ANALYSIS OF NOTIFICATION TYPE AND QUANTITY OF IMPORTED GOODS IN THE CUSTOMS DOCUMENTS INCORRECTLY , STUDI PUTUSAN NO: 757 PID.B 2012 PN.TK by IVAN SAVERO, EKO RAHARJO, RINALDY AMRULLAH (Email: ivan.saveroyahoo.com )

ABSTRACT
ANALYSIS OF NOTIFICATION TYPE AND QUANTITY OF IMPORTED
GOODS IN THE CUSTOMS DOCUMENTS INCORRECTLY , STUDI
PUTUSAN NO: 757 / PID.B / 2012 / PN.TK
by
IVAN SAVERO, EKO RAHARJO, RINALDY AMRULLAH
(Email: [email protected] )
The Criminal of notification type and quantity of imported goods in the customs
document incorrectly must be accountable for his action according to criminal
law, as in verdict No. 757 / Pid.B / 2012 / PN.TK. This criminal acts is listed in
Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 jo. Undang-Undang No. 10 Tahun 1995,
about Customs. The research problems are : What the criminal liability of the
perpetrator of the crime of notification types and quantities of imported goods in
the customs documents incorrectly is and What the consideration of the judge to
give punishment to the perpetrators of criminal acts pursuant baside verdict No.
757 / Pid.B / 2012 / PN.TK. is. The research method which is used are juridical
normative and empirical. data were obtained from the primary data and secondary
data.
The result shows Perpetrator of criminal responsibility by verdict No. 757 / Pid.B
/ 2012 / PN.TK is proven legally and convincingly guilty of actions in violation of
Pasal 102 Undang-Undang No. 17 Tahun 2006 jo. Undang-Undang No. 10 Tahun

1995, about Customs. The Judges sentenced imprisonment for 1 year and 6
months and pay a fine of RP 1,000,000,000 (one billion rupiahs) a subsidiary
imprisonment for 2 (two) months. The Factors of the considerations of the judge
to convict the accused consists of juridical and non juridical.
Suggestions in this study are
corporate criminal liability in
satisfy the justice and judges
criminal sanctions in view of
country.

expectation for the judge to consider aspects of
order to impose a criminal sanction process to
are also expected to consider the imposition of
the losses which are not a few suffered by the

Key word : Customs Crime, Criminal Liability

ABSTRAK

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU

PEMBERITAHUAN JENIS DAN JUMLAH BARANG IMPOR DALAM
DOKUMEN KEPABEANAN SECARA SALAH STUDI PUTUSAN NO:
757/PID.B/2012/PN.TK
Oleh
IVAN SAVERO, EKO RAHARJO, RINALDY AMRULLAH
(Email: [email protected] )

Pelaku tindak pidana pemberitahuan jenis dan jumlah barang impor dalam
dokumen kepabeanan secara salah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
secara pidana, seperti dalam Putusan Nomor : 757/PID.B/2012/PN.TK. Tindak
pidana ini tercantum dalam Undang – Undang No. 17 Tahun 2006 jo. Undang–
Undang No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Permasalahan dalam penelitian
ini: Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku terhadap tindak pidana
pemberitahuan jenis dan jumlah barang impor dalam dokumen kepabeanan dan
Apakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada
pelaku tindak pidana berdasarkan Putusan Nomor : 757/PID.B/2012/PN.TK.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu pendekatan yuridis normatif
dan yuridis empiris. Pengumpulan data berdasarkan studi kepustakaan dan studi
lapangan.
Pertanggungjawaban pidana pelaku Putusan Nomor: 757/PID.B/2012/PN.TK

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah karena perbuatannya melanggar
Pasal 102 huruf H Undang – Undang RI Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan atas Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.
Majelis Hakim menjatuhi pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan dan membayar
denda sebesar RP 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) subsider pidana kurungan
selama 2 (dua) bulan. Faktor – faktor yang menjadi dasar pertimbangan hakim
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa terdiri dari aspek yuridis dan nonyuridis
Saran dalam penelitian ini diharapkan agar hakim mempertimbangkan aspek
pertanggungjawaban pidana korporasi agar dalam proses menjatuhi sanksi pidana
memenuhi rasa keadilan dan hakim juga diharapkan mempertimbangkan
penjatuhan sanksi pidana mengingat kerugian yang dialami negara tidak sedikit.
Kunci : Tindak Pidana Kepabeanan, Pertanggungjawaban Pidana

masyarakat dari upaya-upaya
memasukkan
barang
yang
dapat merusak kesehatan dan
meresahkan
masyarakat,

merugikan
konsumen,
dan
membahayakan
keamanan
negara.
Pengawasan
juga
mengandung
makna
tugas
pemerintah yang dalam hal ini
DJBC
untuk
melindungi
industri dalam negeri dari
masuknya barang-barang ilegal
dan dumping, serta tugas untuk
melancarkan ekspor Indonesia,
dan mencegah ekspor ilegal

baik fisik
ataupun hanya
dokumen.3
2. Fungsi
pemungutan
adalah
untuk
mengoptimalkan
penerimaan negara dari Bea
Masuk & PDRI (Pajak Dalam
Rangka Impor), serta mencegah
kebocoran penerimaan negara,
agar
target
yang
sudah
ditetapkan
APBN
tercapai.
Dengan demikian jelas betapa

besar dan berat tugas dan
tanggungjawab
DJBC,
khususnya
dalam mencegah
dan
menindak
tegas
pelanggaran dan tindak pidana
kepabeanan
yang
dapat
menimbulkan kerugian Negara
dalam arti luas, yaitu finansial,
keamanan,
kesehatan,
gangguan
perdagangan
dan
industri atau investasi dalam

negeri,
serta
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pemerintah.

