Pengembangan Instrumen Miracle Pathway B

Pengembangan Instrumen Miracle Pathway Bagi Penilaian Kinerja
Sektor Kesehatan Masyarakat di Provinsi NTT
(Study Kasus Penilaian Kinerja Program Revolusi KIA di Provinsi NTT)

Proposal Disertasi
(Diajukan sebagai salah satu syarat Pendidikan S3 Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Tahun 2015)

Diajukan Oleh:
Drg. Jeffrey Jap, M.Kes

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu sektor terpenting dalam kehidupan. Tanpa
kesehatan orang tidak dapat melakukan aktifitas. Berkaitan dengan sektor kesehatan
akan muncul berbagai hal yang semuanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya. Salah satu yang menarik dan mendasar adalah kebijakan kesehatan.
WHO sebagai badan kesehatan Dunia dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat Dunia telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang semuanya
mengarah pada suatu kebaikan system guna menunjang pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal. Pada tataran Indonesia juga telah menghasilakan berbagai
kebijakan yang mengarah pada peningkatan derajat kesehatan seluruh masyarakat
Indonesia sebagaimana amanat undang-undang dasar 1945 yaitu tercapainya
kesejahteraan sosial.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 20052025 (RPJP-N), pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Sebagaimana tercantum dalam system kesehatan nasional, penyelenggaraan
proses kebijakan kesehatan dilakukan secara optimal dengan mengacu kepada
kebijakan pembangunan kesehatan nasional, penetapan skala prioritas berbasis bukti
dari berbagai sumber yang tersedia melalui proses pengkajian dan perumusan
kebijakan yang melibatkan masyarakat dan berbagai stakeholders terkait yang
berorientasi pada kepentingan masyarakat serta didukung dengan sumber daya
manusia yang kompeten untuk dilaksanakan secara bersama oleh seluruh pelaku
pembangunan kesehatan secara sinergi dan dinamis.
Penyelenggaraan administrasi kesehatan meliputi perencanaan, pengaturan
dan pembinaan, serta pengawasan dan pertanggungjawaban didasarkan atas urusan
wajib bidang kesehatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna,

terpadu berlandaskan pada arah kebijakan pembangunan nasional dengan
2

memperhatikan kebijakan dan prioritas pembangunan kesehatan, berorientasi pada
kepentingan masyarakat, responsif gender, memanfaatkan teknologi informasi,
didukung sumber daya manusia yang kompeten, dan pembiayaan yang mencukupi;
dilaksanakan secara sinergi yang dinamis antara sektor kesehatan dengan sektor lain,
pusat dan daerah dengan mempertimbangkan desentralisasi dan memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dilaksanakan dengan menjunjung
tinggi penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance).
Dalam kaitan ini pengelolaan kesehatan perlu dilakukan secara berjenjang di
pusat dan daerah dengan pengaturan: a) Pemerintah menetapkan kebijakan
kesehatan; b) pemerintah daerah provinsi membimbing dan mengendalikan kebijakan
kesehatan; dan c) pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan bimbingan
dan pengendalian opersionalisasi urusan kesehatan.
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini masih
menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga
diperlukan terobosan yang kreatif dan inovatif dari berbagai pihak (SKN 2012).
Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan
secara nasional antara lain; a) masih terdapat disparitas geografi; kapasitas fiskal;

belanja daerah; pendidikan; infrastruktur; akses dan fasilitas pelayanan kesehatan;
tumpang tindih sasaran penanggulangan kemiskinan dan akses fasilitas publik (Riset
Fasilitas Kesehatan 2011); b) akses rumah tangga yang dapat menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan pada daerah terpencil,
tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih rendah. Jarak
fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh disertai distribusi tenaga kesehatan yang
tidak merata antara lain ketersediaan dokter di puskesmas tertinggi di pulau Jawa dan
terendah di wilayah Timur Indonesia, dan pelayanan kesehatan yang mahal
menyebabkan rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan; c)
masih terdapat disparitas sumber daya antara lain: ketersediaan listrik 24 jam di
puskesmas dan ketersediaan air bersih sepanjang tahun di puskesmas; d) masih
terdapat disparitas kependudukan antara lain: contraceptive prevalence rate (CPR)
antar provinsi; e) Perangkat regulasi dan hukum yang terkait dengan kesehatan masih
belum memadai, sementara itu kemampuan pimpinan tenaga kesehatan dan profesi
3

dalam pemahaman etikolegal dan pembuatan regulasi kesehatan spesifik serta
kesadaran hukum masyarakat masih rendah, dan masih lemahnya penegakan hukum
menyebabkan berbagai hambatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
(Riskesdas 2013).

Pada tataran Provinsi Nusa Tenggara Timur ditemukan berbagai kekurangan
sebagai berikut;
Tabel 1.1 Perbandingan Indikator Kesehatan NTT dan Nasional
NO
1
2
3

INDIKATOR
Angka Harapan Hidup
Stunting
Gejala TB Paru (Batuk

NTT
67,76
> 50 %
8,8 %

INDONESIA
69,65

37,2 %
3,9 %

Sumber
BPS 2011
Riskesdas 2013
Riskesdas 2013

4
5

> 2 minggu)
Angka Kelahiran Total
Unmeet need (KB yg

3,3 %
17,5 %

2,6 %
11,4 %


SDKI 2012
SDKI 2012

6
7
8

tidak terpenuhi)
Pengguna KB
Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Bayi

40 %
306/100.000
57/1.000

59,7 %
228/100.000
34/1.000


Riskesdas 2013
SDKI 2007
SDKI 2007

Tabel
Sumber: SDKI 2007, BPS 2011, SDKI 2012, Riskesdas 2013
Tabel ini terlihat NTT masih jauh dari standar Nasional. Hal yang patut
menjadi sorotan secara khusus disini adalah pada angka kematian Ibu dan bayi. Ini
merupakan hal yang sangat fatal apabila dibiarkan. Kesehatan Ibu harus mendapat
perhatian lebih mengingat mereka adalah penentu masa depan sebuah generasi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai terobosan/pendekatan. Pendekatan
yang perlu dilakukan adalah dengan merancang berbagai kebijakan yang berpihak
pada masyarakat. Setelah adanya kebijkan maka kebijakan tersebut harus
diimplementasikan. Dalam proses ini perlu penyesuaian terutama pada konteks
daerah, ragam budaya/adat istiadat, karakter orang, dan kehidupan sosial lainnya.
4

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ede Surya (2012)
bahwa kebijakan tidak dapat diimplementasikan secara sama oleh semua daerah.

