SELEKSI METODA EKSTRAKSI KURKUMINOID UNTU MENENTUKAN KUALITAS RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Selection method of curcuminoid extraction to determine the quality of Temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
SELEKSI METODA EKSTRAKSI KURKUMINOID UNTU MENENTUKAN KUALITAS
RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Selection method of curcuminoid extraction to determine the quality of
Temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
- * * ** * *
- *
Budhi Santoso , Syofi Rosmalawati , Prasetyawan Yunianto , Anis Herliyati M , dan Suparjo
- ** Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT,
- Rata-rata dari injeksi duplo Tabel 3. Persentase (w/v) komposisi kurkuminoid berdasarkan ekstraksi saker horisontal, partisi, dan pere- busan dari temulawak aksesi Bogor dengan HPLC *
- * Ekstrak Kurkumin Demetoksi kurkumin Bisdemetoksi-
- Rata-rata dari injeksi duplo
Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, BPPT Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15314, Banten
ABSTRAK
Telah dilakukan ekstraksi kurkuminoid dari rimpang Curcuma xanthorrhiza dengan berbagai perlakuan. Be-
berapa parameter ekstraksi seperti ukuran serbuk rimpang, jenis pelarut, suhu, dan lama ekstraksi telah di-
tentukan oleh peneliti dengan berbagai konsentrasi kurkuminoid. Sedangkan metode ekstraksi yang cepat
dan standar yang diperlukan dalam menentukan kualitas dari rimpang C. xanthorrhiza diperlukan untuk
standarisasi bahan baku obat tradisional. Secara umum, penggunaan rimpang Curcuma dalam industri jamu
tradisional, ekstraksi dengan air melalui proses perebusan sangat umum digunakan. Penelitian ini dilakukan
ekstraksi rimpang Curcuma dengan beberapa jenis pelarut yaitu air, metanol, etil asetat, butanol, dan heksana
dengan metode ekstraksi direbus, partisi dan pengocok horisontal. Tingkat senyawa kurkuminoid pada anali-
sis HPLC menunjukkan bahwa ekstraksi dengan pelarut etil asetat dengan metode shaker horisontal meng-
hasilkan kandungan kurkuminoid tertinggi dibandingkan dengan metode dan pelarut lain. Metode ekstraksi
dengan pengocok horisontal selama 60 menit dengan menggunakan heksana dapat digunakan untuk menen-
tukan kualitas rimpang Curcuma dengan cepat dan efisien. Hasil analisis HPLC terhadap kadar kurkuminoid
dari ekstrak Curcuma dengan metode mendidih sangat rendah, hal itu mungkin karena perubahan kurkumin
menjadi senyawa lain seperti asam vanilat dan asam ferulat.Kata kunci: ekstraksi, temulawak, kurkuminoid, asam vanillin, dan asam ferulat.
ABSTRACT
Extraction of curcuminoid from Curcuma xanthorrhiza rhizome with a variety of treatments has been carried
out. Several methods of parameter extraction such as rhizome powder size, type of solvent, temperature, and du-
ration of the extraction have been determined by researchers with numerous of different curcuminoid concentra-
tion. While, rapid extraction method and the standard required are needed in determining the quality of Curcuma
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Volume 5, No. 2, Desember 2012 Budhi Santoso, Syofi Rosmalawati, Prasetyawan Yunianto, Anis Herliyati M, dan Suparjo
xanthorrhiza rhizome for the standarization of traditional pharmaceutical raw materials. In general, the use of
Curcuma rhizome in traditional herbal medicine industry, extraction with water through the boiling process is
very common. This research was conducted on the extraction of Curcuma rhizome with several types of solvents,
namely water, methanol, ethyl acetate, butanol, and hexane with extraction method were boiled, partition, and
horizontal shaker. The levels of curcuminoid compound on HPLC analysis showed that the ethyl acetat solvent
extraction with the horizontal shaker had highest curcuminoid content compare to other methods and solvents.