I. PENDAHULUAN
Perkembangan
perdagangan
internasional
yang
menyangkut
kegiatan di bidang impor maupun
ekspor akhir- akhir ini mengalami
kemajuan
yang
sangat
pesat.
Pesatnya

kemajuan
di
bidang
tersebut
ternyata
menuntut
diadakannya
suatu
sistem
dan
prosedur kepabeanan yang lebih
efektif dan efisien serta mampu
meningkatkan
kelancaran
arus
barang dan dokumen.
Ibarat dua mata uang selain memberi
kemudahan dilain sisi juga memberi
celah
adanya

tindak
pidana
kepabeanan.
Tindak
pidana
kepabeanan di Indonesia masih
terbilang
tinggi,
baik
frekuensi
maupun nilai kerugian negaranya.
Selama
tahun
2005,
jumlah
penangkapan dari hasil pengawasan
di kawasan pabean masing- masing
164 dan 118 dengan kerugian Negara
masing-masing Rp11,6 Milyar dan
Rp20,2 Milyar.1

Badan Pemerintahan yang bergerak
di bawah Kementerian Keuangan
yaitu Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai
(DJBC) bertugas untuk
menjamin kelancaran arus barang
dan dokumen dengan efisien dan
efektif, tidak ada ekonomi biaya
tinggi,
mendorong
peningkatan
perdagangan dan daya saing. Ada
dua fungsi penting yang diemban
oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai2 yaitu :
1.

1

Fungsi pengawasan lalu lintas

barang
dalam
rangka
melindungi
kepentingan

Data Bea dan Cukai
Andrian Sutendi, Aspek Hukum
Kepabeanan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012,
hlm, 24

2

Pada saat ingin melakukan kegiatan
impor barang importir dikenakan
dengan bea masuk barang sesuai
dengan apa yang ada di dokumen
impor
barang.
Kewajiban
dari
importir
barang
jika
ingin
3

Ibid.

mengimpor barang adalah dengan
cara
mengajukan
pemberitahuan
impor barang (PIB) yang dilengkapi
dengan invoice, packing list, bill of
lading, polis asuransi , dan bukti
pembayaran bea masuk.

wilayah pabean terdapat beberapa
jalur prioritas diantaranya :4
1. Jalur merah adalah jalur
prioritas
yang
hanya
melakukan pemeriksaan fisik
dan dokumen.
2. Jalur kuning adalah jalur
prioritas
yang
hanya
melakukan
pemeriksaan
dokumen
sebelum
pengeluaran barang.
3. Jalur
hijau
adalah
jalur
prioritas
yang
hanya
melakukan
pemeriksaan
dokumen setelah pengeluaran
barang.
4. Jalur non prioritas adalah
jalur prioritas yang tidak
dilakukan cek fisik, hal ini
berlaku pada importir yang
sudah mendapat rekomendasi
Ditjen Bea dan Cukai.
5. Jalur prioritas adalah jalur
prioritas yang tidak dilakukan
pemeriksaan layaknya jalur
merah dan jalur hijau.

Pengenaan bea masuk untuk barang
impor bergantung pada jenis barang
apa yang akan dimasukan ke suatu
wilayah pabean, pengenaan tarif
masuk barang impor ini di lakukan
dengan standar yang diberikan oleh
Kementerian
Keuangan
selaku
pemegang kekuasaan dari proses
impor barang. Setiap bea masuk akan
dikenakan sesuai dari nilai barang
tersebut dan akan ditambahkan
dengan nilai pajak barang dan pajak
bea
masuk dan otomatis hal ini
menjadikan bea masuk ke wilayah
pabean menjadi sangat mahal.
Mahalnya bea masuk barang impor
menimbulkan adanya celah bagi
importir nakal dalam memasukan
barang
impor
dengan
cara
memberitahu
jenis
dan
jumlah
barang
impor
dalam dokumen
kepabeanan
secara
salah,
sebagaimana tercantum dalam pasal
102 huruf h Undang–Undang No 17
Tahun 2006 jo Undang–Undang No
10 Tahun 1995.
Modus ini sering
digunakan
importir
dalam
menghindari besarnya atau mahalnya
bea masuk barang impor terutama
bagi barang mewah dan minuman
beralkohol, dimana kedua barang
tersebut dikenai bea masuk yang
tinggi.
Pemberitahuan jenis dan barang
impor dalam dokumen kepabeanan
secara salah dilakukan karena dalam
mengeluarkan barang impor dari

