Manajemen risiko keuangan perbankan docx
BAB I
MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Manajemen Risiko dalam operasional bank meliputi identifikasi risiko, pengukuran
dan penilaian, dan tujuannya adalah untuk meminimalkan efek negatif risiko terhadap hasil keuangan dan modal bank. Bank wajib membentuk unit organisasi
khusus untuk tujuan manajemen risiko.
Risiko bank yang terbesar dalam operasinya adalah resiko pasar (resiko
suku bunga, resiko valuta asing, resiko dari perubahan harga pasar sekuritas, derivatif keuangan dan komoditas), resiko kredit, resiko likuiditas, resiko eksposur,
resiko investasi , resiko operasional, resiko hukum, resiko strategis. Resiko ini sangat inter-independen. Peristiwa yang mempengaruhi satu area resiko dapat memiliki konsekuensi untuk berbagai kategori resiko lainnya.
MANAJEMEN RESIKO KREDIT
Risiko kredit didefinisikan sebagai potensi dari bank peminjam atau pihak counter yang akan gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat yang disepakati. Tujuan dari manajemen risiko kredit adalah untuk memaksimalkan tingkat
pengembalian kepada bank dengan menjaga resiko pemberian kredit supaya
berada di parameter yang dapat diterima. Bank perlu mengelola risiko kredit dari
seluruh portofolio serta risiko dari individu atau kredit atau transaksi. Bagi sebagian besar bank, pinjaman adalah yang terbesar dan juga sumber resiko kredit ,
namun sumber-sumber risiko kredit lain juga terdapat di seluruh kegiatan bank,
termasuk pembukuan perbankan dan pembukuan perdagangan baik yang di dalam atau di luar neraca. Resiko kredit perbankan semakin meningkat (atau resiko
dari pihak lainnya ) di berbagai instrumen keuangan selain pinjaman termasuk
penerimaan, transaksi antar bank, pembiayaan perdagangan, transaksi valuta
asing, masa depan keuangan, swap, obligasi, ekuitas, opsi dan perluasan komitmen dan jaminan, penyelesaian transaksi.
BASEL II TENTANG RESIKO KREDIT
Komunitas basal tentang kepemimpinan perbankan mengeluarkan dokumen konsultatif tentang Kerangka Pemenuhan Modal Baru untuk menggantikan perjanjian
1988. Dokumen ini mengajukan tiga pilar untuk perjanjian yang baru :
• Persyaratan Kapital Minimal
• Ulasan Supervisory
3
• Disiplin Pasar
Kesepakatan yang baru berlanjut dengan rasio kecukupan modal minimum sebesar 8% dari risiko aset tunggu. Atur pilihan untuk memperkirakan modal sebagaimana diusulkan dalam dokumen termasuk pendekatan standar. Dalam pendekatan ini, risiko preferensial beban di kisaran 0%, 20%, 50%, 100%, dan 150% diperkirakan akan ditetapkan atas dasar penilaian kredit eksternal. Di bawah organisasi Internal Rating Based (IRB), masyarakat mengusulkan pemenuhan tingkat
kredit minimal untuk mengukur Probabilitas Default (PD) sementara preferensial
menetapkan bobot risikonya, dengan informasi yang diberikan oleh supervisor
pada kerugian standar nasional yang diberikan ( LGD) sebagai eksposur default.
Adopsi Kesepakatan Modal Baru oleh bank-bank di pernyataan yang diusulkan
memerlukan perubahan yang lengkap dalam sistem manajemen risiko yang ada.
MANAJEMEN RISIKO PASAR
Bank dihadapkan pada risiko pasar melalui kegiatan perdagangan mereka dan
neraca mereka. Dua jenis risiko yang dianggap risiko pasar untuk bank seperti ri siko suku bunga dan risiko valuta asing. Bank menghadapi risiko valuta asing karena adanya fluktuasi nilai tukar dan suku bunga adalah risiko yang paling umum
dihadapi semua bank dalam mengelola semua produk-produk keuangan yang dikeluarkan oleh bank dengan tingkat bunga sensitif.
RESIKO TINGKAT BUNGA
Risiko Suku Bunga adalah risiko efek negatif pada hasil keuangan dan modal
bank yang disebabkan oleh perubahan suku bunga. Tujuan yang menyeluruh dari
manajemen risiko suku bunga adalah untuk memastikan mekanisme arus kas
yang besar tanpa adanya ketidaksesuaian dalam aset dan kewajiban segmen.