Extraction method by horizontal shaker for 60 minutes using hexane could be used to determine the quality of
Curcuma rhizome quickly and efficiently. The results of HPLC analysis of curcuminoid level from Curcuma extract
by boiling method was very low, this was possible because of changes in the curcumin into other compounds such
as vanillic acid, and ferulic acid.Key words: extraction, temulawak, curcuminoid, vanillin acid, and ferulic acid.
PENDAHULUAN
Khasiat temulawak sebagai obat telah teruji baik secara empiris maupun klinis. Temulawak telah banyak diteliti mempunyai khasiat sebagai obat beberapa jenis penyakit infeksi maupun kanker. Beberapa aktivitas biologis rimpang temulawak diketahui sebagai antiokidan dan mengatasi inflamasi (Seung dkk., 2005), sebagai immunostimulan (Elfahmi dan Elin, 2009; Ah-Jin dkk., 2007), antikanker, anti jamur candida dan anti bakteri patogen mulut (Park dkk., 2003; Rukayadi dkk., 2006), sebagai komponen pengatur haid dan mengatasi keputihan (Nurendah dkk., 1996; Sugita, 2008), sebagai bahan kosmetik (Dzulkarnain dan Wahjoedi, 1996), dan membantu dalam recovery penyakit (Sembiring dkk., 2006).
Rimpang temulawak banyak digunakan sebagai bahan baku utama obat-obatan karena kandungan senyawa aktifnya. Senyawa utama yang diketahui mempunyai efek sebagai obat diantaranya kurkumin dan xantorizol. Kandungan utama rimpang temulawak terdiri dari senyawa pati 48-54%, kurkuminoid ±3%, dan senyawa atsiri 3-12%. Sementara itu senyawa kurkuminoid terdiri atas tiga (3) senyawa utama yaitu, kurkumin ±77%, demetoksikurkumin ±18%, dan bisdemetoksikurkumin ±5% (Rukayadi dkk., 2006).
Berbagai perlakuan ekstraksi kurkumin dari rimpang temulawak telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Metode dua kali ekstraksi dengan parameter ukuran (mesh) rimpang, perbandingan pelarut, perbandingan temperatur, dan lama waktu ekstraksi dapat menghasilkan konsentrasi kurkuminoid yang berbeda-beda berkisar antara 15-32% w/v (Darusman dkk., 2009; Sugita dkk., 2008; Syafitri dkk., 2008). Metode ekstraksi kunyit atau tumeric dengan dua kali ekstraksi untuk determinasi kurkuminoid yaitu dengan metode Soxhlet ekstraktor menggunakan heksan selama 30 menit dan kemudian diekstraksi ulang dengan metanol selama 120 menit dinilai cukup efektif (Jayaprakasha dkk., 2002).
Metode lain dilaporkan oleh Jayaprakasha dkk. (2002) dengan cara mengisolasi senyawa kurkuminoid dari sediaan curcumin-removed
Volume 5, No. 2, Desember 2012
SELEKSI METODA EKSTRAKSI KURKUMINOID UNTU MENENTUKAN KUALITAS RIMPANG TEMULAWAK ( Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Selection method of curcuminoid extraction to determine the quality of Temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) turmeric oleoresin (CRTO) menggunakan kolomsilika gel yang dielusidasi dengan larutan heksan kemudian menggunakan larutan benzene and etil konsentrasi yaitu, 82:18 v/v ; 70:30 v/v ; 58:42 v/v. Hasil analisis HPLC dari empat aksesi Salem, Mysore, Erode, dan Balasore menunjukkan bahwa senyawa kurkuminoid tertinggi dicapai oleh aksesi Salem 9,18% disusul kemudian masing- masing oleh aksesi Erode 9,11%, Balasore 7,10%, dan Mysore 2,34%. Sedangkan untuk senyawa kurkumin yang tertinggi dicapai oleh Balasore 5,65%, Salem 4,14%, Erode 4,00%, dan Mysore 1,06%. Senyawa demetoksikurkumin masing- masing adalah Erode 3,36%, Salem 2,88%, Mysore 0,86%, dan 0,83%; dan bisdemetoksi- kurkumin Salem 2,16%, Erode 1,75%, Balasore 0,62%, dan Mysore 0,42%.