Berdasarkan dari beberapa prioritas
diatas
para
impotir
melakukan
pemalsuan dokumen pemberitahuan
jenis dan barang impor dalam
dokumen kepabeanan secara salah
dengan cara memilih jalur hijau guna
menghindari cek fisik pada barang
yang di impor. Sehingga barang yang
mereka impor bisa keluar dari tempat
penimbunan berikat, dan hal ini lah
yang digunakan impotir nakal untuk
memasukan barang impor yang
berbea masuk tinggi tetapi dapat
diakali dengan membayar bea masuk
yang murah atau rendah.5
Salah
satu
pemberitahuan
4

contoh
jenis dan

kasus
barang

Warta Bea Cukai, Jalur Prioritas Kembali
Disosialisasikan, edisi 367 Juni 2005 hlm 23
5
Andrian Sutendi, Op.Cit, hlm 168

impor dalam dokumen kepabeanan
secara salah di kawasan Pabeanan
Pelabuhan Panjang adalah Putusan
Pengadilan
No
757/PID.B/2012/PN.TK.
Pada
tahun
2011
modus
memanipulasi data pada dokumen
pemberitahuan nilai pabean dengan
maksud ia dapat membayar bea
masuk dan pajak yang rendah terjadi
di kawasan
pabean
pelabuhan
panjang.
Importir
melakukan
manipulasi
data
dengan
cara
mengubah
uraian
barang
atau
spesifikasi teknis barang sehingga
data tersebut tidak sesuai lagi dengan
keadaan yang sebenarnya. Dalam hal
ini importir memanfaatkan celah dari
jalur
non
prioritas,
dimana
pemeriksaan fisik dikesampingkan
tetapi dalam hal tertentu dapat
dilakukan pemeriksaan fisik. 6
Pada bulan September tahun 2011
terjadi
kasus
yang
melibatkan
seorang pimpinan dari PT. Alam
Tirta Gemilang yang bergerak pada
bidang impor. R. Bambang Widagdo
selaku pimpinan dari perusahaan
tersebut merencanakan melakukan
impor barang dari Singapura melalui
Pelabuhan
Panjang
Bandar
Lampung.
Atas
dasar
tersebut
pegawai Ditjen Bea dan Cukai
membuatkan
dokumen
pemberitahuan barang dan impor.
Isi dari dokumen pemberitahuan
impor tersebut memuat jika barang
yang di impor adalah satu kontainer
yang berisi segala macam alat tulis
kantor. Tetapi isi dari kontainer
tersebut tidak sesuai dengan isi yang
tertera
pada
isi
dokumen
pemberitahuan impor. Pada saat
dilakukan pemeriksaan oleh pegawai
6

Warta Bea Cukai, Op.Cit, hlm 15

penyidik negeri sipil Ditjen Bea dan
Cukai, isi dari kontainer tersebut
adalah minuman beralkohol yang
berkadar diatas (10%) sepuluh
persen dan beberapa bales pakaian
wanita dan pria.
Setelah terjadi perbedaan data pada
dokumen impor barang dengan fakta
fisik di lapangan, Ditjen Bea dan
Cukai
melakukan
penghitungan,
dimana bea yang harus dibayarkan
oleh terdakwa atau bapak R
Bambang Widagdo sebesar Rp
1.288.123.000 (satu milyar dua ratus
delapan puluh delapan juta seratus
dua puluh tiga ribu rupiah) bukan
sebesar Rp65.627.000 (enam puluh
lima juta enam ratus dua puluh tujuh
ribu rupiah) seperti yang terdakwa
setorkan ke pihak Bea dan Cukai.
Melihat dari kasus yang terjadi besar
kemungkinan
bahwa
terdakwa
memanfaatkan adanya fasilitas jalur
prioritas yang di berikan Ditjen Bea
dan Cukai. Melalui jalur prioritas
dimana terdakwa pemegang hak jalur
ini telah dipercaya Ditjen Bea dan
Cukai
untuk
melakukan impor
barang. Tetapi dengan kepercayaan
Ditjen Bea dan Cukai ia mencoba
untuk mengimpor barang yang tidak
sesuai dengan apa yang tertera pada
dokumen impor, dan tentunya akibat
perbuatannya
negara
mengalami
kerugian yang besar.
Berdasarkan dari hal – hal diatas
penulis ingin mengkaji mengenai “
Analisis Pertanggungjawaban Pidana
Pelaku Pemberitahuan Jenis dan
Jumlah
Barang
Impor
dalam
Dokumen Kepabeanan Secara Salah
( Studi Putusan Pengadilan No
757/Pid.B/2012/PN.TK ).”
Adapun yang menjadi permasalahan
dalam
penelitian
ini
ialah
:

1. Bagaimanakah
pertanggungjawaban pidana
pelaku terhadap tindak pidana
pemberitahuan
Jenis
dan
Jumlah Barang Impor dalam
Dokumen Kepabeanan.
2. Apakah yang menjadi dasar
pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan pidana kepada
pelaku
tindak
pidana
pemberitahuan
Jenis
dan
Jumlah Barang Impor dalam
Dokumen Kepabeanan.
Pendekatan masalah yang digunakan
adalah
dengan
menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan
Pendekatan
yuridis
empiris.
Pendekatan yuridis normatif adalah
pendekatan utama yang dilakukan
dengan cara mengkaji dan menelaah
bahan – bahan sekunder berupa
peraturan yang berlaku dan literatur
yang berhubungan dengan kasus
terkait. Pendekatan yuridis empiris
pendekatan yang dilakukan dengan
cara melihat hukum berdasarkan
kenyataan melalui sikap, perilaku,
pendapat,
berdasarkan
informasi
lapangan tentang tindak pidana
pemalsuan
dokumen
kepabeanan
dengan cara memberitahu jenis dan
barang secara salah dalam dokumen
kepabeanan.

