Akuntansi Biaya Pelayanan Kesehatan Pertemuan 9

Pada Pelayanan Kesehatan

Ade Heryana, SST, MKM | Univ. Esa Unggul

Akumulasi Biaya & Alokasi Biaya pada Pelayanan Kesehatan

Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Email: heryana@esaunggul.ac.id

Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Esa Unggul

COST SYSTEM DAN PRODUCT COST

Cost Accounting system atau Cost system pada suatu organisasi/perusahaan dirancang untuk menghasilkan data biaya atau menghitung biaya produk (product cost) untuk keperluan laporan keuangan eksternal. Product cost adalah terbagi atas dua jenis yaitu a) Production cost (biaya untuk membuat produk atau memberikan jasa); dan b) Nonproduction cost (biaya yang berhubungan dengan fungsi non produksi seperti penelitian & pengembangan, penjualan, dan administrasi). Production cost disebut juga Inventoriable cost, sedangkan Nonproduction cost disebut juga Period Cost.

Production cost terbagi menjadi tiga macam: 1) biaya material langsung; 2) biaya tenaga kerja langsung; dan 3) biaya overhead. Lihat gambar 1 mengenai skema Product Cost.

Biaya Material Langsung

Material langsung adalah berbagai bahan baku atau material yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan menghasilkan produk/jasa. Biaya material langsung dapat secara langsung dibebankan terhadap produk/jasa dengan melakukan pengamatan secara fisik. Misalnya: kasa steril dan obat anestesi untuk layanan bedah, reagen kimia untuk pemeriksaan laboratorium, brosur untuk kegiatan sosialisasi pencegahan penyakit, dan sebagainya.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah seluruh tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan menghasilkan produk/jasa. Sama seperti biaya material langsung, tenaga kerja langsung juga dapat diobservasi secara kasat mata untuk membebankannya pada biaya produk. Dalam pelayanan kesehatan, tenaga kerja yang memberikan secara langsung pelayanan kepada pasien merupakan tenaga kerja langsung. Misalnya perawat IGD, analis kesehatan di laboratorium klinik, bidan di poli kebidanan, dan sebagainya. Biaya material langsung dan biaya tenaga kerja langsung jika dijumlahkan akan menjadi Prime Cost. Biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead jika dijumlahkan akan menjadi Conversion Cost.

Overhead

Seluruh biaya yang tidak termasuk dalam biaya material langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan sebagai biaya overhead. Misalnya biaya depresiasi gedung dan peralatan, pemeliharaan, gaji supervisor, listrik, pajak bangunan, keamanan gedung, dan sebagainya. Biaya lembur tenaga kerja langsung umumnya dibebankan pada biaya overhead.

Direct Material

Cost

Prime Cost

Production Cost/

Inventoriable

Direct Labor Cost

Conversion Cost

Cost

Overhead Cost

Product Cost

Research &

Development

Non Production Cost/ Period Cost Selling

Administration

Gambar 1. Klasifikasi Product Cost

COST ACCUMULATION

Cost system terbentuk dari 3 elemen yaitu 1) Cost accumulation; 2) Cost measurement; dan 3) Cost assignment. Lihat gamar 1 berikut.

Cost

Cost Assigment Accumulation

•Mencocokkan biaya

•Mengklasifikasi

biaya

dengan cost object

Pembelian alkes Biaya material Layanan rawat Inap

langsung

Gaji perawat Gaji dokter jaga

Biaya pekerja langsung

Gaji kepala bagian

Depresiasi

Layanan rawat Jalan Utilitas (air, listrik)

Biaya Overhead

Pajak bangunan Pemeliharaan

Gambar 2. Cost Accounting System

Sebagaimana gambar 2 di atas, sistem akuntansi biaya terdiri dari tiga tahap yakni 1) mengumpulkan biaya (cost accumulation); 2) mengklasifikasikan biaya berdasarkan biaya material, tenaga kerja, atau overhead (cost measurement); dan 3) mencocokkan dengan cost object (cost assignment) dalam hal ini adalah jasa layanan rawat inap dan rawat jalan.

Cost accumulation juga merupakan proses pengakuan dan pencatatan biaya. Dalam proses cost accumulation dibutuhkan dokumen-dokumen yang merupakan sumber transaksi yang kemudian dicatat pada database keuangan (Hansen, Mowen & Guan, 2009).

Cost measurement dapat dilakukan dengan dua cara yaitu 1) actual costing; dan 2) normal costing. Pada actual costing seluruh biaya material, tenaga kerja, dan overhead dihitung berdasarkan biaya aktual. Sedangkan normal costing memperhitungkan biaya material dan tenaga kerja secara aktual, sementara biaya overhead ditentukan sebelumnya.

Setelah biaya dikumpulkan dan dihitung, tahap selanjutnya adalah menempatkan atau mencocokkan biaya tersebut dengan unit produk/jasa yang dihasilkan.

Work in Process (WIP)

Pada proses kerja yang bersifat kontinyu belum tentu seluruh produk/jasa yang dihasilkan departemen produksi/operasional/pelayanan seluruhnya selesai pada satu periode tertentu atau produktivitas tidak mencapai 100%. Pada kondisi dimana ada gangguan terhadap operasional misalnya kekurangan bahan, kekurangan tenaga kerja dan sebagainya, dapat menyebabkan produk/jasa yang dihasilkan tidak maksimal. Misalnya pada pemeriksaan laboratorium bisa terjadi hasil pemeriksaan belum sepenuhnya bisa diberikan kepada pasien karena kekurangan reagen. Produk/jasa yang belum mencapai proses opersional/produksi sepenuhnya ini disebut dengan Work-in Process (WIP) atau disebut juga Produk/Jasa Setengah Jadi.

Dalam perhitungan biaya produk, komponen WIP ini tetap dinilai sebagai biaya. Biaya dihitung sesuai dengan tingkat penyelesaiannya, yang biasanya ditetapkan oleh manajer akuntansi berdasarkan parameter waktu penyelesaian, target produk/jasa yang dihasilkan, dan sebagainya. Misalnya:

a. Proses pelayanan pelatihan P3K terhadap karyawan baru dijalankan 2 hari yang seharusnya 5 hari, maka tingkat penyelesainnya adalah 2/5 atau 40%

b. Proses layanan vaksinasi MMR baru mencapai 50 pasien dari target 100 pasien, maka tingkat penyelesaiannya adalah 50/100 atau 50%.

Contoh Soal 1: Costing tanpa Work-in Process

Apotik Dewi baru beroperasional pada bulan April tahun 2017. Selama bulan April berdasarkan laporan penjualan telah melayani 1.000 resep dokter, tanpa ada WIP. Adapun biaya-biaya yang terjadi selama April 2017 adalah sebagai berikut:

Biaya material

Rp 40.000.000

Biaya tenaga kerja

Rp 10.000.000

Biaya overhead pelayanan Rp 50.000.000 Total =

Rp 100.000.000

Berapa biaya produk untuk melayani satu resep dokter?

Jawab:

Selama April 2017 total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 100.000.000,- Maka dengan jumlah pelayanan sebanyak 1.000 resep, biaya produk untuk melayani satu resep adalah Rp 100.000.000 : 1.000 = Rp 100.000,-

Contoh Soal 2: Costing dengan Work-in Process

Pada bulan May 2017 Apotik Dewi melayani 980 resep dokter. Ternyata berdasarkan data penjualan dari terdapat 1000 resep dokter yang masuk, namun 20 resep dokter belum sepenuhnya terlayani karena terdapat obat yang masih kosong stoknya, dengan tingkat penyelesaiannya dianggap 50%. Biaya-biaya yang terjadi selama bulan May 2017 adalah:

Biaya material

Rp 39.000.000

Biaya tenaga kerja

Rp 10.000.000

Biaya overhead pelayanan Rp 50.000.000 Total =

Rp 99.000.000

Berapa biaya produk untuk melayani satu resep dokter?