Sebab setiap daerah memiliki cirri khasnya masing-masing.
Kebijakan ini perlu diimplementasikan agar dapat tercapai apa yang
diinginkan oleh semua pihak. Kebijakan publik tersebut diimplementasikan melalui
bentuk program-program serta melalui turunan. Turunan yang dimaksud adalah
dengan melalui proyek intervensi dan kegiatan intervensi. Menurut Darwin terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan proses implementasi yang
perlu dilakukan, setidaknya terdapat empat hal penting dalam proses implementasi
kebijakan, yaitu pendayagunaan sumber, pelibatan orang atau sekelompok orang
dalam implementasi, interpretasi, manajemen program, dan penyediaan layanan dan
manfaat pada publik (Widodo, 2001:194).
Berdasarkan hal ini maka pada Tahun 2009 Pemerintah Provinsi NTT
mengeluarkan peraturan Gubernur No. 42 tentang Revolusi KIA. Revolusi KIA itu
sendiri adalah Upaya yang sungguh-sungguh untuk percepatan penurunan kematian
ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan cara-cara yang luar biasa (Pergub NTT
No. 42 Tahun 2009).
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan kesehatan yang ada di provinsi
NTT. Selama ini Teknik evaluasi yang dilakukan ternyata hanya menitikberatkan
pada penyerapkan anggaran dan realisasi fisik saja. Akibatnya banyak hal kunci yang
tidak diketahui dalam evaluasi. Padahal apapun yang dapat diukur atau terukur
biasanya dapat diselesaikan dengan baik. sehingga apabila capaian atau hasil tidak

dapat diukur, kita sama sekali tidak akan mampu memastikan apakah yang telah
dilaksanakan (kebijakan/program/kegiatan/strategi, dll) berhasil/sukses, atau gagal
yang artinya tujuan tidak tercapai. Lebih dari itu, apabila kita tidak mampu
memastikan dan mengenali bahwa yang kita lakukan benar membawa dampak yang
baik. Artinya ketidakberhasilan tidak akan mampu memberikan pengajaran apapun.
Oleh karena itu guna memastikan ukuran kinerja yang digunakan benar-benar solid
dan dapat dipertanggungjawabkan, maka suatu alat bantu untuk memetakan pola
pikir awal hingga ekspektasi capaian beserta ukuran-ukurannya ketika kita
memformulasikan apapun, termasuk kebijakan, strategi, program, intervensi,
5

kegiatan dan lain sebagainya; atau suatu cara berfikir yang runtut, sungguh
diperlukan (Bappenas 2009).
Apabila ingin keluar dari kemelut ini maka perlu pengukuran kinerja yang
akurat. Beberapa cara untuk mengukur kinerja ini secara umum antara lain; Balance
Score Card , Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dan Malcolm Baldrige National
Quality Award (MBNQA). Ketiga alat ukur ini sering digunakan dalam mengukur
kinerja perusahan dan bidang pendidikan secara umum. Sejauh ini belum ada alat
ukur yang secara sepesifik mengukur kinerja di bidang kesehatan masyarakat. Oleh
sebab itu dari sini penulis mau mengembangkannya lebih jauh dengan suatu

instrument lainnya yang diberi nama Miracle. Instrumen ini akan secara khusus
mengurai kinerja para pelaku dibidang kesehatan. Jabaran dari instrument ini adalah
sebagai berikut; a) Manager; Sejauh mana Dinas Kesehatan merumuskan kebijakan
tentang revolusi KIA . b) Innovator; Bagaimana Membuka peluang inovasi baru yang
lebih efektif, efisien dan sustainable untuk memecahkan masalah kesehatan khusus
Revolusi KIA. c) Research/evidence base policies; Bagaimana Menggunakan data
yang akurat terpercaya untuk mengambil keputusan-keputusan kesehatan terkait Ibu
dan Anak. d) Apprenticer; Bagaimana Memanfaatkan data dan fakta untuk terus
belajar menjadi yang terbaik dan untuk kesempurnaan. e) Communitarian;
Bagaimana harus tetap berada ditengah masyarakat, berbaur dengan mereka,
melakukan komunikasi secara intens dengan mereka dan menjadi pembela Hak para
Ibu dan anak. f) Leadership; bagaimana Dinas kesehatan dan jajarannya serta rumah
sakit menjadi pemangku kepentingan primer yang menggerakkan dan memimpin
semua unsur di bawahnya untuk menyukseskan kebijakan Revolusi KIA. g)
Education; Bagaimana para petugas kesehatan menjadi pendidik dan promotor hidup
sehat ditengah masyarakat.
Beberapa penelitian terdahulu memberikan hasil yang cukup menguatkan
peneliti untuk melakukan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Herman, dan
Mubasysyir Hasanbasri (2008), memberikan gambaran bahwa pemerataan tenaga
kesehatan itu sangat penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Olivia Bayley et.al (2015)
memberikan gambaran yang jelas bahwa pencegahan kematian Ibu lebih banyak
6

terjadi pada aksi sinergis masyarakat (82%), baru berikutnya pada rumah rumah sakit
(67%) dan pusat kesehatan (65%). Artinya peran jejaring dalam komunitas sangat
diperlukan dalam menyelamatkan Ibu dan Bayi dari kematian. Peneliti lainnya Fiifi
Amoako Johnson et.al (2015) memberikan pernyataan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara keterampilan penolong persalinan dan jarak terhadap tingginya
angka kematian ibu dan bayi. Jadi beberapa hal ini harus menjadi catatan buat para
pengambil kebijakan dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan tersebut.
Kepemimpinan sangat diperlukan dalam implementasi sebuah kebijakan.
Hasil kajian dari Kate Wright,Louise (2000) menyebutkan untuk menciptakan
pemimpin yang handal dalam kesehatan masyarakat diperlukan kompetensi sebagai
berikut; 1) kompetensi inti transformasioanal. 2) kompetensi politik. 3) kompetensi
berorganisasi. 4) kompetensi membangun kerja sama tim.
Masalah kesehatan masyarakat yang kompleks membutuhkan pemimpin yang
aktif bekerja sama dengan stakeholders yang bersifat terbuka untuk berbagai
masukan, mempunyai kemampuan lebih, terampil dan cerdas politik karena dalam
mengelola aspek teknis dan logistik kesehatan masyarakat sangat diperlukan jiwa
kepemimpinan yang seperti ini (Erik L. Carlton et al 2015).
Berdasarkan latar belakang ini, Penulis berani mengambil suatu terobosan
baru menggunakan pendekatan Miracle Pathway untuk mengkaji kinerja instansi
kesehatan masyarakat yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan secara khusus
menilai kinerja Program Revolusi KIA di Provinsi NTT.

