PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PROGRAM FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Karya Ilmiah untuk E-Jurnal

  PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PROGRAM FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Karya Ilmiah untuk E-Jurnal Oleh: Dea Fanawa Punkai 1312011083 (e-mail: deafanawa.2405@gmail.com) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

  Dea Fanawa Punkai

  

ABSTRAK

PENGAWASAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP

PROGRAM FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

Oleh

Dea Fanawa Punkai, Upik Hamidah, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 e-mail: deafanawa.2405@gmail.com

  Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar lampung memiliki permasalahan dari regulasi pengawasan terutama dalam bentuk perizinan dalam hal Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sehingga penyelenggaraan pembangunan perumahan terdapat kesulitan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2016 Tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa pembangunan atas perumahan murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah juga harus memiliki bentuk perizinan sesuai dengan yang diatur Pemerintah Daerah. Permasalahan dalam skripsi ini adalah:

  1. Bagaimanakah pengawasan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung terhadap program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan? 2. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar Lampung? Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari wawancara kepada responden yang telah ditetapkan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Prosedur pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Prosedur Pengolahan data dengan tahapan seleksi data, klasifikasi data, dan penyusunan data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bentuk Pengawasan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung adalah perizinan antara lain Izin

  Dea Fanawa Punkai Mendirikan Bangunan (IMB) yang dilakukan oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer) terhadap pembangunan atas perumahan terkait apakah pembangunan tersebut sudah sesuai peruntukkan lahannya. Izin lokasi, amdal, pengesahan site plan juga sebagai unsur yang harus dipenuhi untuk mendapatkan perizinan mengenai IMB. Faktor yang menghambat dalam proses pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, antara lain masalah lahan pembangunan perumahan, perizinan, dan persyaratan administrasi pengguna program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

  

Kata Kunci: Pengawasan, Pemerintah Daerah, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan

  Perumahan

  Dea Fanawa Punkai

  

ABSTRACT

T

HE SUPERVISION OF BANDAR LAMPUNG’S LOCAL GOVERNMENT

TO HOUSING FINANCE LIQUIDITY FACILITY

  

By

Dea Fanawa Punkai, Upik Hamidah, S.H., M.H., Ati Yuniati, S.H., M.H.

  Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 e-mail: deafanawa.2405@gmail.com

  The Housing Finance Liquidity Facility in Bandar Lampung has problems from supervisory regulation especially in the form licensing of IMB, so that the implementation of housing construction is difficult. Based on Government Regulation of the Republic of Indonesia No. 64/2016 Concerning Low-Income Housing Development, the development of low-cost housing for Low-Income Communities should also have a form of licensing in accordance with the Government's regulation. The problems in this study were:

  1. How is the supervision of Bandar Lampung ’s Local Government to Housing Finance

  Liquidity Facility? 2. What are the hamper factors of Housing Finance Liquidity Facility in Bandar Lampung? This research uses the empirical normative approach. The data used are primary data and secondary data. Primary data obtained from interviews to the respondents who have been set, while secondary data obtained through literature study. Data collection procedure through literature study and field study. Procedure Data processing with the stages of data selection, data classification, and data preparation. Data analysis used in descriptive analysis research.

  The result of the research shows that the supervision done by Bandar Lampung’s Local Government is about the supervision of the licensing among others IMB done by the Housing Developer Company (developer) on the development of the housing related to whether the development is appropriate for the land allocation. Licensing of location, amdal,, regarding site approval as element must to full for get licensing of IMB. Factors that hamper the implementation process of Housing Finance Liquidity Facility, among

  Dea Fanawa Punkai others the problem of housing construction land, licensing, and administrative requirements of the users of the Housing Finance Liquidity Facility.

  Keywords: Supervision, Local Government, Housing Finance Liquidity Facility

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling utama disamping sandang dan pangan. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

1 Melihat dari fungsinya yang

  merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap manusia, kebutuhan pembangunan atas suatu rumah terus meningkat. Hal inilah yang mendorong munculnya pembangunan perumahan di setiap daerah. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

2 Upaya

  pembangunan perumahan terus ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dan dengan tetap memperhatikan persyaratan, minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, aman dan serasi. Pembangunan perumahan harus dapat pula mendorong perilaku hidup sehat dan tertib serta ikut mendorong kegiatan pembangunan di sektor lain. Pembangunan perumahan perlu dilaksanakan secara terpadu dan untuk itu perlu ditingkatkan kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, usaha swasta, koperasi dan masyarakat luas.