Jawab:

Total biaya dikeluarkan selama May 2017 adalah Rp 99.000.000,- Total jumlah resep yang dilayani selama May 2017 = 980 + (50% x 20) = 990 Sehingga biaya produk untuk melayani resep dokter adalah Rp 99.000.000 : 990 = Rp 100.000,- per resep dokter

Costing Produk/Jasa Lebih dari Satu

Pada contoh di atas berlaku untuk proses produksi/operasi yang menghasilkan satu produk/jasa. Bagaimana dengan unit yang menghasil lebih dari satu produk?

Contoh Soal 3: Costing Produk/Jasa lebih dari Satu

Unit farmasi Puskesmas A selama bulan Juli 2017 melayani resep yang berasal dari poli Puskesmas dan luar poli Puskemas. Pelayanan resep melalui tiga tahap yaitu penerimaan resep, penyiapan obat, dan verifikasi resep. Unit farmasi dilayani oleh 1 Apoteker dan 3 Asisten Apoteker. Kinerja selama melayani resep dokter karena tercatat sebagai berikut:

Unit Internal

Unit Eksternal Total

PKM

PKM

Resep yang dilayani

500 10.000 Jumlah Asisten Apoteker

2 1 3 Biaya-biaya: Biaya Tenaga Kerja Langsung/

3.000.000 9.000.000 Asisten Apoteker (Rp) Biaya Material Langsung

5.000.000 55.000.000 Biaya overhead

21.000.000 1 Total Biaya

1 Menggunakan biaya teranggarkan.

Hitunglah: a. Biaya overhead untuk melayani resep dokter dari Internal PKM dan Eksternal PKM b. Total biaya dan biaya per resep masing-masing unit c. Apa kesimpulan yang Anda dapat?

Jawab: a. Pertama kita menentukan overhead- rate sebagai “dasar alokasi” untuk tiap unit. Pada kasus ini bisa menggunakan jumlah Asisten Apoteker, sehingga overhead-rate adalah: Rp 21.000.000 : 3 = Rp 7.000.000. Dengan demikian biaya overhead untuk: - Unit internal PKM

= Rp 7.000.000 x 2 = Rp 14.000.000

- Unit eksternal PKM

= Rp 7.000.000 x 1 = Rp 7.000.000

b. Total biaya masing-masing unit menjadi:

Unit Internal Unit Eksternal Total PKM

PKM

500 10.000 Jumlah Asisten Apoteker

Resep yang dilayani

2 1 3 Biaya-biaya: Biaya Tenaga Kerja Langsung/

3.000.000 9.000.000 Asisten Apoteker (Rp) Biaya Material Langsung

5.000.000 55.000.000 Biaya overhead

7.000.000 21.000.000 2 Total Biaya

15.000.000 85.000.000 Biaya produk per resep dokter

30.000 Keterangan: Biaya produk untuk unit Internal PKM = Rp 70.000.000 : 9.500 = Rp 7.368 Biaya produk untuk unit Eksternal PKM = Rp 15.000.000 : 500 = Rp 30.000

c. Kesimpulan: - Biaya produk unit Internal lebih rendah dibanding unit Eksternal, atau unit Internal bekerja lebih efisien dibanding unit Eksternal

Contoh Soal 4: Costing Produk/Jasa lebih dari Satu

Laboratorium klinik C melayani tiga jenis pelanggan yaitu Atas Permintaan Sendiri (APS), Rujukan Dokter, dan Perusahaan. Selama bulan Agustus 2017 total melayani pemeriksaan laboratorium sebanyak 3.000 pasien. Laboratorium mempekerjakan 2 orang customer service, 5 orang Analis Kesehatan dan 1 orang Dokter PJ. Adapun alokasi jam kerja masing- masing karyawan menurut data SDM adalah

Rujukan Perusahaan Customer service 1 (jam)

Tenaga Kerja

APS

Customer service 2 (jam)

Analis Kesehatan 1 (jam)

Analis Kesehatan 2 (jam)

Analis Kesehatan 3 (jam)

Dokter PJ (jam)

TOTAL (jam)

2 Menggunakan biaya teranggarkan.

Selama bulan Agustus 2017, kinerja melayani pemeriksaan laboratorium tercatat sebagai berikut:

APS

Rujukan

Perusahaan Total

Pasien dilayani

1.000 3.000 Alokasi jam kerja

17 16 15 48 Biaya-biaya: Biaya Tenaga Kerja

7.000.000 21.000.000 Langsung (Rp) Biaya Material Langsung

80.000.000 300.000.000 (Rp) Biaya overhead

48.000.000 Total Biaya

Hitunglah: a. Biaya overhead untuk melayani pemeriksaan laboratoium (menggunakan rate jam alokasi jam kerja) b. Total biaya dan biaya per pemerikaan laboratorium masing-masing pelanggan c. Apa kesimpulan yang Anda dapat?

Jawab: a. Biaya Overhead masing-masing pelanggan: - APS

= 17/48 x Rp 48.000.000,- = Rp 17.000.000

- Rujukan = 16/48 x Rp 48.000.000,- = Rp 16.000.000 - Perusahaan

= 15/48 x Rp 48.000.000,- = Rp 15.000.000

b. Total Biaya dan Biaya produk adalah:

APS

Rujukan

Perusahaan Total

Pasien dilayani

1.000 3.000 Alokasi JK

17 16 15 48 Biaya-biaya: Biaya TKL (Rp)

7.000.000 21.000.000 Biaya ML (Rp)

80.000.000 300.000.000 Biaya overhead

15.000.000 48.000.000 Total Biaya

Biaya produk: a. APS

= Rp 120.500.000 : 500 = Rp 241.000,00

b. Rujukan

= Rp 146.000.000 : 1.500 = Rp 97.333,33

c. Perusahaan

= Rp 102.000.000 : 1.000 = Rp 102.000,00

c. Kesimpulan: - Biaya produk pelanggan APS paling tinggi, sedangkan yang paling rendah adalah pelanggan Rujukan - Pelayanan pasien rujukan adalah yang paling efisien

Metode Cost Accumulation

Cost accumulation atau costing system terdiri dari 3 metode yaitu job order costing, process costing, dan operation costing.

1. Job Order Costing

Job Order Costing adalah sistem pengumpulan biaya yang digunakan bila produk/jasa yang dihasilkan berbeda-beda dengan sumberdaya dan alur proses yang beragam (Lanen, Anderson, & Maher, 2011) atau bila produk/jasa yang dihasilkan bersifat khusus atau dibuat berdasarkan pe sanan khusus (Vanderbeck, 2010). Pengertian “Job” di sini bukan hanya pekerjaan, tetapi unit dari suatu produk/jasa yang dapat dibedakan dari produk/jasa lainnya.

Terdapat tujuh langkah dalam akumulasi biaya dengan metode Job Order Costing:

1. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang dipilih sebagai obyek biaya, misalnya: mengantar petugas home service ke rumah pasien, mempersiapkan medical record, dan sebagainya;

2. Menghitung biaya langsung, yaitu dengan menambahkan biaya bahan/material langsung dengan biaya tenaga kerja langsung

a. Bahan/material langsung yaitu bahan/material yang secara langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau pemberian jasa. Data bahan/material langsung bisa diperoleh dari catatan di gudang.

b. Tenaga kerja langsung yaitu pekerja yang secara langsung berhubungan dengan pembuatan produk atau pemberian jasa. Data tenaga kerja langsung dapat diperoleh dari catatan jam kerja atau laporan harian pekerja.