suatu
perbuatan
yang
harus
dipertanggungjawabkan
secara
pidana terhadap seseorang yang
melakukan tindak pidana.7
Unsur
yang
menjadi
dasar
pertanggungjawaban
adalah
kesalahan yang terdapat pada jiwa
pelaku, dengan kata lain hanya
dengan batin inilah maka perbuatan
yang
dilarang
tersebut
dapat
dipertanggungjawabkan pada pelaku.
Kemampuan
bertanggung
jawab
ditentukan oleh 2 (dua) faktor, faktor
yang pertama faktor akal yaitu dapat
membedakan antara perbuatan yang
diperbolehkan
dan
yang
tidak
diperbolehkan. Faktor yang kedua
adalah kehendak yaitu sesuai dengan
tingkah lakunya dan keinsyafan atas
nama yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan.
Dasar hukum pidana yang menjadi
perhatian
adalah
perbuatan

perbuatan yang bersifat melawan
hukum atau
melanggar hukum.
Perbuatan inilah yang dilarang dan
diancam dengan sanksi pidana.
Berdasarkan
teori
pertanggungjawaban
pidana
yang
disampaikan Sudarto, terdakwa telah
memenuhi
unsur-unsur
kesalahan
yang dapat dijabarkan sebagai
berikut :

II. PEMBAHASAN

1.

A. Pertanggungjawaban
pidana
terhadap pelaku
pemberitahuan jenis dan
barang
impor
dalam
dokumen kepabeanan
Pemberian sanksi atau hukuman
akan
memunculkan
adanya
pertanggungjawaban
pidana
dari
pelaku
sebagai
orang
yang
melanggar hukum yang berlaku.
Pertanggungjawaban pidana adalah

7

Terdakwa memenuhi unsur
melakukan
perbuatan
pidana bersifat melawan
hukum.
Unsur pertanggungjawaban
pidana
dalam
bentuk
perbuatan melawan hukum
sebagai syarat mutlak dari
tiap-tiap
melakukan
perbuatan
pidana.
Sifat
melawan hukum dari tindak

Wijono Projodikoro, Op.Cit, hlm 71

pidana yang terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 17
Tahun
2006
Tentang
Kepabeanan,
merumuskan
delik tersebut secara tertulis
telah
mengatur
ketentuan
pidana yang harus ditanggung
oleh terdakwa karena dengan
sengaja
memberitahukan
jenis dan jumlah barang
impor dalam pemberitahuan
pabean
secara
salah.
Perbuatan terdakwa tidak
dapat
dibenarkan
karena
bertentangan
dengan
kewajiban hukum yang telah
diatur dalam undang-undang.
Terdakwa melanggar Pasal
102 huruf h Undang Nomor
17 Tahun 2006 Tentang
Kepabeanan,
maka
telah
memenuhi
unsur
melawan
hukum.
2. Terdakwa
memenuhi
mampu bertanggungjawab.
Kemampuan
bertanggungjawab dianggap
diam-diam selalu ada karena
umumnya
setiap
orang
normal batinnya dan mampu
bertanggungjawab
kecuali
kalau ada tanda-tanda yang
menunjukkan
bahwa
terdakwa mungkin
tidak
normal jiwanya. Selain itu
dalam
pemeriksaan
oleh
penyidik , terdakwa dimintai
KTP (kartu Tanda Penduduk)
untuk dilihat identitas dimana
terdakwa lahir, alamat dan
umur. terdakwa berusia 58
tahun terbukti dan telah
memenuhi
unsur
dewasa
menurut hukum sehingga
mampu
bertanggungjawab
dan
menyadari
bahwa
perbuatan
ini
tidak

dibenarkan atau bertentangan
dengan hukum.
3.

Terdakwa memenuhi unsur
kesalahan.
Untuk
dapat
dipertanggungjawabkan
secara pidana maka suatu
perbuatan harus mengandung
kesalahan.
Kesalahan
merupakan unsur peristiwa
pidana atau perbuatan pidana
yang
diantara
keduanya
memiliki
keterkaitan
satu
dengan
yang
lainnya.
Kesalahan
tersebut terdiri
dari
dua
jenis
yaitu
kesengajaan
(opzet/dolus)
dan
kelalaian(culpa/alpa).
Jika dicermati dalam kasus
ini,
terdakwalah
yang
menganjurkan
untuk
membuat
dokumen
pemberitahuan impor barang
secara salah dengan cara
memberi
perintah
pada
saudara
Andi
Fahrizal.
Perbuatan terdakwa mutlak di
sengaja, sebab kegiatan untuk
membuat
dokumen
pemberitahuan impor barang
secara salah tidak mungkin
bila tanpa adanya perintah
dari terdakwa dan pasti
didasarkan
pada
adanya
kehendak untuk mewujudkan
unsur-unsur
delik
dalam
rumusan undang-undang.

4.

Terdakwa telah memenuhi
unsur tidak adanya alasan
pemaaf.
Tindak
pidana
yang
dilakukan terdakwa Bambang
dalam Putusan
Pengadilan
No: 757/Pid.B/2012/PN.TK,
tidak
mempunyai
alasan

