PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH PENERIMAAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG KEBUTUHAN SEKSUAL DI SMA MUHAMMADIYAH 3 JEMBER

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH PENERIMAAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG KEBUTUHAN SEKSUAL DI SMA MUHAMMADIYAH 3 JEMBER

Hendra Dwi Cahyono*, Ni Made Armawati**, Lailil Fatkuriyah***

*, **Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember **Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Adolescent is a period of transition between childhood and adult stages. Physical changes that occur in adolescence led to the emergence of sexual interest and curiosity is high on sexuality. The purpose of this study was to determine differences in the level of knowledge and attitudes about adolescent sexual counseling before and after the acceptance of sexual needs in SMA Muhammadiyah Jember 3. This type of research used in this study was Quasi Experiment (quasi-experimental) with the design of one-group pre-test post-test design, where the level of students' knowledge and attitudes regarding sexual needs were measured before and after treatment are given in the form of health education / counseling. The population in this study is a Class XI student at SMA Muhammadiyah Jember totaled 3 152 people consisting of grade social studies and language. The sample size in this study was 60 with a sampling technique used was purposive sampling. Research before giving counseling to determine the level of knowledge about the category (88.3%), sufficient (11.7%). Negative attitudes (85%), positive (15%). After the provision of information to determine the level of knowledge both categories (3.3%), adequate (55%), and less (41.7%). Negative attitudes (60%), positive (40%). Based on the Wilcoxon test were analyzed using SPSS obtained significance value (Asymp. Sig) between the level of knowledge before and after the extension of 0000> 0.05, meaning that there is a significant difference between the level of knowledge before (pretest) and after (posttest) was given counseling. The conclusion of this study is there are different levels of knowledge and attitudes of adolescents before and after receipt of counseling in IPS-grade students at SMA Muhammadiyah Jember 3. Keywords: Extension, level of knowledge, attitude.

PENDAHULUAN

belum menikah Seksual merupakan bagian integral

Kondisi

yang

menyebabkan remaja secara sosial dari kehidupan manusia terutama remaja.

budaya termasuk agama dianggap belum Remaja merupakan masa peralihan antara

berhak atas informasi dan edukasi apalagi tahap anak dan dewasa yang jangka

pelayanan medis untuk kesehatan waktunya berbeda-beda tergantung faktor

reproduksi. Terjerumusnya remaja ke sosial dan budaya. Ciri-cirinya adalah alat

dalam dunia hubungan sosial yang luas reproduksi mulai berfungsi, libido mulai

maka mereka tidak saja harus mulai muncul, intelegensi mencapai puncak

adaptasi dengan norma perilaku sosial perkembangannya, emosi sangat labil,

tetapi juga sekaligus dihadapkan dengan kesetiakawanan yang kuat terhadap

munculnya perasaan dan keinginan teman sebaya dan belum menikah.

seksual (Subakhti, 2009).

Perubahan-perubahan fisik yang hubungan seksual sebelum menikah terjadi pada remaja merupakan gejala

sebesar 24%. Remaja di Jakarta yang primer dalam pertumbuhan remaja

pernah melakukan hubungan seks Kematangan seksual pada usia remaja

sebelum menikah ada sebanyak 42% menyebabkan munculnya minat seksual

(Badan Kesehatan Keluarga Berencana dan keingintahuan yang tinggi tentang

Negara, 2008).

seksualitas. Rasa ingin tahu dan mencoba Berdasarkan hasil Survei Kesehatan yang kuat seringkali membuat remaja

Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) terjerumus dalam tingkah laku yang

tahun 2007 yang dilakukan oleh remaja merugikan dirinya, seperti menonton

usia 15-19 tahun baik putra maupun putri VCD porno, majalah-majalah yang

menunjukkan bahwa tidak sedikit yang memberikan gambar gambar dan cerita

sudah pernah melakukan hubungan yang vulgar, serta akses internet yang

seksual. Dari data terhadap 10.833 remaja sering disalahgunakan menjadi sarana

putra dan 9.344 remaja putri berusia 15- untuk menyebarkan informasi ke arah

19 tahun, didapatkan bahwa remaja putra pornografi. Berbagai dampak dari media

yang sudah berpacaran sebanyak 72%, elektronik atau media cetak dengan

pernah berciuman sebanyak 92%, pernah mudah dapat diamati, dilihat, atau dibaca

meraba-raba pasangan sebanyak 62% dan oleh remaja (Santrock, 2007).

pernah melakukan hubungan seksual Perilaku seksual pada remaja saat

sebanyak 10,2%. Sedangkan remaja putri ini menjadi masalah yang tidak dapat

yang sudah berpacaran sebanyak 77%, diabaikan dalam kehidupan manusia.

pernah berciuman sebanyak 92%, pernah Fauziah (2007) berpendapat bahwa

meraba-raba pasangan sebanyak 62% dan perilaku seksual adalah segala bentuk

pernah melakukan hubungan seksual kegiatan dan aktivitas yang dapat

sebanyak 6,3%.

menyalurkan dorongan seksual remaja Hasil survei yang dilakukan dalam hubungannya dengan lawan jenis

terhadap 8084 remaja usia 15-24 tahun dan dilakukan remaja sebelum menikah.

pada 4 propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Sementara menurut Vener dan Stewart

tengah, Jawa Timur, dan Lampung (Thornburg, 2002) perilaku seksual itu

menunjukkan 46,2% remaja menganggap dimulai dari saling berpegangan tangan,

bahwa perempuan tidak akan hamil berpelukan, berciuman, necking, petting

sekali melakukan tahap ringan hingga berat dan kemudian

hanya

dengan

hubungan seks. Kesalahan persepsi ini melakukan senggama.

sebagian besar diyakini oleh remaja laki Kecenderungan perilaku seksual pra

laki sebesar 49,7% dan 42,3% oleh nikah di kalangan remaja semakin banyak

remaja putri. Selain itu juga dari hasil terjadi, tercermin dari perilaku seks di

survei yang sama menunjukkan bahwa kalangan

51% remaja mengira bahwa risiko Organization (WHO) memperkirakan

tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan rata-rata 100% seluruh remaja

dengan pekerja seks komersial dan hanya yang ada di dunia, diperkirakan 47% nya

19,2% yang menyadari peningkatan telah terlibat dalam perilaku seks bebas.