3. Menghitung biaya tidak langsung (overhead) yaitu:

a. Menentukan biaya overhead

b. Memilih dasar alokasi biaya tidak langsung (overhead) ke cost object (job/pesanan), yaitu biaya yang tidak dapat ditelusuri ke job tersebut, misalnya biaya supervisi, pemeliharaan dan perbaikan. Dasar alokasi biaya tidak langsung ditentukan berdasarkan sifat biaya, misalnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan perbaikan mesin menggunakan “jam mesin” sebagai dasar alokasi. Biaya supervisi dan pendukung pelayanan m enggunakan “jam tenaga kerja” sebagai dasar alokasi.

c. Menghitung tarif per unit dari setiap dasar alokasi

d. Menghitung biaya tidak langsung yang akan dialokasikan ke obyek biaya

4. Menghitung biaya total job = semua biaya langsung + semua biaya tidak langsung

5. Menghitung unit cost = total biaya / jumlah unit

Contoh Soal 5: Job Order Costing

Sebuah pabrik herbal kelas menengah ke bawah berencana membuat 25 batch pesanan jamu kunyit dengan Surat Pesanan No.123 ke pedagang besar seharga Rp 114.800.000,-. Biaya langsung yang timbul selama periode permbuatan jamu tersebut adalah 1) Biaya bahan baku langsung Rp 50.000.000,- dan 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL) Rp 19.000.000,-. Proses produksi untuk Pesanan No.123 ini membutuhkan 500 jam-mesin. Sementara seluruh kegiatan produksi di pabrik tersebut (bukan hanya pesanan No.123) dianggarkan 2.000 jam-mesin, dan aktualnya sebesar Rp 2.480 jam-mesin. Total Biaya Overhead Pabrik (BOP) yang dibebankan kepada seluruh pesanan (bukan hanya pesanan No.123) dianggarkan sebesar Rp 64.800.000,- dan aktualnya ternyata mencapai Rp 65.100.000,-

Pertanyaan: a. Jika menggunakan biaya aktual, pada pesanan No.123 tersebut hitunglah: 1) Biaya total (total cost); 2) Unit cost; 3) Laba/rugi per unit yang dihasilkan b. Jika menggunakan biaya anggaran, pada pesanan No.123 tersebut hitunglah: 1) Biaya total (total cost); 2) Unit cost; 3) Laba/rugi per unit yang dihasilkan c. Kesimpulan apa yang dapat Anda berikan berdasarkan jawaban nomor a dan b di atas.

Jawab: a. Menggunakan Biaya Aktual  Obyek biaya/cost object = Pesanan No.123  Menghitung biaya langsung

– Biaya material/bahan baku langsung = Rp 50.000.000,- – Biaya tenaga kerja langsung = Rp 19.000.000,- – Total biaya langsung = Rp 50.000.000,- + Rp 19.000.000,- = Rp 69.000.000,-

 Menghitung biaya overhead – Biaya overhead aktual adalah Rp 65.100.000,- – Menentukan dasar alokasi biaya overhead yaitu jam-mesin, yaitu 500 jam-mesin

(Pesanan No.123), dan 2.480 jam-mesin (Seluruh pesanan secara aktual) – Tarif aktual terhadap biaya overhead = Rp 65.100.000,- : 2.480 jam-mesin = Rp 26.250,- per jam-mesin – Alokasi biaya overhead ke Pesanan No.123 = Rp 26.250,- x 500 jam-mesin = Rp

13.125.000,-  Menghitung total cost untuk Pesanan No.123 – Total biaya langsung = Rp 69.000.000,- – Total biaya overhead = Rp 13.125.000,- – Total biaya = Rp 69.000.000,- + Rp 13.125.000,- = Rp 82.125.000,-

 Menghitung unit cost untuk Pesanan No.123 – Total cost = Rp 82.125.000 – Unit pesanan = 25 – Unit cost = Rp 82.125.000,- : 25 = Rp 3.285.000,-

 Menghitung laba per unit – Harga jual 25 unit = Rp 114.800.000,-

– Harga per unit = Rp 114.800.000,- : 25 = Rp 4.592.000,- – Laba per unit = Rp 4.592.000 – Rp 3.285.000 = Rp 1.307.000,-

b. Menggunakan Biaya Anggaran  Obyek biaya/cost object = Pesanan No.123  Menghitung biaya langsung

– Biaya material/bahan baku langsung = Rp 50.000.000,- – Biaya tenaga kerja langsung = Rp 19.000.000,- – Total biaya langsung = Rp 50.000.000,- + Rp 19.000.000,- = Rp 69.000.000,-

 Menghitung biaya overhead – Biaya overhead anggaran/normal adalah Rp 64.800.000,-

– Menentukan dasar alokasi biaya overhead yaitu jam-mesin, yaitu 500 jam-mesin (Pesanan No.123), dan 2.400 jam-mesin (Seluruh pesanan secara anggaran) – Tarif anggaran terhadap biaya overhead = Rp 64.800.000,- : 2.400 jam-mesin = Rp 27.000,- per jam-mesin – Alokasi biaya overhead ke Pesanan No.123 = Rp 27.000,- x 500 jam-mesin = Rp 13.500.000,-  Menghitung total cost untuk Pesanan No.123 – Total biaya langsung = Rp 69.000.000,- – Total biaya overhead = Rp 13.500.000,- – Total biaya = Rp 69.000.000,- + Rp 13.500.000,- = Rp 82.500.000,-

 Menghitung unit cost untuk Pesanan No.123 – Total cost = Rp 82.500.000

– Unit pesanan = 25 – Unit cost = Rp 82.500.000,- : 25 = Rp 3.300.000,-

 Menghitung laba per unit – Harga jual 25 unit = Rp 114.800.000,- – Harga per unit = Rp 114.800.000,- : 25 = Rp 4.592.000,- – Laba per unit = Rp 4.592.000 – Rp 3.300.000 = Rp 1.292.000,-

c. Kesimpulan: - Dengan menggunakan biaya aktual, total cost yang dihasilkan lebih kecil (Rp 82.125.000,-) dibandingkan dengan dengan menggunakan biaya anggaran (Rp 82.500.000) - Laba yang dihasilkan dengan biaya aktual (Rp 1.307.000,-) lebih besar dibandingkan dengan biaya anggaran (Rp 1.292.000)

2. Process Costing, Prosess costing yaitu sistem pengumpulan biaya yang digunakan bila produk/jasa yang dihasilkan bersifat homogen dengan proses produksi/operasi sama untuk tiap unit produk/jasa. Dalam menghitung biaya proses, faktor ‘proses dalam pengerjaan’ (work-in process atau WIP) harus diperhatikan. Misalnya pada layanan laboratorium, contoh work- in process adalah sampel atau spesimen yang belum 100% dikerjakan dan belum diserahkan laporannya ke pasien, pada layanan farmasi contohnya adalah layanan resep dokter yang masih menunggu kelengkapan obat, pada layanan radiologi contohnya adalah 2. Process Costing, Prosess costing yaitu sistem pengumpulan biaya yang digunakan bila produk/jasa yang dihasilkan bersifat homogen dengan proses produksi/operasi sama untuk tiap unit produk/jasa. Dalam menghitung biaya proses, faktor ‘proses dalam pengerjaan’ (work-in process atau WIP) harus diperhatikan. Misalnya pada layanan laboratorium, contoh work- in process adalah sampel atau spesimen yang belum 100% dikerjakan dan belum diserahkan laporannya ke pasien, pada layanan farmasi contohnya adalah layanan resep dokter yang masih menunggu kelengkapan obat, pada layanan radiologi contohnya adalah

Langkah-langkah dalam menghitung biaya proses jika terdapat WIP adalah:

1. Menghitung unit fisik

2. Menghitung unit ekuivalen

3. Menghitung total biaya

4. Menghitung biaya per unit

5. Menghitung pembebanan biaya ke: 1) barang/jasa yang sudah jadi; dan 2) barang/jasa yang masih dalam proses (WIP)

Dalam metode process costing terdapat biaya tambahan yang timbil yaitu transferred-in cost atau biaya transfer produk/jasa dari departemen satu ke departemen lain.