pemaaf, yaitu alasan yang
dapat
menghapuskan
kesalahan terdakwa karena
terdakwa tidak cacat jiwanya
atau
terhambat
pertumbuhannya
karena
penyakit,
terdakwa sudah
dewasa dimana dalam KUHP
dewasa adalah yang berumur
16 tahun sedangkan terdakwa
berusia 58 tahun
Pentingnya diketahui unsur – unsur
kesalahan dalam pemidanaan adalah
dilandasi dengan adanya ketentuan
Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan
(green straf zonder schuld). Asas ini
ada dalam hukum yang tidak tertulis
dan hidup serta berkembang dalam
masyarakat.
Seandainya
terjadi
seseorang yang dipidana tanpa dia
merasa melakukan kesalahan maka
akan muncul dimana rasa keadilan
dari diri terdakwa direnggut secara
paksa dan tentu saja hal ini sangat
mencoreng rasa keadilan. Sehingga
dalam hal ini terdakwa harus diberi
tahu mengenai alasan mengapa ia
dikenakan sanksi pidana.
Pelaku terbukti secara sah dan
meyakinkan
melanggar
ketentuan
pidana yang ada dalam Undang–
Undang RI Nomor 17 Tahun 2006
Tentang Perubahan atas Undang–
Undang Nomor 10 Tahun 1995
Tentang Kepabeanan tepatnya Pasal
102 huruf h tentang tindak pidana
dengan
sengaja
memberitahukan
jenis dan jumlah barang impor dalam
pemberitahuan pabean secara salah
dengan hukuman penjara selama –
lamanya 10 (sepuluh) tahun dan
denda sebanyak – banyaknya sebesar
Rp 5.000.000.000 (lima milyar
rupiah). Jika dalam Pasal 102 huruf h
diperinci maka unsur – unsur dalam
pasal tersebut ialah :

a. Setiap orang.
Didalam perkara ini yang
dimaksud
dengan
setiap
orang adalah terdakwa yang
telah ditanyakan identitasnya
secara lengkap sesuai dengan
identitas,
dan
selama
persidangan terdakwa mampu
menjelaskan
secara
rinci
mengenai segala sesuatu yang
ditanyakan kepada terdakwa.
Sehingga
terdakwa
R.
Bambang Widagdo adalah
subyek hukum yang mampu
bertanggung
jawab
atas
perbuatannya.
b. Dengan sengaja.
Dalam hukum pidana dikenal
dua teori untuk menentukan
adanya unsur dengan sengaja
yaitu teori kehendak dan teori
pengetahuan. Dalam hal ini
majelis hakim menggunakan
teori
kehendak
dimana
terdakwa
mengkehendaki
sesuatu lebih dahulu dan
sudah memiliki pengetahuan
tentang hal itu. Sehingga
dalam perkara ini majelis
hakim telah sepakat dalam
menggunakan teori kehendak,
hal ini terbukti dari kehendak
terdakwa
yang
memberitahukan jenis dan
jumlah barang impor dalam
pabean
secara
salah,
terdakwalah
yang
menganjurkan
untuk
membuat
dokumen
pemberitahuan impor barang
dengan
cara
memberi
perintah pada saudara Andi
Fahrizal.
Sehingga
kedudukan terdakwa sebagai
penganjur
memperlihatkan
bahwa
ia
sendiri
yang
menentukan kehendak yang
jahat,
sehingga
timbullah

perbuatan
yang
dapat
dihukum.8
Kehendak
dari
terdakwalah yang dijadikan
majelis hakim sebagai unsur
kesengajaan
dalam
melakukan
perbuatan
melanggar hukum tersebut.
c. Memberitahukan jenis dan
atau jumlah barang impor.
Terdakwa
R.
Bambang
Widagdo selaku dari Direktur
PT. Alam Tirta Gumilang
memerintahkan saksi Andi
Fahrizal
untuk
membuat
perjanjian sewa menyewa
antara Erlin Ermani dengan
terdakwa Bambang Widagdo,
dimana isi dari perjanjian
tersebut dibuat atas dasar
petunjuk dari terdakwa yang
salah satu klausul perjanjian
menyatakan bahwa pihak
pertama
yaitu
terdakwa
selaku Dirut PT. Alam Tirta
Gumilang
menyewakan
perusahan
kepada pihak
kedua Erlin Ermani dimana
pihak
pertama
tidak
bertanggungjawab
terhadap
kebenaran dari isi barang
yang akan diimpor. Adapun
maksud terdakwa melakukan
perjanjian sewa menyewa
dengan tujuan jika dalam
pengiriman
barang
ada
perbedaan antara jumlah dan
jenis barang dan diketahui
terhadap barang – barang
tersebut dibatasi impornya
dan dilakukan pemeriksaan
barang oleh petugas Petugas
Bea dan Cukai Pelabuhan
Panjang karena PT. Alam
Tirta
Gumilang
adalah
importir
umum
sehingga
8

Soenarto Soebroto, KUHP dan KUHAP
yang dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah
Agung, PT Raja Grafindo, Jakarta hlm, 54

terhadap barang yang akan
diimpornya
dilakukan
pemeriksaan sesuai dengan
jalur
pemeriksaannya,
sehingga
terdakwa
tidak
bertanggungjawab
terhadap
adanya
perbedaan
antara
jumlah dan jenis barang yang
dikirim.
Pada tanggal 30 November
2011 sekitar pukul 15.00
WIB saksi Ridho Ilham
datang menemui saksi Andi
Fahrizal untuk memberikan
fotokopi
dokumen
kepabeanan sebanyak 3 (tiga)
rangkap yang terdiri dari
invoice, packing list, sales
contract, untuk penghitungan
bea masuk dan pajak dalam
rangka impor sebagai bahan
untuk
membuat
pemberitahuan impor barang
(PIB).
Keesokan harinya pada hari
kamis tanggal 1 Desember
2011 sekiranya jam 08.00
bertempat di kantor PT. Alam
Tirta Gumilang saksi Andi
Fahrizal
memasukan
data
ketiga dokumen tersebut pada
sistem computer Bea dan
Cukai.
Pada tanggal
4
Desember 2012 saksi Andi
Fahrizal
menghubungi
terdakwa
untuk
memberitahukan
bahwa
dokumen
pemberitahuan
impor barang telah selesai
dibuat
dan
tinggal
ditandatangani oleh terdakwa
untuk
dilakukannya
pembayaran melalui bank.
Pada hari senin tanggal 5
Desember 2011 sekitar jam
10.00 WIB terdakwa datang