Ekstraksi serbuk temulawak dengan ukuran 40 dan 60 mesh yang diekstrak selama 4, 6, dan 8 jam menggunakan pelarut alkohol 70 %, dibiarkan selama 24 jam, selanjutnya ekstrak disaring dan diuapkan sehingga dihasilkan ekstrak kental. Hasil analisis kurkumin menggunakan HPLC, menunjukkan bahwa kadar kurkumin yang terdapat dalam ekstrak kental berkisar antara 1,34-2,88%. Kadar kurkumin tertinggi dihasilkan pada kehalusan serbuk 40 mesh dan ekstraksi selama 4 jam (Sembiring dkk., 2006).
Pada umumnya, pemanfaatan rimpang temulawak di industri jamu tradisional, dilakukan ekstraksi dengan menggunakan air melalui proses perebusan (digodog). Sementara itu, proses pemanasan dapat merubah struktur dan komponen bioaktif pada kurkumin, kapsaisin dan piperin dari kunyit (Curcuma longa), red pepper (Capsicum annuum) dan black pepper (Piper
nigrum) (Suresh dkk., 2009). Hasil penelitian
dapat merubah struktur kimia kurkumin menjadi senyawa-senyawa lain yaitu asam ferulat, vanillin, dan asam vanilat. Analisis profil kandungan senyawa kurkumin dari ekstrak temulawak yang direbus perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi penurunan atau perubahan dari senyawa kurkumin.
Determinasi dan kuantifikasi kurkminoid (kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin) menggunakan HPLC telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun masih menghasilkan konsentrasi yang berbeda- beda. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya sumber tanaman, metode ekstraksi dan analisis, serta keragaman genetiknya.
Sementara itu, kebutuhan metoda ekstraksi yang cepat dan baku diperlukan dalam menentukan kualitas rimpang temulawak untuk standarisasi bahan baku obat. Untuk mengetahui kandungan senyawa aktif kurkuminoid dari rimpang temulawak diperlukan metode analisis kimia yang efektif dan efisien, sehingga dapat menentukan kandungan kurkuminoid dan xanthorrhizol lebih cepat dan akurat. Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi rimpang temulawak dengan beberapa jenis pelarut yaitu air dengan cara direbus; metanol, etil asetat, butanol dan heksan dengan metode ekstraksi
horizontal shaker dan ekstraksi partisi. Hasil
ekstraksi tersebut dianalisis kadar senyawa kurkuminoidnya dengan menggunakan HPLC.
METODE PENELITIAN
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Budhi Santoso, Syofi Rosmalawati, Prasetyawan Yunianto, Anis Herliyati M, dan Suparjo
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Pengkajian Bioteknologi (Biotek), Badan dari bulan April-Juli 2010. Rimpang temulawak yang digunakan merupakan aksesi temulawak Bogor. Pelarut yang digunakan terdiri dari heksan (teknis), etil asetat (teknis), butanol (teknis), metanol (teknis), air, acetonitril HPLC grade (Merck), asam format (Merck), standar HPLC kurkuminoid (Supelco), dan standar HPLC kurkumin (Sigma). Sedangkan peralatan yang digunakan adalah pisau, baki pengering, oven, blender, ayakan, tabung sentrifus PPCO 500 ml, tabung konsentrator, horizontal shaker, sentrifus Beckman, botol sampel 500 ml, kertas saring,
rotary evaporator, konsentrator, HPLC Alliance
2695 (Waters) with Photodiode Array Detector 2996 (Waters) dengan kolom Symmetry C18 5 µm, 4,6 mm x 250 mm (Waters), HPLC (Waters), kolom Eurospher C-18 5 µm, 4,6 mm x 250 mm, detector UV-Vis 254 nm.
