PRAKTIK PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR (CURANMOR)OLEH ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

  

PRAKTIK PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN

KENDARAAN BERMOTOR (CURANMOR)OLEH ANAK

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012

TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

  

( Study Kasus Di Polsek Tanjung Karang Barat )

(Jurnal)

Oleh

  

SELVIA RENIDA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015

  

PRAKTIK PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN

KENDARAAN BERMOTOR (CURANMOR)OLEH ANAK

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012

TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

  

( Study Kasus DiPolsek Tanjung Karang Barat )

SelviaRenida, Maroni, Rinaldy Amrullah

( Email : selvia.renida2999@gmail.com )

ABSTRAK

  Saat ini penegak hukum dalam perkara anak menggunakan mekanisme diversi, namun pada pelaku anak residivis tidak dapat dilaksanakan diversi. Contoh tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh Muhamad Berki berdasarkan laporan polisi NO. LP / B / 1027 / VI / 2014 / LPG / RESTA BALAM / SEKTOR TKB. Permasalahannya adalah bagaimanakah praktik penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) oleh anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan apakah faktor penghambat dalam proses penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) oleh anak. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penyidikan tindak pidana anak yaitu dimulai dengan melakukan identifikasi kasus, apakah anak tersebut dapat dilaksanakan diversi atau tidak. Mengingat anak sudah residivis, maka dilakukan penyidikan lebih lanjut yaitu dimulai dari laporan atau pengaduan dari korban, pemeriksaan TKP, keterangan saksi dan barang bukti maka selanjutnya dilakukan penangkapan, pemeriksaan dan penahanan. Meminta saran dan pertimbangan dari pembimbingankemasyarakatan untuk kelengkapan BAP. Setelah proses penyidikan selesai danpemberkasan BAP sudah lengkap, tahap selanjutnya pelimpahan berkas kepenuntut umum yakni pihak kejaksaan anak. Adapun faktor penghambat yaktu faktor dari aparat penegak hukum; faktor dari sarana dan fasilitas; dan faktor kemasyarakatan.Disarankan agar penegak hukum memperhatikan kepentingan bagi anak baik dalam proses penangkapan, pemeriksaan, penahanan hingga putusan pengadilan, pemerintah sebaiknya menambah fasilitas dan sarana bagi anak yang berkonflik dan perlunya penyuluhan hukum tentang Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak kepada masyarakat baik dari pemerintah, kepolisian dan pembimbing kemasyarakatan.

  Kata Kunci : Penyidikan, Pencurian, Anak.

  

PRACTICE CRIMINAL INVESTIGATION OF VEHICLE THEFT

PERPETRATED BY CHILD BASED ON THE LAW OF

CHILD CRIMINAL JUSTICE SYSTEM

(Case Study in Polsek Tanjung Karang Barat)

Selvia Renida, Maroni, Rinaldy Amrullah

  

( Email : selvia.renida2999@gmail.com )

ABSTRACT

The law enforcerments of children cases are using diversion mechanism currently.

  But not for the doer of recidivist children. As example on the criminal act of theft that have done by Muhamad Berki based on police report No. LP / B / 1027 / VI /

  

2014 / LPG / RESTA BALAM / SEKTOR TKB . There are two issues that were

  examined. First, how criminal investigation of theft motorcycle perpetrated by children based on the Law of Child Criminal Justice System (Law No. 11/2012). Second, whether the factors that inhibiting the process of criminal investigation of theft motorcycle perpetrated by children. The following results that investigation of children criminal is begin with undertake the identification of cases, whether the child can be enforceable by diversion or not. Considering the children was recidivist, then be done the Investigations further which get strated from victims reports, investigation (TKP), witness statements and evidences and the next be done the arrest, investigation and detention. Asking for advice and some considarations for completeness BAP. After all of it finished and filing BAP is complete, the next step surrender it to prosecutor namely the children prosecutor. As for the inhibition factors are the law enforcement factor; Facilities factor; and the societies factor. The recommendation for the enforcement more consider to the children interests whether in the arrest, investigation and detention through court decision also for government to complete facilities for the troubled children and the last recommendation to conducts extension about the Law of Child Criminal Justice System for societies.

