T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keragaan Bibit Tanaman Viola (Viola cornuta L.) pada Berbagai Media Semai = Viola (Viola cornuta L.) Seed Performance on Various Seedling Medium T1 BAB IV

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Pengamatan Selintas
Pengamatan selintas merupakan pengamatan terhadap parameter penelitian yang
digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian. Hasil ini ditujukan untuk melengkapi
keterangan yang berkaitan dengan pengamatan utama, namun tidak duiji secara statistik.
Pengamatan selintas meliputi suhu udara, pH, EC, media semai.

Gambar 4.1 Suhu Ruang, RH pada Fase Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Viola
Selama penelitian berlangsung, setiap hari dilakukan pengamatan suhu udara
minimum dan maksimum serta kelembaban udara (RH) dalam ruang nursery dan suhu pada
chamber selama 14 hari perkecambahan. Kemudian dilanjutkan pengamatan selama 21 hari
pada fase perkecambahan bibit. Kisaran suhu udara minimum dalam ruang nursery antara 1518 oC dan suhu udara maksimum antara 23-29 oC, dan pada chamber selama proses
perkecambahan awal antara 18-19 oC. Kisaran RH dalam ruang nursery antara 97-98 %. Data
selengkapnya dirangkum dalam Lampiran 1. Keadaan ini memenuhi syarat bahwa suhu dan
RH yang diperlukan untuk memunculkan radikula benih viola adalah 18-20°C dapat
ditingkatkan setelah radikula muncul sedangkan

RH berkisar 95%-100% dan dapat

diturunkan setelah radikula muncul (Anderson, 2015).
Setiap minggu dilakukan pengamatan pH dan EC pada media persemaian. O HSS

(hari setelah semai) hingga 14 HSS merupakan media yang digunakan sebagai media
perkecambahan, sedangkan 0 HSPT (hari setelah pindah tanam) hingga 21 HSPT merupakan
media yang digunakan sebagai media pertumbuhan bibit. Dari data pH dan EC (Tabel 4.2)
media yang digunakan, terdapat beberapa perlakuan seperti P1, P3, P4, dan P5 berada dalam
kisaran syarat pH media semai untuk perkecambahan benih viola yang berkisar 5,5-5,8 dan
EC 80%). Berdasarkan pengamatan visual
dari Gambar 4.2, maka kemampuan media mengecambahkan benih dapat dibedakan menjadi
4 kelompok. Berikut merupakan 4 kelompok daya berkecambah benih viola yaitu (1) benih
yang tidak dapat berkecambah / enforced dormancy (P7), (2) berkecambah lambat dan rendah
80% (P1, P2, P3, P4 dan P5).

Gambar 4.2 Pengaruh Media terhadap Daya Berkecambah Benih Viola
Tabel

4.4 Pengaruh Media terhadap Daya Berkecambah (%), Kecepatan
Perkecambahan (%KN/etm), dan Keserempakan Perkecambahan (%) Benih
Viola
Daya
Kecepatan perkecambahan
Keserempakan

Perlakuan
berkecambah (%)
(%KN/etm)
perkecambahan (%)
76
b
15,5 d
73
b
P0
90,3 a
17,5 c
84,3 ab
P1
86 ab
16,8 c
81,7 ab
P2
97,7 a
23,2 a

97,7 a
P3
97,3 a
24,2 a
97,3 a
P4
93,3 a
21,1 b
90,3 a
P5
36,3 d
4,1 f
17,7 d
P6
0
e
0
g
0
e

P7
52,7 c
6,6 e
28
c
P8
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata antar perlakuan pada uji DMRT 5%
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa perlakuan media P3 dan P4 nyata memberikan
hasil paling tinggi dibanding perlakuan lainnya pada parameter daya berkecambah. Meskipun
perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P5 dan P2 pada daya
berkecambah, namun perlakuan tersebut cenderung menghasilkan nilai daya berkecambah
23

paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan media P7 nyata
menghasilkan hasil terendah terhadap daya berkecambah benih, kecepatan perkecambahan
dan keserempakan perkecambahan benih viola.
Media P3 (1 Cocopeat : 1 Pasir) dan P4 (1 Cocopeat : 1 Pasir : 1 Top Soil)
menghasilkan daya berkecambah tertinggi. Menurut Irawan dan Hanif (2014) kemampuan
cocopeat dalam menahan air tinggi karena memiliki pori mikro yang mampu menghambat


gerakan air sehingga ketersediaan air lebih tinggi dibandingkan beberapa media lainnya.
Salah satu kelebihan campuran media ini yaitu adanya perbandingan pori mikro dan makro
yang seimbang. Hal ini disebabkan air berlebih dapat dikurangi dengan keberadaan pasir yang
menambah pori makro. Sementara penambahan top soil dapat memberikan tambahan hara.
Selain itu media P3 dan P4 memiliki EC awal masing-masing 0.2 dS/m yang merupakan EC
terendah diantara media lainnya. Menurut Hartmanm dkk. (2001) kemampuan berkecambah
suatu benih tanaman salah satunya dipengaruhi oleh daya hantar listrik media.

Gambar 4.3 Hubungan EC Media dengan Daya Berkecambah Benih Viola
Hubungan antara EC media semai dengan daya berkecambah benih viola dapat dilihat
pada Gambar 4.3. Hubungannya bersifat linear yang dinyatakan dalam persamaan y = 20.771x + 99.504 (R2= 0.9653, n=27, y= daya berkecambah (%), x= EC 0 HSS (dS/m),
dimana semakin tinggi nilai EC campuran media persemaian maka daya berkecambah benih
viola akan semakin menurun. Keeratan hubungan antara DB dengan EC sangat erat dengan
nilai -0.98251. Titik kritis EC media yang dapat mengecambahkan benih viola ≥80% adalah
media dengan EC ≤0,94 dS/m. Setidaknya terdapat dua mekanisme pengaruh EC berbagai
campuran media persemaian terhadap perkecambahan benih, yaitu (1) menyebabkan tekanan
osmosis media persemaian menjadi tinggi sehingga benih tanaman yang disemai sulit
menyerap air dan (2) memberikan pengaruh racun dari ion-ion penyusun garam (Taufiq dan
Runik, 2013).


24

Perlakuan P3 dan P4 yang dalam grafik diwakili nilai EC 0,2 dS/m mampu
menghasilkan daya berkecambah benih viola mencapai 97.7% dan 97.3% secara berurutan.
Karena memiliki nilai EC media paling rendah diantara media lain yang diujikan sehingga
perkecambahan yang dimulai dari proses imbibisi dapat berlangsung normal dibandingkan
media lainnya. Selain itu proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel
terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu (Hartmann dkk., 2001).
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan bahwa proses perkecambahan benih viola
(Viola cornuta L.) dapat berlangsung optimum pada media yang memiliki daya hantar listrik:

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Docking Studies on Flavonoid Anticancer Agents with DNA Methyl Transferase Receptor

0 55 1

EVALUASI IN VITRO ANTIOKSIDAN SENYAWA FENOL BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) SELAMA PROSES PENGOLAHAN EMPING MELINJO BERDASARKAN SNI 01-3712-1995

4 111 16