Metode process costing merupakan metode akumulasi biaya yang sangat kompleks terutama pada aplikasinya di perusahaan dengan beragam departemen. Untuk itu membutuhkan bantuan perhitungan dengan aplikasi komputer atau dengan microsoft excell worksheet .

Contoh Soal 6: Job Order Costing

Laboratorium Klinik Esa Medhika melayani pemeriksaan imunologi untuk sampel darah pasien yang melewati dua Unit utama yaitu Unit Analitik dan Unit Pasca Analitik. Adapun informasi biaya dan sampel yang dihasilkan selama bulan Januari, dan Februari 2017 pada Unit Analitik adalah sebagai berikut:

a. Januari 2017 1. Unit fisik sampel: – Work-in Process awal

= 0 – Sampel masuk dan diproses

= 400 – Sampel selesai dan ditransfer ke Unit Pasca Analitik

= 400 2. Biaya-biaya – Biaya material langsung

= Rp 32.000.000,-

– Biaya konversi

= Rp 24.000.000,-

b. Februari 2017 1. Unit fisik sampel: – Work-in Process awal

= 0 – Sampel masuk dan diproses

= 400 – Sampel selesai dan ditransfer ke Unit Pasca Analitik

= 175 – WIP akhir (100% material dan 60% konversi)

= 225 2. Biaya-biaya – Biaya material langsung

= Rp 32.000.000,-

– Biaya konversi

= Rp 18.600.000,-

Dengan menggunakan informasi di atas, hitunglah total cost di Unit Analitik pada bulan Januari dan Februari 2017.

Jawab: a. Bulan Januari 2017 di Unit Pre-Analitik – Unit fisik sampel yang dihasilkan = 400 – Total biaya = biaya material langsung + biaya konversi = Rp 32.000.000 + 24.000.000

= Rp 56.000.000,- – Biaya per unit = Rp 56.000.000,- : 400 = Rp 140.000,- per unit sampel

– Karena tidak ada WIP akhir, maka seluruh biaya dibebankan kepada produk jadi (sampel yang sudah dikerjakan) b. Bulan Februari 2017 di Unit Pre-Analitik – Unit fisik sampel yang dihasilkan (output) dan unit ekuivalen)

Unit Ekuivalen

Jumlah

Unit Fisik

Material

Unit

Konversi Langsung

WIP Awal Masuk dan proses

Jumlah input

Selesai dan ditransfer ke Unit Pasca

175 175 Analitik WIP Akhir*

225 135 Jumlah output

400 310 * Catatan: Ekuivalensi pada WIP Akhir adalah 100% material langsung dan 60% konversi, sehingga WIP akhir dihitung sebagai berikut: - WIP akhir pada material langsung

= 100% x 225 = 225

- WIP akhir pada konversi

= 60% x 225 = 135

– Total biaya = biaya material langsung + biaya konversi = Rp 32.000.000 + 18.600.000 = Rp 50.600.000,- – Biaya per unit ekuivalensi a. Material langsung = Rp 32.000.000,- : 400 = Rp 80.000,- per unit ekuivalensi b. Konversi = Rp 18.600.000,- : 310 = Rp 60.000,- per unit ekuivalensi

– Pembebanan biaya a. Terhadap produk jadi (sampel yang selesai 100% dikerjakan)

1. Biaya Material langsung

= 175 x Rp 80.000,- = Rp 14.000.000,-

2. Biaya Konversi

= 175 x Rp 60.000,- = Rp 10.500.000,-

b. Terhadap WIP akhir

1. Biaya Material langsung

= 225 x Rp 80.000,- = Rp 18.000.000,-

= 135 x Rp 60.000,- = Rp 8.100.000,- Total Biaya = Rp 14.000.000 + 10.500.000 + 18.000.000 + 8.100.000

2. Biaya Konversi

= Rp 50.600.000,-

Dengan demikian: a. Total Biaya: 1. Pada bulan Januari 2017

= Rp 56.000.000,-

2. Pada bulan Februari 2017

= Rp 50.600.000,-

b. Biaya per Unit: 1. Pada bulan Januari 2017

= Rp 140.000,- per unit

2. Pada bulan Februari 2017 = Rp 80.000,- per unit ekuivalensi biaya material langsung dan Rp 60.000,- per unit ekuivalensi biaya konversi.

Contoh Soal 7: Job Order Costing

Berdasarkan soal nomor 6 di atas hitunglah total biaya, jika pada bulan Maret 2017 terdapat informasi biaya sebagai berikut:

a. Unit fisik sampel

1. WIP awal

2. Mulai masuk dan proses = 275 3. Selesai dan transfer

= 100 (100% material dan 50% konversi) b. Biaya-biaya

4. WIP Akhir

1. Biaya WIP awal:

a. Bahan langsung

= Rp 18.000.000,-

b. Konversi

= Rp 8.100.000,-

2. Biaya yang ditambahkan

a. Bahan langsung

= Rp 19.800.000,-

b. Konversi

= Rp 16.380.000,-

Jawab:

1. Menghitung unit fisik dan unit ekuivalen

Unit Ekuivalen

Jumlah

Unit Fisik

Material

Unit

Konversi Langsung

WIP Awal

Masuk dan diproses

Jumlah input

Selesai dan ditransfer ke Unit Pasca

400 400 Analitik WIP Akhir*

100 50 Jumlah output

500 450 * Catatan: Ekuivalensi pada WIP Akhir adalah 100% material langsung dan 50% konversi, sehingga WIP akhir dihitung sebagai berikut: - WIP akhir pada material langsung

= 100% x 100 = 100

- WIP akhir pada konversi

= 50% x 100 = 50

2. Menghitung biaya total dan biaya per unit ekuivalen

Biaya Biaya

Uraian

Total Biaya

Material Konversi Langsung

(TKL+OH)

Biaya WIP Awal

18.000.000 8.100.000 Biaya yang ditambahkan

37.800.000 24.480.000 Unit ekuivalen

500 450 Biaya per unit ekuivalen

3. Pembebanan biaya a. Terhadap produk/jasa jadi (yang sudah selesai 100%) - Biaya Material Langsung = 400 unit x Rp 75.600 = Rp 30.240.000,- - Biaya Konversi (TKL+OH) = 400 unit x Rp 54.400 = Rp 21.760.000,-

b. Terhadap WIP akhir - Biaya Material Langsung = 100 unit x Rp 75.600 = Rp 7.560.000,- - Biaya Konversi (TKL + OH) = 50 unit x Rp 54.400 = Rp 2.720.000,-