ke kantor PT. Alam Tirta
Gumilang
untuk
menandatangani
dokumen
pemberitahuan impor barang
dan
membubuhkan
cap
perusahaan, saat terdakwa
datang sudah ada saksi Andi
Fahrizal dan saksi Ridho
datang ke kantor PT. Alam
Tirta
Gumilang
untuk
menyerahkan dokumen asli
invoice, packing list, sales
contract dan bill of lading.
Terdakwa kemudian meneliti
dokumen
pemberitahuan
impor
barang
dengan
mencocokkan
invoice,
packing list, sales contract
lalu
terdakwa
menandatangani
dokumen
pemberitahuan impor barang
padahal terdakwa mengetahui
jika jumlah dan jenis barang
yang dikirim berbeda dengan
yang tertera pada invoice,
packing list, sales contract.
Setelah
ditandatangani
dokumen
pemberitahuan
impor
barang
diberikan
kepada saksi Ridho untuk
membayar Bea Masuk dan
pajak dalam rangka impor
melalui Bank BCA Bandar
Lampung.
Setelah
dilakukan
pembayaran
oleh saksi
Ridho
dokumen
pemberitahuan impor barang
dikembalikan
pada
saksi
Andi Fahrizal, selajanjutnya
pada tanggal 7 Desember
2011
dokumen
pemberitahuan impor barang
tersebut oleh saksi Andi
Fahrizal dibawa ke Kanto
Bea dan Cukai Panjang untuk
dilakukan
loading
yang

diterima oleh petugas Bea
dan Cukai saksi Imron
Rosadi, selanjutnya dokumen
pemberitahuan impor barang
tersebut
mendapat
nomor
pendaftaran dan mendapatkan
surat
pemberitahuan
jalur
merah
serta
instruksi
pemeriksaan,
kemudian
dokumen – dokumen tersebut
saksi Andi Fahrizal berikan
kepada saksi Ridho untuk
diproses lebih lanjut. Barang
yang
tercantum
dalam
dokumen impor barang atas
nama
PT.
Alam
Tirta
Gumilang
berdasarkan
invoice, packing list, dan bill
of lading
d. Dalam
pemberitahuan
pabeanan secara salah.
Bahwa setelah dilakukan
pemeriksaan dengan keadaan
fisik
barang
ditemukan
perbedaan mengenai jenis
barang yang akan diimpor
dengan bukti fisik dokumen
impor barang yang ada.
Menurut penulis perbuatan yang
dilakukan terdakwa merupakan suatu
tindak pidana, oleh sebab itu
pertanggungjawaban
pidana
merupakan
hal
yang
harus
dilaksanakan
terdakwa
akibat
perbuatan atau kesalahannya dengan
sengaja memberitahukan jenis dan
jumlah
barang
impor
dalam
pemberitahuan pabean secara salah
yang tidak diperbolehkan undangundang. Terdakwa menyadari bahwa
perbuatan
yang
dilakukannya
merupakan perbuatan yang bersifat
melawan hukum dan dilakukan
terdakwa dalam keadaan sadar dan
sehat
jiwanya.
Terdakwa
juga
mengetahui bahwa perbuatan yang
dilakukannya
dapat
merugikan

negara. Perbuatan terdakwa bermula
dengan
adanya
niat
untuk
memperoleh
keuntungan
pribadi
guna
memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
B. Dasar – dasar pertimbangan
hakim
dalam
menjatuhi
putusan
terhadap
pelaku
tindak pidana kepabeanan
Tugas
utama
hakim
adalah
menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dengan jalan
menafsirkan,
menggali
mencari
landasan nilai agar putusannya lebih
mencerminkan
perasaan
keadilan
bangsa dan rakyat Indonesia, karena
itu putusan hakim tidak boleh
menyimpang
dari
nilai-nilai
Pancasila.
Hakim
sebelum
menjatuhkan
putusan
terlebih
dahulu
mempertimbangkan salah tidaknya
seseorang atau benar atau tidaknya
peristiwa dan memberikan dan
menetukan hukumnya.9
Pasal 8 Ayat (2) Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan
Kehakiman
yang
menyatakan
bahawa
: “Dalam
mempertimbangkan berat ringannya
pidana, hakim wajib memperhatikan
pula sifat baik dan jahat dari
terdakwa”.
Menurut Arie Kurniawan, jaksa
harus
mengkaji
ulang
seluruh
penyidikan
guna
mendapatkan
gambaran
jelas
tentang
materi
perkara yang dihadapi, agar penuntut
umum dapat menetapkan ketentuan
pidana yang paling tepat untuk