  Keywords: Investigation, Theft, and Child

I. PENDAHULUAN

  Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang akan datang. Fakta- fakta sosial yang belakangan ini terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah persoalan penyimpangan perilaku dikalangan anak, lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan tindak pidana, tanpa mengenal status sosial dan ekonomi. Tindak pidana yang dilakukan oleh anak, memberikan istilah terhadap anak pelaku tindak pidana “juvenile

  delinquency

  ” yaitu kenakalan remaja atau sering juga diistilahkan sebagai kejahatan anak.

  kejahatan anak sangat tajam (kasar) bila dilabelkan pada anak. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA bahwa pengertian anak adalah anak yang berkonflik dengan hukum. Penyimpangan tingkah laku yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dari arus globalisasi dibidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan pembangunan yang cepat.

  1 Novira Maya, Kebijakan Penanggulangan

  Kejahatan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Dari Perspektif Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, (lihat IB. 2 BambangWaluyo, PidanadanPemidanaan, Jakarta, SinarGrafika, 2008, Cet ke-3, hlm 3.

  anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayangdan pengawasan dari orang tua mudah terseret dalam arus pergaulan yang kurang sehat. Salah satu persoalan yang sering muncul ke permukaan dalam kehidupan masyarakat ialah tentang kejahatan berupa pencurian. Fakta yang terjadi saat ini yaitu dalam kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang dilakukan oleh Biku di parkiran warnet Sanjaya, dengan cara merusak kunci stang sepeda motor. Sehingga perbuatan tersangka memenuhi unsur Pasal 363 KUHP.

  Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang dilakukan oleh anak ini terjadi pada bulan Mei dan dalam proses penyidikannya dilakukan pada bulan Agustus, sedangkan Undang-Undang Nomor

1 Namun istilah

  11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mulai berlaku pada akhir bulan Juli. Proses penyidikan kepolisian, penyidik menerapkan dan menggunakan undang-undang yang baru berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang SPPA. Namun dalam kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Biku ini merupakan pengulangan dari tindak pidana yang sama dan sebelumnya Biku pernah dipenjara. Sehingga tindak pidana pencurian yang dilakukan Biku ini tidak dilaksanakan diversi, maka kasus tersebut dilakukan penyidikan lebih lanjut oleh aparat kepolisian Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat dalam tahapan pelimpahan berkas ke persidangan (P21).

2 Selain itu,

  Proses penyidikan anak yang dilakukan oleh aparat kepolisian sebelumnya diatur dalam Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak dianggap kurang memperhatikan perlakuan dan perlindungan terhadap hak-hak dan kewajiban anak. Lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada tanggal 3 Juli 2012 memberikan pembedaan perlakuan dan perlindungan terhadap pelaksanaan hak-hak dan kewajiban anak, khususnya anak sebagai tersangka dalam proses peradilan pidana, yaitu meliputi seluruh prosedur acara pidana, mulai dari upaya penyelidikan kepolisian, penyidikan dan berakhir pada pelaksanaan pidana.

  Secara umum dapat kita tinjau proses penyidikan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai berikut :

  1. Penyidikan.

  2. Penangkapan.

  3. Penahanan.

  4. Proses penyidikan yang wajib dirahasiakan.

  5. Proses penyidikan terhadap anak yang berumur 12 tahun sampai dengan 18 tahun.

  6. Pemberkasan perkara. Berdasarkan hal

  • – hal tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Praktik Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) Oleh Anak Berdasarkan Undang-Undang Nomor

  11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ( Studi Kasus Di Polsek Tanjung Karang Barat )”.

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  a. Bagaimanakah praktik

  penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) oleh anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Studi Kasus Di Polsek Tanjung Karang Barat?

  b. Apakah faktor penghambat

  dalam praktik penyidikan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) oleh anak?

  Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara melihat, menelaah hukum serta hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, sejarah hukum, perbandingan hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum dalam kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara obyektif di lapangan terkait penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian terhadap pelaku anak baik berupa data, informasi, dan pendapat yang didasarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum, yang didapat melalui wawancara dengan akademisi yang berkompeten terkait dengan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini. Penyidik anak sendiri telah diatur dalam Undang-Undang No.

  11 Tahun 2012 Tentang SPPA dalam

  Pasal 26 ayat (1) dan (3). Tidak semua penyidik Polri dapat berwenang melakukan penyidikan terhadap anak. Untuk dapat menjadi penyidik anak, penyidik telah memenuhi syarat-syarat sebagai penyidik anak dalam Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Penyidik anak memang tidak cukup hanya kepangkatan yang memadai tetapi juga dibutuhkan pengalaman tugas dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyidikan anak yang memperhatiakan kepentingan anak dan hak-hak anak.

  bermotor (curanmor) yang dilakukan oleh Biku ini terjadi pada bulan Mei dan dalam proses penyidikannya dilakukan pada bulan Agustus, sedangkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA mulai berlaku pada akhir bulan Juli. Proses penyidikan kepolisian, penyidik menerapkan dan menggunakan undang-undang yang baru berlaku yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 3 Wawancara dengan Turaihan Aldi Kepala

  Divisi Pengorganisasian dan Penanganan Kasus (P2K) LSM LAdA Bandar Lampung,

  2012 Tentang SPPA. Kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) yang dilakukan Biku ini merupakan pengulangan dari tindak pidana yang sebelumnya pernah dilakukan oleh tersangka tersebut.

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Praktik Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) Oleh Anak Berdasarkan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

  4 Diversi tidak dilakukan, karena

  tindak pidana pencurian yang dilakukan Muhamad Berki merupakan tindak pidana pengulangan sebelumnya yaitu tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dan dipenjara. Maka dalam

  Pasal 29 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu diversi tidak dilakukan, maka penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara ke Penuntut Umum dengan melampirkan berita acara diversi tidak dilakukan dan laporan penelitian kemasyarakatan. Sehingga perkara tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh Biku tersebut dilakukan penyidikan lebih lanjut oleh aparat kepolisian Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat.

3 Tindak pidana pencurian kendaraan

  5 Perkara tindak pidana pencurian

  kendaraan bermotor yang dilakukan oleh anak yaitu Biku tersebut dilakukan penyidikan lebih lanjut oleh aparat kepolisian Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat. Mengingat dalam Pasal 7 ayat (2B) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA yaitu bukan merupakan pengulangan tindak pidana, yang wajib diupayakan diversi. Namun dalam perkara ini 4 WawancaradenganIptuWijayaKusumaKanit

  ReserseKriminalPolsek TKB Bandar Lampung, tanggal 6 November 2014. 5 anak tersebut telah melakukan kejahatan tindak pidana pencurian yang sama sebelumnya pernah dilakukannya dan sebelumnya pernah di jatuhi pidana penjara maka anak tersebut adalah seorang residivis.

6 Praktek penyidikan anak yang

  dilakukan oleh Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat Bandar Lampung, yaitu dimulainya suatu penyidikan yang dilakukan oleh penyidik di Polsek TKB Bandar Lampung yakni karena terjadinya suatu tindak pidana pencurian, dan diketahuinya suatu tindak pidana salah satunya berdasarkan laporan atau pengaduan tertangkap tangan tersangka dari pihak korban (Wiwin Indra Wahyu) yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.

7 Laporan atau

  pengaduan tersebut, makaselanjutnya peranan polisi sebagai penyidik wajib meminta laporan hasil penelitian Kemasyarakatan terhadap anak korban dan anak saksi dari Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial sejak tindak pidana diajukan. Masing- masing hasil laporan tersebut wajib diserahkan oleh Bapas kepada penyidik dalam waktu selambat- lambatnya 3 x 24 jam.