Total Biaya = Rp 30.240.000 + Rp 21.760.000 + Rp 7.560.000 + Rp 2.720.000,-

= Rp 62.280.000,-

Contoh Soal 8: Job Order Costing

Berdasarkan soal nomor 3 hitunglah total biaya pada Unit Pasca Analitik, jika pada bulan Maret 2017 terdapat informasi-informasi biaya sebagai berikut:

a. Unit fisik sampel 1. WIP awal

2. Mulai masuk dan proses

= 400 (dari Unit Analitik)

3. Selesai dan transfer = 440 4. WIP Akhir

= 200 (100% transfrerred-in, 0% material dan 80% konversi) b. Biaya-biaya 1. Biaya WIP:

a. Transferred-in

= Rp 33.600.000,-

b. Bahan langsung = Rp 0,- c. Konversi

= Rp 18.000.000,-

2. Biaya yang ditambahkan

a. Transferred-in

= Rp 52.000.000,-

b. Bahan langsung = Rp 13.200.000,- c. Konversi

= Rp 48.600.000,-

Jawab:

1. Menghitung unit fisik dan unit ekuivalen

Unit Ekuivalen

Jumlah

Unit Fisik

WIP Awal

Masuk dan diproses

Jumlah input

Selesai dan ditransfer

440 440 WIP Akhir*

0 160 Jumlah output

440 600 * Catatan: Ekuivalensi pada WIP Akhir adalah 100% transferred-in, 0% material langsung

dan 80% konversi, sehingga WIP akhir dihitung sebagai berikut: - WIP akhir pada transferred-in

= 100% x 200 = 200

- WIP akhir pada material langsung

= 0% x 200 = 0

- WIP akhir pada konversi

= 80% x 200 = 160

2. Menghitung biaya total dan biaya per unit ekuivalen

Biaya

Biaya Biaya

Uraian

Total Biaya

Transferre

Material Konversi

d-in

Langsung (TKL+OH)

Biaya WIP Awal

0 18.000.000 Biaya yang ditambahkan

13.200.000 66.600.000 Unit ekuivalen

440 600 Biaya per unit ekuivalen

3. Pembebanan biaya a. Terhadap produk/jasa jadi (yang sudah selesai 100%) - Biaya transferred-in

= 440 unit x Rp 133.750 = Rp 58.850.000,- - Biaya Material Langsung

= 440 unit x Rp 30.000 = Rp 13.200.000,- - Biaya Konversi (TKL+OH)

= 440 unit x Rp 111.000 = Rp 48.840.000,- b. Terhadap WIP akhir - Biaya transferred-in

= 200 unit x Rp 133.750 = Rp 26.750.000,- - Biaya Material Langsung

= 0 unit x Rp 30.000 = Rp 0,- - Biaya Konversi (TKL + OH) = 160 unit x Rp 111.000 = Rp 17.760.000,- TOTAL BIAYA

= Rp 165.400.000,-

Tabel 1. Perbedaaan Job-Order Costing dengan Process Costing

Job Order Costing Process Costing

1. Satu produk/jasa yang dihasilkan selama dihasilkan selama satu periode, atau

1. Banyak pesanan produk/jasa yang

periode waktu yang panjang, yang hanya satu produk/jasa yang dihasilkan

dikerjakan lintas departemen dalam satu periode sesuai pesanan

2. Akumulasi biaya berdasarkan masing pesanan

2. Akumulasi biaya berdasarkan masing-

departemen

3. Dokumen kunci pengumpulan data biaya 3. Dokumen kunci pengumpulan biaya adalah laporan/kartu biaya pesanan

adalah laporan produksi/operasional per departemen

4. Perhitungan unit cost berdasarkan pesanan

4. Perhitungan unit cost berdasarkan

departemen

Tabel 2. Contoh Aplikasi Job Order Costing dan Process Costing pada Industri Kesehatan

Metode Costing

Sektor Jasa

Sektor

Sektor Manufaktur

Perdagangan

Menggunakan Job  Audit mutu oleh

 Penjualan obat

 Pembuatan obat-

Order Costing

konsultan mutu

OTC di apotik

obatan atau

pelayanan

 Penjualan alat

herbal/jamu oleh

kesehatan dan RS

kesehatan habis

pabrik farmasi

 Pelatihan Ahli K3

pakai di toko

 Pembuatan bahan

Umum oleh

Alkes

habis pakai oleh

konsultan K3

 Penjualan bahan-

pabrik alat

 Jasa perawatan

bahan kimia dan

kesehatan

kulit oleh klinik

obat di toko kimia  Pembuatan bahan

khusus kulit

berijin

baku kimia dan

 Jasa pelayanan

obat sintesis oleh

rawat jalan di

pabrik kimia

Rumah Sakit

Metode Costing

Sektor Jasa

Sektor

Sektor Manufaktur

Perdagangan

Menggunakan

 Jasa sirkumsisi

 Penjualan mesin

 Pembuatan unit

Process Costing

(Sunat) oleh klinik

produksi obat

sterilisasi alat

sunat

khusus/tertentu

medis oleh pabrik

 Jasa Amdal oleh

oleh distributor

alkes

konsultan

mesin produksi

Kesehatan

 Penjualan unit

Lingkungan

MRI oleh distributor alat kesehatan

3. Operation Costing

Operation costing yaitu kombinasi job costing dan process costing. Dalam beberapa hal, terdapat proses produksi/operasional yang menggabungkan antara job order dengan process. Beberapa perusahaan/organisasi menerapkan metode campuran yang disebut dengan operation costing.

COST ALLOCATION

Setiap perusahaan terdiri dari dua departemen utama yaitu operasional dan pendukung. Cost allocation atau alokasi biaya adalah metode membebankan biaya tetap atau biaya tidak langsung dari unit pendukung ke unit pelayanan/operasional. Pada pelayanan kesehatan, contoh unit pendukung adalah departemen IT, SDM, Litbang, Keuangan, dan Pemasaran. Unit operasional pada pelayanan kesehatan misalnya pelayanan rawat jalan, rawat inap, IGD, farmasi, dan sebagainya.

Saat mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional, terdapat dua hal yang harus diperhatikan (Horngren, Datar & Rajan, 2015):

a. Apakah sebaiknya biaya tetap dari departmen pendukung dialokasikan ke departemen operasional?

b. Jika harus dialokasi, apakah biaya variabel dan tetap dialokasikan dengan metode yang sama? Terdapat dua jenis kondisi alokasi biaya tetap, yakni 1) Alokasi biaya dari satu departemen pendukung, dengan metode tarif tunggal atau tarif ganda; dan 2) Alokasi biaya dari dua atau lebih departemen pendukung, dengan metode langsung, step-down, dan resiprokal. Lihat gambar 3 berikut.

Alokasi biaya dari satu Alokasi biaya dari dua

atau lebih departemen

departemen pendukung

pendukung

Metode Tarif

Metode

Tunggal (Single-

langsung

rate)

(Direct method)

Metode Tarif Metode Step- Ganda (dual- rate) Down

Metode Resiprokal

Gambar 3. Metode Alokasi Biaya

Contoh Soal 9: Kriteria Alokasi Biaya

Rumah Sakit Kesayangan Ayah adalah rumah sakit khusus persalinan tipe B yang terdiri dari dua divisi pelayanan utama yaitu Pelayanan Medis (poli rawat jalan, poli rawat inap, IGD) dan Pelayanan Penunjang (Apotik, Laboratorium, USG). Kedua divisi ini akan dibebani biaya-biaya yang diakibatkan oleh kegiatan/operasional kantor pusat, yang disebut dengan Biaya Umum. Biaya Umum ini terdiri dari tiga kategori yaitu biaya bunga, biaya rekrutmen & training, dan biaya administrasi & umum, dengan rincian sebagai berikut:

a. Biaya bunga yang besarnya adalah 1,5% dari pinjaman pokok sebesar Rp 100.000.000,- . Dana ini digunakan untuk divisi YanMedik sebesar Rp 60.000.000,- dan divisi YanJang Rp 40.000.000,-

b. Biaya rekrutmen & training bagi divisi Pelayanan Medik dan Pelayanan Penunjang sebesar Rp 20.000.000,-. selama tahun 2016. Jumlah karyawan yang menjalankan proses rekrutmen dan training dari divisi YanMedik adalah 15 orang, sedangkan dari YanJang

5 orang. c. Biaya administrasi umum sebesar Rp 6.000.000,-. Total jumlah karyawan divisi YanMedik adalah 40 orang, sedangkan YanJang adalah 20 orang.

