Risnawati, Ramdan EP, Sugeru H. 2017. INVENTARISASI TANAMAN POTENSIAL INSEKTISIDA

INVENTARISASI TANAMAN POTENSIAL INSEKTISIDA BOTANI PADA ARBORETUM UNIVERSITAS GUNADARMA Oleh:

  1) Risnawati 2) Evan Purnama Ramdan 3) Herik Sugeru 1). Prodi Agroteknologi, Universitas Gunadarma 2). Prodi Agroteknologi, Universitas Gunadarma 3). Prodi Agroteknologi, Universitas Gunadarma Abstraks

  Inventarisasi jenis tanaman berkhasiat insektisida botani dilakukan di Kebun Koleksi Tanaman Langka (Arboretum) Universitas Gunadarma, Desa Mulyasari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada bulan Desember 2016.Penelitian bertujuan untuk menginventarisir jenis-jenis tanaman berkhasiat insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga hama pertanian.Penelitian menggunakan metode orientasi langsung dan studi pustaka.Identifikasi nama spesies tanaman telah tertera pada tanaman tersebut, kemudian peneliti melakukan penentuan tanaman sebagai insektisida botani berdasarkan padakajian pustaka setelah peneliti mendata seluruh jenis tanaman yang tersedia di KebunKoleksi Tanaman Langka tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10jenis tanamanberkhasiat sebagai insektisida yaitu Barringtonia asiatica, Aglaia elliptica, Aglaia

  odorata, Sandoricum koetjapi, Callophyllum soulatri, Cinnamomun camphora, Annona squamosa, Annona muricata, dan Pometia pinnata . Bagian tanaman tersebut yang dapat

  dijadikan sebagai insektisida adalah kulit batang, ranting, daun, dan biji.

  Kata kunci: insektisida botani, Annona squamosa, Barringtonia asiatica, Sandoricum koetjapi, Cinnamomun camphora

  serta residu pada hasil panen(Abbas et al.,

  PENDAHULUAN Leguminosae, dan Simaroubaceae (Prijono

  et al., 2001; Syahputra et al.,2004; Prijono,

  2005; Lina et al.,2006; Dadang et al., 2007; Syahputra, 2008;Abizar dan Prijono, 2010; Risnawati et al., 2013; Santhosh et al., 2015; Tariagan et al., 2016). Risnawati et

  al., (2013) melaporkan bahwa ekstrak

  metanol biji Annona squamosa(srikaya) asal Pontianak dan ekstrak etil asetat daun bunga ungu Tephrosia vogelii (kacang babi) asal Bogor masing-masing pada konsentrasi sub letal (LC 50 ) (yang mematikan 50% dari seluruh jumlah sampel percobaan) yaitu 0.068 dan 0.07% terhadap ulat krop kubis Crocidolomia

  pavonana di laboratorium.

  Selain bersifat insektisida, ekstrak tanaman aktif juga memiliki pengaruh terhadap penghambat reproduksi dan penghambat peneluran, sehingga hal tersebut meningkatkan efisiensi kerja ekstrak tanaman tersebut sebagai racun serangga. Risnawati et al., (2013) melaporkan bahwa ekstrak metanol biji srikaya dan ekstrak etil asetat daun kacang babi bunga ungu pada konsentrasi sub letal pada LC 50 dapat menurunkan jumlah telur yang diletakkan oleh imago C. pavonana masing-masing berturut-turut sebesar 29.6.4% dan57.3% pada larva ujiinstar 4C.

  pavonana dibandingkan dengan kontrol.

  Keunggulan lainnya dari tanaman yang berkhasiat sebagai insektisida botani adalah ekstrak tanaman yang bahan bakunya diaplikasikan secara campuran dapat bersifat sinergistik(tingkat toksisitas campuran ekstrak lebih tinggi dibanding tersebut tersedia pada Kebun Koleksi Tanaman Langka (Arboretum) Universitas Gunadarma.Beberapa di antara tanaman tersebut di samping memiliki khasiat sebagai insekstisida, juga memiliki nilai estetika dari segi keberagamannnya. Tanaman langka tersebut terdiri dari beberapa jenis spesies dari berberapafamili tanaman. Asal tanaman tersebut sebagian besar dari Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