Sebagai perantara keuangan, bank menghadapi risiko suku bunga dalam beberapa cara seperti:
Risiko Re-Pricing: bentuk utama risiko suku bunga naik adakah perbedaan waktu
jatuh tempo (untuk suku bunga tetap) dan re-pricing (untuk suku bunga mengambang) dari aset, posisi kewajiban off-balance-sheet (OBS). Mereka dapat
mengekspos bank “pendapatan dan aset” mendasari nilai ekonomi yang tak terduga tentang fluktuasi tingkat bunga yang cenderung terlalu sering dan tidak
stabil.
Risiko Kurva Hasil: Ketidaksesuaian harga juga dapat membuat bank untuk melakukan perubahan kemiringan dan bentuk kurva hasil. Risiko kurva hasil tak terduga muncul ketika pergeseran kurva hasil telah merugikan bank pendapatan atau
nilai ekonomi aset porfolio mereka.
4
Risiko Dasar: Risiko bahwa tingkat bunga untuk aktiva dan kewajiban yang berbeda dapat berubah dalam besaran yang berbeda maka disebut risiko dasar. Risiko tersebut timbul karena korelasi tidak sempurna dalam penyesuaian dari tarif
yang diterima dan dibayarkan pada instrumen yang berbeda dengan karakteristik penentuan ulang harga yang bijaksana.
Resiko Pilihan Bawaan: Sebuah opsi memberikan pemegang hak (namun bukanlah kewajiban) untuk membeli, menjual atau dalam beberapa cara mengubah
arus kas instrumen atau kontrak keuangan. Pilihan instrumen yang mungkin berdiri sendiri seperti pertukaran-opsi dan kontrak perdagangan over-the-counter
(OTC), atau mereka mungkin akan tertanam di dalam instrumen standar sebaliknya. Saat bank menggunakan nilai tukar dan pilihan OTC- di kedua bidang perda gangan dan akun non-trading, instrumen dengan pilihan bawaan biasanya hal
paling penting dalam kegiatan non-perdagangan.
Resiko investasi ulang: ketidakpastian tentang masa depan tingkat suku bunga
menimbulkan risiko investasi ulang sebagai arus kas masa depan yang akan diinvestasikan kembali pada tingkat yang tidak diketahui saat ini. Kurva dengan hasil
biasa, tanpa bootstrap, tidak diperhitungkan sebagai risiko investasi ulang.
RESIKO OPERASIONAL
Ini adalah salah satu babak baru dari kesepakan modal Basel II. Risiko operasional didefinisikan sebagai “risiko kerugian yang dihasilkan dari cukupnya atau kegagalan proses internal, orang dan sistem atau dari peristiwa eksternal.” Definisi
ini mencakup risiko hukum, tapi mengecualikan risiko strategis dan risiko reputasi. Di sisi lain, Reserve Bank of India telah mendefinisikan risiko operasional, sebagai ‘resiko apapun, yang tidak dikategorikan sebagai pasar atau risiko kredit,
atau risiko kerugian yang timbul dari berbagai jenis kesalahan manusia dan kesalahan teknis’.
MANAJEMEN RESIKO LIQUIDITAS
Potensial resiko liquiditas. adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban
bankir saat mereka jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan dana, komitmen kredit atau peningkatan
aset. Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan kewajiban. Peng ukuran dan pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi pengoperasian
yang efektif untuk bank-bank komersial karena hal ini dapat menjadi sebab dan
akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan aset dan kewajiban bank.
Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka panjang dan terus
menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan dengan kedua analisis situasi yaitu (1) Pendekatan Fundamental dan (2) Pendekatan Teknis.
Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka panjang. Dalam pendekatan ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan me5
ngendalikan posisi aset-kewajiban. Sebuah cara yang bijaksana untuk mengatasi
situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan kewajiban atau dengan
melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana.
Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank dalam
jangka pendek. Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan arus
kas yang timbul akibat transaksi operasional. Bank harus mengetahui persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan keduanya untuk memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.
Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi, regulasi dan
integrasi dengan pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan secara proaktif
dan kualitas kredit akan meningkat, yang menyebabkan sektor keuangan yang
lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di sektor perbankan
ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor. Bank-bank yang lebih
kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menahan persaingan yang
ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi penyedia jasa keuangan yang
lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan keuangan perekonomian. Arus
modal akan meningkat dan melakukan pendirian basis-basis di negara-negara
asing merupakan hal yang biasa.