risiko tertular penyakit seksual bila Suatu penelitian yang pernah dilakukan

memiliki lebih dari satu pasangan BKKBN (Badan Kesejahteraan Keluarga

(Darwisyah, 2000). Angka ini juga Berencana Nasional) menyatakan bahwa

sangat berkaitan dengan tingginya jumlah perilaku seksual remaja belakangan ini

angka penderita HIV/AIDS (Human memang

Virus/Aquared remaja laki-laki yang melakukan

Immuno Deficiency Virus ) yang terus hubungan seksual adalah 4,9% dan

menerus meningkat setiap tahunnya. perempuan yang pernah melakukan

Terbukti pada tahun 2002 jumlah Terbukti pada tahun 2002 jumlah

bereksperimen mengenai masalah seks meningkat ditahun 2006, antara 169.000

tanpa menyadari bahaya yang timbul dari hingga 216.000, data akhir di bulan

perbuatannya, dan ketika permasalahan September menjukan angka 6.987 dengan

yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya kasus baru (Kartono, 2008).

mulai bermunculan, remaja takut untuk Studi pendahuluan yang telah

mengutarakan permasalahan tersebut dilakukan di SMA Muhammadiyah 3

kepada orang tua. Remaja lebih senang Jember pada 21 siswa. Menunjukkan

menyimpan dan memilih jalannya sendiri sebanyak 9 siswi (42.9%) mengatakan

tanpa berani mengungkapkan kepada mereka sudah mengetahui tentang

orang tua. Hal ini disebabkan karena seksualitas dari media masa seperti

ketertutupan orang tua terhadap anak majalah wanita, tetapi mereka mengaku

terutama masalah seks yang dianggap pengetahuan yang didapatkan masih

tabu untuk dibicarakan serta kurang kurang lengkap karena pembahasaanya

terbukanya anak terhadap orang tua tidak mendetail. Sementara 11 (57.1%)

karena anak merasa takut untuk bertanya siswa lainnya tidak mengetahui masalah

(Amrillah, 2008).

yang berkaitan dengan seksualitas. Keterbatasan akses dan informasi Pengetahuan mereka sebatas pada

mengenai seksualitas bagi remaja di persoalan menstruasi yang normal

dipahami karena dialami oleh siswi atau mimpi basah bagi

Indonesia

bisa

masyarakat umumnya masih menganggap siswa. Sementara sikap siswa terhadap

seksualitas sebagai sesuatu yang tabu dan seksual diketahui bahwa 4 siswa menolak

tidak untuk dibicarakan secara terbuka. atau tidak setuju dengan hubungan

Orang tua biasanya enggan untuk seksual sebelum menikah, 12 siswa setuju

memberikan penjelasan masalah-masalah dengan berciuman dan berpegangan

seksualitas dan reproduksi kepada tangan selama pacaran, 5 siswa sangat

remajanya, dan anak pun cenderung malu setuju dengan hubungan seksual selama

bertanya secara terbuka kepada orang pacaran atau sebelum menikah.

tuanya. Selain itu, beragam mitos tentang Berdasarkan

seksualitas juga menjadi masalah dengan guru di SMA Muhammadiyah

hasil

wawancara

remaja. Seperti Jember, pendidikan tentang seksualitas

tersendiri

bagi

berhubungan seksual dengan pacar remaja belum sepenuhnya diberikan

merupakan bukti cinta, dan melakukan kepada

hubungan seksual dengan senggama seksualitas diberikan melalui mata

siswa-siswi.

Pendidikan

terputus berarti aman dari kehamilan pelajaran Biologi yang hanya membahas

Informasi yang salah tentang seks mengenai hewan, tumbuh-tumbuhan dan

dapat mengakibatkan pengetahuan dan susunan anatomi organ reproduksi

persepsi seseorang mengenai seluk beluk manusia serta fungsinya. Tetapi, dalam

seks itu sendiri menjadi salah. Hal ini mata pelajaran tersebut tidak membahas

satu indikator tentang remaja dan permasalahan

menjadi

salah

meningkatnya perilaku seks bebas di seksualitas. Belum pernah mendapatkan

kalangan remaja. Pengetahuan yang penyuluhan tentang seksualitas secara

setengah-setengah justru lebih berbahaya lengkap, sehingga timbul perasaan cemas,

dibandingkan tidak tahu sama sekali, takut, dan binggung berkaitan dengan

kendati dalam hal ini ketidaktahuan seksualitas.

tidak berbahaya. Banyaknya persoalan mengenai

bukan

berarti

Pengetahuan tentang proses reproduksi penyimpangan seks pada remaja

yang didapat dari sekolah misalnya dari berangkat dari pemahaman yang keliru

biologi, juga kurang mengenai

komprehensif atau sepotong-sepotong komprehensif atau sepotong-sepotong

terhadap kesehatan reproduksi yang diperolehnya dari teman-teman

Selain itu, 35 penelitian yang sebaya, sumber-sumber lain seperti media

di negara maju dan massa, buku pornografis, atau bahkan

dilakukan

menyimpulkan bahwa blue movies .

berkembang

pendidikan kesehatan seksual berbasis Tenaga

menyebabkan peranan penting serta dapat bekerja sama

bertambahnya kegiatan seksual remaja. dengan

Bahkan sebaliknya berdampak pada menyumbangkan pengetahuan serta

penundaan kegiatan seks (Danuwisastra, memberikan

2003). Menurut Ajun (2001) semakin kesehatan reproduksi dikalangan remaja,

penyuluhan

tentang

remaja mendapat bekal pengetahuan namun bukan pendidikan seks secara

tentang seksualitas, maka akan semakin vulgar, melainkan pendidikan seperti;

berhati-hati dalam perilakunya, serta akan tentang organ reproduksi, bahaya akibat

memiliki kemampuan untuk mengambil pergaulan bebas, seperti penyakit

keputusan menyangkut seksualitasnya. menular seksual dan sebagainya. Dengan

Selain itu, WHO menekankan pentingnya demikian, diharapkan para remaja ini bisa

pendidikan kesehatan reproduksi kepada terhindar

remaja muda (younger adolescents), yaitu melakukan seks bebas (Gemari, 2001).

kelompok usia 10 hingga 14 tahun. Usia Informasi yang benar dan jelas

ini merupakan masa emas untuk mengenai kesehatan reproduksi, kegiatan

terbentuknya landasan yang kuat tentang penyuluhan dilakukan untuk memberikan

kesehatan reproduksi, sehingga dapat informasi. Penyuluhan kesehatan yaitu

mempersiapkan mereka untuk mengambil kegiatan pendidikan kesehatan yang

keputusan seksual yang lebih aman dan dilakukan dengan menyebarkan pesan,

bijaksana dalam hidupnya menanamkan

Bertitik tolak pada uraian tersebut masyarakat tidak saja sadar, tahu dan

keyakinan,

sehingga

maka perlu dilakukan penelitian tentang mengerti, tetapi juga mau dan dapat

perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap melakukan suatu anjuran yang ada

remaja tentang kebutuhan seksual hubungannya dengan kesehatan (Santosa

sebelum dan sesuadah mendapatkan dkk, 2005). Penyampaian informasi

penyuluhan di SMA Muhammadiyah 3 dengan penyuluhan yang benar dan jelas

Jember. Upaya yang dilakukan adalah diharapkan dapat membantu remaja untuk

informasi atau pesan memahami betapa pentingnya masalah

pemberian

kesehatan berupa penyuluhan kesehatan seksualitas.