  Berbagai jenis tanaman yang terdapat pada Kebun Koleksi Tanaman Langka tersebut, mulai dari banyaknya variasi famili hingga banyaknya variasi dari segi jenis spesies tanaman yang ditanam belum pernah dilakukan invetarisir secara khusus mengenai jenis tanaman yang berkhasiat sebagai insektisida botani.Pengumpulan informasi mengenai tanaman berkhasiat insektisida perlu dilakukan sebagai data base pada Arboretum tersebut.Selanjutnya akan mempermudah bagi pihak peneliti bidang terkait untuk mengetahui letak penyebaran bahan baku ketersediaan tanaman sebagai plasma nutfah sekaligus sebagai insektisida botani.Berdasarkan hal tersebut sehingga perlu diadakan suatu penelitian inventarisasi tanaman berkhasiat insektisida sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi berbagai jenis tanaman yang ada pada kebun Koleksi Tanaman Langka Universitas Gunadarma, di Desa Cikalong, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

  Tujuan penelitian adalah menginventarisirjenis-jenis tanaman yang berpotensi sebagai insektisida botani yang Koleksi Tanaman Langka (Arboretum) Universitas Gunadarma, Desa Mulyasari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Luas Lahan kebun tanaman langka tersebut yaitu 75 x 25 m.

  Metode yang digunakan adalah orientasi secara langsung dengan mengamati secara langsung semua jenis tanaman di lapangan danstudi kepustakaan dengan cara analisis dokumen isi.Metode kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data-data dari bahan-bahan pustaka yang berasal dari berbagai buku, literature, jurnal, dan terbitan lainnya yang berhubungan dengan penelitian tersebut.

  Penentuan golongan famili dan jenis tanaman sudah dilakukan oleh para pengoleksi tanaman. Pada tanaman tersebut sudah dilengkapi indentitas famili dan spesies jenis tanaman tersebut. Pendataan semua jenis tanaman dilakukan terkait dengan nama spsesies dan famili masing- masing dari tanaman tersebut. Selanjutnya menentukan jenis-jenis tanaman berkhasiat insektisida berdasarkan studi pustaka terkait.

  Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh bahwa terdapat beberapa famili tanaman yang dibudidayakan pada di Kebun Koleksi Tanaman Langka (Arboretum) Universitas Gunadarma, Desa Mulyasari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, yaitu terdiri atas famili Annonacea, Meliaceae, daerah tersebut. Jawa Timur sebagai daerah beriklim kering,kandungan bahan aktif yang dimiliki tanaman pada dearah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kalimantan Barat, yang beriklim hujan (tropis basah). Hal tersebut dilaporkan pada penelitian Risnawati (2007) bahwa ekstrak etanol biji mimba asal Asembagus dan Situbondo, Jawa Timur memiliki tingkat toksisitas lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol biji mimba asal Pontianak Kalimantan Barat dengan LC 50 0.1, 0.1, dan 0.18% terhadap larva C. pavonana.

  Bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida botani dapat berupa akar, kulit batang, ranting, tangkai daun, daun, bunga dan biji. Tanaman srikaya, sirsak, kecapi, matoa dan keben, bagian yang memiliki kandungan senyawa aktif paling tinggi yaitu pada bagian biji (Risnawati, 2007; Dadang dan Prijono, 2008; Syahputra, 2010). Risnawati (2013) melaporkan bahwa ekstrak methanol biji srikaya asal Pontianak Kalbar memiliki toksisitas 10 kali lipat lebih tinggi di bandingkan dengan ekstrak etil asetat daun kacang babi dengan LC 50 masing-masing sebesar 0.007% dan 0.068% terhadap larva

HASIL DAN PEMBAHASAN

  C. pavonana . Penggunaan biji pada

  tanaman sebagai insektisida botani memiliki peranan yang sangat potensial karena tidak merusak tanaman sehingga tidak menggagu kerja fotosintesis. Sedangkan tanaman Callophylum soulatri bagian yang memiliki kandungan senyawa aktif paling tinggi yaitu kulit batang. Sedangkan tanaman pacar cina bagian yang antaranya seperti metanol, etanol, etil asetat, diklorometana, dan dietel eter (Dadang dan Prijono, 2008). Pelarut organik tersebut memiliki tingkat kepolaran yang tinggi hingga yang bersifat non polar. Pelarut polar dapat melarutkan bahan aktif yang bersifat polar, begitu juga pelarut yang bersifat non polar akan melarut bahan aktif yang bersifat non polar (Dadang dan Prijono, 2008). Perbedaan jenis pelarut akan mempengaruhi kandungan bahan aktif yang terekstrak, yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat toksisitas terhadap serangga hama sasaran. Bassana dan Prijono 1994 melaprkan bahwa ektrak air biji srikaya memiliki LC 50 sebesar 0.208%, jauh berbeda tingkat toksisitasnya dengan ekstrak methanol biji srikaya dengan LC 50

  0.007% terhadap C. pavonana (Risnawati et al ., 2013).

  Insektisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman dari berbagai daerah atau lokasi berbeda memiliki tingkat toksisitas yang berbeda. Pada saat akan menggunakan bahan tanaman yang diketahui bersifat insektisida maka perlu dilakukan uji keaktifan bahan tersebut. Risnawati et al., (2007) melaporkan bahwa toksisitas biji mimba (Azadirachta indica) yang asal biji dari Situbondo, Jawa Timur dan Pontianak, Kalimantan Barat memiliki tingkat toksisitas yang berbeda pada LC 50 yaitu masing-masing berturut-turut sebesar

  0.1 dan 0.18%. Adanya perbedaan toksisitas tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kandungan senyawa aktif di dalam ekstrak biji tersebut. lama perkembangan larva 6.14 hari lebih lama dibandingkan kontrol.Adanya lama perkembangan pada serangga yang diakibatkan oleh insektisida botani karena senyawa aktif sediaan mengganggu kerja hormonal serangga, sehingga kerja metabolisme di dalam tubuh serangga juga terhambat secara keseluruhan. Akhirnya berdampak terhadapperkembangan serangga berlangsung dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan lamanya perkembangan serangga tanpa perlakuan.

  Selain efek insektisida, hambatan makan juga merupakan efek lain dari insektisida botani.Syahputra dan Prijono (2011) melaporkan bahwa sediaan fraksi diklorometana kulit batang C. soulattri pada konsentrasi 0.075% mengakibatkan hambatan makan larva C. pavonana sebesar 100% terhadap daun brokoli.Serangga hama tidak mau memakan tanaman yang sudah diaplikasikan sediaan insektisida botani. Adanya hambatan makan tersebut dapat disebabkan karena kemungkinan tanaman tersebut mengandung senyawa aktif yang merupakan senyawa metabolit sekunder memberikan memberikan dampak pada serangga untuk menolak makan atau menghentikan aktivitas makan. Selain hal tersebut, hamabatan terjadi pada serangga dikarenakan alat mulut serangga dilengkapi dengan sensori untuk mendeteksi senyawa metabolit sekunder pada tanaman yang dialipkasikan sediaan insektisida (Schoonhoven, 1987).

  Efek lain yang menguntungkan dari sebagai insektisida, akan tetapi berpengaruh terhadap penghambat makan, penghambat peneluran, dan reproduksi (Tabel 2). Bagian tanaman yang dapat dijadikan sebagai racun serangga terdapat pada berbagai bagian tanaman di antaranya pada akar, kulit batang, ranting, tangkai daun, daun, bunga dan biji (Tabel 2).

  Penyebaran tanaman tersebut dapat dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Namun daerah yang berpotensi sebagai penghasil bahan aktif yang lebih tinggi tingkat toksisitasnya, salah satunya berkaitan dengan musim yang ada di daerah tersebut. Jawa Timur sebagai daerah beriklim kering,kandungan bahan aktif yang dimiliki tanaman pada dearah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kalimantan Barat, yang beriklim hujan (tropis basah). Hal tersebut dilaporkan pada penelitian Risnawati (2007) bahwa ekstrak etanol biji mimba asal Asembagus dan Situbondo, Jawa Timur memiliki tingkat toksisitas lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol biji mimba asal Pontianak Kalimantan Barat dengan LC 50 0.1, 0.1, dan 0.18% terhadap larva C. pavonana. Bagian-bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai insektisida botani dapat berupa akar, kulit batang, ranting, tangkai daun, daun, bunga dan biji. Tanaman srikaya, sirsak, kecapi, matoa dan keben, bagian yang memiliki kandungan senyawa aktif paling tinggi yaitu pada bagian biji (Risnawati, 2007; Dadang dan Prijono, 2008; Syahputra, 2010). Risnawati (2013) melaporkan bahwa ekstrak methanol biji toksisitas 10 kali lipat lebih tinggi di bandingkan dengan ekstrak etil asetat daun kacang babi dengan LC 50 masing-masing sebesar 0.007% dan 0.068% terhadap larva

  C. pavonana . Penggunaan biji pada

  tanaman sebagai insektisida botani memiliki peranan yang sangat potensial karena tidak merusak tanaman sehingga tidak menggagu kerja fotosintesis. Sedangkan tanaman Callophylum soulatri bagian yang memiliki kandungan senyawa aktif paling tinggi yaitu kulit batang. Sedangkan tanaman pacar cina bagian yang memiliki kandungan senyawa aktif paling tinggi adalah ranting dan daun.