Pembuatan simplisia
Rimpang temulawak dicuci dengan air dan ditiriskan. Rimpang diiris tipis menggunakan pisau atau irisan untuk membuat kripik. Irisan rimpang ditimbang dan ditempatkan pada baki pengeringan dalam oven suhu 40 o C dan dikeringkan sampai diperoleh berat konstan menjadi simplisia kering. Rendemen kering simplisia temulawak diukur dengan menghitung selisih matematis perbedaan berat basah dan berat kering dibandingkan dengan berat basahnya. Simplisia yang sudah kering digiling dengan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan mesh 24 (±700 µm). Kadar air serbuk temulawak diukur menggunakan alat
Moisture Analyzer-AND seri MS-70.
Ekstraksi dengan cara partisi
dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer kemudian ditambahkan pelarut metanol sebanyak 500 ml dan dimaserasi dengan menggunakan rotary shaker selama 24 jam. Selanjutnya disentrifus dengan kecepatan 6.000 rpm selama 15 menit kemudian supernatan dipisahkan dan dievaporasi sampai dihasilkan ekstrak kering. Ekstrak tersebut ditambahkan air dan etil asetat masing-masing sebanyak 250 ml serta dipisahkan menggunakan corong pisah sehingga diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Fraksi etil asetat dievaporasi sampai diperoleh ekstrak etil asetat kering, kemudian ditambahkan pelarut metanol dan heksan masing-masing sebanyak 250 ml serta dilakukan pemisahan. Masing-masing fraksi dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak kering metanol (etil asetat) dan ekstrak kering heksan. Sementara ekstrak air tersebut di atas ditambahkan pelarut butanol sebanyak 250 ml dan dipisahkan menjadi fraksi butanol dan fraksi air. Fraksi butanol dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak kering butanol.
Ekstraksi kurkuminoid dengan beberapa pelarut dengan horizontal shaker
Serbuk temulawak masing-masing sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam tabung sentrifus PPCO 500 ml dan ditambahkan 250 ml pelarut metanol, n-heksan, butanol, dan etil asetat yang sudah didestilasi. Selanjutnya tabung sentrifus dimaserasi dengan horisontal shaker selama 1 jam dan disentrifus dengan kecepatan 6.000 rpm selama 15 menit.
Volume 5, No. 2, Desember 2012
SELEKSI METODA EKSTRAKSI KURKUMINOID UNTU MENENTUKAN KUALITAS RIMPANG TEMULAWAK ( Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Selection method of curcuminoid extraction to determine the quality of Temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)Kemudian dipisahkan supernatan dan pelet dengan menampung supernatan pada botol sampel 500 ml berwarna coklat. Ekstraksi sebelumnya. Hasil ekstraksi digabungkan dan kemudian dievaporasi dengan menggunakan
rotary evaporator (rotavapor) pada suhu 45 o
C sampai masing-masing pelarutnya menjadi 5 ml dan dipindahkan ke dalam tabung konsentrator serta dilakukan konsentrasi pada konsentrator sampai dihasilkan kristal kurkuminoid. Kristal kompleks kurkuminoid kemudian dipindahkan ke dalam tabung sentrifus dan ditimbang berat kristal serta disimpan dalam lemari es sebagai sediaan injeksi HPLC.
Ekstraksi kurkuminoid dengan cara direbus
Serbuk temulawak masing-masing sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam beaker glass 500 ml kemudian ditambahkan air sebanyak 250 ml dan dididihkan di atas hotplate stirer sampai dengan sisa air dalam beaker glass tinggal 125 ml. Ekstrak rebusan selanjutnya disaring dengan kertas saring, disentrifus dan supernatannya ditampung untuk dianalisa kadar senyawa kurkuminoid dengan HPLC.