diterapkan. Dalam membuat tuntutan
pidana terhadap terdakwa pada kasus
tindak pidana kepabeanan tentang
pemberitahuan jenis dan jumlah
barang
impor
dalam dokumen
kepabeanan
secara
salah
memperhatikan hal-hal berupa alat
bukti yang
mendukung dimana
ditentukan dalam Pasal 184 KUHAP,
yaitu keterangan saksi, keterangan
ahli, alat bukti surat, petunjuk dan
keterangan terdakwa menjadi dasar
jaksa dalam membuat tuntutannya.10
Menurut
Sutaji
mengatakan
kebebasan hakim untuk menentukan
berat
ringannya
sanksi
pidana
penjara juga harus berpedoman pada
batasan
maksimum
dan
juga
minimum, serta kebebasan yang
dimiliki juga harus berdasarkan rasa
keadilan baik terhadap terdakwa
maupun masyarakat dan bertanggung
jawab terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Untuk
alat
bukti yang
dihadirkan di dalam persidangan
harus saling berkakitan antara satu
dengan alat bukti yang lainnya.
Gunanya
agar
hakim
dapat
membuktikan
bahwa terdakwalah
yang
melakukan
tindak
pidana
tersebut. Namun apabila alat bukti
yang dihadirkan di persidangan
berbeda tidak berkaitan dengan alat
bukti satu dengan alat bukti yang
lainnya hal itu dapat menimbulkan
ketidakyakinan
pada
hakim.11
Keputusan hakim itu lahir dari
pergulatan nilai yang relatif lama,
mulai dari hakim menerima perkara,
memeriksa
mengadili,
sampai
menjatuhkan
putusan.12

10

9

Soedarto, Hukum Pidana I, Yayasan
Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 1990,
hlm.74

Wawancara di Kejaksaan Negeri Bandar
Lampung, pada tanggal 9 Desember 2014.
11
Wawancara di Pengadilan Negeri Tanjung
Karang, pada tanggal 11 Desember 2014
12
ibid

Pertimbangan
hakim
dalam
menjatuhkan
pidana
pelaku
pemberitahuan jenis dan jumlah
barang
impor
dalam dokumen
kepabeanan secara salah dengan
memperhatikan aturan yang berlaku
serta pertimbangkan hal - hal yang
meringankan
dan
memberatkan.
Selain dari itu hakim Pengadilan
Negeri Tanjung
Karang dalam
menjatuhkan pidana terhadap pelaku
pemberitahuan jenis dan jumlah
barang
impor
dalam dokumen
kepabeanan
secara
salah
menggunakan
pertimbangan
yang
bersifat
yuridis
maupun
pertimbangan yang bersifat nonyuridis.
III. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan
mengenai
analisis
pertanggungjawaban pidana pelaku
pemberitahuan jenis dan jumlah
barang
impor
dalam dokumen
kepabeanan secara salah, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pertanggungjawaban
pidana
terhadap pelaku tindak pidana
pemberitahuan jenis dan jumlah
barang impor dalam dokumen
kepabeanan
secara
salah
berdasarkan putusan
nomor:
757/Pid.B/2012/PN.TK
merupakan hal yang harus
dilaksanakan
oleh
terdakwa
akibat
perbuatan
ataupun
kesalahannya
berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku.
Terdakwa telah memenuhi unsurunsur kesalahan yaitu dengan
sengaja atau alpa dan tidak
adanya alasan pemaaf/pembenar.
Terdakwa R. Bambang Widagdo
Bin Adhyarso dalam perkara ini
dapat
disimpulkan
mampu

bertanggungjawab
didasarkan
pada perbuatan terdakwa yang
merupakan perbuatan melawan
hukum,
mampu
memberikan
keterangan di persidangan dalam
keadaan sehat jasmani dan
rohani, serta tidak adanya alasan
pemaaf/alasan
pembenar.
Kesalahan terdakwa tidak dapat
dihapuskan dan tetap bersifat
melawan hukum serta tetap
merupakan
pidana
karena
terdakwa
sehat
akalnya..
Terdakwa
melakukan
tindak
pidana pemberitahuan jenis dan
jumlah barang impor dalam
dokumen
kepabeanan
secara
salah dengan adanya kehendak
yang memenuhi unsur kesalahan.
Pertanggungjawaban
pidana
dalam kasus pemberitahuan jenis
dan jumlah barang impor dalam
dokumen
kepabeanan
secara
salah
yang
dilakukan
oleh
terdakawa
didasarkan
pada
ketentuan pidana dalam Pasal
102 huruf h Undang–Undang RI
Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Kepabeanan.
Pertanggungjawaban
pidana
harus
ditanggung
terdakwa
adalah pidana penjara paling
lama 10 tahun dan denda paling
banyak
Rp.5.000.000.000.
Berdasarkan ketentuan ini hakim
memutus terdakwa R. Bambang
Widagdo
Bin
Adhyarso
dijatuhkan sanksi pidana penjara
selama 1 tahun 6 bulan dan
denda
sebesar
Rp.1.000.000.000,hal
ini
didasarkan pada terdakwa telah
memenuhi
unsur-unsur
yang
ditentukan dalam Pasal 102 huruf
h Undang–Undang RI Nomor 17
Tahun
2006
Tentang
Kepabeanan. selain dasar seorang
direktur
dapat
dimintai

pertanggungjawaban
secara
pribadi jika tindakan
yang
dilakukan
oleh direktur itu
dilakukan merupakan perbuatan
melanggar hukum, sebagaimana
tercantum pada asas identifikasi :
a. Tindakan yang dilakukan
berada dalam batas tugas atau
instruksi pimpinan
b. Merupakan penipuan yang
dilakukan pada perusahaan
lain
c. Dimaksudkan
untuk
mendatangkan
keuntungan
bagi korporasi
Yang jika salah satu unsur diatas
tidak terpenuhi maka seorang
direktur
dapat
dikenakan
pertanggungjawaban
secara
pribadi. Seperti dalam kasus
diputusan
Nomor
:
757/PID.B/2012/PN.TK.
2.

