MAKALAH ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS (1)

MAKALAH ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS
Bayu Seto Aji (I06120)
Dyah Ayu Lupitasari (I06120)
Nilla Teni Pratwi (I06120)
Nur Luthfi Rizki Tantowi (I06120)
Vicha Ardhea Puspa Haji (I0612043)
A. Pengertian Analisis Dampak Lalu Lintas
Analisis dampak lalu lintas atau Traffic Impact Analysis (TIA) menurut
Stoper dan Koepke (1998) dalam bukunya yang berjudul “Transportation and
Development”, adalah “Studi yang mempelajari secara khusus tentang dampak lalu
lintas yang ditimbulkan oleh akan mempengaruhi jaringan transportasi di sekitarnya.
Studi dampak lalu lintas akan suatu bangunan yang mempengaruhi sistem
transportasi”. Dalam buku “Evaluating Traffic Impact Studies”, A Recommended
Practiced for Michigan Communittes ( hal 5), “Analisis dampak lalu lintas
merupakan studi yang memperkirakan pengaruh langsung dimana penambahan lalu
lintas tertentu bervariasi dalam jarak dan kompleksitas tergantung pada tipe dan
ukuran pengembangan yang diharapkan”.
Sedang menurut Perda Kota Surabaya No 12 Tahun 2006, Analisis dampak
lalu lintas, adalah studi / kajian mengenai dampak lalu lintas dari suatu kegiatan
dan/atau usaha tertentu yang hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen Andalalin
atau Perencanaan pengaturan Lalu Lintas. Hal ini dikaitkan bahwa setiap perubahan

guna lahan akan mengakibatkan berubahan di dalam sistem transportasinya.
Berdasarkan PP no.32 tahun 2011, Analisis dampak lalu lintas adalah
serangkaian kegiatan kajian mengenai dampak lalu lintas dari pembangunan pusat
kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam bentuk
dokumen hasil analisis dampak lalu lintas.

1

B. Tujuan dilakukannya AMDALALIN adalah untuk :
1. Memprediksi dampak yang ditimbulkan suatu pembangunan kawasan;

2. Menentukan

bentuk

peningkatan/perbaikan

yang

diperlukan


untuk

mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat pengembangan baru;
3. Menyelaraskan keputusan-keputusan mengenai tata guna lahan dengan

kondisi

lalu

lintas,

jumlah

dan

lokasi

akses,


serta

alternatif

peningkatan/perbaikan;
4. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mempengaruhi putusan
pengembang dalam meneruskan proyek yang diusulkan;
5. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan

rekayasa lalu lintas.

C. Kriteria

Pembangunan

atau

Revitalisasi

Pusat


Kegiatan

yang

Membutuhkan Studi Analisis Dampak Lalulintas
-

Ditjen Perhubungan Darat (1995), “ Daerah-daerah atau lokasi dengan kriteria
yang mempunyai pola perjalanan yang cukup tinggi yang perlu dilakukan
analisis dampak lalu lintas adalah :

-

-

daerah pemukiman dengan densitas yang cukup tinggi,

-


perkantoran,

-

pertokoan dan perdagangan,

-

hotel, rumah sakit, sekolah, industri dan stadion olah raga”.

Ditjen

Perhubungan

Darat

(1995),

menegaskan


“Beberapa

lokasi

pembangunan daerah tertentu walau tidak menyebabkan dampak seperti
diuraikan pada rekomendasi pertama studi analisis dampak lalu lintas dan
dianggap jenis pembangunan kawasan besar dapat dilaksanakan Analisis
dampak lalu lintas”. Lokasi tersebut meliputi :

2

-

-

Perumahan yang melebihi 200 unit.