Pertanyaan: Berapa alokasi biaya untuk divisi YanMedik dan YanJang, untuk

1. Biaya bunga? 2. Biaya rekrutmen dan training? 3. Biaya administrasi dan umum?

Jawab:

1. Biaya bunga yang timbul adalah 1,5% x Rp 100.000.000 = Rp 1.500.000,- Sesuai data yang ada, maka dasar pembebanan biaya yang logis dipakai adalah jumlah dana yang dipakai masing-masing divisi, sehingga alokasinya sebagai berikut:

a. Divisi YanMedik = (60.000.000/100.000.000) x Rp 1.500.000 = Rp 900.000,- a. Divisi YanMedik = (60.000.000/100.000.000) x Rp 1.500.000 = Rp 900.000,-

2. Sesuai data yang ada maka dasar pembebanan biaya yang dipakai adalah jumlah karyawan yang mengikuti proses rekrutmen dan seleksi, maka alokasi biayanya adalah: a. Divisi YanMedik

= (15/20) x Rp 20.000.000 = Rp 15.000.000,- b. Divisi YanJang

= ( 5/20) x Rp 20.000.000 = Rp 5.000.000,-

3. Sesuai data yang ada maka dasar pembebanan biaya yang dipakai adalah total jumlah karyawan tiap divisi, maka alokasi biayanya adalah: a. Divisi YanMedik

= (40/60) x Rp 6.000.000 = Rp 4.000.000,- b. Divisi YanJang

= (20/60) x Rp 6.000.000 = Rp 2.000.000,-

Alokasi Biaya Satu Departemen Pendukung

Sebagaimana terlihat pada gambar 3, terdapat dua metode alokasi biaya dari satu departemen pendukung yaitu sigle-rate dan dual-rate.

1. Metode single-rate

Pada metode single-rate, alokasi biaya tidak membedakan antara biaya tetap dan variabel, yaitu mengalokasikan biaya departemen pendukung dari setiap kumpulan biaya (cost pool) ke cost object dari departemen operasional, dengan rate per unit yang sama.

Metode ini memiliki keunggulan: 1) murah untuk diterapkan; dan 2) dapat mengendalikan operasional bagi departemen yang menggunakan. Kekurangannya adalah dapat menyebabkan manajer departemen operasional membuat keputusan yang tidak optimal karena mementingkan departemennya saja.

Contoh Soal 10: Metode Single-rate

Departemen IT pada sebuah laboratorium klinik melayani dua divisi yaitu Pelayanan dan Teknis/Laboratorium. Pada bulan November 2016 terdapat informasi biaya di departemen IT sebagai berikut:

a. Biaya Tetap = Biaya sewa provider data per bulan Rp 2.000.000,- b. Biaya Variabel = Biaya sewa Sistem Informasi Laboratorium Rp 5.000 per Gb data

c. Anggaran pemakaian data = Pelayanan 50 Gb dan Teknis 100 Gb d. Realisasi pemakaian data = Pelayanan 70 Gb dan Teknis 80 Gb

Pertanyaan: 1. Tentukan alokasi biaya departemen IT ke divisi Pelayanan dan Teknis dengan menggunakan metode tarif tunggal penggunaan data yang dianggarkan. 2. Tentukan alokasi biaya departemen IT ke divisi Pelayanan dan Teknis dengan menggunakan metode tarif tunggal penggunaan data aktual.

Jawab:

1. Total penggunaan data yang dianggarkan = 150 Gb Untuk menentukan tarif tunggal maka biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan terlebih dahulu, sehingga Total Biaya

= Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 2.000.000 + (Rp 5.000,- x 150 Gb) = Rp 2.000.000 + Rp 750.000 = Rp 2.750.000,-

Tarif tunggal

= Rp 2.750.000,- / 150 Gb = Rp 18.333,33 per Gb

Sehingga berdasarkan penggunaan data yang dianggarkan, pembebanan biaya IT ke masing-masing divisi adalah: - Divisi Pelayanan

= 50 Gb x Rp 18.333,33 per Gb = Rp 916.666,50 - Divisi Teknis = 100 Gb x Rp 18.333,33 per Gb = Rp 1.833.333,50

2. Total penggunaan data yang dianggarkan = 150 Gb Untuk menentukan tarif tunggal maka biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan terlebih dahulu, sehingga Total Biaya

= Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 2.000.000 + (Rp 5.000,- x 150 Gb) = Rp 2.000.000 + Rp 750.000 = Rp 2.750.000,-

Tarif tunggal

= Rp 2.750.000,- / 150 Gb = Rp 18.333,33 per Gb

Sehingga berdasarkan penggunaan data aktual, pembebanan biaya IT ke masing- masing divisi adalah: - Divisi Pelayanan

= 70 Gb x Rp 18.333,33 per Gb = Rp 1.283.333,10 - Divisi Teknis

= 80 Gb x Rp 18.333,33 per Gb = Rp 1.466.666,40

2. Metode dual-rate

Sementara pada metode dual-rate, alokasi biaya dibedakan antara biaya tetap dan variabel, yaitu mengalokasikan biaya tetap dan variabel departemen pendukung dari masing-masing kumpulan biaya (cost pool) ke cost object dari departemen operasional, dengan rate per unit yang berbeda.

Keunggulan metode dual-rate adalah 1) dapat mendorong manajemer departemen untuk mengambil keputusan yang menguntungkan bukan hanya departemennya tetapi juga perusahaan secara keseluruhan; dan 2) membantu departemen operasional dalam perencanaan jangka pendek dan jangka panjang karena dapat mengetahui alokasi biaya pada masa yang akan datang. Kekurangannya adalah 1) membutuhkan identifikasi yang tepat antara biaya variabel dan biaya tetap yang sebenarnya agak sulit; dan 2) tidak Keunggulan metode dual-rate adalah 1) dapat mendorong manajemer departemen untuk mengambil keputusan yang menguntungkan bukan hanya departemennya tetapi juga perusahaan secara keseluruhan; dan 2) membantu departemen operasional dalam perencanaan jangka pendek dan jangka panjang karena dapat mengetahui alokasi biaya pada masa yang akan datang. Kekurangannya adalah 1) membutuhkan identifikasi yang tepat antara biaya variabel dan biaya tetap yang sebenarnya agak sulit; dan 2) tidak

Contoh Soal 11: Metode Dual-rate

Departemen IT pada sebuah laboratorium klinik melayani dua divisi yaitu Pelayanan dan Teknis/Laboratorium. Pada bulan November 2016 terdapat informasi biaya di departemen IT sebagai berikut:

a. Biaya Tetap = Biaya sewa provider data per bulan Rp 3.000.000,- b. Biaya Variabel = Biaya sewa Sistem Informasi Laboratorium Rp 5.000 per Gb data

c. Anggaran pemakaian data = Pelayanan 50 Gb dan Teknis 100 Gb d. Realisasi pemakaian data = Pelayanan 70 Gb dan Teknis 80 Gb

Pertanyaan: Tentukan alokasi biaya departemen IT ke divisi Pelayanan dan Teknis dengan menggunakan metode tarif ganda dengan penggunaan data aktual.