untuk memberikan atau meningkatkan Bertambahnya informasi sebagai

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan pengetahuan bagi remaja diharapkan

agar memudahkan terjadinya perilaku dapat membentuk suatu sikap yang baru.

sehat. Sehingga mempunyai kemampuan Menurut

mengenal masalah kesehatan dirinya, pengetahuan yang baru pada subjek dapat

Notoatmodjo

keluarga, dan kelompoknya dalam menimbulkan respon batin dalam bentuk

meningkatkan kesehatannya. sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya itu. Sikap remaja terhadap

BAHAN DAN METODE

seksualitas dipengaruhi oleh informasi Jenis penelitian yang digunakan atau pengetahuan. Pengetahuan terhadap

dalam penelitian ini adalah Quasi objek dapat dipersepsikan sebagai hal

Experiment (eksperimen semu) dengan yang positif maupun hal yang negatif.

rancangan one-group pre-test post-test Pengetahuan

design (rancangan pra-pasca test dalam reproduksi

dimana tingkat dimana tingkat

purposive sampling kesehatan diukur sebelum dan setelah

menggunakan

melalui pendekatan rumus Slovin sebesar diberikan perlakuan berupa pendidikan

Instrumen penelitian kesehatan/penyuluhan.

60 orang.

menggunakan kuesioner dan analisis data Populasi dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji wilcoxon. siswa Kelas XI di SMA Muhammadiyah

3 Jember berjumlah 152 orang yang terdiri dari kelas IPS dan Bahasa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan

HASIL

Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Sebelum Penerimaan

Penyuluhan

No

Tingkat Pengetahuan

60 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2014

Jumlah

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan berada pada kategori kurang yaitu 53 orang (88.3%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Sesudah Penerimaan Penyuluhan

No

Tingkat Pengetahuan

60 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2014

Jumlah

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden sesudah penyuluhan berada pada kategori cukup yaitu 33 orang (55%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi pemberian ASI ekslusif pada ibu yang diberikan konseling di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember

Tidak Eksklusif

Jumlah

∑ % 1 Konseling

20 74.07 7 25.93 27 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2014

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa ibu yang mendapatkan konseling sebagian besar memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi selama 24 jam yaitu (74.04%).

Tabel 4 Distribusi Silang Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebutuhan Seksual Pada Siswa di SMA Muhammadiyah 3 Jember Sebelum dan Sesudah Penerimaan Penyuluhan

No

Penyuluhan

Sebelum

Sesudah

Pengetahuan

1 Baik

2 Cukup

53 88.3 25 41.7 Jumlah

3 Kurang

Sumber : Data primer diolah tahun 2014 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui

nilai signifikansi (Asymp. Sig) antara bahwa terdapat peningkatan tingkat

tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah pengetahuan remaja setelah menerima

penyuluhan sebesar 0.000 < 0.05, artinya penyuluhan tentang kebutuhan seksual.

ada perbedaan tingkat pengetahuan yang Berdasarkan uji Wilcoxon yang dianalisis

bermakna antara sebelum (pretest) dan dengan menggunakan SPSS diperoleh

sesudah (posttest) diberi penyuluhan.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Sebelum Penerimaan Penyuluhan

No Sikap Frekuensi Prosentase (%)

60 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2014

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sikap responden sebelum penyuluhan adalah negatif yaitu 51 orang (85%).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Sesudah Penerimaan Penyuluhan

No Sikap Frekuensi Prosentase (%)

Sumber : Data primer diolah tahun 2014 Tabel 6 dapat diketahui bahwa sikap responden sesudah penyuluhan adalah positif yaitu 36 orang (60%).

Tabel 7 Distribusi Silang Sikap Remaja Tentang Kebutuhan Seksual Pada Siswa di

SMA Muhammadiyah 3 Jember Sebelum dan Sesudah Penerimaan Penyuluhan

60 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2014

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui perbedaan sikap yang bermakna antara bahwa terdapat peningkatan sikap remaja

sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) setelah mendapatkan penyuluhan tentang

diberi penyuluhan

kebutuhan seksual. Hasil penelitian menunjukkan jika sikap remaj sebelum

PEMBAHASAN

merima penyuluhan sebagian besar

hasil penelitian adalah negatif dan setelah menerima

Berdasarkan

diketahui bahwa sebelum penyuluhan penyuluhan sebagian besar adalah positif.

tentang kebutuhan seksual diketahui Berdasarkan uji Wilcoxon yang dianalisis

berada pada kategori kurang yaitu dengan menggunakan SPSS diperoleh

(88.3%). Beberapa hal yang mendasari nilai signifikansi (Asymp. Sig) antara

tingkat pengetahuan siswa kelas IPS dan sikap sebelum dan sesudah penyuluhan

Bahasa berada pada kategori kurang. sebesar 0.000 < 0.05, artinya adanya

Seperti

usia,

pendidikan. Usia pendidikan. Usia

memungkinkan akan berdampak pada seseorang. Selain itu usia mempengaruhi

hidup

tingkat pengetahuan yang dimiliki. terhadap daya tangkap dan pola pikir

Berdasarkan hasil penelitian setelah seseorang. Semakin bertambah usia akan

mendapatkan penyuluhan semakin berkembang pula daya tangkap

siswa

mengenai kebutuhan seksual diperoleh dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

hasil bahwa tingkat pengetahuan siswa yang diperolehnya semakin membaik.