Analisa HPLC
HPLC yang digunakan yaitu HPLC Alliance 2695 (Waters) with Photodiode Array Detector 2996 (Waters) dengan column Symmetry C18 5 µm, 4,6 mm x 250 mm (Waters). Elusi secara isokratik dengan eluen H 2 O: asam format: asetonitril, dengan perbandingan 49,95%:
0,05%: 50%, dan flow rate: 1,2 ml/min, pada suhu kamar dan deteksi pada panjang gelombang UV 425 nm. Standar kurkuminoid yang digunakan dari Sigma Aldrich cat. No.
C7727, kadar kurkumin 10 ppm, dengan volume injeksi sebanyak 10 µl. HPLC (Waters), kolom yang digunakan Eurospher C-18, 250 x 0.46 eluen TFa 0,1% : HCN secara gradien, kecepatan gerak 1 ml/min, volume injeksi 10 µl, standar kurkuminoid yang digunakan dari Sigma 80% (kurkumin max. 70%, demetoksikurkumin 19%, dan bisdemetoksikur-kumin 5%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kualitatif ekstrak temulawak Bogor dilakukan menggunakan TLC. Hasil analisis TLC, pelarut etil asetat dan air dengan cara direbus dapat mengekstrak ketiga senyawa kurkuminoid yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Sementara itu pelarut heksan dan butanol hanya dapat mengekstraksi senyawa kurkumin dan demetoksikurkumin seperti terlihat pada Gambar 1 Pelarut etil asetat menghasilkan spot yang paling tebal dibanding dengan pelarut heksan, air dan butanol. Pada dasarnya butanol juga merupakan pelarut semi polar yang cukup baik, ada kemungkinan konsentrasi bisdemetoksikurkumin yang terambil terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi dalam analisis TLC.
Hasil analisis kuantitatif HPLC menunjukkan hasil yang hampir sama dengan analisis kualitatif TLC, akan tetapi pada analisis HPLC pelarut butanol dapat mendeteksi ketiga senyawa kurkuminoid tersebut di atas. Analisis HPLC ekstrak temulawak dengan cara maserasi beberapa macam pelarut menunjukkan bahwa pelarut etil asetat (Gambar 2a), butanol (Gambar 2b), metanol (Gambar 2c), dapat mengekstraksi ketiga senyawa kurkuminoid. Sementara itu Volume 5, No. 2, Desember 2012 Budhi Santoso, Syofi Rosmalawati, Prasetyawan Yunianto, Anis Herliyati M, dan Suparjo
pelarut heksan hanya dapat mengekstraksi 2 senyawa kurkuminoid yaitu demetoksikurkumin dan kurkumin. Hal ini dapat dilihat pada Tabel mendeteksi senyawa kurkumin tetapi dalam jumlah kecil dan hanya mendeteksi senyawa demetoksikurkumin dalam jumlah yang sangat kecil serta tidak dapat mendeteksi adanya senyawa bisdemetoksikurkumin.
Gambar 1. Analisis TLC ekstrak temulawak Bogor yang diekstrak dengan air, heksan, etil asetat, dan butanol
(a) (b) (c)
(d) Gambar 2. Kromatogram HPLC sampel temulawak aksesi Bogor yang diekstrak dengan menggunakan beberapa jenis pelarut etil asetat (a), butanol (b), metanol (c), dan air dengan cara direbus (d)