  Tahap selanjutnya penyidik menerima surat penyidikan dan selanjutnya melakukan penyidikan lebih lanjut ke kejadian perkara yaitu 6 Wawancara dengan Nikmah Rosidah

  selaku dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung , tanggal 26 November 2014. 7 IptuWijayaKusumaOp. Cit.,

  membuat berita acara yang berkaitan dengan apa saja yang dilakukan oleh penyidik dalam mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang ada ditempat kejadian perkara. Penyidik juga harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti Pasal 7 dan 111 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP. Setelah proses pemeriksaan ditempat kejadian perkara, maka tahap selanjutnya penyidik melakukan penyidikan lebih lanjut yaitu penangkapan terhadap tesangka anak dilakukan guna penyidikan paling lama satu hari (1x24jam) oleh Polri. Anak yang ditangkap wajib ditempatkan di ruang khusus unit pelayanan anak, dan penyidik harus berkoordinasi dengan penuntut umum guna memenuhi kelengkapan berkas baik secara materiil maupun formil dalam waktu 1 x 24 jam. Penangkapan dan penahanan terhadap anak pelaku kejahatan diatur dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 33 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang SPPA.

  Pasal 32 ayat 2 huruf a dan b UU No.

  11 Tahun 2012 menegaskan bahwa Penahanan dilakukan apabila anak melakukan tindak pidana berusia 14 tahun ke atas dan diancam pidana penjara

  7 tahun keatas yang ditentukan oleh undang-undang. Kenyataannya kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh tersangka Biku telah berumur 16 tahun, maka dalam hal penahanannya dapat dilakukan oleh pihak kepolisian Polsek TKB Bandar Lampung. Tindakan penahanan, penyidik seharusnya melibatkan pihak yang berkompeten sehingga penyidik anak tidak salah mengambil keputusan dalam melakukan

  penahanan. Diperjelas dalam Pasal 27 ayat (1) dan (2) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang SPPA, penyidik wajib melaporkan, meminta pertimbangan atau saran dari pembimbing kemasyarakatan dalam hal ini yaitu BAPAS (Balai Pemasyarakatan) yang dimana hasil pemeriksaan dari BAPAS tersebut bertujuan untuk bahan perlengkapan berkas perkara (BAP) yang bertujuan sebagai bahan pertimbangan bagi hakim dalam menjatuhkan saksi terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana.

  Wawancara dengan Biku sebagai pelaku pencurian kendaraan bermotor, tidak mengalami kesulitan. Mengingat tersangka sebelumnya sudah pernah melakukan tindak pidana kejahatan pencurian yang sama dan dipenjara. Tersangka juga tidak mendapatkan diversi karena sebelumnya tersangka melakukan tindak pidana pencurian sama dan masih berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Pidana Anak yang undang- undang tersebut belum menerapkan diversi. Pelaku Biku selanjutnya melakukan tindak pidana kejahatan yang sama yaitu tindak pidana pencurian. Perkara tindak pidana pencurian yang dilakukan Biku yang terjadi pada hari selasa Tanggal 24 Mei 2014 sekitar jam 17.30 Wib dijalan Imam Bonjol Kel. Gedung Air Kec.Tanjung Karang Barat di parkiran warnet Sanjaya di Kota Bandar Lampung telah terjadi pencurian kendaraan bermotor (Curanmor).

8 Setelah tahap penangkapan dan

  penahanan, maka selanjutnya ke proses pemeriksaan tersangka anak maka yang perlu diperhatikan adalah ruangan pemeriksaan tersangka yang memungkinkan terselenggaranya proses pemerikasaan, dalam rangka mengungkap perkara yang sedang disidik.

9 Ruangan pemeriksaan

  Publik dan Pengembangan Jaringan (KP3J) LAdA Bandar Lampung, tanggal

  10 Pembuktiannya diperjelas dengan

  pengakuan dari tersangka Biku dan barang bukti berupa : a.

  1 (satu) unit kendaraan merk Yamaha Mio Sporty, warna hitam, tahun 2011, No. Pol. BE- 4075 YY. (milik tersangka Wiwin Indra Wahyu).