I.2Kajian Masalah
Beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah; belum adanya
suatu instrument spesifik untuk mengukur kinerja instansi kesehatan masyarakat
khususnya program Revolusi KIA Provinsi NTT. Selain itu masalah lain yang masih
berhubungan adalah belum adanya penelitian yang secara spesifik mengukur kinerja
para tenaga kesehatan masyarakat khususnya di Provinsi NTT.

7

I.3Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
masalah yang akan dirumuskan berkaitan dengan pendekatan Miracle Pathway untuk
mengkaji kinerja instansi kesehatan masyarakat yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur dalam hal ini Program Revolusi KIA sebagai berikut :
1.3.1. Apakah Pendekatan Miracle Pathway dan bagaimana cara mengukur
kinerja?
1.3.2. Bagaimana hasil pengukuran kinerja instansi kesehatan masyarakat
khusus kebijakan Revolusi KIA yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur melalui pendekatan Miracle Pathway?

I.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian diantaranya sebagai berikut :
1.4.1. Tujuan umum
Mengehasilkan intrumen Miracle Pathway untuk mengukur kinerja instansi
kesehatan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.4.2. Tujuan khusus
a) Mendesain kerangka Miracle Pathway bagi pengukuran kinerja
b) Mengimplementasikan pengukuran kinerja dengan konsep Miracle Pathway
pada instansi kesehatan masyarakat khusus kebijakan Revolusi KIA di
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
I.5Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini diantaranya adalah :
1.5.1. Manfaat teoritis
a) Di dapatnya pengembangan teori baru yaitu teori Miracle Pathway yang
merupakan komposit dari beberapa variable (MIRACLE)
b) Menghasilkan teori yang dapat membantu pengukuran kinerja bagi
intansi kesehatan Masyarakat dalam hal ini lewat instrument penilaian
kinerja Miracle Pathway
1.5.2. Manfaat praktis
8

Manfaat praktis adalah untuk mengevaluasi kinerja instansi kesehatan
masyarakat dalam hal ini kebijakan Revolusi KIA di Provinsi Nusa Tenggara Timur
lewat instrument penilaian kinerja Miracle Pathway.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Instrumen Miracle Pathway
Secara garis besar kriteria Miracle dapat dilihat sebagai berikut;
2.1.1. Managing Health Efforts
Sejauh mana pimpinan instansi kesehatan mengelola dengan baik program-program
kesehatan. Kriteria pengelolaan antara lain; perencanaan, proses dan evaluasi terkait
berbagai program yang ada dalam instansi tersebut.
Sistem manajemen bergantung pada pengukuran dan analisis kinerja. Pengukuran
didapatkan dari kebutuhan dan strategi layanan. Pengukuran menyediakan data dan
informasi digunakan untuk mendukung evaluasi,pengambilan keputusan, perbaikan dan
inovasi. Dalam memilih pengukuran harus mewakili faktor-faktor yang memimpin pada
perbaikan biaya pengeluaran; peningkatan pelayanan, operasioanal, finansial, dan kinerja
yang baik. Pengukuran kinerja yang dilakukan juga harus tepat sasaran, berdasarkan
proses spesifik, terkait dengan strategi

instansi dan melakukan perbandingan hasil

dengan target yang sitetapkan. Sebelum melakukan pengukuran, instansi dapat membuat

9

indikator-indikator yang menunjukkan bahwa faktor tersebut berpengaruh pada
peningkatan kerja.
Pengukuran kinerja menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat untuk
pengambilan keputusan manajemen maupun stakeholders. Keputusan-keputusan yang
bersifat ekonomis dan strategis sangat membutuhkan dukungan informasi kinerja ini.
Informasi kinerja juga membantu menilai keberhasilan manajemen atau pihak yang diberi
amanah untuk mengelola dan mengurus organisasi. Di samping beberapa hal yang sudah
disinggung di atas, pengukuran kinerja juga merupakan salah satu faktor penting dalam
pengimplementasian manajemen strategik. Hal ini penting karena pengukuran kinerja
merupakan salah satu tahapan dalam siklus manajemen strategis.
Dengan memahami siklus manajemen strategis tersebut dapat diketahui bahwa
pengukuran kinerja merupakan tahapan yang sangat vital bagi keberhasilan implementasi
manajemen strategis.

Rencana strategis yang telah ditetapkan oleh organisasi

membutuhkan wahana untuk mewujudkannya dalam bentuk aktivitas keseharian
organisasi. Implementasi rencana strategis akan dapat mencapai kualitas yang diinginkan
jika ditunjang oleh pola pengukuran kinerja yang yang berada dalam koridor manajemen
strategis. Pengukuran kinerja yang dimulai dari penetapan indikator kinerja dan diikuti
dengan implementasinya memerlukan adanya evaluasi mengenai kinerja organisasi dalam
rangka perwujudan visi dan misi organisasi.
Jadi, diperlukan adanya suatu pengukuran kinerja terhadap manajer organisasi sektor
publik, sebagai orang yang diberi amanah oleh masyarakat. Pengukuran tersebut akan
melihat seberapa jauh kinerja yang telah dihasilkan dalam suatu periode tertentu
dibandingkan dengan yang telah direncanakan. Apabila dalam melaksanakan kegiatannya
ditemukan hambatan-hambatan ataupun

kendala yang mengganggu pencapaian

kinerjanya, juga akan diungkapkan dalam pengukuran kinerja tersebut. Pengukuran
kinerja ini sangat penting baik bagi pihak yang memberikan amanah maupun pihak yang
diberi amanah. Bagi pemberi amanah, pengukuran kinerja dapat digunakan untuk
menilai kinerja para manajer sektor publik, apakah mereka telah menjalankan tugasnya
sesuai dengan yang diamanahkan atau tidak. Sedangkan bagi yang diberi amanah,
pengukuran dapat digunakan sebagai media untuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan
amanah yang telah dipercayakan kepada mereka. Selain itu pengukuran kinerja juga
10