  Penyediaan insektisida botani dapat dilakukan dalam bentuk sediaan sederhana. Penggunaan sediaan sederhana, bahan tanaman diekstrak menggunakan air sebagai pelarut untuk memperoleh bahan aktif yang terkandung pada tanaman tersebut. Bahan tanaman yang digunakan dapat dalam bentuk basah atau kering. Akan tetapi kelemahan dalam bentuk sediaan sederhana, penggunaan bahan tanaman lebih banyak, sehingga terjadi pemborosan bahan tanaman (Dadang dan Prijono, 2008). Tabel 2 Hasil Penelitian jenis-jenis tanaman berpotensi insektisida dan bagian tanaman yang dimanfaatkan No Spesies

  Bagian tanaman Asal tanaman Pelarut Fraksi Serangga uji Aktivitas Toksisitas Pustaka

  Daun Air

  Insektisida LC 50

  0.11 Lina dan Prijono, 1999

  Penghambat perkembangan Insektisida LC 50 0.08%

  Charnelis et al., 1998 Biji Kebun Raya

  Bogor Aseton

  C. pavonana

  Penghambat perkembangan

  3 Aglaia

  odorata

  C. pavonana Insektisida

  Bogor Metanol Etil asetat

  LC 50 657.24 mg/l

  Tarwotjo, 2009 Ranting Air

  C. pavonana Insektisida Tarwotjo, 2009

  Daun Cisarua, bogor

  Metanol teknis

  C. pavonana Insektisida LC 50 0.49%

  Mahfud et al., 2016

  Ranting Bantar Kemang,

  Methanol Etil asetat

  Liriomyza huidobrensis

  C. pavonana

  Biji Kebun Raya

  1 Barringtonia

  C. pavonana

  asiatica

  Biji

  C. pavonana Residu

  Dono dan Rismanto, 2008

  Biji Jatinangor,

  Sumedang Metanol

  C. pavonana Insektisida LC 50 0.15% Dono et al. 2008

  Biji Jatinangor,

  Sumedang Metanol

  Penghambat perkembangan Biji Sengkubang,

  elliptica

  Sungai Kunyit,

  Pontianak Etanol

  C. pavonana

  Insektisida LC 50 0.14% Syahputra, 2010 Penghambat peneluran

  Syahputra, 2010 Efektifitas di lapangan

  Syahputra, 2010 Biji Air

  C. pavonana Insektisida

  50g/l, kematian 100%

  Syahputra, 2010

  2 Aglaia

  Insektisida Insektisida Hamdani et al., 2001 Bogor

  4 Syahputra et al., Diklorometana

  C. pavonana Insektisida LC 50 0.051%

  Teluk 2006

  Callophyllum Kulit Melano,

  Hambatan Syahputra dan Methanol Diklorometana

  C. pavonana soulattri batang Ketapang,

  makan Prijono, 2011 kalbar Penghambat Syahputra dan

  Diklorometana

  C. pavonana

  perkembangan Prijono, 2011

  5 Cinnamomun

  Haematopinus

  Minyak insektisida LC 50 2.74% Khater et al. 2009

  camphora tuberculatus

  6 50 Risnawati et al., Insektisida LC 0.007%

  2013 Pontianak,

  Penghambat Risnawati et al., Biji Metanol

  C. pavonana

  Kalbar peneluran 2013

  Risnawati et al., Reproduksi

  2013

  Annona 50 Aedes aegypti; LC , squamosa Tamil Nadu Isoamyl

  Velayutham dan Biji Heksana Culex Insektisida 11.7ppm;