  Kepala Subsi Bimbingan Klien Anak Balai Pemasyarakat Bandar Lampung, tanggal 18 November 2014. 9 Wawancara dengan Nurul Lukman Kepala Divisi Kampanye Pendidikan

  4 buah anak kunci leter T.

  c.

  1 (satu) buah gagang kunci leter T.

  (Semua barang bukti tersebut disita dalam perkara lain).

  11 Tersangka Muhamad Berki alias

  Biku telah melakukan tindak pidana 10 Wawancaradengan BRIPTU

  MuhamadRildoPenyidikPembantuBadanRes erseKriminalPolsek TKB Bandar Lampung, tanggal 6 November 2014. 11

  khusus yang mencerminkan situasi kekeluargaan, bebas dari gangguan orang lain yang tidak berkepentingan dan suasana ruangan yang mampu mendatangkan ketentraman kepada tersangka anak. Namun pada kenyataannya di Polsek TKB Bandar Lampung, tidak adanya ruang pemeriksaan khusus untuk anak yang berkonflik dengan hukum. Ruang pemeriksaan untuk anak, masih menggunakan ruang pemeriksaan untuk orang dewasa. 8 Wawancara dengan Elvi Suryaningsih

  b. pencurian dengan pemberatan terhadap kendaraan bermotor roda dua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 KUH-Pidana.

  Apabila penyidik telah selesai maka penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara tersebut kepada Penuntut Umum yang merupakan penyerahan dalam tahap pertama yaitu hanya berkas perkaranya saja (Pasal 8 ayat (3) sub a dan Pasal 110 ayat (1) KUHAP). Selesainya penyidikan, dengan penyerahan tersangka dan barang bukti kepada pihak kejaksaan anak. Penulis sependapat dengan pendapat para narasumber, bahwa dalampraktik penyidikan kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (curanmor) oleh anak berdasarkan Undang-Undang Nomor

  11 Tahun 2012 Tentang SPPA bahwa yang berwenang melakukan penyidikan adalah pejabat Polisi yang diatur dalam Pasal 26 ayat (1) dan (3). Wawancara terhadap anak yang berkonflik dengan hukum guna mendapatkan keterangan yang sejelas-jelasnya penyidik saat melakukan pemeriksaan tidak berpakaian dinas, suasana santai sehingga meraka tidak merasa tertekan dapat memberikan jawaban yang meraka alami ataupun yang dilakukan sesuai dengan Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 antara lain terhindar dari perlakuan : diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainya.

  Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan. Proses penangkapan atau penahanan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, penyidik harus memperhatikan hak-hak anak tersebut. Pemeriksaan anak, harus diruangan khusus pemeriksaan anak. Proses penyidikan ini harus dirahasiakan agar tidak menyebabkan depresi, malu atau minder padaanak tersebut.

  Penulis juga sependapat dengan narasumber bahwa dalam perkara tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh anak yaitu Biku dilakukan penyidikan lebih lanjut, mengingat dalam Pasal 7 Ayat (2b) UU No. 11 Tahun 2012 Tentang SPPA yaitu bukan merupakan pengulangan tindak pidana yang wajib diupayakan diversi, karena tindak pidana yang dilakukan oleh Biku merupakan tindak pidana pengulangan, dengan perkara yang sama yaitu tindak pidana pencurian yang disebut juga sebagai residivis, maka dalam hal perkara ini tidak dilaksanakan diversi dan dilakukan penyidikan lebih lanjut oleh aparat kepolisian Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat.

B. Faktor Penghambat Dalam Praktik Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) Oleh Anak.

  Melakukan penyidikan, terkadang para penyidik anak menemui berbagai hambatan. Unsur-unsur dari Faktor penghambat dalam praktik penyidik/penyidik pembantu anak pada saat dilakukannya penyidikan tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku tindak pidana maupun ketika di luar proses penyidikan apabila mengutip dari Soerjono Soekanto adalah :

  12 1.