kelas IPS kategori cukup (55%). Angka Menurut Notoatmodjo (2007) umur

ini menjelaskan jika dengan pemberian mempengaruhi daya tangkap dan pola

penyuluhan mengenai kebutuhan seksual pikir seseorang. Semakin bertambah

akan turut serta berdampak pada jumlah umur akan semakin berkembang pula

diterima siswa. daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

informasi

yang

Penyuluhan merupakan salah satu cara pengetahuan yang diperoleh semakin

untuk memberikan informasi mengenai membaik. Siswa kelas IPS dan Bahasa

kebutuhan seksual. Pada kegiatan dominan masih berusia <20 tahun

penyuluhan siswa diberikan informasi sehingga masih belum memiliki tingkat

yang tidak diketahui sebelumnya, kematangan dan berpikir. Menurut

semakin banyak informasi yang diperoleh Hurlock (2008), Usia 21-40 tahun

dalam kegiatan penyuluhan maka dinamakan dewasa

memungkinkan akan semakin baik pula kemampuan mental mencapai puncaknya

awal

dimana

tingkat pengetahuan yang dimiliki. dalam usia 20 tahun untuk mempelajari

Menurut Santosa dkk, (2005) Penyuluhan dan menyesuaikan diri pada situasi-

kesehatan yaitu kegiatan pendidikan situasi baru seperti pada misalnya

kesehatan yang dilakukan dengan mengingat hal hal yang pernah dipelajari,

pesan, menanamkan penalaran analogis dan berfikir kreatif.

menyebarkan

keyakinan, sehingga masyarakat tidak Selain usia rendahnya pengetahuan

saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga dimungkinkan karena materi pelajaran

mau dan dapat melakukan suatu anjuran yang diterima jarang yang bersentuhan

yang ada hubungannya dengan kesehatan. dengan persoalan seksual. Sehingga

penyuluhan dalam informasi yang diperoleh siswa sangatlah

Kegiatan

dilakukan dengan minim tentang seksual. Materi pelajaran

penelitian

ini

memberikan sejumlah informasi yang merupakan

berkaitan dengan kebutuhan seksual informasi yang berada di SMA

satu-satunya

sumber

remaja. Penyampaian informasi dengan Muhammadiyah 3 Jember, meski terdapat

penyuluhan yang benar dan jelas mading (majalah dinding) tidak pernah

diharapkan dapat membantu remaja untuk sama sekali membahas mengenai seksual.

memahami betapa pentingnya masalah Pihak

kebutuhan seksual. Pada kegiatan mendatangkan petugas kesehatan untuk

penyuluhan terdapat transfer informasi memberikan informasi kesehatan kepada

yang disampaikan dari penyuluh kepada siswa, sehingga informasi yang diperoleh

peserta dalam hal ini adalah sisw kelas siswa kelas IPS dan Bahasa sangat

IPS, semakin banyak jumlah informasi terbatas, selain itu persoalan seksual bagi

yang diterima maka memungkinkan akan sebagian siswa masih dianggap tabu dan

semakin banyak pula pengetahuan yang tidak bisa diperbincangkan dengan bebas

diserap oleh siswa tentang kebutuhan atau umum. Akibatnya siswa akan

seksual.

berperilaku tertutup. Keadaan ini pada

hasil penelitian gilirannya akan mempengaruhi akses atau

Berdasarkan

skor rata-rata jumlah informasi siswa. Semakin banyak

diketahui

bahwa

pengetahuan siswa kelas IPS dan Bahasa jumlah informasi yang diterima siswa

sebelum mendapatkan penyuluhan 45.07 dan setelah mendapatkan penyuluhan sebelum mendapatkan penyuluhan 45.07 dan setelah mendapatkan penyuluhan

kegiatan penyuluhan sebesar 21.11%. uji statistic menunjukkan

reproduksi,

dilakukan untuk memberikan informasi. jika nilai signifikansi (Asymp. Sig) antara

Penyuluhan kesehatan yaitu kegiatan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah

pendidikan kesehatan yang dilakukan penyuluhan sebesar 0.000 < 0.05, artinya

menyebarkan pesan, ada perbedaan tingkat pengetahuan yang

dengan

keyakinan, sehingga bermakna antara sebelum (pretest) dan

menanamkan

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan sesudah (posttest) diberi penyuluhan. Hal

mengerti, tetapi juga mau dan dapat ini menjelaskan bahwa penyuluhan

melakukan suatu anjuran yang ada merupakan salah satu cara yang berperan

hubungannya dengan kesehatan. Hasil penting

penelitian serupa juga dilakukan oleh pengetahuan siswa. Semakin sering

dalam

meningkatkan

Kustriyani (2009) tentang perbedaan kegiatan penyuluhan yang dilakukan akan

pengetahuan dan sikap siswi sebelum dan akan berdampak besar pula pada tingkat

sesudah pemberian pendidikan kesehatan pengetahuan siswa.

tentang keputihan DI SMU Negeri 4 Menurut Depkes (2005) Penyuluhan

Semarang. Peningkatan jumlah responden kesehatan

yang memiliki pengetahuan tinggi pengetahuan dan kemampuan seseorang

adalah

penambahan

sebelum dan sesudah pendidikan melalui tekhnik praktek belajar atau

kesehatan sebesar 70,2% dengan p value instruksi dengan tujuan mengubah atau

0,000, dan terdapat peningkatan jumlah mempengaruhi perilaku manusia secara

responden yang memiliki sikap baik individu, kelompok maupun masyarakat

sebelum dan sesudah pendidikan untuk dapat lebih mandiri dalam

kesehatan yaitu sebanyak 26,3% dengan mencapai tujuan hidup sehat. Fungsi

p value 0,000.

penyuluhan adalah sebagai penghubung Rachma Wardani (2010) meneiliti yang menjabarkan proses penyampaian

tentang Pengaruh Penyuluhan Terhadap ilmu pengetahuan dari sumbernya kepada

Pengetahuan Kesehatan masyarakat yang membutuhkannya.

Tingkat

Reproduksi Remaja Perempuan SMP Informasi

Muhammadiyah 7 Surakarta. Hasil memberikan pengaruh jangka pendek

p<0.001 menunjukkan bahwa variabel- (immediate

variabel dalam penelitian ini memberikan menghasilkan

impact )

sehingga

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan.

perubahan

atau

tingkat pengetahuan remaja SMP tentang banyak informasi yang masuk semakin

Semakin

reproduksi, rata-rata banyak pula pengetahuan yang didapat

kesehatan

mendapatkan 1.6 poin lebih tinggi tentang kesehatan.

daripada remaja yang tidak disuluh Hasil penelitian ini menjelaskan

(b=1.6; CI 95% 0.7 s.d. 2.5; a=4.2; R2 = bahwa dengan adanya penyuluhan akan

turut serta memberikan dampak terhadap Pemberian penyuluhan mengenai peningkatan pengetahuan seseorang. Hal

kebutuhan seksual pada remaja terbukti ini disebabkan karena dalam kegiatan

secara statistik dapat meningkatkan penyuluhan terdapat transfer informasi.

