Pengertian Audit Berbasis Risiko dengan

A. Latar Belakang
Penerapan manajemen risiko sangat diperlukan karena bank berada
dalam bisnis yang berisiko tinggi. Oleh karena itu, dalam terciptanya kondisi
bank yang sehat dan baik perlu diterapkannya manajemen risiko dengan
melakukan audit yang dilakukan oleh audit internal bank.
Pendekatan audit berbasis risiko merupakan alternatif untuk
melakukan fungsi audit internal bank untuk berjalan efektif dan efisien.
Dengan audit berbasis risiko maka proses audit akan dilaksanakan dengan
mengevaluasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam proses sistem
informasi. Evaluasi pada risiko-risiko ini kemudian ditanggulangi dengan
menerapkan kontrol yang efektif. Penggunaan audit berbasis risiko merupakan
salah satu solusi untuk memperbaiki masalah pebankan di Indonesia.
B. Pengertian Audit Berbasis Risiko
Audit berbasis risiko adalah audit yang difokuskan dan diprioritaskan
pada risiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap risiko yang dapat
terjadi.1
Dengan demikian audit berbasis risiko berfungsi mulai dari saat
penetapan tujuan perusahaan sampai kepada upaya untuk mencapai tujuan
tersebut dengan memberikan fokus lebih kepada risiko (termasuk kontrol)
yang telah diidentifikasikan oleh manajemen, khususnya risiko yang dapat
menggagalkan pencapaian tujuan perusahaan.

Secara umum audit berbasis risiko bertujuan untuk mengurangi risiko,
mengantisipasi risiko potensial yang dapat merugikan operasi perusahaan serta
melindungi perusahaan dari kejadian tak terduga yang diantisipasi sebelum
kejadian tersebut benar-benar terjadi.2
Secara lebih rinci, audit berbasis risko adalah untuk memberikan
keyakinan atau kepastian kepada komite audit atau dewan komisaris dan
direksi, bahwa:
1. Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut
telah dirancang dengan baik.
2. Proses manajemen risiko dimaksud telah diintegrasikan oleh manajemen
perusahaan kedalam semua tingkatan organisasi mulai dari tingkat
korporasi, divisi, sampai satuan kerja terkecil dan telah berfungsi
sebagaimana yang diinginkan.
1Dunil Z, Risk Based Audit Dalam Pemeriksaan Perkreditan Bank Umum, (Jakarta: PT. Indeks,
2005), hal. 18
2Amin Widjaja, Pokok-pokok Audit Internal, (Jakarta: Harvarindo, 2009), hal. 95

1

3. Kerangka kerja kontrol (internal control framework) dan tata kelola yang

baik yang ada telah tersedia secara cukup dan berfungsi secara baik guna
mengendalikan risiko-risiko yang ada.
4. Manajemen mampu mengidentifikasi dan menilai risiko yang ada secara
baik, serta telah memberikan tanggapan terhadap risiko-risiko tersebut
secara cukup dan efektif, guna menurunkan dampak serta kemungkinan
terjadinya risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh dewan komisaris dan
direksi.
C. Perbandingan Audit Berbasis Risiko dengan Audit Konvensional
Pendekatan audit berbasis risiko bukan berarti menggantikan
pendekatan audit konvensional yang selama ini digunakan audit internal
melainkan suatu metode yang dapat dijalankan melalui pendekatan dan
pemahaman atas risiko yang harus diantisipasi oleh manajemen guna
mencapai tujuan organisasi.
Secara umum ada beberapa perbedaan antara audit berbasis risiko
dengan audit konvensional, yaitu sebagai berikut:3
N
o
1

2


Audit Konvensional

Audit Berbasis Risiko

Perhatian auditor dititikberatkan

Perhatian auditor lebih jauh lagi

pada risiko manajemen dalam

dititikbertkan pada penilaian atas

kaitannya akan melakukan

risiko (risk assessment). Auditor

analisis risiko manajemen yang

melakukan penilaian risiko bukan


mempengaruhi tujuan auditnya.

hanya semata-mata untuk audit

Semakin memadai pengendalian

namun lebih difokuskan pada risiko

intern, maka pengujian dan

atas kelangsungan dan

pembuktian (besarnya sampel

perkembangan aktivitas dalam

pengujian) yang harus dilakukan

rangka pencapaian tujuan


akan berkurang.
Audit berfokus pada kejadian dan

manajemen.
Auditor mencoba membuat skenario

kondisi masa lalu yang

risiko di masa kini dan masa yang

berdampak pada tujuan audit yang

akan datang yang akan berdampak

telah ditetapkan dengan tujuan

pada pencapaian tujuan organisasi,

untuk menilai tingkat


sehingga dalam memberikan

kewajarannya.

rekomendasi audit lebih

3BPKP, Konsep Audit Berbasis Risiko, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP
dalam Rangka Diklat Audit Berbasis Risiko, 2007

2

dititiberatkan pada pengelolaan
risiko (risk management) selain
pengelolaan pengendalin
3

Laporan audit merupakan

(management control).