Untuk meminimalisir risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu bank, maka manajemen bank harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai sehingga segala macam risiko yang berpotensi untuk muncul dapat diantisipasi dari sejak
awal dan dicarikan cara penanggulangannya
Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, paling kurang
memuat:
a. Penerapan Manajemen Risiko Secara Umum
yang mencakup mengenai pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit; kecukupan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko, serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
b. Penerapan Manajemen Risiko untuk Masing-Masing Risiko
yang mencakup penerapan Manajemen Risiko untuk masing-masing Risiko yang
meliputi 8 (delapan) Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.
6
c. Penilaian Profil Risiko
yang mencakup penilaian terhadap Risiko inheren dan penilaian terhadap kualitas penerapan Manajemen Risiko yang mencerminkan sistem pengendalian Risiko (risk control system), baik untuk Bank secara individual maupun untuk Bank
secara konsolidasi. Penilaian tersebut dilakukan terhadap 8 (delapan) Risiko yaitu
Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Dalam melakukan penilaian
profil Risiko, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum.
BAB II
Manajemen Risiko Perusahaan Non Keuangan (Non-Financial Company)
Pendekatan Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah penerapan dari empat fungsi manajemen (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dari sebuah risiko penyelenggaraan suatu perusahaan terhadap ketidakpastian yang berpotensi menimbulkan kerugian. Dari
pengertian tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa manajemen risiko merupakan suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik,
keuntungan usaha atau prospek keuntungan suatu usaha dari perusahaan yang
dapat menimbulkan kerugian karena ketidakpastian keadaan baik intern maupun
ekstern
perusahaan
yang
bersangkutan.
Dalam mempelajari manajemen risiko, kita dapat menggunakan setidaknya dua
pendekatan. Pendelakatan tersebut adalah pendekatan finansial dan pendekatan
non-finansial. Semua risiko perusahaan akan berdampak pada struktur dan keadaan keuangan perusahaan, namun dampak yang terjadi dapat terjadi secara
langsung dan risiko tidak langsung/lanjutan. Untuk lebih jelas dalam memahami
perbedaan pendekatan finansial dan non-finansial, berikut adalah penjabaran
dari kedua pendekatan tersebut.
PENDEKATAN FINANSIAL
Mempelajari manajemen risiko melalui pendekatan finansial artinya adalah
mengelola atau me-manage risiko dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan
yang berhubungan dan berdampak dengan keadaan keuangan perusahaan tersebut secara langsung. Artinya, pendekatan ini digunakan dalam mempelajari
setiap risiko perusahaan yang berhubungan dan akan berdampak secara langsung pada keuangan perusahaan.
Risiko-risiko yang berhubungan dengan keuangan secara langsung sangat
7
erat hubunganya dengan kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan, contohnya
adalah kebijakan pendanaan perusahaan, kebijakan investasi perusahaan (jangka panjang/jangka pendek), dan kebijakan pengelolaan deviden/laba perusahaan
oleh pemilik. Dalam kebijakan pendanaan, terdapat risiko-risiko atas penggunaan
dana untuk membiayai operasi perusahaan seperti risiko jika perusahaan tidak
dapat mengembalikan modal tersebut sehingga pada akhirnya perusahaan harus
menerima risiko dari gagalnya mengembalikan modal tersebut yang akan langsung berdampak pada keuangan perusahaan. Risiko dalam kebijakan investasi
seperti risiko gagalnya sebuah proyek yang dijalankan dan dibiayai oleh perusahaan menjadikan keadaan keuangan perusahaan menjadi terganggu. Kebijakan
pengelolaan deviden akan memepengaruhi kekuatan keuangan perusahaan. Semakin banyak laba yang ditahan sebagai modal operasi perusahaan, maka akan
semakin kuat kedudukan keuangan perusahaan. Sebaliknya, jika sebagian besar
laba dibagi oleh pemilik, maka keuangan perusahaan tidak berubah dari posisi
awal bahkan dapat turun jika nilai kurs lokal mengalami penurunan sehingga nilai perusahaan juga akan cenderung turun.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendekatan finansial digunakan untuk mempelajari dan mengelola risiko-risiko yang ada dalam perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan manajemen keuangan perusahaan itu sendiri dan akan berdampak pada struktur keuangan dan nilai perusahaan
itu sendiri. Risiko-risiko keuangan perusahaan adalah semua risiko yang ada dalam menajemen keuangan suatu perusahaan seperti risiko dalam pendanaan
operasi perusahaan, risiko investasi perusahaan, dan risiko pembagian dan penahanan deviden di dalam perusahaan.
