Askep pada Pasien dengan KET

Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
“Askep pada Pasien dengan KET”

Disusun Oleh : Kelompok 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Danang Novianto
Dewindra Yuniarsih
Dinar Nur Azizah
Dini Anggraini
Enesvy Dea N.
Tanti Suciati

Titah Wasilatul R.
Triyono
Udiet Khushariyadi

(15.006)
(15.007)
(15.008)
(15.009)
(15.010)
(15.039)
(15.040)
(15.041)
(15.042)

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DINAS KESEHATAN
PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
AKADEMI KEPERAWATAN TRENGGALEK
e-mail
: akper_ga@yahoo.com
website

: akper-trenggalek.ac.id
Jln.Dr.Soetomo No.05 Telp/fax. (0355) 791293
TRENGGALEK

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ASKEP PADA PASIEN
DENGAN KET dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari
teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan,dukungan
dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang askep pada pasien dengan KET.
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini.


Trenggalek, 6 Pebruari 2017

Penyusun

i

DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi............................................................................................................3
2.2 Klasifikasi........................................................................................................3
2.3 Etiologi............................................................................................................5
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................7

2.4 Manifestasi Klinis ...........................................................................................9
2.5 Penatalaksanaan ..............................................................................................9
2.6 Askep ...........................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
KET atau Kehamilan Ektopik Terganggu adalah setiap implantasi yang
telah dibuahi diluar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi,
ovarium, serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang
terbanyak adalah dituba falopi. (Murria, 2002)
Tidak sedikit ibu hamil dengan berbagai gangguan yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandung, salah satu gangguan
tersebuat adalah KET.

Dan jika seorang ibu hamil telah didiagnosis sebagai KET, maka ia
perlu mendapatkan perawatan lebih lanjut. Karena KET terbanyak berada
dituba falopi, sehingga dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu hasil
konsepsi mati dini, terjadi abortus, dan tuba falopi pecah.
Oleh sebab itu kelompok kami membuat makalah tentang “Askep pada
Pasien dengan KET” agar mahasiswa lebih memahami tentang pasien dengan
KET, sehingga dapat memberikan askep sesuai dengan konsep yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi KET ?
2. Apa saja klasifikasi dari KET ?
3. Bagaimana etiologi dari KET ?
4. Bagaimana patofisiologi dari KET ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari KET ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari KET ?
7. Bagaimanakah askep pada pasien dengan KET ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi KET
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari KET
3. Untuk mengetahui etiologi dari KET
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari KET

5. Untuk mengetahui patofisiologi dari KET
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari KET
7. Untuk mengetahui askep pada pasien dengan KET

0

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
KET atau Kehamilan Ektopik Terganggu adalah setiap implantasi yang
telah dibuahi diluar cavum uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium,
serviks, dan abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah
dituba falopi. (Murria, 2002)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi
berimplamentasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.(Ilmu Kebidanan,
2002:323)
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain pada:
 Tuba falopi
 Pars-interstisialis

 Isthmus
 Ampula
 Infundibulum
 Fimbrae
 Uterus
 Kanalis servikalis
 Difertikulum
 Kornu
 Tanduk rudimeneter
 Ovarium
 Intraligameneter
 Abdominal
 Primer
 Skunder
 Kombinasi kehamilan dalam uterus
 Kombinasi kehamilan luar uterus
(Prawirohadjo,1999)
 Kehamilan tuba
Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla
tuba. Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan di

tempat yang terakhir ini mengadakan implantasi terjadi pada endosalping.

1

Selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi
memberi predisposisi untuk implantasi diluar kavum uteri, akan tetapi hal ini


kiranya tidak banyak terjadi. (Prawirohardjo, Sarwono 2005)
Kehamilan heterotipik
Kehamilan ektopikdi sebuah lokasi dapat koeksis dengan kehamilan
intrauterine. kehamilan heterotipik ini sangat langka. Hingga satu decade yang
lalu insidens kehamilan heterotipik adalah 1 dalam 30.000 kehamilan, namun
dikatakan bahwa insidennya sekarang telah meningkat menjadi 1 dalam
70000, bahkan 1 dalam 900 kehamilan, berkat perkembangan teknik-teknik