Dalam laporan audit, auditor lebih

informasi yang disampaikan

menitikberatkan pada

kepada pihak-pihak yang

pengungkapan proses yang memiliki

berkepentingan dan pengguna

risiko selain dari berfungsi atau

laporan sesuai tujuan audit yang

tidaknya pengendalian.

sudah ditetapkan.
D. Tujuan dan Sasaran Audit Pembiayaan

1. Tujuan Audit Pembiayaan
a. Menilai Pertanggungjawaban Pimpinan Unit Kerja
Setiap tingkatan pimpinan unit kerja harus melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya yang diberikan wewenang oleh atasannya.
Dengan wewenang ini, pimpinan unit kerja harus
mempertanggungjawabkan kepada atasannya bahwa tugasnya telah
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
b. Memberikan Bantuan Manajerial
Kesalahan yang ditemukan pada unit kerja mungkin disebabkan
pelanggaran terhadap prinsip-prinsip manajemen. Oleh karena itu,
pemeriksaan intern bukan hanya bertugas untuk menggali kesalahan,
tetapi juga harus dapat memberikan penjelasan kepada pimpinan unit
kerja agar masalah-masalah tersebut tidak terulang dikemudian hari.
Untuk itu, pemeriksa audit intern harus mengerti dan menguasai
prinsip-prinsip manajemen.
c. Menghemat Pengeluaran
Pemeriksaan dilakukan secara profesional akan sangat
bermanfaat untuk semua bidang kegiatan, termasuk penghematan
pengeluaran sangat diharapkan oleh setiap unit usaha, hal ini bukan
satun-satunya hasil pemeriksaan, karena hasil pemeriksaan atas aspek

pencegahan akan lebih berharga daripada aspek penyelidikan.
Misalnya, hasil pemeriksaan dapat mengurangi risiko yang dihadapi
oleh unit kerja, atau memperkuat sistem dan pengawasan akan
menghasilkan manfaat di masa yang akan datang dan dalam jangka
panjang akan menyehatkan keuangan perusahaan.
3

2. Sasaran Audit Pembiayaan
Audit intern pembiayaan merupakan upaya lanjutan dalam pengawasan
pembiayaan untuk memastikan bahwa pemberian pembiayaan telah
dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan yang ada dan telah
memenuhi prinsip pembiayaan yang sehat serta telah memenuhi ketentuan
pembiayaan yang berlaku dalam pembiayaan. Dengan demikian, auditor
harus meyakini apakah pembiayaan yang diberikan layak, sehat, dan aman.
Hal ini dapat dicapai dengan pemeriksaan atas:
a. Prosedur pembiayaan, sejak permohonan sampai dengan pembiayaan
direalisasikan.
b. Analisis pembiayaan, meliputi prinsip 6C, aspek-aspek pembiayaan,
perhitungan pembiayaan, serta jaminan pembiayaan, termasuk
dokumen pendukungnya.

c. Pelaksanaan pembiayaan, meliputi disposisi pembiayaan, administrasi
pembiayaan, dan pengawasan pembiayaan.4
E. Tahapan Audit Intern Pembiayaan
1. Persiapan Audit Intern Pembiayaan
Untuk memperoleh hasil audit yang maksimal, sebelum melakukan
audit perlu diadakan persiapan pemeriksaan secara fisik dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a. Melakukan penelitian peta pembiayaan auditee yang akan diperiksa
berdasarkan:
1) Data laporan yang disampaikan oleh auditee
2) Data yang diperoleh dari unit kerja lain yang menyangkut auditee
3) Hasil audit sebelumnya dan rekomendasi serta pelaksanaannya
4) Posisi pembiayaan terakhir auditee
5) Informasi lain yang dianggap perlu.
b. Membuat desk audit untuk disetujui kepala divisi audit terhadap
auditee yang akan diperiksa, yang mencakup hal-hal berikut:
1) Cut off date audit intern pembiayaan
2) Posisi pembiayaan terakhir auditee yang akan diperiksa.
c. Organisasi auditor, dengan menetapkan:
1) Jumlah dan susunan tim yang akan melakukan pemeriksaan audit
intern pembiayaan