  Faktanya, belum semua anggota masyarakat dapat menikmati atau memiliki rumah yang layak, sehat, aman dan serasi. Upaya pembangunan perumahan dan permukiman harus terus ditingkatkan untuk menyediakan jumlah perumahan yang semakin banyak dan dengan harga yang terjangkau, terutama oleh golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Permasalahan yang dihadapi dalam 1 Herman Hermit, Komentar Atas Undang-Undang

  Perumahan dan Permukiman (UU No. 4 Tahun 1992), CV Mandar Maju, Bandung, 2009, hlm. 15. 2

  pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan adalah sangat kompleks. Tidak hanya menyangkut pembiayaan, tetapi juga menyangkut masalah penyediaan tanah, teknik pembangunan, tata guna tanah, nilai-nilai sosial budaya dan sebagainya. Sehubungan dengan itu upaya pembangunan perumahan dan pemukiman terus ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dan dengan tetap memperhatikan persyaratan, minimum bagi perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman dan serasi.

  3 Berdasarkan Pasal 3

  Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan, Perumahan dan Kawasan Permukiman juga diselenggarakan untuk mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, selain itu juga untuk menjamin teruwjudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan. Kebijakan pemerintah terkait rumah FLPP saat ini yang ada di Kota Bandar Lampung masih memiliki permasalahan dari regulasi pengawasan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, sehingga penyelenggara pembangunan perumahan masih kesulitan dalam melaksanakan program pemerintah tersebut. Fakta yang ada dilapangan 3 Andi Hamzah, I Wayan Suandra, B.A. Manalu,

  Dasar-Dasar Hukum Perumahan , PT. Rineka Cipta, Jakarta, Cetakan Keempat 2006, hlm. 1. menunjukkan bahwa Program FLPP di Bandar Lampung masih memiliki beberapa kendala dalam proses pembangunan, seperti pengadaan lahan yang masih minim untuk pembangunan perumahan dan harga tanah yang mahal. Hal inilah yang kemudian menunjukkan bahwa dalam pembangunan rumah FLPP dibutuhkan pengawasan yang baik dari pemerintah daerah Kota Bandar Lampung. Hal ini didasarkan atas fakta yang ada di lapangan, bahwa di Kota Bandar Lampung masih kurangnya pengawasan dari Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan kebijakan program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar Lampung.

  Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Pengawasan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung Terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, yang kemudian dianalisis mengenai pengawasan pemerintah daerah serta faktor- faktor pemghambat dalam program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan.

  Pengawasan terhadap pelaksanaan program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan di Kota Bandar lampung, menurut Bapak Harry Gumanti, selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman, beliau mengatakan, bahwa pengawasan yang dilakukan Pemerintah 4 Hasil wawancara dengan Bapak Harry Gumanti

  selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman pada tanggal 20 Oktober 2017 5 Pasal 1 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor

  Daerah Kota Bandar Lampung adalah pengawasan dalam bentuk perizinan antara lain Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dilakukan oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer) terhadap pembangunan atas perumahan terkait apakah pembangunan tersebut sudah sesuai dengan peruntukkan lahannya.

  4 Perizinan adalah pemberian legalitas

  kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun Tanda Daftar Usaha.

  5 Dalam

  hal ini pembangunan atas perumahan murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) juga harus memiliki bentuk perizinan yang sesuai dengan apa yang sudah diatur oleh Pemerintah Daerah.

  Pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2016 Tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa: Perizinan sebagaimana dimaksud dalam

  Pasal 5 ayat (2) huruf d berupa seluruh perizinan yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan Perumahan MBR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, yang meliputi: a.

B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengawasan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung Terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

  Perizinan yang menyangkut pengesahan site plan; b. Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan; c.

  Izin mendirikan bangunan dan pengesahan dokumen rencana teknis.