Senyawa kurkuminoid tergolong dalam senyawa semi polar, sehingga pelarut heksan tidak dapat mengekstrak ke tiga senyawa tersebut di atas. Sebaliknya pelarut etil asetat dan butanol dapat mengekstrak ketiga senyawa kurkuminoid lebih banyak. Namun demikian, ekstraksi dengan pelarut butanol memerlukan waktu yang lebih lama dibanding dengan pelarut etil asetat. Pelarut etil asetat dapat mengekstrak ke tiga senyawa kurkuminoid paling tinggi dibanding pelarut yang lain pada ekstraksi dengan cara maserasi beberapa jenis pelarut. SELEKSI METODA EKSTRAKSI KURKUMINOID UNTU MENENTUKAN KUALITAS RIMPANG TEMULAWAK ( Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Selection method of curcuminoid extraction to determine the quality of Temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Tabel 1. Analisis senyawa kurkuminoid dari temulawak asal Bogor yang diekstrak dengan beberapa jenis pelarut Pelarut Senyawa Retention Time Luas Area % Area (menit)
Heksan Demetoksikurkumin 1.76 8.758 68.651
98.24 Etil asetat Bisdemetoksikurkumin 7.593
Kurkumin 9.612 3.832.513
0.77 104.478,2 Demetoksikurkumin 3.353.940
24.72 8.360 Kurkumin 9.197
74.50 10.105.810 Butanol Bisdemetoksikurkumin
0.79 7.586 98.870 Demetoksikurkumin 3.154.995 8.352
25.18 Kurkumin 9.273.433
74.03 9.189 Metanol Bisdemetoksikurkumin 7.590 99.243
0.87 Demetoksikurkumin 25.67 8.356 2.922.829
Kurkumin 9.193
73.46 8.363.378 Rebus Bisdemetoksikurkumin 8.327 25.822
0.84 Demetoksikurkumin 9.127 999.244
32.45 Kurkumin 9.999
66.71 2.054.386
Perebusan temulawak dengan air dapat cara saker horisontal, pelarut etil asetat dapat mengekstrak ketiga senyawa kurkuminoid mengekstrak kurkuminoid lebih tinggi. Hal ini namun konsentrasinya paling rendah dibanding dapat dijelaskan bahwa pada ekstraksi dengan ketiga pelarut lainnya, dapat dilihat pada Tabel cara partisi, ekstraksi etil asetat dilanjutkan
1. Pada Gambar 2d menunjukkan adanya 2 dengan ekstraksi pemisahan menggunakan
peak yang merupakan kromatogram peak dari metanol dan heksan. Ekstrasi bertahap pernah
senyawa demetoksi kurkumin dan kurkumin. dilakukan oleh Jayaprakasha (2002), yang Hasil analisis ekstrak temulawak telah melakukan ekstraksi kunyit dengan tahap dengan beberapa pelarut dengan cara partisi, awal menggunakan pelarut heksan untuk menunjukkan bahwa pelarut etil asetat dan menghilangkan senyawa atsiri dan menggunakan butanol dapat mengekstrak kurkuminoid pelarut benzen dan etil asetat untuk mengekstrak lebih tinggi dibanding pelarut yang lainnya. ketiga senyawa kurkuminoid. Pelarut butanol dapat mengekstrak senyawa kurkuminoid lebih tinggi dibanding pelarut etil asetat. Sedangkan pada ekstraksi dengan
Volume 5, No. 2, Desember 2012
Etil asetat 36,14 16,32 1,51 53,98 Butanol 34,14 14,92 1,71 50,77 Metanol
Sehubungan dengan hal itu maka dilakukan profiling HPLC ekstrak temulawak (Curcuma xanthorriza) yang telah mengalami proses perebusan dengan air. Profiling senyawa ekstrak temulawak hasil perebusan menggunakan HPLC dapat dilihat pada Gambar
vanillin, dan vanillic acid.