dapat digunakan sebagai umpan balik bagi mereka untuk mengetahui seberapa jauh
prestasi yang telah berhasil diraihnya.
Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi Fungsi manajemen menurut para ahli secara umum memiliki kesamaan
semisal fungsi manajemen menurut henry fayol ataupun menurut gr terry menyatakan ada
4 fungsi yang utama dari sebuah manajemen, Perencanaan - Pengorganisasian Pengarahan - Pengendalian.
1) Planning (Fungsi Perencanaan)
Planning merupakan suatu aktivitas menyusun, tujuan perusahaan lalu dilanjutkan
dengan menyusun berbagai rencana-rencana guna mencapai tujuan perusahaan yang
sudah ditentukan. Planning dilaksanakan dalam penentuan tujuan organisasi scara
keseluruhan dan merupakan langkah yang terbaik untuk mencapai tujuannya itu. pihak
manajer mengevaluasi berbagaii rencana alternatif sebelum pengambilan tindakan
kemudian menelaah rencana yang terpilih apakah sesuai dan bisa dipergunakan untuk
mencapai tujuan. Perencanaan adalah proses awal yang paling penting dari seluruh fungsi
manajemen, karena fungsi yang lain tak akan bisa bejalan tanpa planning.
Ada beberapa aktivitas dalam fungsi perencanaan
a) Menetapkan arah tujuan serta target bisnis
b) Menyusun strategi dalam pencapaian tujuan dan target tersebut
c) Menentukan sumber daya yang dibutuhkan
d) Menetapkan standar kesuksesan dalam pencapaian suatu tujuan dan target bisnis
Pembagian perencanaan; Perencanaan (planning) dari sudut pandang jenjang manajemen bisa
dibagi beberapa jenjang:
1) Top Level Planning (perencanaan jenjang atas), perencanaan dalam jenjang ini bersifat
strategis. memberikan petunjuk umum, rumusan tujuan, pengambilan keputusan serta
memberikan pentunjuk pola penyelesaian dan sifatnya menyeluruh. top level planning ini
penekanannya pada tujuan jangka panjang organisasi dan tentu saja menjadi tangungjawab manajemen puncak.
2) Middle Level Planning (perencanaan jenjang menengah), dalam jenjang perencanaan ini
sifatnya lebih administratif meliputi berbagai cara menempuh tujuan dari sebuah
11

perencanaan dijalankan. dan tanggungjawab perencanaan level ii berada pada manajemen
menengah
3) Low Level Planning (perencanaan jenjang bawah) perencanaan ini memfokuskan diri
dalam menghasilkan sehingga planing ini mengarah kepada aktivitas operasional. dan
perencanaan ini menjadi tanggung-jawab manajemen pelaksana
Berikut syarat syarat perencanaan yang baik, selayaknya memenuhi beberapa hal berikut:
a) Mempunyai tujuan yang jelas
b) Sederhana, tidak terlalu sulit dalam menjalankannya
c) Memuat analisa pada pekerjaan yang akan dilakukan
d) Fleksibel, bisa berubah mengikuti perkembangan yang terjadi
e) Mempunyai keseimbangan, tanggung jawab dan tujuan yang selaras ditiap bagian
f) Mempunyai kesan sesuatu yang dimliki tersedia dan bisa dipergunakan dengan efektif
serta berdaya guna
Manfaat dari Planning
1) Bisa membuat pelaksanan tugas jadi tepat serta aktivitas tiap unit akan terorrganisasi ke
arah tujuan yang sama
2) Dapat menghindari kesalahan yang mungkin akan terjadi
3) Memudahkan pengawasan
4) Dipergunakan sebagai pedoman dasar dalam menjalankan aktivitas
2) Organizing (Fungsi Pengorganisasian)
Organizing adalah suatu aktivitas penagturan dalam sumber daya manusia dan
sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk bisa melaksanakan
rencana yang sudah ditetapkan dan mencapai tujuan utama perusahaan. Dalam bahasa
yang lebih sederhana organizing merupakan seluruh proses dalam mengelompokkan
semua orang, alat, tugas tanggung-jawab dan wewenang yang dimiliki sedemikian rupa
hingga memunculkan kesatuan yang bisa digerakkan dalam mencapai tujuan. Organizing
dapat membuat manajer mudah dalam melaksanakan pengawasan serta penentuan
personil yang diperlukan untuk menjalankan tugas yang sudah dibagi bagi.
pengorganisasian bisa dijalankan dengan menetukan tugas apa yg harus dikerjakan, siapa
personil yang menjalankannya, bagaimana tugasnya dikelompokkan, siapa yang harus
12

bertanggung jawab terhadap tugas tersebut. Dibawah ini adalah aktivitas aktivitas yang
ada dalam Organizing (fungsi pengorganisasian);
a) Mengalokasikann sumber daya, menyusun dan menetapkan tugas-tugas serta
menetepkan prosedur yang dibutuhkan
b) Menetapkan strukutur perusahaan yang menujukan adanya garis kewenangan
serta tanggung-jawab
c) Aktivitas perekrutan, menyeleksi orang, pelatihan serta pengembangan tenaga
kerja
d) Aktivitas penempatan tenaga kerja dalam posisi yang pas dan paling tepat.
Ada beberapa Unsur dalam organizing perusahaan:
1) Seklompok orang yang diarahkan bekrja sama
2) Melakukan aktivitas yang sudah ditetapkan
3) Aktivitas diarahkan guna mecapai tujuan
Beberapa manfaat organizing antara lain
a) Memungkinkan untuk

pembagian atas tugas tugas yang sesuai dengan kondisi

perusahaan
b) Menciptakan spesialisasi saat menjalankan tugas
c) Personil dalam perusahaan mengetahui tugas apa yang akan dijalankan untuk mencapai
tujuan
Dan ini beberapa fungsi dari organizing
a) Pendelegasian wewenang didalam manajemen atas (puncak) kepada manajemeen
pelaksana
b) Ada pembagian tugas yg jelas
c) Mempunyai manajer puncak yang profesional guna mengkoordinasikan semua aktivitas.

