menggabungkan pengetahuan lama dan baru, dimana pada akhirnya memotivasi guru dan siswa untuk belajar, pembela-jaran menjadi lebih bermakna karena pembelapembela-jaran dilakukan secara bertahap dimulai dari engagement, pada tahap persiapan.

I. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa siswi kelas XI semester ganjil MAN Poncowati tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain (diluar yang diteliti) yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester ganjil MAN Poncowati tahun pelajaran 2012/2013 diabaikan.

J. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

a. Model Pembelajaran LC 5E lebih efektif dalam meningkat keterampilan inferensi pada materi pokok laju reaksi

b. Model Pembelajaran LC 5E lebih efektif dalam meningkatkan peguasaan konsep pada materi pokok laju reaksi


(24)

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati Terbanggi Besar tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 173 siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4 dan XI IPA 5. 2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama. Dalam penelitian ini diambil sebagian dari populasi yang akan dijadikan sampel, yaitu dua kelas dari lima kelas yang ada. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol dengan latar belakang kemampuan akademik sama yang dilihat dari nilai pada materi sebelum-nya. Dua kelas tersebut antara lain kelas XI IPA I dan kelas XI IPA 2, kemudian ditentukan kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol.


(25)

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari pretest dan posttest.

2. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu : a. Data primer yang meliputi :

2.1. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol 2.2. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen b. Data sekunder yang meliputi :

Lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa 2. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, digunakan metode tes untuk memperoleh data nilai keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode tes yang digunakan adalah pretest dan posttest.

C. Desain dan Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group desain yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan nilai pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest Kelas eksperimen O1 X1 O2


(26)

18

Keterangan:

X1: Pembelajaran menggunakan LC 5E

X2: Pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional O1: Pretest yang diberikan sebelum perlakuan

O2: Posttest yang diberikan setelah perlakuan 2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode tes. Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut posttest.

D. Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design. Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran LC 5E terhadap keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi laju reaksi dari siswa MAN Poncowati. Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model yang digunakan, yaitu model pembelajaran LC 5E dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat adalah keteram-pilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi laju reaksi dari siswa MAN Poncowati.


(27)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanakan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah

1. Pada kelas eksperimen ada 5 LKS dengan model pembelajaran LC 5E. pada kelas kontrol menggunakan LKS biasa.

2. Kedua kelas memiliki rencena pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. 3. Soal pretest dan posttest yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda, 5 soal

essay untuk mengukur keterampilan proses sains siswa khususnya keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, yaitu di MAN Poncowati Terbanggi Besar.

2. Menentukan populasi dan sampel. Populasi yaitu kelas XI IPA MAN Poncowati Terbanggi Besar sedangkan sampel yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 MAN Poncowati Terbanggi Besar.

3. Mempersiapkan instrumen yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas. Yaitu, silabus, RPP, kisi- kisi soal, soal pretest- posttest dan LKS eksperimen.


(28)

20

5. Melaksanakan pretest di kedua kelas.

6. Pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas dengan

pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran LC 5E dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

7. Pelaksanaan posttest di kedua kelas.

8. Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian. 9. Penarikan kesimpulan.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

3.

Gambar 1. Alur pelaksanaan penelitian Observasi pendahuluan

Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Kelas Kontrol Pembelajaran Konvensional

Pretest

Kelas Eksperimen LC 5 E

Posttest

Analisis Data

Kesimpulan Validasi instrumen Menentukan Populasi


(29)

G. Teknik Analisis Data 1. Uji N-gain

Untuk mengetahui kenormalan kedua model pembelajaran terhadap konsep laju reaksi siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Rumus N-gain (g) ternormalisasi menurut Meltzer (2002) adalah sebagai berikut:

N- gain =

2. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok ter-distribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah mema-kai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : data berdistribusi normal H1 : data tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2

) dengan rumus

Keterangan : χ2

= uji Chi- kuadrat Ei = frekuensi observasi Oi = frekuensi harapan


(30)

22

Data akan berdistribusi normal jika χ2

hitung≤ χ2 tabel dengan taraf signifikan 5 % (Sudjana, 2002).

3. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)

Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah :

H0 : Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1 : Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen. 2 2 2 1 s s F dengan Keterangan:

F = kesamaan varian s12 = varians yang besar s22 = varians yang kecil

Dengan kriteria uji adalah tolak H0 jika pada taraf nyata 5%.

4. Uji hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).


(31)

H0 : Rata- rata N-gain keterampilan inferensi dengan model LC 5E lebih kecil atau sama dengan rata- rata N-gain keterampilan inferensi dengan pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi.

H0 : µ1x≤ µ2x

H1 : Rata- rata N-gain keterampilan inferensi dengan model pembelajaran LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain keterampilan inferensi dengan

pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi. H1 : µ1x > µ2x

Hipotesis kedua (penguasaan konsep):

H0 : Rata- rata N-gain penguasaan konsep dengan model LC 5E lebih kecil atau sama dengan rata- rata N-gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi.