Kadar kurkumin hasil analisa HPLC dalam sampel temulawak asal Bogor berkisar 5% (w/v) sampel kering dalam bentuk serbuk kering temulawak. Sementara itu kadar kurkumin yang diperoleh dengan cara perebusan mempunyai kadar 0.5% (w/v). Suresh (2009) dengan mengunakan sampel Curcuma longa membuktikan bahwa pemanasan dapat merubah struktur kimia kurkumin menjadi senyawa- senyawa lain seperti misalnya ferulic acid,
Perebusan Air 0,24 0,12 0,01 0,37
8,09 0,71 28,31 Metanol 3,34 1,20 0,04 4,58
18.54 6,26 0,37 25,17 Butanol 19,51
14,86 6,00 0,66 21,51 Partisi Heksan 0,33 0,06 0,00 0,39 Etil asetat
Heksan 0,92 0,18 0,00 1,11
Metode ekstraksi Pelarut Kurkumin Demetoksi- kurkumin Bisdemetoksi- kurkumin Total Kurkumi- noid Saker Hori- sontal
0,276 0,007 0,851
Butanol 5,131 1,746 0,055 6,932 Metanol 4,627 1,617 0,055 6,299 Rebus 0,568
1,856 0,058 7,505
Total Heksan 0,212 0,004 0,000 0,216 Etil asetat 5,591
Tabel 2. Persentase (w/w) komposisi kurkuminoid berdasarkan jenis pelarut dan cara ekstraksi aksesi Bogor
dengan HPLCVolume 5, No. 2, Desember 2012 Budhi Santoso, Syofi Rosmalawati, Prasetyawan Yunianto, Anis Herliyati M, dan Suparjo
5. Selanjutnya juga dilakukan profiling dari ketiga standar vanillic acid, vanillin, ferulic acid dan standard kurkuminoid seperti terlihat pada Gambar 6. SELEKSI METODA EKSTRAKSI KURKUMINOID UNTU MENENTUKAN KUALITAS RIMPANG TEMULAWAK ( Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Selection method of curcuminoid extraction to determine the quality of Temulawak rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
gabungan ekstrak hasil rebusan dilakukan pada konsentrasi 19.800 ppm, karena kadarnya yang sangat rendah, agar mudah untuk dibandingkan etil asetat 500 ppm.
Gambar 3. Profil kromatogram temulawak dengan ekstraksi direbus Gambar 6. Profil gabungan hasil perbandingan ketiga profil standar (vanillic acid, vanillin dan ferulic acid) dengan ekstrak temulawak seduh dan etil asetat Gambar 4. Profil standar vanillic acid (1), vanillin (2), ferulic acid (3) dan total kurkuminoid (4)
Dari hasil perbandingan ketiga profil standar (vanillic acid, vanillin dan ferulic acid) dengan ekstrak temulawak seduh dan etil asetat (Gambar 6), tampak bahwa pada ekstrak etil asetat tidak terdapat perubahan atau munculnya ketiga senyawa (vanillic acid, vanillin dan ferulic acid). Sedangkan jika dibandingkan antara ekstrak seduhan dengan ekstrak etil asetat terdapat perbedaan yaitu adanya puncak pada waktu
Gambar 5. Profil kromatogram ekstrak etil asetat
retensi 2,7 menit di ekstrak seduhan, dimana
temulawak 500 ppm
pada ekstrak etil asetat tidak ada, meskipun belum diketahui jelas senyawa apa puncak Sebagai pembanding digunakan profil tersebut. Demikian halnya puncak pada menit dari ekstrak hasil maserasi etil asetat temulawak (Gambar 5). Setelah diperoleh profil yang
4,63 dan 5,8 pada ekstrak seduhan, meskipun sangat kecil ada kemungkinan memiliki waktu terbaik dari masing-masing sampel, maka retensi yang hampir sama dengan retensi vanillic kemudian dilakukan profil gabungan pada
acid dan ferulic acid. Dengan demikian dapat
ekstrak temulawak hasil rebusan untuk melihat disimpulkan sementara bahwa esktraksi dengan apakah ada perubahan munculnya senyawa cara merebus temulawak pada air panas akan
vanillin, vanillic acid atau ferulic acid. Profiling Volume 5, No. 2, Desember 2012
Volume 5, No. 2, Desember 2012 Budhi Santoso, Syofi Rosmalawati, Prasetyawan Yunianto, Anis Herliyati M, dan Suparjo
merubah senyawa aktif dari temulawak sehingga hasil pada analisis HPLC senyawa kurkuminoid ekstrak rebusan temulawak sangat rendah.