  Faktor penegak hukum : Kurangnya jumlah penyidik/penyidik pembantu anak juga turut mempengaruhi tindakan dan perilaku dalam penyidikan tindak pidana anak yang berkonflik dengan hukum di Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.

  penegak hukum bukan saja kekurangan penyidik anak, melainkan faktor yang sering terjadi yaitu kurangnya penyidik khusus anak yang memenuhi syarat seperti adanya penyidik yang hanya lulusan SMA dan masih kurang terlatih dalam menangani perkara anak.

  14 2.

  Faktor sarana dan prasarana : Penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi berbagai sarana dan fasilitas berupa penyediaan fasilitas-fasilitas untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Kondisi sarana dan fasilitas yang diberikan oleh dinas pada saat ini 12 SoerjonoSoekanto, Op.Cit.,hlm 5-59 13 IptuWijayaKusuma, Op.Cit., 14 sangat terbatas atau kurang memadai kalaupun ada kondisinya sudah tidak layak. Sarana atau fasilitas ruang pemeriksaan khusus anak tidak ada di Polsek TKB Bandar Lampung, sehingga ruang pemeriksaan yang digunakan oleh anak yang berkonflik dengan hukum sama dengan ruang pemeriksaan untuk pelaku pidana dewasa.

  15 3.

  Faktor kemasyarakatan Rendahnya kesadaran hukum pada masyarakat, misalnya pada perkara anak yaitu tersangka anak yang diupayakan/diwajibkan diversi, dan anak tersebut dikembalikan ke orang tuanya dan tidak ditahan. Pihak korban masih saja menuntut kerugiannya dan tidak terima dengan putusan hakim. Ini disebabkan rendahnya pengetahuan korban (masyarakat) mengenai undang- undang anak.

  16 Kurangnya wawasan

  atau pengetahuan para orang tua dan masyarakat tentang bahayanya tindak pidana anak terhadap perkembangan mental dan kejiwaan anak. Belum tersosialisasikannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak kepada masyarakat.

13 Menangani perkara anak aparat

  17 Penulis sependapat dengan pendapat

  para narasumber, bahwa mengenai faktor penghambat dalam praktik penyidikan anak yaitu faktor penegak hukum sangat mempengaruhi dalam praktik penyidikan tindak pidana anak yang berkonflik dengan hukum. Kurangnya penyidik/penyidik pembantu anak juga turut mempengaruhi tindakan dan perilaku penyidik/penyidik pembantu dalam penyidikan tindak pidana anak. 15 IptuWijayaKusuma, Op. Cit., 16 ElviSuryaningsih, Op. Cit., 17

  Fasilitas yang disediakan oleh dinas pada saat ini sangat terbatas atau kurang memadai kalaupun ada kondisinya sudah tidak layak. Sarana atau fasilitas ruang pemeriksaan khusus anak tidak ada di Polsek TKB Bandar Lampung, sehingga ruang pemeriksaan yang digunakan oleh anak yang berkonflik dengan hukum sama dengan ruang pemeriksaan untuk pelaku pidana dewasa. Hal inilah yang turut membuat penyidikan anak akan semakin lama dan dikhawatirkan akan dapat membuat mental anak sendiri menjadi turun dan terganggu. Serta faktor kemasyarakatan yaitu kurangnya wawasan atau pengetahuan para orang tua dan masyarakat tentang tindak pidana anak yang dapat menyebabkan perkembangan mental dan kejiwaan anak menjadi terganggu, sebagai orang tua seharusnya lebih memperhatikan lagi perilaku dan pergaulan anak baik didalam rumah ataupun diluar rumah yaitu dimasyarakat.Perlunyatersosialisasik annya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang SPPA kepada masyarakat baik oleh pemerintah, kepolisian, pembimbing kemasyarakatan serta lembaga- lembaga yang khususnya memperhatikan kepentingan hak anak.

  Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut ;

  Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) Oleh Anak

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor

  11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak antara lain sebagai berikut : Penyidikan tindak pidana anak yaitu dimulai dengan melakukan identifikasi kasus, apakah anak tersebut dapat dilaksanakan diversi atau tidak.Mengingat anak sudah residivis, maka dilakukan penyidikan lebih lanjut yaitu dimulai dari laporan atau pengaduan dari korban, pemeriksaan TKP, keterangan saksi dan barang bukti maka selanjutnya dilakukan penangkapan,pemeriksaan tersangka dan penahanan.Meminta saran dan pertimbangan dari pembimbingan kemasyarakatan untuk kelengkapan BAP. Setelah proses penyidikan selesai dan pemberkasan BAP sudah lengkap, tahap selanjutnya pelimpahan berkas ke penuntut umum yakni pihak kejaksaan anak.

  2. Faktor penghambat dalam proses penyidikan dalam perkara tindak pidana pencurian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh anak yaitu Muhamad Berki alias Biku di Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat Bandar Lampung yaitu: a.

  Faktor penegak hukum : Faktor penegak hukum seperti kurangnya penyidik/penyidik pembantu anak sangat mempengaruhi tindakan dan perilaku penyidik/penyidik pembantu dalam penyidikan tindak pidana anak yang berkonflik dengan hukum di Polisi Sektor (Polsek) Tanjung Karang Barat Bandar Lampung. Lamanya waktu dari pembimbing kemasyarakatan memberikan pertimbangannya serta tuntutan kerja yang ekstra kepada aparat penegak

III. SIMPULAN

A. Simpulan

1. Praktik

  hukum agar peka dan handal dalam menangani perkara anak.

  11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak kepada masyarakat dilaksanakan secara berkesinambungan dan terpadu baik oleh pemerintah, kepolisian, pembimbing kemasyarakatan maupun oleh lembaga advokasi anak.

  Persada.Jakarta

  Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Raja Grafindo

  Soekanto, Soerjono. 2012. Faktor-

  dan Pemidanaan. Sinar Grafika, Jakarta.

  Waluyo, Bambang. 2008. Pidana

  DAFTAR PUSTAKA A. Literatur http://jurnal.usu.ac.id.

  4. Perlunya penyuluhan hukum tentang Undang-Undang Nomor

  b.

  3. Anak-anak yang berhubungan dengan hukum haruslah ditangani di ruangan yang berbeda dengan orang dewasa, mengingat anak merupakan individu yang masih harus tumbuh dan berkembang dalam segala aspek.

  2. Pemerintah sebaiknya melalui kementrian yang berkaitan menambah fasilitas menambah sarana dan fasilitas bagi anak yang berkonflik dengan hukum.

  1. Praktik penyidikan anak, penyidik perlu memperhatikan kepentingan bagi anak baik dalam proses penangkapan, pemeriksaan, penahanan hingga putusan pengadilan.

  Saran-saran yang dapat penulis sumbangkan untuk pemecahan permasalahan yang timbul sebagai berikut :

  Faktor kemasyarakatan Rendahnya kesadaran hukum pada masyarakat yaitu kurangnya wawasan atau pengetahuan para orang tua dan masyarakat tentang bahayanya tindak pidana anak terhadap perkembangan mental dan kejiwaan anak. Kurangnya perhatian dan kepedulian aparatur desa atau kepala desa untuk mendampingi anak dalam proses penyidikan, apabila anak tersebut tidak ada orangtua atau keluarganya. Belum tersosialisasikannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak kepada masyarakat.

  c.

  Faktor sarana dan prasarana : Penyidik/penyidik pembantu dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi berbagai sarana dan fasilitas. Fasilitas yang disediakan oleh dinas pada saat ini sangat terbatas atau kurang memadai kalaupun ada kondisinya sudah tidak layak. Sarana atau fasilitas ruang pemeriksaan khusus anak tidak ada di Polsek TKB Bandar Lampung, sehingga ruang pemeriksaan yang digunakan oleh anak yang berkonflik dengan hukum sama dengan ruang pemeriksaan untuk pelaku pidana dewasa.