PENDEKATAN NON-FINANSIAL
Mempelajari manajemen risiko melalui pendekatan non-finansial artinya
adalah mengelola atau me-manage risiko dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan yang tidak berhubungan dan berdampak dengan keadaan keuangan perusahaan tersebut secara langsung. Artinya, pendekatan ini digunakan dalam
mempelajari setiap risiko perusahaan yang memunculkan risiko awal sebelum
damapak ahirnya yang akan berhubungan dan akan berdampak pada keuangan
perusahaan.
Risiko-risiko non-finansial dalam perusahaan dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan asal muasal risiko tersebut yaitu risiko yang bersal dari dalam perusahaan atau intern risk dan risiko yang bersal dari luar perusahaan atau ekstern
risk. Risiko yang berasal dari dalam perusahaan contohnya seperti risiko operasional produksi, risiko pemasaran, kwalitas produk risiko dari karyawan dan risiko
kerusakan sistem intern perusahaan. Sedangkan risiko dari luar perusahaan contohnya risiko polusi lingkungan, kebakaran, keamanan, penipuan, dan kondisi politik serta perekonomian yang mempunyai dampak kepada perusahaan. Semua
risiko tersebut akan mengakibatkan satu akibat awal, baru nantinya akan berakibat pada keuangan perusahaan yang merupakan titik akhir dari sebuah risiko
perusahaan.
8
Risiko daam perusahaan :
- Risiko operasional
Terjadi karana adanya penyimpangan dari hasil yang diharapkan, dan risiko ini
terdiri dari risiko SDM, risiko produksi, risiko teknologi, risiko inovasi, risiko sistem
dan
risiko
proses.
- Risiko strategis
Terjadi karena telah mempengaruhi eksposure perusahaan ( terutama eksposure
keuangan) akibat keputusan strategis yang tidak sesuai lingkungan eksternal
dan internal. Risio ini terdiri dari risiko bisnis, risiko leverage operasi, risiko transaksi strategis.
- Risiko eksternalitas
Terjadi karena berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil pada eksposure
perusahaan dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal. Risiko ini terdiri dari risiko lingkungan, risiko reputasi, ri siko hukum.
Bisa dikatakan resiko didalam suatu perusahaan itu tidak dapat kita hilangkan
sepenuhnya ,akan
tetapi resiko tersebut dapat kita minimalisir sehingga tidak mengganggu proses
yang ada dalam suatu perusahaan,adapun langkah-langkah yangdapat dilakukan
perusahaan untuk mengelola resiko tersebut sehingga menciptakan peluang :
1. Mengidentifikasi Timbulnya Resiko
Di dalam perusahaan kita mengenal proses produksi,dalam hal ini perusahaan
pasti membutuhkan tenaga kerja untuk mengoprasikan mesin-mesin yang ada
dalam proses produksi,dengan adanya mesin-mesin tersebut perusahaan harus
mampu mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kepada
tenaga kerkja tersebut supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan sehingga merugikan perusahaan, oleh karena itu mengidentifikasi resiko sejak dini sangat penting untuk memperhatikan potensi-potensi kecelakaan tenaga kerja
yang berasal dari penggunaan mesin.
2. Mencegah Resiko
Setelah resiko teridentifikasi,tahap selanjutnya adalah dengan melakukan pencegahan biasanya dalam suatu perusahaan memilih metode yang paling sesuai untuk mencegah resiko tersebut misalnya dengan meningkatkan system keamanan
yang paling baik.Bila hal tersebut kurang dapat dilakukan ,biasanya perusahaan
9
menghentikan oprasi tersebut dengan mengganti mesin yang lain sehingga resiko kecelakaan yang berasal dari penggunaan mesin mampu di minimalisir, Misalnya didalam PT TJIWI tbk ,perusahaan tersebut memiliki mesin-mesin yang cukup
besar terutama dalam proses pemotongan,bila mesin tersebut tidak dijalankan
sesuai dengan prosedur yang ada kemungkinan resiko kecelakaan tenaga kerja
yang akan terjadi cukup besar,oleh karena itu perusahaan melengkapi pengamanan baik pada operator mesin maupun system yang ada dalam mesin tersebut sehingga mampu mencegah kecelakaan yang kemungkinan akan terjadi.Bagaimanapun juga perusahaan akan lebih menyukai melanjutkan bisnis mereka
sehingga mereka akan memerlukan jalan keluar yang terbaik untuk mencegah
resiko yang ada.