  India asetat Ramanibai, 2016

  quinquefasciatus 12.71ppm

  Basana dan Biji Lampung Air

  C. pavonana Insektisida LC 50 0.208%

  Prijono, 1994 Prijono et al.,

  Biji Solo Aseton

  C. pavonana Insektisida LC 50 0.012%

  1997

  7 Deli, Serdang, Sitophilus Azmanizar et al., Biji Aseton Insektisida

  Medan zeamais. M 2008

  Annona muricata Sp State,

  Ribeiro et al., T ni; M. Biji Etanol Insecticide brazil persicae 2014

  8. Sandoricum Pontianak, Indriani et al.,

  Biji Etanol

  C. pavonana Insektisida koetjapi Kalbar

  2010

  9. Pometia Pontianak, Indriani et al.,

  Biji Etanol

  C. pavonana Insektisida pinnata Kalbar

  2010 Metode lainnya dalam mengekstrak bahan aktif tanaman dapat menggunakan pelarut organik. Pelarut organik tersebut di antaranya seperti metanol, etanol, etil asetat, diklorometana, dan dietel eter (Dadang dan Prijono, 2008). Pelarut organik tersebut memiliki tingkat kepolaran yang tinggi hingga yang bersifat non polar. Pelarut polar dapat melarutkan bahan aktif yang bersifat polar, begitu juga pelarut yang bersifat non polar akan melarut bahan aktif yang bersifat non polar (Dadang dan Prijono, 2008). Perbedaan jenis pelarut akan mempengaruhi kandungan bahan aktif yang terekstrak, yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat toksisitas terhadap serangga hama sasaran. Bassana dan Prijono 1994 melaprkan bahwa ektrak air biji srikaya memiliki LC 50 sebesar 0.208%, jauh berbeda tingkat toksisitasnya dengan ekstrak methanol biji srikaya dengan LC 50

  0.007% terhadap C. pavonana (Risnawati et al ., 2013).

  Insektisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman dari berbagai daerah atau lokasi berbeda memiliki tingkat toksisitas yang berbeda. Pada saat akan menggunakan bahan tanaman yang diketahui bersifat insektisida maka perlu dilakukan uji keaktifan bahan tersebut. Risnawati et al., (2007) melaporkan bahwa toksisitas biji mimba (Azadirachta indica) yang asal biji dari Situbondo, Jawa Timur dan Pontianak, Kalimantan Barat memiliki tingkat toksisitas yang berbeda pada LC 50 yaitu masing-masing berturut-turut sebesar

  0.1 dan 0.18%. Adanya perbedaan melaporkan bahwa sediaan fraksi diklorometana Callophilum soulatri pada konsentrasi 0.09% dapat mengakibatkan lama perkembangan larva 6.14 hari lebih lama dibandingkan kontrol.Adanya lama perkembangan pada serangga yang diakibatkan oleh insektisida botani karena senyawa aktif sediaan mengganggu kerja hormonal serangga, sehingga kerja metabolisme di dalam tubuh serangga juga terhambat secara keseluruhan. Akhirnya berdampak terhadapperkembangan serangga berlangsung dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan lamanya perkembangan serangga tanpa perlakuan.

  Selain efek insektisida, hambatan makan juga merupakan efek lain dari insektisida botani.Syahputra dan Prijono (2011) melaporkan bahwa sediaan fraksi diklorometana kulit batang C. soulattri pada konsentrasi 0.075% mengakibatkan hambatan makan larva C. pavonana sebesar 100% terhadap daun brokoli.Serangga hama tidak mau memakan tanaman yang sudah diaplikasikan sediaan insektisida botani. Adanya hambatan makan tersebut dapat disebabkan karena kemungkinan tanaman tersebut mengandung senyawa aktif yang merupakan senyawa metabolit sekunder memberikan memberikan dampak pada serangga untuk menolak makan atau menghentikan aktivitas makan. Selain hal tersebut, hamabatan terjadi pada serangga dikarenakan alat mulut serangga dilengkapi dengan sensori untuk mendeteksi senyawa metabolit sekunder pada tanaman yang Arboretum yang tersedia beranekaragam jenis tanaman dan beragam potensi yang dimiliki. Salahsatunya tanaman tersebut berkhasiat insektisida botani, akanmemberikan manfaat bagi pertanian ke depannya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Terdapat 6 famili tanaman yang diketahui aktif terhadap serangga hama yaitu family Lecythidaceae, Meliacea, Clusiaceae, Lauraceae, Annonaceae, dan Sapindaceae.

  Satu jenis tanaman dapat mematikan beberapa jenis serangga sehingga hal tersebut sangat efektif bagi tindakan pengendalian, salah satunya mengurangi biaya pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan sekaligus terhadap beberapa serangga hama sasaran.