  6 Kerja Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2016 Tentang Pembangunan Perumahan

  Masyarakat Berpenghasilan Rendah Bentuk pengawasan mengenai perizinan tersebut merupakan tanggung jawab dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bandar Lampung, dalam hal ini tugas, fungsi dan tata kerja sudah diatur dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 53 tahun 2016 Tentang Tugas Fungsi dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bandar Lampung.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan Perizinan Tata Ruang dan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu mengatakan, bahwa terkait dikeluarkannya perizinan mendirikan suatu pembangunan perumahan, harus adanya rekomendasi dari dinas terkait, yaitu Dinas Perumahan dan Permukiman. Apabila luas perumahan yang akan dibangun mencapai lebih dari 1 hektar luasnya, maka akan dilakukan rapat BKPRD terlebih dahulu.

  mengenai bidang perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang antar instansi yang terkait, seperti Dinas Perumahan dan Permukiman, Lingkungan Hidup, dinas lainnya yang berperan dan berpengaruh mengenai perizinan atas pembangunan atas suatu perumahan. Kemudian apabila mengenai teknis tersebut sudah terpenuhi dapat melanjutkan ke proses perizinan.

  memberikan surat Rekomendasi pembangunan perumahan, disebutkan dalam surat tersebut bahwa telah dilakukan 7 Hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia

  Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan Perizinan Tata Ruang dan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada tanggal 30 Oktober 2017

  pemeriksaan situasi pembangunan oleh tim kerja teknis perizinan dari masing-masing Dinas/Instansi terkait mengenai peizinan lahan dan solusi mengatasi permasalahan yang ada.

  1.1 Perizinan Lokasi

  Izin ini diterbitkan oleh Pemerintah Daerah sebagai syarat selanjutnya untuk pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Perizinan lokasi ini antara lain, yaitu:

  1. Perubahan penggunaan tanah;

  2. Pemindahan hak; dan 3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Ketiganya teresebut direkomendasikan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait mengenai izin lokasi untuk perumahan yang akan dibangun, yang kemudian oleh Pemerintah Daerah dikeluarkan izin tersebut apabila semua syarat tersebur telah dipenuhi oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer). Menurut Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi, bahwa yang dimaksud dengan izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) untuk memperoleh tanah yang diperlukan dan berlaku juga sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut yang dalam hal ini terkait dengan pembangunan perumahan dalam program fasilitas likuiditas pembangunan perumahan. Dalam persetujuan surat Rekomendasi mengesahkan bahwa Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT) untuk perumahan dan permukiman dapat dilakukan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah dengan melampirkan site plan atau denah perencanaan lokasi Perumahan. 8 Hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia

7 Rapat BKPRD merupakan rapat koordinasi

8 Dalam rapat BKPRD membuat dan

  Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan Perizinan Tata Ruang dan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada tanggal 30 Oktober 2017 Sebagaimana diketahui, bahwa izin lokasi merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi oleh pihak perusahaan pengembang perumahan (developer), tujuannya adalah untuk mengarahkan dan mengendalikan pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) dalam memperoleh tanah mengingat penguasaan tanah tersebut harus memperhatikan apa sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang sudah diatur dan memperhatikan kepentingan masyarakat sesuai dengan tujuan dari adanya program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

  1.2 Perizinan Mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR)

  Perizinan ini terkait mengenai izin untuk

  Advice Planning , yaitu izin kesesuaian antara site plan pengembangan perumahan dan tata

  ruang di daerah teersebut. Perizinan mengenai Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) diajukan kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda). Persetujuan surat Rekomendasi ini mengesahkan acuan peruntukan tanah atau lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman yang umumnya di daerah pedataran pada bagian wilayah kota tertentu.

  Rencana kegiatan pembangunan perumahan yang diajukan oleh pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) dalam program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) harus sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah. Dalam pembangunan perumahan dan permukiman harus disesuaikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di setiap Bagian Wilayah Kota (BWK), seperti: BWK padat dengan KDB<70%, BWK kepadatan sedang dengan KDB <60%, BWK lereng atau konservasi dengan KDB <30%.