Dasar pertimbangan hakim dalam
menjatuhkan sanksi pidana dalam
putusan
Nomor:
757/Pid.B/2012/PN.TK,
terdakwa R. Bambang Widagdo
Bin Adhyarso yang melakukan
tindak
pidana
pemberitahuan
jenis dan jumlah barang impor
dalam
dokumen
kepabeanan
secara salah didasarkan pada
ketentuan yang terdapat dalam
Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP
dan pertimbangan - pertimbangan
hakim yang bersifat yuridis dan
non-yuridis. Dalam putusan ini
hakim
Pengadilan
Negeri
Tanjung Karang menggunakan
pertimbangan
bersifat
yuridis
dalam
menentukan
telah
terbuktinya terdakwa melakukan
tindak
pidana
pemberitahuan
jenis dan jumlah barang impor
dalam
dokumen
kepabeanan
secara salah dan menurut Pasal
184 KUHAP hakim meminta alat

bukti yang sah berupa keterangan
saksi-saksi, keterangan ahli dan
barang bukti. Terdakwa R.
Bambang
Widagdo
Bin
Adhyarso
terbuktinya
semua
unsur-unsur
deliknya
berdasarkan pembuktian faktafakta
yang
terungkap
dipersidangan yang didapat dari
alat bukti. Pertimbangan nonyuridis
dipergunakan
untuk
mempertimbangkan
berat
ringannya
pidana
yang
dijatuhkan yaitu akibat perbuatan
terdakwa serta kondisi diri
terdakwa. Hakim juga mengacu
pada teori keseimbangan dan
teori
pendekatan
keilmuan.
Selain
itu
hakim
tidak
menemukan
hal-hal
yang
menghapuskan
kesalahan
terdakwa maupun hal-hal yang
dapat meniadakan sifat pidana
baik sebagai alasan pemaaf
maupun
alasan
pembenar,
sehingga
terdakwa
harus
bertanggung
jawab
atas
kesalahan tersebut dan dijatuhkan
hukuman.

DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Soebroto, Soenarto, 2007 KUHP
dan KUHAP yang dilengkapi
Yurisprudensi
Mahkamah
Agung, PT Raja Grafindo, Jakarta
Soedarto, 1990, Hukum Pidana I, Yayasan
Fakultas Hukum UNDIP, Semarang.
Sutendi, Andrian, 2012, Aspek Hukum
Kepabeanan, Sinar Grafika. Jakarta.
Warta bea cukai, jalur prioritas kembali
disosialisasikan, edisi 367
Juni 2005
B. Sumber Hukum
Undang - Undang Nomor 17 Tahun
2006 Tentang Kepabeanan.
Undang - Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Undang – Undang Nomor 49 Tahun
2009
Tentang
Kekuasaan
Kehakiman.
C. Website http://www.beacukai.go.id
http://abdulrohimabdul.blogspot.com

Dokumen yang terkait

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA No. 3/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

0 0 11

KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DALAM PEMUNGUTAN RETRIBUSI TEMPAT PEMAKAMAN UMUM NON MEWAH ( STUDI KASUS : TPU JOGLO BLOK A BALAD 004 SRENGSENG )

0 2 15

THE CRIMINOLOGY REVIEW OF FIGHTING AND BEATING IN ORGAN TUNGGAL EVENT (Bandar Lampung Study) I Putu Budhi Yasa, Heni Siswanto, Diah Gustiniati M ABSTRACT - TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERKELAHIAN DAN PENGEROYOKAN PADA ACARA HIBURAN ORGAN TUNGGAL (Studi

0 0 11

CRIMINAL LAW ENFORCEMENT AGAINST ILLEGAL PRACTICE OF MEDICINE PERFORMED BY FAKE DOCTOR Abdoel Haris Ngabehi, Tri Andrisman, Diah Gustiniati Email: Abdoelhnyahoo.co.id

0 0 10

ABSTRACT THE CRIMINOLOGICAL RESEARCH OF THE RAILROADS THEFT CRIME IN LAMPUNG PROVINCE By Alfinicko Charisma Alba, Erna Dewi, Firganefi (Email: alfinickocyahoo.com)

0 0 14

ABSTRACT BASIS OF CONSIDERATION THE JUDGE IN A DEATH PENALTY DROPPED THE SUSPECTED NARCOTIC CRIME BY FOREIGN CITIZENS (THE STUDY OF DECISION NO: 1599K PID.SUS2012) By Destry Fianica, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica (Email: fianicadestryyahoo.com)

0 0 11

ABSTRACT CRIMINAL LAW ENFORCEMENTTOWARDS THE PERPETRATOR WHOUSE THE PROHIBITED SCRATCHSHELNET FISHING (Study of Verdict No: 237 Pid.Sus 2013 PN.TK) By Venti Azharia, Deni Achmad, Eddy Rifa’i E-mail: venti05azhariagmail.com

0 0 14

ANALISIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU ANAK TINDAK PIDANA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN KESUSILAAN ( Studi Putusan: No.202Pid.Sus2012PN.KTA ) Yogi Arsandi, Erna Dewi, Diah Gustiniati M. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Univer

0 0 11

ANALISIS DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI KASUS WISMA ATLET (STUDI PUTUSAN No. 1616 KPid.Sus2013 No. 2223 KPid.Sus2012) (Jurnal)

0 0 11

PRAKTIK PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR (CURANMOR)OLEH ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

0 0 12