H0 µ1y ≤ µ2y

H1 :Rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan model LC 5E lebih tinggi dari-pada rata- rata N-gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensio-nal pada materi laju reaksi.

H1 µ1y > µ2y Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok laju reaksi pada kelas yang diterapkan model LC 5E

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok laju reaksi pada kelas dengan pembelajaran konvensional


(32)

24

y : penguasaan konsep

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12 = σ22

), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jika varians kedua kelas sama, maka rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

= nilai rata-rata kelas eksperimen = Simpangan baku gabungan = nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen = Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya. dk = (n1 + n2 – 2) α = 0,05


(33)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran LC 5E:

1. Efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi laju reaksi.

2. Efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Agar model pembelajaran LC5E berjalan efektif, hendaknya guru dapat menguasai kelas, dan dapat mengelola waktu dengan baik sehingga dalam proses pembelajaran menjadi maksimal dan efisien.

2. Model pembelajaran LC5E dapat dipakai sebagai alternatif model

pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok laju reaksi dan materi lain dengan karakteristik yang sama


(34)

44

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Dahar, R.W. 1998. Teori- teori belajar. Erlangga. jakarta

Dasna, I. W. 2005. Kajian Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Dalam Pembelajaran Kimia. Makalah seminar Nasional MIPA dan

Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka

Cipta. Jakarta.

Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Hirawan, I. K. A. 2009. Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Diakses 25 Agustus 2009 dari http://16315603-model-siklus-belajar.pdf.

Meltzer, David E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ìhidden Variableî In Diagnostic Pretest Scores. Ames: Department of Physics and Astronomy, Iowa State University.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.

Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jak arta. Semiawan, Cony. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sudaryo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. IKIP Semarang Press. Semarang.


(35)

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Wicakson, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 2 April 2008. 2 Juli 2011


(1)

Data akan berdistribusi normal jika χ2

hitung≤ χ2 tabel dengan taraf signifikan 5 % (Sudjana, 2002).

3. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)

Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah :

H0 : Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1 : Data N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

2 2 2 1

s s F

dengan

Keterangan:

F = kesamaan varian s12 = varians yang besar s22 = varians yang kecil

Dengan kriteria uji adalah tolak H0 jika pada taraf nyata 5%.

4. Uji hipotesis penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).


(2)

H0 : Rata- rata N-gain keterampilan inferensi dengan model LC 5E lebih kecil atau sama dengan rata- rata N-gain keterampilan inferensi dengan pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi.

H0 : µ1x≤ µ2x

H1 : Rata- rata N-gain keterampilan inferensi dengan model pembelajaran LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata N-gain keterampilan inferensi dengan

pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi. H1 : µ1x > µ2x

Hipotesis kedua (penguasaan konsep):

H0 : Rata- rata N-gain penguasaan konsep dengan model LC 5E lebih kecil atau sama dengan rata- rata N-gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional pada materi laju reaksi.

H0 µ1y ≤ µ2y

H1 :Rata-rata N-gain penguasaan konsep dengan model LC 5E lebih tinggi dari-pada rata- rata N-gain penguasaan konsep dengan pembelajaran konvensio-nal pada materi laju reaksi.

H1 µ1y > µ2y

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok laju reaksi pada kelas yang diterapkan model LC 5E

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok laju reaksi pada kelas dengan pembelajaran konvensional


(3)

y : penguasaan konsep

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12 = σ22

), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jika varians kedua kelas sama, maka rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

= nilai rata-rata kelas eksperimen = Simpangan baku gabungan

= nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen

= Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya. dk = (n1 + n2 – 2) α = 0,05


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran LC 5E:

1. Efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi laju reaksi.

2. Efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Agar model pembelajaran LC5E berjalan efektif, hendaknya guru dapat menguasai kelas, dan dapat mengelola waktu dengan baik sehingga dalam proses pembelajaran menjadi maksimal dan efisien.

2. Model pembelajaran LC5E dapat dipakai sebagai alternatif model

pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok laju reaksi dan materi lain dengan karakteristik yang sama


(5)

44

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta. Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Dahar, R.W. 1998. Teori- teori belajar. Erlangga. jakarta

Dasna, I. W. 2005. Kajian Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Dalam Pembelajaran Kimia. Makalah seminar Nasional MIPA dan

Pembelajarannya. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. 5 September 2005.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka

Cipta. Jakarta.

Fajaroh dan Dasna. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Hirawan, I. K. A. 2009. Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Diakses 25 Agustus 2009 dari http://16315603-model-siklus-belajar.pdf.

Meltzer, David E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ìhidden Variableî In Diagnostic Pretest Scores. Ames: Department of Physics and Astronomy, Iowa State University.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.

Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jak arta. Semiawan, Cony. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sudaryo. 1990. Strategi Belajar Mengajar. IKIP Semarang Press. Semarang.


(6)

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Wicakson, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 2 April 2008. 2 Juli 2011