  1.3 Perizinan Terkait AMDAL dan UKL- UPL

  Perizinan ini diajukan kepada Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) u ntuk masalah terkait izin AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemanfaatan Lingkungan Hidup). BPPLH akan mengeluarkan surat rekomendasi, mengesahkan bahwa pembangunan perumahan yang akan dibangun tidak menimbulkan gangguan secara signifikan kepada masyarakat dan merusak lingkungan sekitar, serta sudah mendapat izin dari tetangga/lurah setempat. Pemohon wajib menyusun dan melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam dokumen Lingkungan. Dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi (air, sampah, dll), pemohon wajib menerapkan prinsip ramah lingkungan. Perizinan ini terkait apakah kadar air tanah lokasi sudah sesuai atau belum dengan yang diatur, dan harus jelas mengenai plus minus maupun dampak yang akan terjadi pada pembangunan perumahan dalam program FLPP tersebut.

  1.4 Perizinan Mengenai Pengesahan Site Plan

  Hasil perencanaan lahan dalam hal ini disebut

  Site Plan berfungsi untul mengetahui

  pengaturan ruang yang akan digunakan saat perumahan tersebut dibangun. Izin ini diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dibawah Kementerian Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat. Dalam persetujuan surat rekomendasi dituliskan pemanfaatan ruang dengan membuat pengesahan tata site plan bangunan bahwa dapat didirikan perumahan dan sudah sesuai peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung apakah pembangunan perumahan dalam program FLPP sudah sesuai atau belum, dengan memperhatikan kondisi aspek geografis dan aspek lingkungan perumahan, seperti: (1) fisik dasar: topografi tidak berada di daerah resapan air atau wilayah konservasi, dan kondisi tanah yang bebas dari banjir mempunyai kemiringan lahan yang relatif datar 0% - 15% sehingga dapat dibuat sistem saluran pembuangan air hujan (drainase) yang baik dan; (2) fisik geografis: lokasi geografis yang aman dari bencana geologi; (3) prasarana dan sarana: sirkulasi jalan dengan lebar yang sedemikian rupa, dan fasum fasus; dan (4) lingkungan: bebas pencemaran air, bebas pencemaran udara, bebas pencemaran suara, kenyamanan lingkungan, keamanan, kebersihan, dan kesehatan lingkungan.

  1.5 Perizinan Terkait Peil Banjir

  Perizinan ini diajukan kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Dalam persetujuan surat rekomendasi mengesahkan apakah perumahan tersebut menggunakan konstruksi bangunan berstandar kualitas tahan gempa untuk perumahan di wilayah tertentu, menyediakan air bersih dari PDAM dan membuat sistem drainase yang baik. Pemohon diwajibkan untuk menyediakan TPS, membuat sumur resapan dan perencanaan air limbah yang terkoneksi.

  Pemohon dalm hal ini pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) wajib memenuhi ketentuan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum perumahan.

  1.6 Perizinan Dampak Lalu Lintas

  Perizinan mengenai analisis dampal lalu lintas tersebut diajukan kepada Dinas Perhubungan, yang kemudian akan dikeluarkannya surat rekomendasi. Dalam persetujuan surat rekomendasi mengesahkan bahwa perumahan dalam program FLPP yang akan dibangun tersebut tidak berdampak kemacetan yang sangat signifikan dan sirkulasi arus lalu lintas di dalam perumahan itu dibuat sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat bergerak dengan lancar dan dapat berpapasan. Pemohon dalam hal ini pihak perusahaan pengembang perumahan (developer) wajib menyusun dan melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin).

  1.7 Perizinan Terkait Pemadam Kebakaran dan Linmas

  Perizinan ini diajukan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memperoleh surat rekomendasi terkait masalah pemadam kebakaran dan Linmas. Dalam persetujuan surat rekomendasi tersebut mengesahkan pembangunan perumahan wajib menyediakan akses jalan masuk dan keluar dapat dilalui mobil pemadam kebakaran dan menyedikan bak penampungan air (Grountang) dan membuat sumur resapan air (Lobang Biopori).

  Menurut pendapat penulis, pengawasan dari Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung belum berjalan dengan baik. Melihat dari beberapa permasalahan yang masing sering terjadi, terutama pengawasan perizinan

  IMB terhadap pihak perusahaan pengembang perumahan (developer). Masih banyak sekali permasalahan mengenai perizinan terkait mendirikan bangunan atas perumahan tersebut. Selain itu, pengawasan dari pihak-pihak pendukung seperti Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) juga belum dapat mengawasi program ini dikarenakan belum ada keeberadaannya PPDPP di daerah Lampung. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu mengawasi Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan secara baik.