3) Directing (Fungsi Pengarahan)
Directing alias fungsi pengarahan merupakan fungsi untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi kinerja dengan optimal dan menciptakan suasana lingkungan kerja yang

13

dinamis, sehat dan yang lainnya. Ada beberapa aktivitas yang dilakukan pada fungsi
pengarahan:
a) Mengimplementasikan suatu proses kepemimpinan, penbimbingan, dan memberikan
motivasi kepada pekerja suapay bisa bekerja dengan efektif serta efisien dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan
b) Memberi tugas serta penjelasan secara rutin tentang pekerjaan
c) Menjelaskan semua kebijakan yang sudah ditetapkan
4) Controlling (Fungsi Pengendalian / Pengawasan)
Controling merupakan kegiatan dalam menilai suatu kinerja yang berdasarkan pada
standar yang sudah dibuat perubahan atau suatu perbaikan apabila dibutuhkan. aktivitas
dalam fungsi pengendalian ini misalnya:
a) Mengevaluasii keberhasilan dalam proses mencapai tujuan dan target mengikuti indikator
yang sudah ditetapkan
b) Menempuh langka klarifikasi serta koreksi atas terjadinya penyimpangan yang ditemukan
c) Memberi alternatif solusi atas masalah yang terjadi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan
Controlling atau fungsi pengawasan bisa berjalan dengan efektif jika hal hal ini diperhatikan:
a) Routing (jalur), manajer harus bisa menetapkan cara atau jalur guna bisa mengetahui
letak diaman sesuatu sering terjadi suatu kesalahan
b) Scheduling (Penetapan waktu), dalam penetapan waktu, manajer harus bisa menetapkan
dengan tugas kapan semestinya pengawasan itu dijalankan. terkadang, pengawasan yang
dijadwal tidak efisien dalam menemukan suatu kesalahan, dan seblaiknya yang dilakukan
secara mendadak terkadang malah lebih berguna.
c) Dispatching (Perintah pelaksanaan), adalah pengawasan yang berupa suatu perintah
pelaksanaan pada pekerjaan yang bertujuan suatu pekerjaan itu bisa selesai tepat waktu.
dengan perintah seperti ini pelaksanaan suatu pekerjaan bisa terhindar dari kondisi yang
terkatung katung, jadi pada akhirnya bisa diidentifikasikan siapa yang telah berbuat
kesalahan
d) Follow Up (tindak lanjut) apabila pemimpin menemukan kesalahan maka seharusnya
pemimpin tersebut mancari solusi atas permasalahan itu. dengan memberi peringatan
14

pada pekerja yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja berbuat kesalahan dan
memberikan petunjuk supaya kesalahan yang sama tak terulang lagi.
2.1.2. Innovating New Society;
Bagaimana Membuka peluang inovasi baru yang lebih efektif, efisien dan sustainable
untuk memecahkan masalah kesehatan. Pada kriteria ini pemimpin dituntut melakukan
berbagai terobosan yang baru demi sebuah perubahan dan memberikan manfaat yang
nyata bagi peningkatan kesehatan masyarakat.
Inovasi berarti suatu tindakan membuat perubahan yang bermakna untuk
meningkatkan pelayanan organisasi, program, dan proses; serta menciptakan nilai baru
kepada pihak yang berkepentingan. Inovasi harus memimpin organisasi menuju dimensi
baru dari kinerja. Inovasi tidak selalu berhubungan langsung dengan bagian Research
and Development (R&D), namun berhubungan erat dengan seluruh sistem kerja dan
proses kerja. Organisasi harus dikelola dan diarahkan sedemikian rupa sehingga inovasi
menjadi bagian dari budaya pembelajaran. Inovasi juga harus diintegrasikan ke dalam
kerja sehari-hari dan didukung dengan perbaikan kinerja
Kreativitas dan Inovasi
Banyak ahli memberikan definisi mengenai kreativitas, suatu pemikiran
menyatakan Kreativitas adalah menghubungkan dan merangkai ulang pengetahuan di
dalam pikiran-pikiran manusia yang membiarkan dirinya untuk berfikir secara lebih
bebas dalam membangkitkan hal-hal baru, atau menghasilkan gagasan-gagasan yang
mengejutkan pihak lain dalam menghasilkan hal yang bermanfaat (Evans,1994).
Pengertian lainnya adalah kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan dari berbagai
bidang pengalaman berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik. Kreativitas
juga merupakan keterampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek dari
prespektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep
yang telah tercetak dalam pikiran dan juga merupakan pembangkit ide-ide baru.
Kreativitas juga sebagai penghasil ide baru dan inovasi sebagai penerjemah ide baru
menjadi perusahaan baru, produk baru, jasa baru, proses baru atau metode baru untuk
memproduksi (Stoner, Freeman dan Gilbert,1996). Sebagaimana banyak diketahui bahwa
15