reproduksi.
Kehamilan ovarial
Kehamilan ovarial sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut
ditegakkan atas dasar 4 kriterium dari spigelberg, yakni :
a. tuba pada sisi kehamilan harus normal
b. kantong janin harus berlokasi pada ovarium
c. ovarium di hubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary propium
d. histopatologis ditemukan jarinagn ovarium di dalam dinding kantong janin
Kehamilan servikal
kehamilan servikal pun sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam
kanalis servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan
muda. Jika kehamilan berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium
uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang melampaui 12



minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan.
Kehamilan abdominal
Menurut kepustakaan, kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantar
1.500 kehamilan. Kehamilan abdominal ada 2 macam yaitu :

a. Kehamilan abdominal primer, terjadi bila telur dari awal mengadakan
implantasi dalam rongga perut
b. Kehamilan abdominal sekunder, berasal dari kehamilan tuba dan setelah
rupture baru menjadi kehamilan abdominal. (UN-OAD, 2005)

2.3. Etiologi
Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba sehingga setiap
gangguan pada tuba yang disebabkan infeksi akan menimbulkan gangguan dalam
perjalanan hasil konsepsi menuju rahim. Sebagai gambaran penyebab kehamilan
ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Gangguan pada lumen tuba
2



Infeksi menimbulkan pelekatan endosalting sehingga menyempitkan
lumen




Hipoplasia tuba sehingga lumennya menyempit



Operasi plastik pada tuba(rekonstruksi) atau melepaskan perlekatan dan
tetap menyempitkan tuba.

b. Gangguan diluar tuba


Terdapat endometriosis tuba sehingga memperbesar kemungkinan
implantasi



Terdapat divertikel pada lumen tuba



Terdapat perlekatan sekitar tuba sehingga memperkecil lumen tuba



Kemungkinan migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba
dalam keadaan blastula

Dengan terjadinya implantasi didalam lumen tuba dapat terjadi beberapa
kemungkinan:
1. Hasil konsepsi mati dini


Tempatnya tidak mungkin memberikan kesempatan tumbuh kembang
hasil konsepsi mati secara dini



Karena kecilnya kemungkinan diresorbsi

2. Terjadi abortus


Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil
konsepsi mati dan tepat dalam lumen



Lepasnya hasil konsepsi menimbulkan pendarahan dalam lumen tuba
atau keluar lumen tuba serta membentuk timbulnya darah



Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi

3. Tuba falopi pecah


Karena tidak berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah



Jonjot

villi

menembus

tuba,

sehingga

terjadi

ruptura

menimbulkan timbunan darah kedalam ruangan abdomen
3

yang



Ruptura tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan
kemungkinan untuk melakukan implantasi menjadi kehamilan
abdominal skunder



Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar

4

Faktor dalam
Lumen tuba

Faktor dalam
dinding tuba

Faktor luar
dinding tuba

Faktor lain

2.4. Patofisiologi
Lumen tuba
menyempit

Implantasi
telur dalam
tuba

Menghambat
perjalanan
telur

Perjalanan
telur
diperpanjang
ke uterus

Bernidasi secara kolumner interkolumner
Kurang vaskularisasi
Desidua tidak tumbuh dengan sempurna
Tropoblast dan
villi korialis
menembus lapisan
pseudokapsularis

Ovum mati

diresorbsi
Pendarahan sedikit
(terlambat haid)

Tropoblast dan
villi korialis
menembus lapisan
muskularis dan
peritonium

Pembesaran tuba
(hematosalping)

Mengalir ke
rongga peritonium

Perdarahan ke
rongga peritonium

Berkumpul di cavum doglasi

MK :
Nyeri
Hematokele retrouterina

(Pengaruh hormon) Uterus
lembek, membesar

Pembetukan desidua

Janin mati

Perdarahan lebih banyak

MK : Kurang
volume cairan,
Perubahan perfusi
jaringan,
Kelemahan

5

Penjelasan Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada
nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur
bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka
ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan
kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk
kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat
berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel
membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.
Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati
sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga
terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut
sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua
yang degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak
mungkin janintumbuh secara utuh seperti dalam uterus.