Pada kegiatan Semakin

pengetahuannnya.

penyuluhan siswa mendapatkan sejumlah diperoleh maka akan semakin baik pula

tidak diketahui pengetahuan yang dimilikinya. Hasil

informasi

yang

sebelumnya oleh siswa berkaitan dengan penelitian ini sesuai dengan pendapat

kebutuhan seksual. Semakin banyak Machfoedz, Suryani, Sutrisno, & Santosa,

informasi yang diperoleh siswa mengenai (2005) yang menyatakan bahwa Agar

kebutuhan seksual maka semakin banyak para remaja dapat memperoleh informasi

pula sesuatu yang diketahui oleh siswa.

Jumlah informasi ini pada gilirannya persoalan seksual. Siswa cenderung akan

tertutup dan menilai persoalan kebutuhan pengetahuan yang dimiliki siswa.

seksual merupakan sesuatu yang privasi Berdasarkan

dan tidak untuk konsumsi publik, diketahui bahwa sikap siswa kelas IPS

hasil

penelilitian

sehingga sedikit yang membicarakan sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan

persoalan ini antar sesama siswa. sebagian besar adalah negatif yaitu 51

hasil penelitian orang (85%). Terbentuk sikap siswa kelas

Berdasarkan

diperoleh skor rata-rata 85.25 sebelum IPS berada pada kategori negatif tidak

102.18 setelah berdiri sendiri, terdapat beberapa hal

penyuluhan,

dan

Kegiatan penyuluhan yang diduga berkaitan dengan sikap

penyuluhan.

meningkatkan sikap responden sebesar siswa kelas IPS yang negatif. Menurut

16.57%. Realitas ini menunjukkan jika Azwar (2000) mengemukakan beberapa

pemberian informasi kepada siswa kelas faktor yang mempengaruhi pembentukan

IPS dan Bahasa dalam bentuk sikap seseorang yaitu pengalaman

penyuluhan membantu siswa dalam pribadi, kebudayaan, orang lain yang

memahami kebutuhan seksual yang benar dianggap penting, media massa, institusi

dan tepat. Pengetahuan atau informasi atau lembaga pendidikan dan lembaga

yang diterima siswa akan membetuk agama, serta faktor emosi dalam diri

dalam menentukan sikap mengikuti atau individu.

menolaknya.

Sikap siswa kelas IPS dan Bahasa Menurut penelitian yang dilakukan dominan negatif salah satunya karena

oleh dr. Boyke pada remaja menunjukkan tingkat pengetahuan yang dimiliki.

bahwa sebelum mengikuti seminar, Pengetahuan seseorang akan menjadi

mereka rata-rata menyetujui hubungan dasar

seksual pranikah. Tapi sesudah seminar memberikan respon terhadap seseuatu.

atau pertimbangan

dalam

90% peserta menyatakan tidak setuju Respon tersebut akan bernilai positif jika

dengan hubungan seksual pranikah didukung dengan tingkat pengetahuan

(Pratiwi, 2004). Selain itu, 35 penelitian yang baik. Menurut Notoatmodjo (2003),

yang dilakukan di negara maju dan pengetahuan yang baru pada subjek dapat

menyimpulkan bahwa menimbulkan respon batin dalam bentuk

berkembang

pendidikan kesehatan seksual berbasis sikap subjek terhadap objek yang

menyebabkan diketahuinya itu. Sikap yang didasari

sekolah

tidak

bertambahnya kegiatan seksual remaja. dengan pengetahuan yang baik cenderung

Bahkan sebaliknya berdampak pada akan positif jika dibandingkan dengan

penundaan kegiatan seks (Danuwisastra, sikap yang didsari oleh pengetahuan yang

kurang.

Wahyudi (2000) Selain pengetahuan, sikap terbentuk

Menurut

kurangnya komunikasi secara terbuka dari interakasi sosial. Menurut Azwar,

antara orang tua dengan remaja dapat (2000) Pembentukan sikap seseorang

memperkuat munculnya perilaku yang pada dasarnya disebabkan oleh adanya

menyimpang. Sebagian siswa menilai interaksi sosial, dalam interaksi sosial,

persoalan kebutuhan seksual bukanlah terjadi pertukaran informasi antar

konsumsi umum dan tidak layak untuk individu dan hubungan yang saling

dikomunikasikan dengan orang lain, mempengaruhi. Hubungan yang timbal

akibatnya mereka akan mencari informasi balik inilah yang membentuk pola sikap

sendiri dari berbagai sumber seperti terhadap objek yang dihadapinya.

internet dan sebaginya. Menurut Azwar Kegiatan interaksi yang dilakukan antara

(2011), berbagai bentuk media massa siswa

seperti televisi, radio, surat kabar, dimungkinkan tidak interaktif untuk

di SMA

Muhammadiyah

majalah dan lain-lain mempunyai majalah dan lain-lain mempunyai

Terdapat perbedaan sikap remaja tentang massa memberikan pesan-pesan yang

kebutuhan seksual sebelum dan sesudah sugestif yang mengarahkan opini

penyuluhan dengan nilai signifikansi seseorang. Adanya informasi baru

(Asymp. Sig) sebesar 0.000 < 0.05. mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

DAFTAR PUSTAKA

sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup Azwar, S. (2003). Metode Penelitian. kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi

Yogyakarta: Pustaka dasar afektif dalam menilai sesuatu hal

Saifuddin. (2005). Sikap sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Azwar,

Teori dan Kurangnya

Manusia:

Pengukurannya . Yogyakarta: mendapatkan informasi sebelumnya juga

Pustaka Pelajar. menyebabkan penilaian yang berbeda

Fitri Fauziah & Julianty Widuri. (2007). terhadap sikap individu.

Abnormal Klinis Hasil penelitian Iriani dkk (2011)

Psikologi

Dewasa. Jakarta: Universitas meneliti tentang perbedaan sikap

Indonesia (UI-Press). terhadap hubungan seks pranikah antara Santrock, J. W. (2007). Perkembangan remaja yang diberi penyuluhan dan yang Anak , edisi ke-11 jilid 1. Jakarta: tidak diberi penyuluhan kesehatan Penerbit Erlangga reproduksi remaja. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang Surbakti, E.B. (2009). Kenalilah Anak signifikan sikap terhadap pranikah

Remaja Anda . Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

seksual di kalangan remaja dengan

Soekidjo. (2007). kesehatan reproduksi intervensi dan

Notoatmodjo,

Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan remaja tanpa intervensi kesehatan

reproduksi. Seni . Jakarta: Rineka Cipta Thornburg D H. (2002). Development in

Adolenscence . Second Edition,

KESIMPULAN

California: Brook Cole Publishing Berdasarkan hasil penelitian pada

Co.

bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bhwa tingkat pengetahuan remaja tentang

kebutuhan seksual pada remaja di SMA

Muhammadiyah 3 Jember sebelum

penyuluhan adalah kurang (88.3%), tingkat pengetahuan remaja tentang

kebutuhan seksual pada remaja di SMA

Muhammadiyah 3 Jember sesudah

penyuluhan adalah cukup (55%), terdapat

perbedaan tingkat pengetahuan remaja tentang kebutuhan seksual sebelum dan

sesudah penyuluhan dengan nilai

signifikansi (Asymp. Sig) sebesar 0.000 <

0.05. Sikap remaja tentang kebutuhan

seksual pada remaja

di

SMA

Muhammadiyah 3 Jember sebelum

penyuluhan sebagain besar adalah negatif

(85%), sikap remaja tentang kebutuhan

seksual pada remaja

di

SMA

Muhammadiyah 3 Jember sesudah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN PERILAKU LANSIA DALAM PENCEGAHAN HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA DESA TEGAL WANGI KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER

Oleh Brahmantio Chrisna Tobias*, Kiswati, Said Mardijanto**, Akhmad Efrizal Amrullah***

*, **, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRAK

Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang diperkirakan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Penelitian ini adalah penelitian korelational dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti dapat mencari, menjelaskan hubungan dan menguji antara 2 variabel yaitu tingkat pengetahuan tentang hipertensi dengan perilaku pencegahan hipertensi. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 responden, sementara sampel sebesar

31 responden. Tehnik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden (51,6%) mempunyai pengetahuan kurang dan sebagian kecil (12,9%) lansia berpengetahuan baik. Sementara perilaku pencegahan hipertensi sebagian besar (54,84%) responden berperilaku cukup dan sebagian kecil (16,13%) lansia berperilaku baik. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan perilaku lansia dalam pencegahan hipertensi. Simpulan dari penelitian ini adalah a da hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan perilaku lansia dalam pencegahan hipertensi Di Desa Tegal Wangi Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Pemberian informasi oleh petugas kesehatan mengenai hipertensi akan memiliki peran besar dalam menurunkan terjadinya hipertensi. Hal ini diasumsikan bahwa perilaku seseorang merupakan manifestasi dari segala yang diketahuinya.

Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Perilaku Pencegahan Hipertensi

PENDAHULUAN

angka penderita hipertensi saat ini dan Hipertensi atau tekanan darah

pertambahan penduduk saat ini. Di tinggi adalah suatu keadaan dimana

Indonesia banyaknya penderita hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah sistolik

diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik

merupakan hipertensi > 90 mmHg. Hipertensi merupakan

yang

Prevalensi penderita kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh

terkontrol.

hipertensi di Indonesia cukup tinggi kita sendiri (Mansjoer, 2001:49).

yaitu 7% sampai 22%. Berdasarkan hasil Kenaikan kasus hipertensi terutama

survey penderita yang berujung pada di negara berkembang diperkirakan

penyakit jantung 75%, stroke 15%, dan sekitar 80% pada tahun 2025 dari

gagal ginjal 10%. Penelitian juga sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di

menunjukkan prevalensi hipertensi juga perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di

meningkat dengan bertambahnya usia. tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada

Dari berbagai penelitian epidemiologis Dari berbagai penelitian epidemiologis

agar tidak terjadi menunjukkan 1,8%-28,6% penduduk

peningkatan tekanan darah yang lebih yang berusia di atas 20 tahun adalah

parah. Tetapi sayangnya tidak semua penderita hipertensi

penderita hipertensi dapat melakukan Diprovinsi Jawa Timur tahun 2010,

pencegahan terhadap penyakitnya. Hal tercatat penderita hipertensi sebanyak

ini disebabkan karena tingkat 12,41%

pengetahuan penderita hipertensi tentang penduduk Jawa Timur (Utami, 2013:17).

dari 38.026.550

jumlah

pencegahan kekambuhan penyakitnya Sedangkan

tidaklah sama.

Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2013

Pengetahuan adalah tercatat prevalensi lansia hipertensi

Tingkat

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi meningkat sampai 30%, pada umur

setelah orang melakukan penginderaan setelah 69 tahun (Dinkes Jember, 2013).

objek tertentu. Lansia dengan hipertensi sangat

terhadap

suatu

Penginderaan terjadi melalui pancaindera beresiko mengalami berbagai macam

manusia, yakni: indera penglihatan, komplikasi. Komplikasi yang paling

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. mungkin timbul dari hipertensi yang

Sebagian besar pengetahuan manusia diderita oleh lansia adalah penyakit

diperoleh melalui mata dan telinga jantung dan stroke (pecah pembuluh

(Notoatmodjo, 2010:139). darah serebral). Apabila pembuluh darah

Berdasarkan data jumlah kasus otak menyempit, maka aliran darah ke

hipertensi di Posyandu Lansia Desa Tegal otak akan terganggu dan sel-sel otak akan

Wangi Kecamatan Umbulsari Kabupaten mengalami kematian (Soeparman &

Jember dari tahun ke tahun mengalami Waspadji, 2001). Upaya untuk mengatasi

peningkatan; pada tahun 2010 tercatat 10 atau mengurangi resiko terjadinya

lansia (33%), pada tahun 2011 tercatat 12 komplikasi pada lansia dengan hipertensi,

lansia (40%), pada tahun 2012 tercatat 15 terdapat empat cara yang dapat dilakukan

lansia (50%), pada tahun 2013 tercatat 18 oleh lansia dengan hipertensi untuk

lansia (60%), dan 2014 tercatat 22 lansia mengurangi atau mencegah terjadinya

(73,3%), dari total keseluruhan lansia komplikasi, yaitu pengaturan diet,

yang aktif mengikuti kegiatan di modifikasi pola hidup atau gaya hidup,

posyandu lansia sebanyak 34 orang. manajemen stres, dan kontrol kesehatan

(Data Posyandu Lansia Tegal Wangi, (Hart et al, 2010).

2014). Berdasarkan studi pendahuluan Menurut Yundini, (2006) beberapa

yang dilakukan posyandu lansia Desa faktor yang menyebabkan hipertensi

Tegal Wangi Kecamatan Umbulsari yaitu kurangnya aktivitas fisik, berat

Kabupaten Jember pada bulan Februari badan lebih, gangguan dari perubahan

2015 dari 10 responden didapatkan 5 hormonal serta faktor genetika, serta

(50%) lansia dengan pengetahuan tentang kurangnya pengetahuan penderita

hipertensi masih kurang, 3 (30%) lansia hipertensi dan

dengan pengetahuan cukup dan 2 (20%) pencegahan, penanganan dan perawatan

keluarga tentang

lansia dengan pengetahuan baik. dengan baik dan benar.