  Tanaman yang berpotensi insektisida tersebut perlu dilakukan penelitian uji toksisitas untuk mengetahui secara tepat konsentrasi letal efektif bagi serangga hama sasaran.

  Efficacy of insecticide mixture against a resistant strain of house fly (Diptera: Muscidae) collected from a poultry farm. Int. J. Trop. Insect Sci. 35(1): 48-

  53. Abbas N, Ijaz M, Shad SA, Binyameen M. 2016. Assessment of resistance risk to fipronil and cross resistance to other

  Abbas N, Shad SA. 2015. Assessment of resistance risk to lambda-cyhalotrhrin and cross-resistance to four other insecticides in the house fly, Musa domestica L. (Diptera: Muscidae).

  Parasitol. Res . 114, 2629-2637.

  Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji

  Tephrosia vogelii J.D. Hooker

  (Leguminosae) dan ekstrak buah Piper

  cubeba L. (Piperaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana

  (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop. 10(1):1-12. Alen Y, Zulhidayati, Suharti N. 2015.

  Pemeriksaan residu pestisida profenofos pada selada (Lactuca sativa L.) dengan metode kromatografi gas. Jurnal Sains Farmasi & Klinis 1(2): 140-149. Azmanizar, Djamin A, Idris AB. 2008.

  Effect of selected plant extract on mortality of adult Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera: Curculionidae) a pest of stored rice grains. Malays. Appl. Biol. 37(2):41-46. Aliyah L, Prijono D, Widodo. 2001. Aspek teknis dalam penyiapan insektisida botani dari tanaman Dysoxylum acutangulum miq. Untuk penggunaan di tingkat petani. Dalam: Sukartana et al., editor. Prosiding Seminar Nasional III PEI: pengelolaan Serangga yang Bijaksana Menuju Optimasi Produksi; Bogor, 6 November 2001. Bogor: Perhimpunan Entomologi Indonesia. hlm 102-111. Basana IR, Prijono D. 1994. Insecticidal

DAFTAR PUSTAKA Abbas N, Crickmore N, Shad SA. 2015

  (Lepidoptera: Pyralidae). Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. 10(2): 22-28. Dadang, Prijono D. 2008. Insektisida

  Crocidolomia pavonana (F.)

  odorata dan Piper aduncum untuk

  Formulasi ekstrak tanaman Aglaia

  Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mahfud RI, Dadang, Ratna ES. 2016.

  binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae). Skripsi. Proteksi Tanaman.

  2009. Lousidal, ovicidal and repellent efficacy of some essential oils against lice and flies infesting water buffaloes in Egypt. Veterinary Parasitology. 164: 257-266. Lina EC, Prijono D. Pengaruh ekstrak tujuh spesies Meliaceae terhadap mortalitas dan perkembangan larva Crocidolomia

  2010. Aktivitas insektisida ekstrak biji kecapi Sandoricum koetjape dan biji matoa Pometia pinnata terhadap larva Crocidolomia pavonana. Skripsi. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Khater HF, Ramadan MY, El-madawy RS.

  Indriani O, Syahputra E, Widyaningsih A.

  huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Hias. J.II.Pert.Indon. 10(2): 33-39.

  P. 2001. Keefektifan insektisida alami terhadap pengorok daun Liriomyza

  Miq. (Meliaceae) terhadap mortalitas dan reproduksi Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). Skripsi. Instititut Pertanian Bogor. Bogor. Hamdani, Prijono D, Rauf A, Simanjuntak

  Terjemahan dari: De Nuttige Planten van Ned-Indië. Hudaya DA, Prijono D. 2003. Pengaruh ekstrak daun Dysoxylum acutangulum

  (Lepidoptera: Crambidae) terhadap insektisida organofosfat serta kepekaannya terhadap insektisida botani Yayasan Sarana Warna Jaya.

  Muslikha I. 2010. Status dan mekanisme resistensi biokimia

  Nabati: Prinsip, Pemanfaatan,dan Pengembangan. Departemen Proteksi

  F. (Lepidoptera: Pyralidae). Jurnal Agrikultura . (19)3: 184-190. Dono D, Ismayana S, Idar, Prijono D,

  Terhadap larva Crocidolomia pavonana

  Dono D, Rismanto. 2008. Aktivitas residu ekstrak Barringtonia asiatica (L.) Kurz.

  pavonana F. (Lepidoptera: Pyralidae). Jurnal Agrikultura . (19)1: 5-14.