seseorang dapat mengembangkan pemikirannya dengan memanfaatkan otak bagian kiri
maupun bagian kanannya (Winardi. 2003).
Otak bagian kiri dimanfaatkan untuk berfikir secara analitikal, sistematikal serta
logikal. Oleh karenanya berfikir analitikal bersifat konvergen atau menuju sebuah titik.
Hal sebaliknya bahwa otak bagian kanan akan membantu untuk berfikir secara imajinatif,
kreatif dan bersifat divergen yang bertolak dari sebuah titik yang kemudian menyebar ke
berbagai jurusan. Melihat prosesnya, proses kreatif berlangsung melalui sejumlah
tahapan berikut (Winardi. 2003) : 1) Orientasi, yang merupakan langkah pertama yang
terdiri dari kegiatan merumuskan masalah yang akan dipecahkan serta tindakan memilih
atau menetapkan pendekatan yang akan ditempuh dalam upaya memecahkan problem. 2).
Preparasi, dimana dikumpulkan fakta dan informasi, 3). Analisis, dimana bahan atau
informasi yang terkumpul dipelajari serta dianalisis 4). Sintesis, dimana berbagai macam
informasi serta ide dikombinasikan secara keseluruhan. Namun demikian langkahlangkah tersebut tidak dilaksanakan secara berurutan tetapi adakalanya langkah tertentu
diabaikan. Proses kreatif juga meliputi akumulasi pengetahuan yang meliputi membaca,
berkomunikasi, penyerapan informasi, termasuk memperluas wawasan. Selanjutnya
adalah proses 5). Inkubasi dimana seseorang tidak selalu harus terus menerus memikirkan
problem yang dihadapi, tetapi melakukan kegiatan lainnya yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan masalah yang dihadapi tersebut. Proses selanjutnya adalah adanya
ide dan solusi yang terkadang datang secara langsung atau tiba-tiba, kemudian diikuti
pula dengan finalisasi atau penyempurnaan ide yang lebih matang. Kreativitas biasanya
tidak secara langsung berhubungan dengan tingginya intelegensia seseorang. Disamping
hal tersebut bahwa orang kreatif memiliki kemampuan dalam menjalankan ide-ide yang
berbeda, dan juga peka terhadap lingkungan termasuk sering termotivasi oleh masalah
yang menantang disamping juga fleksibel serta kaya akan fantasi.Aspek penting dalam
kreativitas adalah pembangkitan ide. Pembangkitan ide secara individu akan terkait
dengan kebebasan dan beragam pola pemikiran. Ciri dari berpikir kreatif dan individu
yang dikatakan kreatif, diantaranya didasarkan pada (Winardi. 2003) ; (1). Mencoba
mengemukakan ide-ide atau gagasan asli dengan membuat keterkaitan baru diantara halhal yang telah diketahui, (2). Memperhatikan hal-hal yang tidak diduga, (3).
Mempertimbangkan karakterisik pribadi seperti fleksibilitas dan spontanitas dalam
16

pemikiran, (4) Kerja keras untuk membentuk gagasan-gagasan sehingga orang lain dapat
melihat nilai dalam dirinya. Sejumlah ciri orang yang kreatif dapat dikatakan mampu
mengobservasi situasi dan masalah-masalah yang sebelumnya tidak diperhatikan orang
lain. Ciri lainnya adalah mempunyai kemampuan untuk membangkitkan ide-ide dan
masalah-masalah yang dicapainya dari banyak sumber, termasukcenderung memiliki
banyak alternatif terhadap masalah atau subyek tertentu. Disamping hal tersebut bahwa
ciri orang kreatif seringkali menentang hal-hal yang bersifat klise dan ia tidak terhalang
oleh kebiasaan-kebiasaan yang terkadang menghambat berfikir kreatif. Demikian pula
biasanya memiliki kemampuan dalam mendayagunakan serta menimba dari kekuatankekuatan emosional di bawah sadar yang dimilikinya termasuk juga memiliki fleksibilitas
tinggi dalam pemikirannya, termasuk tindakannya. Kreativitas juga merupakan sebuah
proses yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Kemampuan dan bakat merupakan
dasarnya, tetapi pengetahuan dari lingkungannya akan mempengaruhi kreativitas
seseorang. Selama ini terdapat anggapan yang keliru mengenai orang yang kreatif.
Terdapat anggapan bahwa hanya orang pintar saja atau jenius saja yang memiliki
kreativitas. Bahwa proses kreatif adalah proses mental yang di dalam proses itu
pengalaman masa lampau dikombinasikan kembali sering dengan beberapa distorsi
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga orang muncul dengan pola-pola baru,
konfigurasi baru, aturan baru sehingga muncul pemecahan yang lebih baik yang
dibutuhkan manusia. Ini terkait dengan inovasi dimana inovasi merupakan kemampuan
untuk menerapkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah dan peluang tersebut. Para
entrepreneur dalam hal ini akan memiliki keberhasilan melalui kegiatan berfikir dan
melaksanakan hal baru atau hal lama dengan cara-cara baru. Berfikir kreatif berhubungan
dengan tindakan mengimpresi sebuah masalah secara mendalam dalam pikiran. Masalah
tersebut divisualisasikan dengan jelas dan kemudian melakukan perenungan mengenai
semua tindakan kearah perumusan sebuah ide atau konsep baru yang berbeda
dibandingkan dengan hal-hal lama yang diketahui.
Menyajikan sebuah ide saja tidaklah cukup. Berfikir kreatif telah berkembang
menjadi sebuah keterampilan bisnis inti (a core bussines skill) dan para entrepreneur
menjadi

pelopor

dalam

hal

mengembangkan

serta

menerapkan

(berinovasi)

(Drucker,1985). Berkaitan dengan hal tersebut inovasi dapat didefinisikan sebagai suatu
17

perubahan ide dalam sekumpulan informasi yang berhubungan diantara masukan dan
luaran. Dari hal tersebut terdapat dua hal yaitu inovasi produk dan inovasi proses yang
merupakan suatu perubahan yang terkait dengan upaya meningkatkan atau memperbaiki
sumber daya yang ada, memodifikasi untuk menjadikan sesuatu bernilai, menciptakan
hal-hal baru yang berbeda, merubah suatu bahan menjadi sumber daya dan
menggabungkan setiap sumberdaya menjadi suatu konfigurasi baru yang lebih produktif
baik langsung atau pun tidak langsung. Inovasi dipandang sebagai kreasi dan
implementasi 'kombinasi baru'. Istilah kombinasi baru ini dapat merujuk pada produk,
jasa, proses kerja, pasar, kebijakan dan system baru. Dalam inovasi dapat diciptakan nilai
tambah, baik pada organisasi maupun masyarakat luas. Oleh karenanya sebagian besar
definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi sesuatu yang baru. Istilah
'baru' bukan berarti original tetapi lebih ke newness (kebaruan). Arti kebaruan ini, bahwa
inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu
kombinasi. 'Kebaruan' juga terkait dimensi ruang dan waktu. 'Kebaruan' terikat dengan
dimensi ruang. Artinya, suatu produk atau jasa akan dipandang sebagai sesuatu yang baru
di suatu tempat tetapi bukan barang baru lagi di tempat yang lain.Namun demikian,
dimensi jarak ini telah dijembatani oleh kemajuan teknologi informasi yang sangat
dahsyat sehingga dimensi jarak dipersempit. Implikasinya, ketika suatu penemuan baru
diperkenalkan kepada suatu masyarakat tertentu, maka dalam waktu yang singkat,
masyarakat dunia akan mengetahuinya. Dengan demikian 'kebaruan' relatif lebih bersifat
universal. 'Kebaruan' terikat dengan dimensi waktu. Artinya, kebaruan di jamannya.
Terdapat sejumlah inovasi yang menimbulkan suatu perubahan besar seperti inovasi
teknik yang besar dan merupakan hal yang luar biasa. Namun demikian kebanyakan
inovasi yang berhasil adalah jauh lebih sederhana dan mampu memanfaatkan perubahan
yang sedang berlangsung. Inovasi yang berhasil juga pada umumnya sederhana dan
terfokus dan ditujukan pada aplikasi yang didesain khas, jelas dan cermat. Inovasi
memang lebih banyak melibatkan kerja fisik dari pada pemikiran, namun inovasi juga
tidak perlu bersifat teknis dan juga tidak perlu berupa benda sama sekali. Dalam
prakteknya inovasi didasari atas tahapan pengenalan, persuasi, pengambilan keputusan,
implementasi, dan konfirmasi yang sesuai dengan kemampuan mengadopsi baik aktif
(innovator, early adopter, dan early majority) dan pasif (late majority dan laggard)
18