  2. Faktor-faktor Penghambat Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan

  Pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan tidak selalu berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.

  Banyak faktor-faktor yang menghambat dalam proses pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, antara lain:

  a) Lahan Pembangunan Perumahan

  10 Sudah jelas, bahwa hal ini

  Perizinan Tata Ruang dan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada tanggal 30 Oktober 2017

  Lampung mengatakan, bahwa bentuk

  Staff Bank BTN Way Halim Bandar

  Berdasarkan hasil wawancara dari Bapak Wendi Eko Ruswanto, selaku Loan Service

  Tidak hanya itu saja, masyarakat yang akan mengajukan Kredit Perumahan Rakyat juga akan diperiksa terkait ada atau tidaknya pinjaman masyarakat di Bank. Apabila terdapat pinjaman di Bank, maka berkas yang diajukan tersebut akan ditolak dan sudah menjadi konsekuensi bagi setiap masyarakat yang akan mengajukan KPR Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

  Program FLPP Salah satu faktor penghambat dari pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan adalah persyaratan administrasi dari masyrakat yang akan mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) kepada Bank BTN selaku pihak pembiayaan. Masih banyak masyarakat yang belum memenuhi kelengkapan berkas yang akan diajukan, atau persyaratan yang diajukan tidak sesuai dengan data yang ada.

  c) Persyaratan Administrasi Pengguna

  dapat menimbulkan masalah yang dapat merugikan pihak lain termasuk masyarakat pengguna Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan. Dan pada akhirnya, permasalahan ini akan masuk ke ranah hukum karena berkaitan dengan legal atau tidaknya pembangunan atas perumahan tersebut.

  dikeluarkan oleh dinas terkait mengenai proses perizinan pembangunan perumahan.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Harry Gumanti, selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman, beliau mengatakan bahwa masih kurangnya lahan yang memadai untuk mendirikan suatu pembangunan perumahan. Hal ini menyebabkan masih banyaknya pihak

  selaku Staf Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas Perumahan dan Permukiman pada tanggal 20 Oktober 2017 10 Hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia

  Pihak developer belum dapat melakukan pembangunan atas perumahan tersebut sebelum ada surat rekomendasi yang 9 Hasil wawancara dengan Bapak Harry Gumanti

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Donny Chalia Darsa, S.T., selaku Kepala Seksi Pelayanan Perizinan Tata Ruang dan Bangunan, beliau mengatakan bahwa pada prakteknya masih sering terjadi dari pihak developer yang melengkapi syarat administrasi mengenai perizinan mendirikan perumahan, namun sudah melakukan pembangunan.

  b) Perizinan

  terlebih dahulu dengan dinas terkait mengenai lahan yang sesuai dengan yang sudah diatur oleh pemerintah, misalnya tidak diperbolehkannya perumahan dibangun di atas lahan yang merupakan kawasan resapan air.

  developer tidak melakukan koordinasi

  perizinan pembangunan perumahan karena mendirikan perumahan yang bukan pada peruntukkan lahannya atau bukan berada di daerah zona perumahan dan permukiman.

  developer yang melakukan pelanggaran

9 Kebanyakan dari pihak

  tanggung jawab Bank BTN terhadap Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan adalah untuk terus mendukung penuh pihak pengembang perumahan untuk mengatasi terkait pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang akan mengajukan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

  selaku Loan Service Staff Bank BTN Way Halim Bandar Lampung juga mengatakan, bahwa sejauh ini pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan sudah sesuai dengan tujuannya.

  Namun, memang sampai saat ini masih banyak permasalahan yang muncul menjadi faktor-faktor penghambat dalam program ini, seperti masalah peizinan pembangunan perumahan tersebut, atau masalah terkait kelengkapan administrasi dari masyarakat pengguna program ini.

   Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: a.