-

Pertokoan dengan Gross Floor Area (GFA) melebihi 1000 m2


-

Desain perkantoran dengan GFA melebihi 5000 m2

-

Pergudangan dengan GFA melebihi 7500 m2

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2006, Kriteria kegiatan
dan/atau usaha yang wajib memiliki andalalin antara lain :
a. perumahan;
b. apartemen;
c. toko/rumah toko/kantor/rumah kantor;
d. pusat perbelanjaan/pasar/perkantoran;
e. hotel/motel/penginapan;
f. rumah sakit /klinik;
g. industri/pergudangan;
h. sekolah/perguruan tinggi;
i. tempat kursus;

j. restoran/rumah makan;
k. gedung pertemuan/tempat hiburan/pusat olah raga;
l. terminal/pool kendaraan/gedung parkir;
m. pelabuhan/bandara;
n. bengkel kendaraan bermotor;
o. stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum/Gas;
p. perpaduan/kombinasi antara huruf a sampai dengan o.

D. Tata Cara untuk Memperoleh AMDALALIN:
1. Pengembang atau pembangun properti melakukan AMDALALIN dengan
menunjuk lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat. Lalu
hasil analisis AMDALALIN tersebut disusun dalam bentuk dokumen hasil
AMDALALIN
3

2. Hasil analisis dampak lalu lintas harus mendapat persetujuan dari:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu
lintas dan angkutan jalan, untuk jalan nasional;
b. Gubernur, untuk jalan provinsi;
c. Bupati, untuk jalan kabupaten dan/atau jalan desa; atau

d. Walikota, untuk jalan kota.
3. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas
dan angkutan jalan, gubernur, bupati, atau walikota memberikan persetujuan
dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak diterimanya
dokumen hasil analisis dampak lalu lintas secara lengkap dan memenuhi
persyaratan.
4. Untuk memberikan persetujuan, Menteri yang bertanggung jawab di bidang
sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, Gubernur, Bupati, atau
Walikota sesuai dengan kewenangannya membentuk tim evaluasi dokumen
hasil analisis dampak lalu lintas. Tim tersebut terdiri atas unsur pembina
sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, pembina jalan, dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
5. Tim evaluasi tersebut mempunyai tugas, antara lain:
a.

Melakukan penilaian terhadap hasil analisis dampak lalu lintas; dan

b.

Menilai kelayakan rekomendasi yang diusulkan dalam hasil analisis

dampak lalu lintas.

6. Penilaian tim evaluasi disampaikan kepada menteri yang bertanggung jawab
di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, gubernur,
bupati, atau walikota sesuai dengan kewenangannya.
7. Jika hasil penilaian belum memenuhi persyaratan, Menteri yang bertanggung
jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
Gubernur, Bupati, atau Walikota mengembalikan hasil analisis kepada
pengembang atau pembangun untuk disempurnakan.
8. Jika hasil penilaian telah memenuhi persyaratan, Menteri yang bertanggung
jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,

4

Gubernur, Bupati, atau Walikota meminta kepada pengembang atau
pembangun

untuk

membuat


dan

menandatangani

surat

pernyataan

kesanggupan melaksanakan semua kewajiban yang tercantum dalam dokumen
hasil analisis dampak lalu lintas.

E. Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas
1. Setiap Badan Hukum, Badan dan perorangan yang akan membangun,
menyelenggarakan dan/atau memperluas pusat kegiatan, permukiman dan
infrastruktur

yang

berpotensi

menimbulkan

gangguan

keamanan,

keselamatan, ketertiban, dan kelancaran LLAJ, wajib menyusun Andalalin
atau kajian dampak Lalu Lintas.
2. Andalalin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam bentuk
dokumen analisis dampak Lalu Lintas yang sekurang-kurangnya memuat:
a. gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan;
b. perencanaan dan metodologi Andalalin;
c. analisis bangkitan dan tarikan LLAJ;
d. analisis distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan
perjalanan;
e. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa adanya pembangunan, pada saat
pembangunan, dengan adanya pembangunan dan masa yang akan
datang
f. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
g. tanggungjawab Pemerintah Daerah dan pengembang atau pembangun
dalam penanganan dampak; dan
h. rencana pemantauan dan evaluasi berisi rencana dan program
implementasi penanganan dampak pada saat pra konstruksi, konstruksi
dan pasca konstruksi.