2.5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dengan kehmilan ektopik adalah sebagai berikut :

6

1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada
umumnya ibu menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin
merasa nyeri sedikit diperut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan.
Pada pemeriksaan vaginal , uterus membesar dan lembek, walaupun
mungkin besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang
mengandung hasil konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada
pemeriksaan bimanual
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang
tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagan bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitas
yang kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan
masuk kedalam syok.
4. Perdarahan per vagina merupakan salah satu tanda penting yang kedua
pada kehamilan ektopik terganggu(KET). Hal ini menunjukkan kematian
janin.
5. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore tergantug pada kehidupan janin sehingga dapat
bervariasi.
2.6. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan
yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi ibu pada saat itu
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
3. Lokasi kehamilan ektopik
4. Kondisi anatomis organ pelvis
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter
6. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat
2.7. Askep
 Pengkajian
1. Menstruasi terakhir
2. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina
3. Nyeri abdomen : kejang, tumpul

7

4. Jenis kontrasepsi
5. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
6. Tanda-tanda vital
7. Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun
 Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul adalah:
1. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan
intraperitoneal.
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
 Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: defisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur lokasi
implantasi sebagai efek dari pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukkan kestabilan /perbaikan keseimbangan
cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler
cepat, sensorium tepat, serta frekuensi dan berat jenis urine adekuat.

INTERVENSI

RASIONAL

8

1. Evaluasi,
catat

laporkan,

jumlah

dan

serta 1. Perkirakan
sifat

kehilangan

darah

membantu membedakan diagnosis.

kehilangan darah, lakukan

Setiap

perhitungan

pembalut,

pembalut sama dengan kehilangan

timbang

kira-kira 1 ml darah
2. Perdarahan dapat berhenti dengan

kemudian
pembalut.
2. Lakukan

tirah

intruksikan

baring,

ibu

menghindari

gram

reduksi

peningkatan

ktifitas.

berat

Peningkatan

untuk

tekanan abdomen atau orgasme

valsava

dapat merangsang perdarahan
3. Menjamin kedekuatan darah yang

manuver dan koitus.
3. Posisikan ibu dengan tepat,

tersedia untuk otak, peninggian

telentang dengan panggul

panggul menghindari kompresi vena

ditinggikan atau posisi semi

kaya.

fowler
4. Catat tanda-tanda

Posisi

semi

memungkinkan

fowler

janin

betindak

vital,

sebagai tampon
pengisian kapiler pada dasar 4. Membantu menentukan
pupu,

warna

membran

kehilangan

darah,

meskipun

mukosa atau kulit dan suhu.

sianosis

Ukur tekanan vena sentral

tekanan darah dan nadi adalah

bila ada.
5. Pantau aktifitas

dan

beratnya

perubahan

tanda-tanda lanjut dari kehilangan
uterus,

volume sirkulasi
status janin, dan adanya 5. Membantu
menentukan

nyeri tekan pada abdomen
6. Hindari pemeriksaan rektal
atau vagina
7. Pantau
masukan

pada

sifat

hemoragi dan kemungkinan akibat

dari peristiwa hemoragi
6. Dapat meningkatkan hemoragi
atau 7. Menentukan luasnya kehilangan

keluaran cairan. Dapatkan

cairan dan menunjukkan perfusi

sampel urin setiap jam, ukur

ginjal
8. Bunyi

berat jenis
8. Auskultasi bunyi nafas
9. Simpan jaringan atau hasil

nafas

adventitus

menunjukkan ketidaktepatan atau

kelebihan pergantian
konsepsi yang keluar
9. Doter
perlu
mengevaluasi
10. Dapatkan
pemeriksaan
kemungkinan
retensi
jaringan,
darah cepat: HDL jenis dan
pemeriksaan histologi mungkin
pencocokan silang, titer Rh,
diperlukan

9

kadar

fibrinogen,

hitung 10. Menentukan jumlah darah yang

trombosit, APTT, dan kadar

hilang

LCC.
11. Pasang kateter
12. Berikan laruan intra vena,
ekspander

plasma,

lengkap,

atau

dapat

memberikan

informasi mengenai penyebab harus
dipertahankan diatas 30% untuk
mendukung transport oksigen dan

darah
sel-sel

dan

nutrien
11. Haluaran kurang dari 30 ml/jam

kemasan sesuai indikasi.