(Hubeis, 2005). Jika dilihat dari kecepatan perubahan dalam proses inovasi, ada dua
macam inovasi yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental. Inovasi radikal dilakukan
dengan skala besar, dilakukan oleh para ahli dibidangnya dan biasanya dikelola oleh
departemen penelitian dan pengembangan. Inovasi inkremental merupakan proses
penyesuaian dan mengimplementasikan perbaikan yang berskala kecil Selanjutnya
Hubeis (2005) mengemukakan bahwa apabila melihat jenisnya, terdiri dari empat jenis
inovasi yaitu penemuan, pengembangan, duplikasi dan sintesis. Suatu inovasi dikatakan
penemuan apabila merupakan kreasi suatu produk, jasa atau proses baru yang belum
pernah dilakukan sebelumnya. Inovasi yang efektif dimulai dari kecil. Ini dimaksudkan
bahwa sebuah inovasi tidaklah muluk-muluk dan mencoba untuk melakukan sesuatu
yang khas, karena secara umum gagasan yang terlalu muluk seperti mengarah ke revolusi
industri mungkin tidak dapat berjalan dan sulit terwujud. Kemudian bahwa inovasi tidak
perlu mengarah pada tujuan akhir untuk menjadi sebuah bisnis besar, karena dalam
kenyataannya tak seorangpun dapat memastikan terlebih dahulu apakah inovasi tertentu
akan berakhir sebagai bisnis besar atau sebagai sebuah prestasi yang biasa-biasa saja.

2.1.3. Research/evidence base policies;
Bagaimana Menggunakan data yang akurat terpercaya untuk mengambil keputusankeputusan

kesehatan. Terkait berapa banyak hasil penelitian yang digunakan untuk

membuat suatu kebijakan. Seberapa banyak kebijakan yang diambil berdasarkan
penelitian yang dilakukan.
2.1.4. Apprenticing for Perfection;
Bagaimana memanfaatkan data dan fakta untuk terus belajar menjadi yang terbaik dan
untuk kesempurnaan. Kriteria belajar dapat diukur dari seberapa besar pengetahuan
pemimpin akan berbagai hal yang sedang ia geluti. Berbagai pertanyaan akan dibuat
untuk mengetahui secara lebih dalam seberapa banyak yang telah dipelajarai oleh para
pemimpin khususnya bidang kesehatan masyarakat. Secara garis besar Apprenticing
merupakan suatu proses pembelajaran yang memerlukan peningkatan terus-menerus dari
pendekatan-pendekatan yang ada, memimpin kepada sasaran-sasaran baru dan
19

pendekatan-pendekatan baru. Proses pembelajaran berarti bagian rutinitas sehari-hari;
diterapkan pada individu, unit kerja, dan departemen; digunakan untuk memecahkan akar
permasalahan yang terjadi; dan diperoleh dari kesempatan-kesempatan yang mengarah
pada perbaikan dan perubahan.
Sumber pembelajaran meliputi ide-ide kreatif dari karyawan, masukan dari pelanggan,
sharing praktek-praktek kerja, dan benchmarking. Pembelajaran ini dapat memberikan
hasil berupa :
1) Peningkatan nilai kepada masyarakat melalui pelayanan yang baru dan
berkembang.
2) Mengembangkan kesempatan suatu inovasi baru.
3) Mengembangkan proses/model pelayanan yang baru dan berkembang.
4) Menurunkan tingkat kesalahan, produk cacat, waste, dan biaya yang berhubungan.
5) Maningkatkan daya tanggap oleh cycle time performance.
6) Meningkatkan kinerja organisasi dalam membangun layanan kesehatan masyarakat
dan tanggung jawab sosial.
7) Meningkatkan produktifitas dan efektifitas keseluruhan sumber daya yang dimiliki.
Selain itu, pembelajaran pribadi juga diperlukan karena kesuksesan karyawan
tergantung dari kesempatan dan kemampuan masing-masing individu untuk mempelajari
hal baru. Kesempatan ini dapat berupa pendidikan, pelatihan, rotasi pekerjaan,pemberian
reward, dan lainnya. Pembelajaran pribadi dapat memberi hasil tidak hanya bagi pribadi
tetapi juga dapat memberi hasil kepada organisasi. Hasil pembelajaran pribadi berupa :
1)

Perasaan puas karyawan terhadap institusi.

2)

Pembelajaran lintas fungsi dalam institusi .

3)

Membangun pengetahuan

4)

Peningkatan penemuan – penemuan inovasi

2.1.5. Communitarian;
Bagaimana harus tetap berada ditengah masyarakat, berbaur dengan mereka,
melakukan komunikasi secara intens dengan mereka dan menjadi pembela mereka yang
lemah dan tak berdaya. Hal ini terlihat dari persepsi atau pandangan para staf dan juga
masyarakat disekitar pemimpin tersebut. Apakah ia care dengan lingkungan sekitarnya
20