97
, 8(2): 91-
Association of Cancer Prevention
J-K., and Chung W-Y. 2003. Journal of Korean
108: 11-17 Park J-H., Kim M-J., Park K-K., Kim H-O., Hwang
Cermin Dunia Kedokteran,
Sundari D. 1996. Informasi Penelitian komponen Jamur Pengatur Haid. Majalah
, 82: 831-836 Nurendah P., Praswanto S., Dzulkarnain B., dan
Neuroscience Research
Seung LC., Jin D-Q., Mok H., Oh SJ., Lee JU., Hwang JK., Ha I. and Han J-S. 2005. Antioxidant and Anti inflammatory Activities of Xanthorrhizol in Hippocampal Neurous & Primary Cultured Microglia. Journal of
Bioscience, Biotechnol. Biochem, 71(6): 1428-1438.
Kwan Hwang. 2007. Immunostimulating Activity of Crude Polysaccharide Extract Isolated from Curcuma xanthorrhiza Roxb.
50: 3668-3672 Kim Ah-Jin, Yeon-O Kim, Jae Seok Shim, and Jae-
Chemistry.
Jayaprakasha GK., Rao LJM., and Sakariah KK. 2002. Improved HPLC Method for The Determination of Kurkumin, Demetoksikurkumin, and Bisdemetoksi- kurkumin. Journal of Agricultural and Food
Indonesian Temulawak Expert Meeting, Jakarta, Indonesia. Monday 29 th, 2009
26 Elfahmi dan Yulinah E. 2009. Phytochemistry of Curcuma xanthorrhiza. Proceeding.
, 108: 21-
Majalah Cermin Dunia Kedokteran
Dzulkarnain, B. dan Wahjoedi B. 1996. Informasi
Indonesian Temulawak Expert Meeting, Jakarta, Indonesia. Monday 29 th, 2009
Efficacy and Standarization of Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Proceeding.
Darusman, LK., Djauhary EPK., Priosoeryanto BP., Nurcholis W., Rohaeti E., Rahminiwati M., Utami Dyah S., and Rafi M. 2009.
Penelitian ini disponsori oleh Kementrian Riset dan Teknologi melalui program bidang riset terapan, Insentif Riset SiNas.
etil asetat untuk senyawa Kurkuminoid dapat digunakan untuk menentukan kualitas rimpang temulawak secara cepat dan efisien. Pelarut etil asetat merupakan pelarut yang dapat mengekstrak ketiga senyawa kurkuminoid dengan hasil yang paling tinggi dibanding ketiga pelarut lainnya pada ekstraksi dengan cara maserasi beberapa jenis pelarut. Hasil analisis kadar senyawa kurkuminoid pada HPLC ekstrak temulawak dengan cara perebusan sangat rendah, hal ini dimungkinkan karena adanya perubahan senyawa kurkumin menjadi senyawa lain seperti vanillin acid dan ferulic acid. Penelitian lebih lanjut guna mengetahui efek perebusan temulawak dan adanya degradasi senyawa kurkumin menjadi beberapa senyawa lain perlu dilakukan.
shaker selama 60 menit menggunakan pelarut
Metode ekstraksi dengan cara horizontal
KESIMPULAN
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
STRUKTUR ANATOMI BUAH DAN BIJI SIRSAK ( Annona muricata) MULWO (Annona reticulata), DAN SRIKAYA (Annona squamosa) Fruits and seeds anatomical structure of Annona muricata, Annona reticulata, and Annona squamosa
Yaya R., Yong D., and Hwang J-K. 2006. Journal of
Antimicrobial Chemotheraphy, 57: 1231-
1234 kehalusan bahan dan lama ekstraksi terhadap mutu ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Bul. Littro, XVII(2): 53-58. Sugita P., Bambang S., Imam P., Kamilah HA.
2008. Curcumin content improvement of ethanol extract of temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) using liquid-
liquid extraction. Proceeding. The first International Symposium on Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Bogor. Mei 27-28, 2008 Suresh, D., K.N. Gurudutt, Krishnapura Srinivasan.
2009. Euro. Food. Res. Technol , 228: 807-
812 Syafitri UD., Darusman LK. and Supriadi D. 2008.
Extraction optimization of temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) curcuminoids.
Oral presentation on The first International Symposium on Temulawak, Bogor. Mei 27- 28.
Volume 5, No. 2, Desember 2012