menandakan

penurunan

perfusi

ginjal dan kemungkinan terjadinya
nekrosis tubuler. Keluaran yang
tepat ditentukan oleh derajat defisit
individual

dan

penggantian
12. Meningkatkan
sirkulasi

dan

gejala syok

10

kecepatan

volume

darah

mengatasi

gejala-

2. Diagnosa 2: nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi,
perdarahan intraperitoneal.
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda
vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Tentukan sifat, lokasi dan 1. Membantu dalam mendiagnosis dan
durasi nyeri, kaji kontraksi

menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
Ketidaknyamanan dihubungkan

uterus hemoragi atau nyeri
tekan abdomen
2. Kaji
stress

dengan aborsi spontan dan

psikologi

molahidatidosa karena kontraksi

ibu/pasangan dari respons
emosional

uterus yang mungkin diprberat oleh

terhadap

infuse oksotoksin. Rupture kehamilan

kejadian
3. Berikan lingkungan yang

ektopik mengakibatkan nyeri hebat,

terang dan aktivitas untuk

karena hemorogy tersembunyi saat

mnurunkan

tuba fallupi rupture ke dalam

rasa

nyeri,

instruksikan klien untuk
menggunakan

metode

abdomen.
2. Ansietas sebagai respons terhadap
situasi darurat dapat memperberat

relaksasi, misalnya, nafas
dalam,
distraksi,

ketidaknyamanan

visualisasi
dan

jelaskan

prosedurnya
4. Berikan narkotik

tingkat

ansietas

dan

karenanya

mereduksi ketidaknyamanan
4. Meningkatkan
kenyamanan

preoperative bila prosedur
pembedahan diindikasikan
5. Siapkan prosedur bedah

sindrom

ketegangan, katakutan, dan nyeri
3. Dapat membantu dalam menurunkan

atau

sedative berikut obat-obat

karena

menuunkan

resiko

pembedahan
5. Tindakan terhadap

bila terdapat indikasi

komplikasi
penyimpangan

dasar akan menghilangkan nyeri

11

3. Diagnosis 3 :
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
dan tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan : ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah
sederhana, mengenai patofisiologi dan implikassi linik

INTERVENSI
RASIONAL
1. Menjelaskan tindakan 1. Memberikan informasi,
dan

rasional

yang

kesalahan

konsep

ditentukan untuk kondisi

mengenai

prosedur

hemoragia
2. Berikan
bagi

menjelaskan

pemikiran
yang

ibu
akan

dilakukan, dan menurunkan sters yang
kesempatan

ibu

berhubungan dengan prosedur yang

untuk

diberikan
mengajukan pertanyaan 2. Memberikan klarifikasi dari konsep
dan

mengungkapkan

kesalahan konsep
3. Diskusikan

yang

salah,

identifikasi

masalah-

masalah dan kesempatan untuk memulai
mengembangkan

ketrampilan

kemungkinan implikasi
jangka

pendek

penyesuaian
pada 3. Memberikan

ibu/janin dari keadaan

kemungkinan

perdarahan

meningkatkan

informasi

tentang

komplikasi
harapan

realitas

dan
dan

4. Tinjau ulang implikasi

kerjasama dengan aturan tindakan
pangjang 4. Ibu dengan kehamilan ektopik dapat

jangka
terhadap

yang

memahami kesulitan mempertahankan

evaluasi

setelah pegangkatan tuba/ovarium yang

situasi

memerlukan

dan tindakan tambahan

sakit

 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat. Dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.

12

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan didasarkan
oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
 Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada
hasil dan tujua yang hendak dicapai.

13

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa KET atau Kehamilan
Ektopik Terganggu adalah setiap implantasi yang telah dibuahi diluar cavum
uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan
abdomen. Namun kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah dituba
falopi.
Tindakan kepada pasien dengan KET harus dipercepat supaya tidak
terjadi beberapa kemungkinan jika janin berada diluar cavum uterus atau
mayoritas berada dituba falopi, diantara kemungkinan tersebut yaitu hasil
konsepsi mati dini, terjadi abortus, dan tuba falopi pecah.
Dan sebagai seorang perawat harus memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan sop yang ada.
3.2 Saran
Dari makalah diatas diharapkan kita dapat meningkatkan belajar dan
memperbanyak literatur, serta dapat mengetahui dan mampu memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan KET.

14

DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyeh Rukiyah, L. Y. (2010). Asuhan Kebidana 4 (Patologi). Jakarta: Trans
Info Media.
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

15

16

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5