  (Lecythidaceae) terhadap mortalitas larva dan fekunditas Crocidolomia

  Barringtonia asiatica L. (Kurz)

  2008. Pengaruh Ekstrak Biji

  greenhouse. Crop Protection: 29:20-24. Dono, Hidayat S, Nasahi C, Anggarini E.

  squamosa L. against the cabbage looper, Trichoplusia ni in the laboratory and

  Isman MB. 2010. Effects of crude seed extracts of Annona atemoya and Annona

  Effectivenes of two botanical innsecticide formulations to two major cabbage insect pests on field application. JISSAAS.15(1):42-51. De Cassia Seffrin R, Shikano I, Akhtar Y,

  Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dadang, Fitriasari ED, Prijono D. 2009.

  pengendalian ulat krop kubis Norris RF, Caswell-Chen EP, Kogan M.

  2003. Concepts in Integrated Pest

  aduncum L.) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.)

  12. Syahputra

  pavonana terhadap fraksi aktif Calophyllum soulatri . Hayati (13)1:7-

  D, Dadang, Manuwoto S, Darusman LK. 2006. Respon fisiologi Crocidolomia

  E, Prijono

  2:1-7. Syahputra

  Crocidolomia pavonana (f.) (Lepidoptera: Pyralidae). JHPT Tropika.

  2002. Pengaruh fraksi aktif kulit batang Dysoxylum acutangulum Miq. (Meliaceae) terhadap reproduksi

  Syahputra E, Prijono D, Simanjuntak P.

  Anopheles stephensi, Culex quinquefasciatus , and Aedes aegypti. Journal of Photochemistry & Photobiology, B: Bilogy . 153:184-190.

  silver nanoparticles and its larvicidal efficacy against three mosquito vectors

  Annona muricata leaf extract mediated

  2015. Spectral and HRTEM analyses of

  (lepidoptera: crambidae).Tesis. Entomologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santhosh SB, Ragavendran C, Natarajan D.

  Santoso GB. 2011. Aktivitas insektisida ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L.) dari lokasi berbeda dan sinergisnya dengan ekstrak buah sirih hutan (Piper

  Management. New Jersey (US): Lori Dalberg, Carlisle Publishers Services.

  Lingkungan . Vol. 21. No. 2. pp:201- 212.

  Isman MB. 2014. Comparative bioactivity of selected seed extracts from Brazilian Annona spesies and an acetogenin-based commercial bioinsecticide against Trichoplusia ni and Myzus persicae. Crop Protection. 62: 100-106. Risnawati, Syahputra E. Hendarti I. 2007. terhadap residu emamektin benzoat di Sentra produksi tanaman kubis Propinsi Jawa Tengah. J. Manuasia dan

  6(9): 741-745. Ribeiro LP, Akhtar Y, Vendramim JD,

  Pacific Journal of Tropical Disease .

  2016. Effect of seed kernel aqueous extract from Annona squamosa against three mosquito vector and its impact on non-target aquatic organisms. Asian

  Ramadibai R, Parthiban E, Boothapandi M.

  editor. 2001 Nov 6; Bogor. Bogor (ID): Perhimpunan Entomologi Indonesia. hlm 72-82.

  III,

  yang Bijaksana Menuju Optimasi Produksi; Prosiding Seminar Nasional

  BW, Simanjuntak P. 2001. Aktivitas lima jenis insektisida alami terhadap ulat krop kubis Crocidolomia binotalis Zeller. Di dalam: Pengelolaan Serangga

  9(1): 1-6. Prijono D, Syahputra E, Sudarmo, Nugroho

  binotalis zeller (Lepidoptera: Pyralidae). Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan .

  Insecticidal activity of Annonaceous seed extracts against Crocidolomia

  Prijono D, Gani MS, Syahputra E. 1997.

  E. 2010. Sediaan biji Velayutham K, Ramanibai R. 2016.

  Larvicidal activity of synthesized silver nanoparticles using isoamyl acetate identified in Annona squamosa leaves against Aedes aegypti and Culex

  quinquefasciatus. The Journal of Basic & Applied Zoology 74:16-22.

  Yuswanti L. 2002. Pengaruh campuran ekstrak Aglaia harmsiana Perkins dan

  Dysoxylum acutangulum Miq.

  (Meliaceae) terhadap mortalitas dan oviposisi (L.)

  Plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae). Skripsi.

  Proteksi Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.