3. Mengganti Resiko
Setelah perusahaan melakukan pencegahan ,perusahaan pasti tidak menginginkan kerugian yang cukup besar sehingga akibat terjadinya kecelakaan tadi.Oleh
karena itu biasanya perusahaan membeli asuransi misalnya berupa asuransi
property dan asuransi kecelakaan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang fatal.setelah perusahaan tersebut bergabung dengan asuransi tersebut
maka perusahaan tersebut harus membayar premi asuransi tersebut,adapun besarnya premi ditentukan oleh besarnya kemungkinan kecelakaan yang
terjadi,akan tetapi dengan mengikuti asuransi tersebut perusahaan tidak memikirkan lagi tentang resiko kecelakaan yang akan terjadi karena akan digantikan
oleh pihak asuransi.
DAFTAR PUSTAKA
www.studibisnis.com
Rajapresentasi.com
BI.go.id/ SE No. 13/ 23 /DPNP
10
MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Manajemen Risiko dalam operasional bank meliputi identifikasi risiko, pengukuran
dan penilaian, dan tujuannya adalah untuk meminimalkan efek negatif risiko terhadap hasil keuangan dan modal bank. Bank wajib membentuk unit organisasi
khusus untuk tujuan manajemen risiko.
Risiko bank yang terbesar dalam operasinya adalah resiko pasar (resiko
suku bunga, resiko valuta asing, resiko dari perubahan harga pasar sekuritas, derivatif keuangan dan komoditas), resiko kredit, resiko likuiditas, resiko eksposur,
resiko investasi , resiko operasional, resiko hukum, resiko strategis. Resiko ini sangat inter-independen. Peristiwa yang mempengaruhi satu area resiko dapat memiliki konsekuensi untuk berbagai kategori resiko lainnya.
MANAJEMEN RESIKO KREDIT
Risiko kredit didefinisikan sebagai potensi dari bank peminjam atau pihak counter yang akan gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat yang disepakati. Tujuan dari manajemen risiko kredit adalah untuk memaksimalkan tingkat
pengembalian kepada bank dengan menjaga resiko pemberian kredit supaya
berada di parameter yang dapat diterima. Bank perlu mengelola risiko kredit dari
seluruh portofolio serta risiko dari individu atau kredit atau transaksi. Bagi sebagian besar bank, pinjaman adalah yang terbesar dan juga sumber resiko kredit ,
namun sumber-sumber risiko kredit lain juga terdapat di seluruh kegiatan bank,
termasuk pembukuan perbankan dan pembukuan perdagangan baik yang di dalam atau di luar neraca. Resiko kredit perbankan semakin meningkat (atau resiko
dari pihak lainnya ) di berbagai instrumen keuangan selain pinjaman termasuk
penerimaan, transaksi antar bank, pembiayaan perdagangan, transaksi valuta
asing, masa depan keuangan, swap, obligasi, ekuitas, opsi dan perluasan komitmen dan jaminan, penyelesaian transaksi.
BASEL II TENTANG RESIKO KREDIT
Komunitas basal tentang kepemimpinan perbankan mengeluarkan dokumen konsultatif tentang Kerangka Pemenuhan Modal Baru untuk menggantikan perjanjian
1988. Dokumen ini mengajukan tiga pilar untuk perjanjian yang baru :
• Persyaratan Kapital Minimal
• Ulasan Supervisory
3
• Disiplin Pasar
Kesepakatan yang baru berlanjut dengan rasio kecukupan modal minimum sebesar 8% dari risiko aset tunggu. Atur pilihan untuk memperkirakan modal sebagaimana diusulkan dalam dokumen termasuk pendekatan standar. Dalam pendekatan ini, risiko preferensial beban di kisaran 0%, 20%, 50%, 100%, dan 150% diperkirakan akan ditetapkan atas dasar penilaian kredit eksternal. Di bawah organisasi Internal Rating Based (IRB), masyarakat mengusulkan pemenuhan tingkat
kredit minimal untuk mengukur Probabilitas Default (PD) sementara preferensial
menetapkan bobot risikonya, dengan informasi yang diberikan oleh supervisor
pada kerugian standar nasional yang diberikan ( LGD) sebagai eksposur default.