Berdasarkan wawancara sebagian besar Salah satu cara untuk

lansia mempunyai perilaku kebiasaan menanggulangi masalah kesehatan

mengkonsumsi garam dalam jumlah yang adalah dengan pencegahan terjadinya

berlebihan, menggunakan penyedap hipertensi bagi masyarakat secara

masakan dalam jumlah banyak. Sebagian umum dan pencegahan kekambuhan

besar lansia tidak bekerja dan tempat pada penderita hipertensi pada

berobat biasanya pergi ke puskesmas khususnya. Pencegahan hipertensi perlu

pembantu Desa Tegal Wangi Kecamatan dilakukan oleh semua penderita

Umbulsari Kabupaten Jember.

METODE PENELITIAN

D3 0 0%

Penelitian ini menggunakan jenis

S1

penelitian korelationaldengan pendekatan

Jumlah

cross sectional yaitu peneliti dapat Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan mencari, menjelaskan hubungan dan

Responden di Posyandu Lansia

Desa Tegal Wangi Kecamatan menekankan pada waktu pengukuran atau

menguji antara 2 variabel yang

Umbulsari Kabupaten Jember observasi data variabel hanya satu kali

Pekerjaan

Frekuensi Persentase

pada satu saat (Notoatmodjo, 2010:37).

Tidak Bekerja

Pada penelitian ini populasi yang

Buruh Tani

digunakan adalah seluruh anggota

Pedagang

Posyandu Lansia di Desa Tegal Wangi

Pensiunan PNS

Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember

Jumlah

yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia sebanyak 34 orang. Besar sampel

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Sumber yang digunakan adalah sejumlah 31

yang Diperoleh lansia, dengan pengambilan sampling

Informasi

Responden tentang Hipertensi di simple random sampling. Unit analisis

Posyandu Lansia Desa Tegal yang digunakan adalah Spearman rank.

Wangi Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember

HASIL PENELITIAN

Sumber Informasi

Frekuensi Persentase

a. Demorafi Responden

Teman/Saudara

Tenaga Kesehatan

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur

Posyandu Lansia

Responden di Posyandu Lansia

Media

Desa Tegal Wangi Kecamatan massa/Elektronik

31 Umbulsari Kabupaten Jember 100

Jumlah

Umur Frekuensi

b. Data Khusus

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis

Jumlah

Lansia tentang Hipertensi di Kelamin Responden di Posyandu

Posyandu Lansia Desa Tegal Lansia

Wangi Kecamatan Umbulsari Kecamatan Umbulsari Kabupaten

Kabupaten Jember Jember

Frekuensi Persentase Jenis Kelamin

Pengetahuan

4 12,9% Laki – laki

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat

Jumlah

Pendidikan Responden di Posyandu Tabel 7 Distribusi Frekuensi Perilaku Lansia

dalam Pencegahan Kecamatan Umbulsari Kabupaten

Hipertensi di Posyandu Lansia Jember

Desa Tegal Wangi Kecamatan

Pendidikan Frekuensi

Persentase

Umbulsari Kabupaten Jember

Perilaku

Tidak Sekolah

Frekuensi Persentase SD/SR

Pencegahan

Hipertensi

SMP

5 16,13% SMU

Baik

Cukup

Kurang

penelitian yang dilakukan oleh Musthofa

(2013) menunjukkan hasil bahwa tidak Tabel 8 Tabel Silang Pengetahuan Lansia

Jumlah

ada hubungan antara pengetahuan tentang

dengan perilaku penderita hipertensi Perilaku

Hipertensi

dengan

dalam pencegahan stroke. Pencegahan

Posyandu Lansia Desa Tegal

KESIMPULAN

Wangi Kecamatan Umbulsari Ada hubungan antara pengetahuan Kabupaten Jember.

tentang hipertensi dengan perilaku lansia

Perilaku Lansia Pengeta

∑ dalam pencegahan hipertensi.

huan Baik Cukup

0 0 10 32.3 1 3.2 11 35.5 Mengingat masalah hipertensi pada

Kurang

lansia cukup komplek dan melibatkan berbagai pihak terkait serta hasil

Jumlah

Berdasarkan hasil uji data dengan penelitian ini belum sempurna, maka agar menggunakan analisis Spearman Rank

tercapai kesempurnaan penelitian ini dan (Rho) dengan jumlah sampel 31 orang

mengoptimalkan pencegahan didapatkan p-value 0,000, pada taraf

untuk

hipertensi di Posyandu Lansia Desa Tegal signifikan p α (alpha)0,05 sehingga

Wangi, diperlukan penelitian lebih lanjut Hipotesanol (Ho) ditolak dan Hipotesis

dengan melengkapi data-data yang lebih alternatif (Ha) diterima. Hal ini berarti

akurat dengan mengambil populasi yang adanya hubungan pengetahuan lansia

lebih luas.

tentang hipertensi dengan perilaku lansia Pada pola makan diharapkan lansia dalam pencegahan hipertensi di Posyandu

untuk menghindari konsumsi garam Lansia Desa Tegal Wangi Kecamatan

dapat mengurangi resiko penyakit Umbulsari Kabupaten Jember.

hipertensi. Disarankan bagi peneliti Menurut Notoadmodjo, (2002)

selanjutnya untuk menambahkan atau mengungkaplan bahwa perilaku yang

variabel lain yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

mengkaji

mempengaruhi perilaku pencegahan langgeng daripada perilaku yang tidak

hipertensi pada lansia seperti petugas didasari

kesehatan, dukungan keluarga, budaya, Simanungkalit (2011), perilaku seseorang

pengetahuan.

Menurut

genetik dan sebaginya. atau masyarakat dalam memanfaatkan

fasilitas kesehatan ditentukan oleh

DAFTAR PUSTAKA

pengetahuan. Menurut Sarwono, (2004) Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala perilaku merupakan hasil dari segala

Psikologi (edisi 2). Penerbit macam pengalaman serta interaksi

Pustaka Pelajar. Yogyakarta manusia dengan lingkungannya yang

Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Pendekatan Praktek. sikap, dan tindakan

suatu

Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hasil penelitian serupa dilakukan

Azwar. (2010). Perilaku dan Cara oleh Salinding dk, (2012) yang

Pengukurannya. Jakarta: Salemba memberikan hasil bahwa terdapat

Medika.

hubungan antara pengetahuan dan BPOM. (2004). Persyaratan Penggunaan sikap dengan perilaku pencegahan

Tambahan Pangan stroke pada pasien hipertensi di

Bahan

Pemanis Buatan dalam Produk Rumah Sakit Umum Daerah

Pangan. http://www.pom.go.id: Lakipadada Kabupaten Tana Toraja.