5

3. Kajian dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada poin (1) sekurangkurangnya memuat:
a. gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan;
b. analisis bangkitan dan tarikan LLAJ;
c. analisis distribusi perjalanan, pemilihan moda dan pembebanan
perjalanan;
d. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa adanya pembangunan, pada saat
pembangunan, dengan adanya pembangunan dan masa yang akan
datang;
e. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
f. tanggungjawab Pemerintah Daerah dan pengembang atau pembangun
dalam penanganan dampak
4. Andalalin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat oleh Lembaga
konsultan yang berbadan Hukum dan memiliki tenaga ahli bersertifikasi yang
dikeluarkan oleh Menteri yang bertanggungjawab dibidang sarana dan
prasarana LLAJ dan ditunjuk oleh pengembang atau pembangun
5. Kajian dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat oleh
perorangan.
6. Dokumen hasil Andalalin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau kajian
dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada
Walikota

F.

Tata Cara Analisis Dampak Lalu Lintas
1. Pengembang atau pembangun melakukan analisis dampak lalu lintas dengan
menunjuk lembaga konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat.
2. Sertifikat sebagaimana dimaksud diberikan oleh menteri yang bertanggung
jawab di bidang saranadan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

6

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tatacara untuk memperoleh
sertifikasi analisis dampak lalulintas diatur olehmenteri yang bertanggung
jawab di bidang sarana danprasarana lalu lintas dan angkutan jalan
setelahmemperoleh pertimbangan dari menteri yangbertanggung jawab di
bidang jalan dan Kepala KepolisianNegara Republik Indonesia.
4. Hasil analisis dampak lalu lintas disusun dalam bentuk dokumen hasil analisis
dampak lalu lintas.
Dokumen hasil analisis dampak lalu lintas setidaknya memuat:
a. analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat
pembangunan;
b. simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab pemerintah dan pengembang ataupembangun dalam
penanganan dampak;
e. rencana pemantauan dan evaluasi; dan
f. gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan.

G. Persetujuan AMDALALIN
1. Dokumen Andalalin atau kajian dampak Lalu Lintas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 132 ayat (2) wajib mendapat persetujuan Walikota bagi Jalan
kota.
2. Persetujuan Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling
lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
diterimanya dokumen Andalalin atau kajian dampak Lalu Lintas dinyatakan
secara lengkap dan memenuhi persyaratan.
3. Dokumen Andalalin atau kajian dampak Lalu Lintas merupakan salah satu
persyaratan untuk memperoleh izin mendirikan bangunan (IMB).

7

H. Sanksi Administratif
1. Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 137 ayat (2) huruf a dikenai sebanyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu
masing-masing 10 (sepuluh) hari kalender
2. Sanksi administratif berupa penghentian sementara pelayanan umum dan/atau
penghentian sementara kegiatan selama 30 (tiga puluh) hari dikenakan kepada
pengembang atau pembangun yang tidak melaksanakan kewajiban setelah
berakhirnya jangka waktu peringatan tertulis ketiga.
3. Sanksi adminstratif berupa denda sebesar 1% (satu per seratus) dari nilai
kewajiban yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 ayat
(4) dikenakan kepada pengembang atau pembangun yang tetap tidak
melaksanakan kewajiban setelah berakhirnya jangka waktu penghentian
sementara pelayanan umum dan/atau penghentian sementara kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
4. Dalam waktu 10 (sepuluh) hari kalender sejak tanggal pengenaan sanksi
denda administratif atau 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak pembayaran
denda administratif, pengembang atau pembangunan tidak melaksanakan
kewajibannya, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dibatalkan atau dicabut.
5. Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 137 ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota.

8

Referensi :
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Perhubungan

9