Jawab:

Tarif biaya variabel = Rp 5.000 per Gb Tarif biaya tetap

= Rp 3.000.000 : 150 Gb = Rp 20.000,- per Gb

Alokasi biaya untuk divisi Pelayanan 3 :

= Rp 1.000.000,- - Biaya variabel

- Biaya tetap

= 50 Gb (anggaran)

x Rp 20.000,-

= 70 Gb (aktual)

x Rp 5.000,-

= Rp 350.000,-

Alokasi biaya untuk divisi Teknis: - Biaya tetap

= Rp 2.000.000,- - Biaya variabel

= 100 Gb (anggaran)

x Rp 20.000,-

= 80 Gb (aktual)

x Rp 5.000,-

= Rp 400.000,-

Alokasi Biaya Dua Departemen Pendukung atau Lebih

Pada kenyataanya jumlah departemen pendukung yang dialokasikan biayanya lebih dari satu, atau bisa dua, tiga, empat dan seterusnya. Untuk mengalokasikan biaya dengan kondisi demikian, maka digunakan tiga metode alokasi yaitu Metode langsung (direct method), Metode Step-down (step-down method), dan Metode Resiprokal (reciprocal method).

3 Umumnya untuk alokasi tarif ganda, biaya tetap menggunakan anggaran sedangkan biaya variabel menggunakan aktual pemakaian.

1. Metode Langsung (Direct Method)

Metode ini hanya mengalokasikan biaya dari departemen pendukung ke departemen operasional, dan tidak mengalokasikan biaya departemen pendukung departemen pendukung lain.

Contoh Soal 12: Metode Langsung

Rumah Sakit Khusus Tipe B di kota A memiliki dua unit pelayanan yaitu Medis dan Penunjang Medis, serta dua unit pendukung yaitu Sistem Informasi dan Pemeliharaan. Adapun selama bulan Mei 2001 terdapat data dan informasi operasional sebagai berikut:

Unit Pendukung

Unit Pelayanan

Medis Biaya

aan

Informasi

3.000.000 16.000.000 alokasi Jasa pemeliharaan

150 350 (jam) Jasa

Hitunglah alokasi biaya dari Unit Pendukung ke Unit Pelayanan dengan menggunakan metode langsung (direct method) !

Jawab:

Catatan: pada alokasi biaya dengan metode langsung TIDAK ADA alokasi biaya dari unit pendukung ke unit pendukung lain . Sehingga jam pemeliharaan pada Sistem Informasi dan jam penggunaan SI pada unit pemeliharaan dihilangkan. Tabel menjadi sebagai berikut:

Unit Pendukung

Unit Pelayanan

Medis Biaya

aan

Informasi

3.000.000 16.000.000 alokasi Jasa pemeliharaan

150 250 (jam) Jasa

Biaya yang dialokasikan sebagai berikut: 1. Pemeliharaan ke Medis

= (100/250) x Rp 8.000.000 = Rp 3.200.000,- 2. Pemeliharaan ke Penunjang Medis

= (150/250) x Rp 8.000.000 = Rp 4.800.000,- 3. Sistem Inf. ke Medis

= (500/600) x Rp 3.000.000 = Rp 2.500.000,- 4. Sistem Inf. ke Penunjang Medis = (100/600) x Rp 3.000.000 = Rp 500.000,-

Sehingga biaya setelah dialokasikan adalah sebagai berikut:

Unit Pendukung

Unit Pelayanan

g Medis Biaya

an

Informasi

3.000.000 16.000.000 alokasi Alokasi

4.800.000 Pemeliharaan Alokasi

2. Metode Sted-Down

Disebut juga sequential allocation method yaitu metode yang mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional dan departemen pendukung lainnya dengan cara berurutan (sequential).

Contoh Soal 13: Metode Step-down

Rumah Sakit Khusus Tipe B di kota A memiliki dua unit pelayanan yaitu Medis dan Penunjang Medis, serta dua unit pendukung yaitu Sistem Informasi dan Pemeliharaan. Adapun selama bulan Mei 2001 terdapat data dan informasi operasional sebagai berikut:

Unit Pendukung

Unit Pelayanan

g Medis Biaya

aan

Informasi

3.000.000 18.000.000 alokasi Jasa pemeliharaan

150 400 (jam) Jasa

Hitunglah alokasi biaya dari Unit Pendukung ke Unit Pelayanan dengan metode Step- Down !

Jawab:

Catatan: pada alokasi biaya dengan metode Step-Down, TERDAPAT alokasi biaya dari unit pendukung ke unit pendukung lain . Tabel menjadi sebagai berikut:

a. Biaya yang dialokasikan dari unit Pemeliharaan ke: 1. Sistem Informasi

= (150/400) x Rp 8.000.000 = Rp 3.000.000,- 2. Medis

= (100/400) x Rp 8.000.000 = Rp 2.000.000,-

3. Penunjang Medis = (150/400) x Rp 8.000.000 = Rp 3.000.000,-

Biaya di unit Sistem Informasi menjadi = Rp 5.000.000 + 3.000.000 = 8.000.000,-

b. Biaya yang dialokasikan dari unit Sistem Informasi ke: 1. Medis

= (700/800) x Rp 8.000.000 = Rp 7.000.000,- 2. Penunjang Medis

= (100/800) x Rp 8.000.000 = Rp 1.000.000,-

Perhitungan di atas dimasukkan pada tabel sebagai berikut

Unit Pendukung

Unit Pelayanan

g Medis Biaya sebelum

an

Informasi

3.000.000 17.000.000 alokasi Alokasi

Alokasi Sistem

1.000.000 Informasi Biaya

3. Metode Resiprokal

Disebut juga metode Timbal Balik/Aljabar karena metode ini mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen operasional yang mengakui semua interaksi antar departemen tersebut.

Contoh Soal 14: Metode Resiprokal

Rumah Sakit Khusus Tipe B di kota A memiliki dua unit pelayanan yaitu Medis dan Penunjang Medis, serta dua unit pendukung yaitu Sistem Informasi dan Pemeliharaan. Adapun selama bulan Mei 2001 terdapat data dan informasi operasional sebagai berikut:

Unit Pendukung

Unit Pelayanan

g Medis Biaya

aan

Informasi

3.000.000 19.000.000 alokasi Jasa pemeliharaan

Jasa penggunaan

Hitunglah alokasi biaya dari Unit Pendukung ke Unit Pelayanan dengan metode Resiprokal!