2) Pembagian tugas tim dan anggotanya
3) Jumlah dan daftar sampling yang akan diperiksa
4) Lama serta waktu pemeriksaan.
d. Memberitahukan tentang rencana audit intern ke auditee.
2. Penyusunan Program Audit Intern Pembiayaan

4Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008), hal. 596-597

4

Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur
audit untuk mencapai tujuan audit. Program audit akan menjadi acuan
kerja bagi para auditor dan dapat memudahkan pengendalian audit intern
pembiayaan selama tahap pelaksanaan audit. Program audit intern
pembiayaan tersebut diubah sesuai dengan kebutuhan audit selama audit
berlangsung, dan harus:
a. Merupakan dokumentasi prosedur bagi auditor pembiayaan dalam
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan audit.
b. Menyatakan tujuan audit intern pembiayaan.
c. Menetapkan luas, tingkat, dan metodologi pengujian yang diperlukan
guna mencapai tujuan audit intern pembiayaan untuk tiap tahapan
audit.
d. Menetapkan jangka waktu pemeriksaan.
e. Mengidentifikasikan aspek-aspek teknis, risiko, proses, dan transaksi
yang harus diuji, termasuk pengelolaan data elektronik.
3. Pelaksanaan Penugasan Audit Intern Pembiayaan
Tahapan pelaksanaan penugasan audit meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Proses Audit Intern Pembiayaan
Proses audit pembiayaan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Mengumpulkan bukti dan informasi yang cukup, kompeten, dan
relevan
2) Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk
mendapatkan temuan dan rekomendasi audit
3) Menetapkan metode pengujian dan teknik sampling yang dapat
dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan, diantaranya
pengujian atas pengendalian dan pengujian substansif atas saldosaldo, seperti validasi atas rekening simpanan dan pembiayaan
4) Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta
pengujian yang telah dilakukan
5) Mendokumentasikan kertas kerja audit
6) Membahas hasil audit dengan auditee.
b. Bukti Audit
Bukti audit adalah semua data dan informasi yang dapat dipakai
oleh auditor untuk mendukung temuan auditnya. Kriteria bukti audit
yang cukup kompeten dan relevan adalah sebagai berikut:

5

1) Bukti yang cukup, mengandung arti dipenuhinya jumlah bukti yang
diperlukan.
2) Bukti yang kompeten, yaitu bukti yang kuat dan dapat diandalkan.
3) Bukti yang relevan, yaitu bukti yang berkaitan erat atau tepat
mengenai masalah yang dipersoalkan dan diperlukan untuk
menguatkan kebenaran masalah yang dihadapi.5
c. Evaluasi Hasil Audit Intern Pembiayaan
Evaluasi terhadap hasil audit menjadi tanggungjawab dari
setiap anggota tim audit. Dalam melakukan evaluasi terhadap hasil
audit dapat ditempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Kesimpulan dari pelaksanaan program audit.
Jika program dan prosedur audit intern pembiayaan selesai
dilakukan, auditor pembiayaan harus menyusun kesimpulan
terhadap hasil audit yang sesuai dengan sasaran atau tujuan dari
program dan prosedur audit tersebut.
2) Evaluasi hasil pembiayaan audit terhadap sasaran audit intern
pembiayaan
Jika auditor pembiayaan dalam melakukan pengujian
menemukan penyimpangan, maka penyimpangan tersebut harus
dievaluasi berdasarkan analisis sebab akibat.
3) Ikhtisar temuan dan rekomendasi hasil audit pembiayaan
Audit pembiayaan harus membuat ikhtisar temuan dan
rekomendasi hasil audit dengan mengungkapkan:
a) Fakta/keadaan yang sebenarnya terjadi
b) Keadaan yang seharusnya terjadi
c) Penyebab terjadinya penyimpangan
d) Dampak dari terjadinya penyimpangan
e) Langkah perbaikan yang telah dilakukan auditee
f) Rekomendasi auditor pembiayaan.
d. Supervisi
Semua kegiatan audit intern yang dilakukan sesuai dengan fungsi
divisi pengawasan intern dan dilaksanakan oleh tim. Kegiatan
supervisi meliputi:
1) Penyiapan instruksi yang jelas kepada auditor pembiayaan dan
persetujuan program audit
2) Pengawasan pelaksanaan program audit
3) Penetapan kecukupan kertas kerja audit intern pembiayaan
4) Penilaian mengenai akurasi, objektivitas, kelengkapan, dan
ketepatan waktu dari laporan hasil audit
5 Ibid., hal. 599