Badan Pengawas Obat dan Hasil penelitian ini berbeda dengan

Makanan.

BPOM. (2006). Bahan Berbahaya Yang Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan Dilarang

Pangan. dan Ilmu Perilaku . Jakarta: PT. http://www.pom.go.id:

Untuk

Badan

Rineka Cipta.

Pengawas Obat dan Makanan. Nursalam. (2011). Konsep & Penerapan Depkes. (2008). Pedoman Umum

Penelitian Ilmu Pengelolaan Posyandu. Jakarta:

Metode

Keperawatan. Jakarta: Salemba Departeman Kesehatan Repiblik

Medika.

Indonesia. Pertiwi, D. (2003). Kebiasaan Jajan dan Depkes. (2009). PHBS di Rumah Tangga.

Preferensi terhadap Makanan Jakarta: Departemen Kesehatan

Jajanan Tradisional pada Anak RI.

SD . Fakultas Pertanian Institut Friedman.

Keperawatan Keluarga Riset, Pertiwi, H. W. (2013). faktor-Faktor

berhubungan dengan Jakarta.: Fakultas Kedokteran

Teori, dan Praktek, Edisi kelima. yang

Frekuensi Kehadiran Lanjut Usia Universitas Indonesia.

di Posyandu Lansia . Bidan Prada Hardywinoto.

: Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 4 Gerontologi

Panduan

No. 1 Edisi Juni 2013. Berbagai

Tinjauan

dari

Pondokibu. (2012). Bahaya Makanan Keseimbangan Kualitas Hidup

di Sekitas Kita.

http://pondokibu.com/2862/bahay Gramedia Pustaka Utama.

Para Lanjut Usia. Jakarta:

a-makanan-jajanan-di-sekitar- Hidayat, A. A. (2014). Metodelogi

kita/: diakses tanggal 26 Maret Penelitian Kebidanan dan Teknik

Analisis Data. Jakarta: Salemba Purwati, M. E. (2004). Aspek Gizi dan Medika.

Keamanan Pangan Makanan Hurlock. (2002). Perkembangan Anak.

Jajajnan Di Bursa Kue Subuh Jakarta: Erlangga.

Pasar Senenn. Jakarta : Media Iswaranti, F. d. (2004). Amankah

Gizi & Keluarga. Makanan Jajanan Anak Sekolah

Sawertini, K. (2007). Pangan jajanan di Indonesia. http://www.gizi.net:

Sekolah. diakses tanggal 20 Maret 2012.

anak

http://www.pom.go.id.: dikases Kominfojatim. (2013). BPOM: 22 persen

tanggal 20 Maret 2012. Jajanan

Sibagariang, E. E. (2010). Buku Saku Berbahaya. Metode Penelitian. Jakarta: CV. http://kominfo.jatimprov.go.id/wa

Anak

Sekolah

Trans Info Media. tch/35146: diakses tanggal 25

Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Maret 2015.

Remaja dan Permasalahannya. Kusmiyati. (2014). Jajanan Anak Sekolah

Jakarta: Sagung Seto. Masih Jadi Perhatian di 2014. Suci, E. S. (2014). Gambaran Perilaku http://health.liputan6.com/read/79

Jajan Murid Sekolah Dasar di 5798/jajanan-anak-sekolah-

1. Jakarta: masih-jadi-perhatian-di-2014: di

akses tanggal 23 Maret 2015 .

Sugiyono.

(2009). Statistik Non

CV. Kesehatan. Jakarta: EGC.

Maulana, H. D. (2009). Promosi

Parametrik. Jakarta:

Alfabeta.

Notoatmodjo. (2010). Metode penelitian Utomo, T. (2008). Mencegah & Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Mengatasi Krisis Anak. Jakarta: Cipta.

Grasindo.

PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA DENGAN PEMBERIAN TERAPI MUSIK DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER

Tirta Vira Cakti Yudha*, Kiswati**, Khofi Hadidi***

*, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember ** Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRAK

Penyebab kecemasan karena beban skripsi dan kekurangmampuan mengatur waktu menyelesaikannya serta semester pendek. Prevalansi kecemasan dunia mencapai 20%, kecemasan di Indonesia berkisar 2-5% (Pietra, 2001). Angka kecemasan di STIKES dr. Soebandi Jember sebanyak 17 mahasiswa pada semester delapan.

Tujuan penelitian adalah mengetahui keefektifan penurunan tingkat kecemasan mahasiswa dengan pemberian terapi musik di STIKES dr. Soebandi Jember. Jenis penelitian quasy eksperiment dengan rancangan one group pre-test and post-test treatment design. Sampel penelitian sebanyak 17 mahasiswa STIKES dr. Soebandi Jember Prodi S1 keperawatan semester delapan menggunakan tekhnik total sampling dengan kriteria inklusi bersedia menjadi responden dan dapat dilakukan pengukuran tingkat kecemasan. Analisis menggunakan wilcoxon match pairs test dengan p < 0,05.

Hasil penelitian sebelum dilakukan terapi musik adalah kecemasan sedang sebanyak 11 mahasiswa (68,75%), dan kecemasan ringan sebanyak 5 mahasiswa (31,25%). Tingkat kecemasan setelah dilakukan terapi musik adalah tingkat kecemasan ringan sebanyak 8 mahasiswa (50%), kecemasan sedang 5 mahasiswa (31,25%) dan terdapat mahasiswa yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 3 mahasiswa (18,75%), rata-rata penurunan kecemasan 3,06. Hasil uji wilcoxon didapatkan nilai p=0,007, yang berarti ada perbedaan tingkat kecemasan pada mahasiswa yang menyusun tugas akhir sebelum dan setelah diberikan terapi musik. Koping menanggulangi kecemasan dengan mendengarkan musik. Secara psikologis musik membuat rileks dengan musik sedatif. Untuk itu musik efektif digunakan sebagai terapi mengurangi kecemasan.

Kata kunci : tingkat kecemasan, terapi musik

LATAR BELAKANG

delapan tentang kecemasan yang dihadapi Kecemasan pada mahasiswa biasanya

saat menyusun skripsi didapatkan bahwa merupakan kecemasan karena frustasi

semua mahasiswa menyatakan cemas yang menggangu kemampuan individu

misalnya: tampak raut muka muram, untuk mencapai tujuannya dengan

kehilangan kepercayaan pada orang lain, berbagai tanggungan, kecemasan juga

mendiamkan orang lain, menarik diri dan mempengaruhi hasil belajar, karena