atau tidak. Para pemimpin organisasi harus mampu menekankan tanggung jawab, etika
berperilaku, dan praktek menjadi warganegara yang baik kepada publik. Pemimpin
organisasi harus menjadi panutan yang berfokus pada etika dan perlindungan pada
kesehatan, keamanan, dan lingkungan masyarakat. Perencanaan yang dibuat sebelumnya
harus dapat mengantisipasi penyebab timbulnya permasalahan, mempersiapkan
tanggapan apabila terjadi masalah, dan menyediakan informasi dan faktor pendukung
untuk menjaga kepedulian, keamanan, dan kepercayaan masyarakat.
2.1.6. Leading The Society;
Bagaimana peran pimpinan instansi kesehatan menjadi pemangku kepentingan primer yang
menggerakkan dan memimpin semua unsur di bawahnya. Hal ini tergambar dalam kriteria
kepemimpinan seseorang. Bagaimana tipe pimpinan tersebut; apakah otoriter, demokratis,
partisipatif atau liberal/laissser faire. Inti dari kepemimpinan tersebut adalah memiliki visi
yang jelas. Kepemimpinan visioner merupakan arah dan cara pandang, serta nilai-nilai yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin suatu organisasi. Pemimpin organisasi harus
menetapkan arah dan menciptakan fokus pada pelanggan, nilai-nilai yang jelas dan terlihat,
serta ekspektasi yang tinggi ; ketiga hal tersebut harus menyeimbangkan kebutuhan dari
pihak yang berkepentingan. Pada konsep kepemimpinan visioner akan tercipta sebuah sistem
kepemimpinan yang mencakup sebagai berikut :
1) Memberikan kebebasan yang terkendali kepada para staf untuk menjadi inovatif dan
kreatif.
2) Membangun kemmapuan dan pengetahuan para staf.
3) Memberikan inspirasi dan semangat yang tinggi kepada para karyawan untuk selalu
memberikan pelayanan dan kontribusi yang baik bagi organisasi.
Menjadi role model melalui perilaku etika dan keterlibatan dalam perencanaan, komunikasi,
pelatihan, pengembangan kader, peninjauan ulang kinerja organisasi, dan pengakuan
terhadap hasil kinerja karyawan.
2.1.7. Educating Healthy life Style;
Bagaimana para petugas kesehatan menjadi pendidik dan promotor hidup sehat
ditengah masyarakat. Bentuk pendidikan yang diberikan kepada para staf dan juga
21

masyarakat di sekitar dimana ia berada. Desain atau bentuk pendidikan yang diberikan
oleh pimpinan menjadi salah satu nilai tambah bagi organisasi atau instansi kesehatan.
Edukasi ini bertujuan untuk pengembangan pemimpin, staf, dan pihak lain yang terlibat;
menciptakan kesempatan untuk inovasi; dan mengantisipasi tanggung jawab dan
perhatian publik.
2.2. Penilaian Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk
menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa
diketahui hanya jika individu atau kelompok invidu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu
yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak
mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya. Sedangkan pengukuran kinerja
(performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan
dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik
barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan);
hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam
mencapai tujuan (Robertson, 2002). Sementara menurut Lohman (2003) pengukuran kinerja
merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan
strategis organisasi. Whittaker (dalam BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja
merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan akuntabilitas. Simons (dalam BPKP, 2000) menyebutkan bahwa pengukuran
kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara
membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Jadi pengukuran kinerja
adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian
pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui
kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

22

Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik
memicu timbulnya gejolak yang berakar pada ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi
diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas
kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Dengan kata lain, kinerja instansi pemerintah
kini lebih banyak mendapat sorotan, karena masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang
mereka peroleh atas pelayanan instansi pemerintah.
Kondisi ini mendorong peningkatan kebutuhan adanya suatu pengukuran kinerja
terhadap para penyelenggara negara yang telah menerima amanat dari rakyat. Pengukuran
tersebut akan melihat seberapa jauh kinerja yang telah dihasilkan dalam suatu periode tertentu
dibandingkan dengan yang telah direncanakan.
Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan elemen pokok suatu pengukuran kinerja
antara lain:
1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi; Tujuan adalah pernyataan secara
umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran
merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai
batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau teknik yang digunakan organisasi
untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan
dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi. Berdasarkan tujuan, sasaran dan
strategi tersebut selanjutnya dapat ditentukan indikator dan ukuran kinerja secara tepat.
2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja; Indikator kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasiindikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung.
Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat
ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk faktor-faktor
keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key
performance

indicator).

Faktor

keberhasilan

utama

adalah

suatu

area

yang

mengindikasikan kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan
preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan
nonfinansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus secara
23

konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator
kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran
kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan
operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk
mendeteksi dan memonitor capain kinerja.
3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi; Jika kita sudah
mempunyai indikator dan ukuran kinerja yang jelas, maka pengukuran kinerja bisa
diimplementasikan. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah
membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.
Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan
penyimpangan positif, penyimpangan negatif, atau penyimpangan.nol Penyimpangan
positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampaui indikator
dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti pelaksanaan kegiatan
belum berhasil mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan
nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan
ukuran kinerja yang ditetapkan.
4. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dan akuntabilitas); Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran
kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi.
Capaian kinerja organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi
capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemajuan
organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pegelola
organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Selain itu, hasil ini pun bisa
dijadikan landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi.
Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk
menilai kemajuan yang telah dicapai organisasi. Kriteria yang digunakan untuk menilai
kemajuan organisasi ini adalah tujuan yang telah ditetapkan. Dengan membandingkan hasil
aktual yang tercapai dengan tujuan organisasi yang dilakukan secara berkala (triwulan, semester,
tahunan) maka kemajuan organisasi bisa dinilai. Semestinya ada perbaikan kinerja secara
berkelanjutan dari periode ke periode berikutnya. Jika pada suatu periode, kinerja yang dicapai
24

ternyata lebih rendah daripada periode sebelumnya, maka harus diidentifikasi dan ditemukan
sumber penyebabnya dan alternatif solusinya.
2.2.1 Definisi Indikator Kinerja
Definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
(BPKP, 2000). Sementara menurut Lohman (2003), indikator kinerja (performance
indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara
kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada targettarget dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang
digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan
dalam ukuran-ukuran tertentu.
Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran
kinerja (performance measure). Namun sebenarnya, meskipun keduanya merupakan
kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada
penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan
indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran
kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung,
sehingga bent

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Implikasinya pada Model Pengembangan Strategi Perusahaan di masa Depan

0 38 1

Pengembangan infrastruktur jaringan clint-server Kelurahan Bintaro

17 108 114

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Tinjauan atas pembuatan laporan anggaran Bulan Agustus 2003 pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung

0 76 64

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58