6

5) Penilaian atas pencapaian tujuan dan sasaran audit intern
pembiayaan.
F. Objek Audit Intern Bidang Pembiayaan
1. Risk Asset
Risk asset dimaksudkan untuk menilai karakteristik risiko dari struktur
aset, yang terdiri dari:
a. Risiko pembiayaan, yaitu kemungkinan pembiayaan tidak dibayar pada
saat jatuh tempo pada nilai bukunya karena ketidakmampuan nasabah.6
b. Risiko investasi, yaitu kemungkina nilai marketable aset menurun di
bawah nilai buku. Misalnya, sekuritas, penyertaan, dan interbank
placement.
c. Risiko foreced sale, merupakan bagian dari risiko investasi, dimana
kemungkinan kerugian timbul akibat penjualan aset yang tidak tepat
waktu.
2. Contingent Liabilities
Contingent liabilities adalah kewajiban yang kemungkinan akan timbul
sehingga akan merugikan bank apabila nasabah tidak dapat memenuhi
janjinya. Transaksi contingent liabilities yang wajib diperiksa antara lain:
a. Fasilitas overdraft
b. Credit line
c. Bank garansi
d. Stand by/LC
e. SWAP
f. Hedging
3. Additional Exposure
Additional exposure adalah fasilitas tambahan yang diberikan kepada
nasabah di luar fasilitas utama yang telah diberikan. Sehingga,
kemungkinan muncul risiko baru di luar risiko yang telah diperhitungkan.
4. Analisis Risiko/Kualitas Portofolio
Analisis risiko adalah risiko yang mungkin terjadi atas objek yang
dibiayai dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank sehingga
mempengaruhi kualitas portofolio pembiayaan bank. Risiko ini terdiri dari:
a. Risiko sifat usaha
b. Risiko keamanan
c. Risiko persaingan
d. Risiko geografis
e. Risiko ketidakpastian
f. Risiko moneter dan politik.
5. Analisis Proses Pembiayaan
Analisis proses pembiayaan adalah pemeriksaan yang dilakukan sejak
permohonan dari nasabah sampai pembiayaan tersebut direalisasi.
6Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 135

7

6. Evaluasi Pelaksanaan Pembinaan, Penyelamatan, dan Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah
Evaluasi ini ditujukan untuk menilai sejauh mana efektivitas dan
efisiensi pembinaan, penyelamatan, dan penyelesaian pembiayaan
bermasalah dalam rangka menghindarkan kemungkinan timbulnya
kerugian yang semakin besar.
G. Prosedur Audit Intern Pembiayaan
Prosedur audit intern pembiayaan dapat dibedakan kedalam beberapa hal,
yaitu:
1. Pembiayaan Eksploitasi
Prosedur dalam melakukan audit pembiayaan eksploitasi adalah
sebagai berikut:
a. Memeriksa legalitas, yang tediri dari pemeriksaan legalitas
permohonan pembiayaan eksploitasi, legalitas perusahaan, dan
legalitas usaha sesuai dengan jenis usahanya.
b. Memeriksa kelengkapan data, meneliti kelengkapan data yang
diperlukan untuk mendukung analisis pembiayaan, antara lain realisasi
kegiatan usaha, neraca, dan perhitunga laba/rugi, serta data lain yang
dianggap perlu.
c. Memeriksa analisis pembiayaan, terutama:
1) Apakah dalam analisis telah dibahas kondisi 6C dan semua aspekaspek pembiayaan.
2) Apakah perhitungan pembiayaan telah dibuat dengan benar.
3) Melakukan verifikasi dengan data nasabah.
4) Lain-lain, berkaitan dengan pemutusan pembiayaan kepada
nasabah.
d. Meneliti dokumen pembiayaan, kelengkapan, dan kebenaran dokumen
pembiayaan.
e. Meneliti administrasi pembiayaan apakah telah dilakukan pengawasan
terhadap pembiayaan yang diberikan.
f. Meneliti hal-hal lain yang berkaitan dengan pembiayaan nasabah.
2. Pembiayaan Investasi
Prosedur yang digunakan dalam melakukan audit terhadapa
pembiayaan investasi adalah:
a. Memeriksa legalitas.
b. Memeriksa kelengkapan data.
c. Memeriksa analisis pembiayaan.
d. Meneliti dokumen, kelengkapan dokumen, dan kebenaran dokumen
pembiayaan.
e. Meneliti administrasi pembiayaan.
f. Meneliti pengawasan yang dilakukan oleh auditee.
g. Meneliti hal-hal lain yang berkaitan dengan pembiayaan nasabah.
8