  Pengawasan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung adalah mengenai pengawasan perizinan Izin Mendirikan Bangunan yang dilakukan oleh pihak Perusahaan Pengembang Perumahan (developer) terhadap pembangunan atas perumahan terkait apakah pembangunan tersebut sudah sesuai dengan peruntukkan lahannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2016 Tentang Pembangunan 11 Hasil wawancara dari Bapak Wendi Eko

  Ruswanto, selaku Loan Service Staff Bank BTN Way Halim Bandar Lampung pada tanggal 26 Oktober 2017

  Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah menjelaskan bahwa pembangunan atas perumahan murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah juga harus memiliki bentuk perizinan sesuai dengan yang diatur Pemerintah Daerah Terkait dikeluarkannya perizinan mendirikan suatu pembangunan perumahan, harus adanya rekomendasi dari dinas terkait, yaitu Dinas Perumahan dan Permukiman. Apabila luas perumahan yang akan dibangun mencapai lebih dari 1 hektar luasnya, maka akan dilakukan rapat BKPRD terlebih dahulu.

11 Selain itu, Bapak Wendi Eko Ruswanto,

  Pemerintah Daerah melakukan pengawasan perizinan terhadap pihak

  developer terkait pembangunan

  perumahan apakah sudah sesuai mengenai peruntukkan lahannya. Pada faktanya, ada pihak developer yang dalam mendirikan perumahan tidak sesuai dengan peruntukkan lahan yang diatur atau dengan kata lain berada di zona merah, dalam hal ini bukan untuk kawasan perumahan dan permukiman.

12 C. PENUTUP 1.

  b.

  Banyak faktor-faktor yang menghambat dalam proses pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, antara lain masalah lahan pembangunan perumahan, perizinan, dan persyaratan administrasi pengguna program FLPP. Pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaaan Perumahan sudah sesuai dengan tujuannya. Namun, memang sampai saat ini masih banyak permasalahan yang muncul menjadi faktor-faktor penghambat dalam program ini, seperti masalah peizinan 12 Hasil wawancara dari Bapak Wendi Eko

  Ruswanto, selaku Loan Service Staff Bank BTN Way Halim Bandar Lampung pada tanggal 26 Oktober 2017 pembangunan perumahan tersebut, Tata Kerja Dinas Penanaman Modal Dan atau masalah terkait kelengkapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu administrasi dari masyarakat pengguna Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan.

2. Saran

  Pengawasan dari Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung belum berjalan dengan baik. Melihat dari beberapa permasalahan yang masing sering terjadi, terutama pengawasan terhadap pihak perusahaan pengembang perumahan (developer). Sebaiknya Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung untuk dapat lebih fokus dalam mengawasi pelaksanaan Program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan untuk mengurangi permasalaha yang berkaitan dengan pembangunan perumahan murah, supaya dalam hal ini tidak ada lagi masyarakat yang merasa dirugikan akibat program ini yang tidak berjalan dengan sesuai.

  Daftar Pustaka Buku Andi Hamzah, I Wayan Suandra, B.A.

  Manalu. Dasar-Dasar Hukum Perumahan . PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2006. Herman Hermit. Komentar Atas Undang-

  Undang Perumahan dan Permukiman (UU No. 4 Tahun 1992) . CV Mandar

  Maju. Bandung. 2009.

  Peraturan Perundang-Undangan

  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

  64 Tahun 2016 Tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah

  Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor

  53 Tahun 2016 Tentang Tugas Fungsi Dan

Dokumen yang terkait

ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011

0 0 26

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH WANITA (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung) Dwi Agustina, Firganefi, Tri Andrisman email : dwie_agtyahoo.co.id Abstrak - ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FA

0 0 13

PENERAPAN TARIF PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENERBITAN NOMOR REGISTRASI KENDARAAN BERMOTOR PILIHAN DI BANDAR LAMPUNG

0 0 16

PEMANFAATAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 0 24

PERAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM PENINGKATAN DAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 0 14

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS OLEH Dewa Gede Sumantri, Mahasiswa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Email: dewagede127yahoo.com, Eddy Rifa’i, Diah G

0 0 12

UPAYA PENANGGULANGAN KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI KECAMATAN WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT AKIBAT PENCEMARAN DI WILAYAH HALIM PERDANAKUSUMA JAKARTA TIMUR

0 0 14

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN Dani Aji Nugraha, Eko Raharjo, Rinaldy Amrullah. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Lampung ABSTRAK - ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHA

0 0 7

PENGAWASAN OMBUDSMAN PERWAKILAN LAMPUNG TERHADAP PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PROGRAM BINA LINGKUNGAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 1 15