Jawab:

Biaya Pemeliharaan  P = 8.000.000 + (50/500)S = 8.000.000 + 0,10S Biaya Sistem Informasi

 S = 6.000.000 + (100/400)P = 6.000.000 + 0,25P

P = 8.000.000 + (0,10)[(6.000.000 + 0,25P] = 8.000.000 + (600.000 + 0,025P) P - 0,025P = 8.600.000 0,975P = 8.600.000 P = 8.600.000/0,975 = 8.820.513,-

S = 6.000.000 + 0,25P = 6.000.000 + (0,25)(8.820.513) = 8.205.128,-

Alokasi Biaya Pemeliharaan:

a. Ke departemen Sistem Informasi = 8.820.513 x (100/400) = Rp 2.205.128

b. Ke Pelayanan Medis = 8.820.513 x (100/400) = Rp 2.205.128 c. Ke Penunjang Medis

= 8.820.513 x (200/400) = Rp 4.410.257

Alokasi Biaya Sistem Informasi: a. Ke departemen Pemeliharaan = 8.205.128 x ( 50/500) = Rp 802.513 b. Ke Pelayanan Medis

= 8.205.128 x (350/500) = Rp 5.743.590 c. Ke Penujang Medis

= 8.205.128 x (100/500) = Rp 1.641.025

Unit Pendukung

Unit Pelayanan

g Medis Biaya

an

Informasi

3.000.000 19.000.000 alokasi Alokasi

4.410.257 Pemeliharaan Alokasi

1.641.025 Informasi Biaya

Biaya untuk menghasilkan produk disebut juga production cost terbagi menjadi tiga macam: 1) biaya material langsung; 2) biaya tenaga kerja langsung; dan 3) biaya overhead. Akumulasi biaya merupakan upaya mengidentifikasi biaya langsung dan tidak langsung sehingga diperoleh informasi biaya untuk menghasilkan produk. Metode akumulasi biaya untuk dapat menggunakan teknik job order costing, process costing, atau gabungan dari keduanya (operation costing) tergantung jenis produksi/operasi yang dijalankan oleh perusahaan.

Alokasi biaya merupakan upaya membebankan/mengalokasikan biaya dari departemen penunjang (misal: Pemeliharaan, IT, SDM) ke departemen pelayanan. Bila jumlah departemen penunjang yang dialokasikan hanya satu, maka bisa menggunakan metode single-rate atau Alokasi biaya merupakan upaya membebankan/mengalokasikan biaya dari departemen penunjang (misal: Pemeliharaan, IT, SDM) ke departemen pelayanan. Bila jumlah departemen penunjang yang dialokasikan hanya satu, maka bisa menggunakan metode single-rate atau

LATIHAN SOAL

1. Klinik Gigi Bolong pada bulan Juni 2017 melayani 200 pasien tambal gigi. Berdasarkan data keuangan, selama bulan Juni 2017 biaya-biaya yang dikeluarkan adalah 1) Biaya material langsung Rp 20.000.000,- 2) Biaya tenaga kerja langsung Rp 15.000.000,- dan 3) Biaya overhead Rp 30.000.000,- Hitunglah biaya produk untuk melayani tambal gigi satu orang pasien !

2. Klinik Gigi Bolong pada bulan Juni 2017 menerima pendaftaran 200 pasien tambal gigi. Pada ahir bulan ada 5 pasien yang belum seluruhnya selesai dilayani karena masalah medis, dengan tingkat penyelesaian dianggaap 80%. Berdasarkan data keuangan, selama bulan Juni 2017 biaya-biaya yang dikeluarkan adalah 1) Biaya material langsung Rp 20.000.000,- 2) Biaya tenaga kerja langsung Rp 15.000.000,- dan 3) Biaya overhead Rp 30.000.000,- Hitunglah biaya produk untuk melayani tambal gigi satu orang pasien !

3. Soal sama dengan contoh nomor 4, namun jika masing-masing Analis Kesehatan melayani full masing-masing pelanggan, sehingga Biaya Tenaga Kerja Langsung masing-masing adalah Rp 7.000.000,-

4. Sebuah medical centre di Jakarta memenangkan tender pemeriksaan kesehatan karyawan sebanyak 1.000 karyawan dengan harga pemeriksaan yang disepakati adalah Rp 500.000,- per karyawan. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan selama bulan Juli 2016 dan dimasukkan sebagai Pesanan No.20. Selama bulan April 2016 tercatat biaya-biaya dan informasi sebagai berikut sebagai berikut:

a. Biaya material langsung untuk Pesanan No.20 adalah Rp 200.000.000,-

b. Biaya tenaga kerja langsung untuk Pesanan No.20 adalah Rp 100.000.000,-

c. Selama bulan April 2016 biaya overhead aktual yang timbul di klinik tersebut untuk seluruh pesanan dan operasional klinik adalah Rp 60.000.000, sementara yang dianggarlan adalah Rp 55.000.000,- c. Selama bulan April 2016 biaya overhead aktual yang timbul di klinik tersebut untuk seluruh pesanan dan operasional klinik adalah Rp 60.000.000, sementara yang dianggarlan adalah Rp 55.000.000,-

Dengan menggunakan informas di atas:

1. Hitunglah total cost, unit cost dan laba/rugi per unit jika menggunakan biaya aktual

2. Hitunglah total cost, unit cost dan laba/rugi per unit jika menggunakan biaya anggaran Kesimpulan apa yang dapat dihasilkan dari perhitungan di atas.

5. Unit radiologi RS XYZ melayani pemeriksaan Thorax yang melalui dua unit pelayanan yaitu Unit A (pendaftaran dan expose) dan Unit B (produksi dan hasil) dengan tenaga kerja yang berbeda. Adapun data-data biaya dan unit yang terjadi selama bulan April, Mei, dan Juni 2017 sebagai berikut:

Juni 2017 Uraian

April 2017

Mei 2017

Unit A Unit B Unit Fisik

Unit A

Unit A

WIP Awal

0 0 400 300 Masuk & Proses

1.000 900 Selesai & transfer

850 1.000 WIP Akhir

Biaya WIP Awal

Trasferred-in 0,- 36.000.000,- Material langsung

50.000.000,- 50.000.000,- 30.000.000,- 60.000.000,- Konversi

42.000.000,- 38.000.000,- 25.000.000,- 30.000.000,-

Biaya yang Ditambahkan

Transferred-in 0,- 48.000.000,- Material langsung

28.000.000,- 36.000.000,- Konversi

15.000.000,- 18.000.000,-

Unit Ekuivalensi

Biaya material langsung

100% 0% Biaya konversi

Berdasarkan data di atas hitunglah biaya total pada bulan April, Mei, dan Juni 2017 !

6. Klinik Kulit Halus memiliki tiga divisi pelayanan yaitu klinik perawatan gigi, klinik perawatan kulit, dan farmasi. Setiap klinik menghasilkan jasa sebagai penyebab timbulnya biaya operasional. Kantor pusat klinik yang berada satu gedung dengan tiga divisi ini bermaksud membebankan biaya-biaya administrasi dan umum bulan Desember 2016 kepada ketiga divisi berdasarkan alokasi biaya yang sesuai. Adapun data-data yang berhasil dihimpun oleh staff keuangan adalah sebagai berikut: 6. Klinik Kulit Halus memiliki tiga divisi pelayanan yaitu klinik perawatan gigi, klinik perawatan kulit, dan farmasi. Setiap klinik menghasilkan jasa sebagai penyebab timbulnya biaya operasional. Kantor pusat klinik yang berada satu gedung dengan tiga divisi ini bermaksud membebankan biaya-biaya administrasi dan umum bulan Desember 2016 kepada ketiga divisi berdasarkan alokasi biaya yang sesuai. Adapun data-data yang berhasil dihimpun oleh staff keuangan adalah sebagai berikut:

b. Data-data operasional ketiga divisi pada Desember 2016

Klinik

Klinik Farmasi

Pemakaian listrik (KwH)

1.000 500 Jumlah karyawan yang ikut pelatihan

2 2 1 Pemakaian kendaraan (Km)

Pertanyaan: Berapakah alokasi biaya listrik, pelatihan karyawan, dan perawatan kendaraan pada ketiga divisi tersebut?