3. Non Cash Loan
Prosedur yang digunakan dalam melakukan audit terhadap non cash
loan adalah:
a. Memeriksa legalitas.
b. Memeriksa kelengkapan data.
c. Memeriksa analisis non cash loan.
d. Meneliti dokumen, kelengkapan dokumen, dan kebenaran dokumen
non cash loan.
e. Meneliti pengawasan yang telah dilakukan auditee dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan pembiayaan nasabah.
4. Barang Jaminan Pembiayaan
Audit barang jaminan pembiayaan bertujuan untuk meneliti apakah
telah memenuhi syarat-syarat pengamanan, antara lain:
a. Apakah bukti kepemilikan jaminan telah sepenuhnya dikuasai bank.
b. Apakah jaminan telah diikat secara notariil sempurna sesuai dengan
jenis barangnya, seperti tanah dengan hipotek, persediaan dengan FEO,
piutang dengan cessie, dan lain-lain.
c. Apakah jaminan yang insurable telah diasuransikan dengan syarat
banker’s clause.
d. Apakah jaminan telah dinilai secara wajar dan tidak terjadi mark up.
5. Proses Pemberian Pembiayaan sampai dengan Pelunasan
Untuk memperoleh keyakinan mengenai keamanan pembiayaan,
auditor melakukan pemeriksaan terhadap pembiayaan tersebut, yang
meliputi proses pembiayaan, dokumen, administrasi, dan pengawasan yang
telah dilakukan auditee.
6. Administrasi dan Laporan Pembiayaan
a. Administrasi Pembiayaan:
1) Meneliti penggunaan buku pembantu
2) Meneliti kebenaran perhitungan dan pembebanan provisi
3) Meneliti apakah denda-denda yang seharusnya dibayar oleh
nasabah telah dibayar
4) Meneliti apakah angsuran pembiayaan investasi telah dibukukan
tepat waktu
5) Meneliti kebenaran pembukuan tunggakan pembiayaan, rekening
administrasi, dan lain-lain.
b. Laporan Pembiayaan:
1) Meneliti apakah laporan-laporan tentang pembiayaan telah
dilaksanakan dengan benar dan tepat waktu
2) Meneliti apakah lampiran neraca bidang pembiayaan telah dibuat
secara benar.
7. Securities, Interbank Placement

9

Audit terhadap securities maupun interbank placement dimaksudkan
untuk meyakini bahwa securities yang dibeli maupun penempatan dana di
bank lain mempunyai tingkat keamanan yang tinggi.
8. Perhitungan dan Pembebanan Biaya
Audit terhadap perhitungan dan pembebanan pembiayaan biaya
dimaksudkan untuk meyakini bahwa baik perhitungan maupun
pembebanannya oleh auditee telah dilakukan dengan benar.
9. Pembiayaan Bermasalah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam audit pembiayaan bermasalah
antara lain:
a. Identifikasi permasalahan apakah auditee telah melakukan identifikasi
terhadap permasalahan yang dihadapi nasabah, meliputi:
1) Penilaian terhadap ketepatan penyaluran sesuai dengan konsentrasi
utama bisnis bank
2) Penetapan/kesimpulan kondisi nasabah.
b. Evaluasi alternatif penyelesaian apakah auditee telah menentukan
alternatif yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan.
c. Penyelesaian pembiayaan apakah auditee telah mengambil langkahlangkah untuk melaksanakan alternatif yang dipilih.
10. Operasional Pembiayaan Lain
Prosedur dalam audit operasional pembiayaan lain dimaksudkan untuk
meneliti apakah tindakan lainnya dalam operasional pembiayaan telah
dilakukan sesuai dengan ketentuan.7
H. Kesimpulan
Audit berbasis risiko adalah audit yang difokuskan dan diprioritaskan
pada risiko bisnis dan prosesnya serta pengendalian terhadap risiko yang dapat
terjadi yang bertujuan untuk mengurangi risiko, mengantisipasi risiko
potensial yang dapat merugikan operasi perusahaan serta melindungi
perusahaan dari kejadian tak terduga yang diantisipasi sebelum kejadian
tersebut benar-benar terjadi.
Audit intern pembiayaan bertujuan untuk menilai pertanggungjawaban
pimpinan unit kerja, memberikan bantuan manajerial, dan menghemat
pengeluaran. Tahapan audit intern pembiayaan terdiri dari persiapan audit
intern pembiayaan, penyusunan program audit intern pembiayaan, dan
pelaksanaan audit intern pembiayaan.
Objek audit intern pada pembiayaan antara lain risk asset, contingent
liabilities, additional exposure, analisis risiko/kualitas portofolio, analisis

7

Op. Cit., hal. 607-610

10

proses pembiayaan, dan evaluasi pelaksanaan pembinaan, penyelamatan, serta
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
.

11