Adopsi Kesepakatan Modal Baru oleh bank-bank di pernyataan yang diusulkan
memerlukan perubahan yang lengkap dalam sistem manajemen risiko yang ada.
MANAJEMEN RISIKO PASAR
Bank dihadapkan pada risiko pasar melalui kegiatan perdagangan mereka dan
neraca mereka. Dua jenis risiko yang dianggap risiko pasar untuk bank seperti ri siko suku bunga dan risiko valuta asing. Bank menghadapi risiko valuta asing karena adanya fluktuasi nilai tukar dan suku bunga adalah risiko yang paling umum
dihadapi semua bank dalam mengelola semua produk-produk keuangan yang dikeluarkan oleh bank dengan tingkat bunga sensitif.
RESIKO TINGKAT BUNGA
Risiko Suku Bunga adalah risiko efek negatif pada hasil keuangan dan modal
bank yang disebabkan oleh perubahan suku bunga. Tujuan yang menyeluruh dari
manajemen risiko suku bunga adalah untuk memastikan mekanisme arus kas
yang besar tanpa adanya ketidaksesuaian dalam aset dan kewajiban segmen.
Sebagai perantara keuangan, bank menghadapi risiko suku bunga dalam beberapa cara seperti:
Risiko Re-Pricing: bentuk utama risiko suku bunga naik adakah perbedaan waktu
jatuh tempo (untuk suku bunga tetap) dan re-pricing (untuk suku bunga mengambang) dari aset, posisi kewajiban off-balance-sheet (OBS). Mereka dapat
mengekspos bank “pendapatan dan aset” mendasari nilai ekonomi yang tak terduga tentang fluktuasi tingkat bunga yang cenderung terlalu sering dan tidak
stabil.
Risiko Kurva Hasil: Ketidaksesuaian harga juga dapat membuat bank untuk melakukan perubahan kemiringan dan bentuk kurva hasil. Risiko kurva hasil tak terduga muncul ketika pergeseran kurva hasil telah merugikan bank pendapatan atau
nilai ekonomi aset porfolio mereka.
4
Risiko Dasar: Risiko bahwa tingkat bunga untuk aktiva dan kewajiban yang berbeda dapat berubah dalam besaran yang berbeda maka disebut risiko dasar. Risiko tersebut timbul karena korelasi tidak sempurna dalam penyesuaian dari tarif
yang diterima dan dibayarkan pada instrumen yang berbeda dengan karakteristik penentuan ulang harga yang bijaksana.
Resiko Pilihan Bawaan: Sebuah opsi memberikan pemegang hak (namun bukanlah kewajiban) untuk membeli, menjual atau dalam beberapa cara mengubah
arus kas instrumen atau kontrak keuangan. Pilihan instrumen yang mungkin berdiri sendiri seperti pertukaran-opsi dan kontrak perdagangan over-the-counter
(OTC), atau mereka mungkin akan tertanam di dalam instrumen standar sebaliknya. Saat bank menggunakan nilai tukar dan pilihan OTC- di kedua bidang perda gangan dan akun non-trading, instrumen dengan pilihan bawaan biasanya hal
paling penting dalam kegiatan non-perdagangan.
Resiko investasi ulang: ketidakpastian tentang masa depan tingkat suku bunga
menimbulkan risiko investasi ulang sebagai arus kas masa depan yang akan diinvestasikan kembali pada tingkat yang tidak diketahui saat ini. Kurva dengan hasil
biasa, tanpa bootstrap, tidak diperhitungkan sebagai risiko investasi ulang.
RESIKO OPERASIONAL
Ini adalah salah satu babak baru dari kesepakan modal Basel II. Risiko operasional didefinisikan sebagai “risiko kerugian yang dihasilkan dari cukupnya atau kegagalan proses internal, orang dan sistem atau dari peristiwa eksternal.” Definisi
ini mencakup risiko hukum, tapi mengecualikan risiko strategis dan risiko reputasi. Di sisi lain, Reserve Bank of India telah mendefinisikan risiko operasional, sebagai ‘resiko apapun, yang tidak dikategorikan sebagai pasar atau risiko kredit,
atau risiko kerugian yang timbul dari berbagai jenis kesalahan manusia dan kesalahan teknis’.
MANAJEMEN RESIKO LIQUIDITAS
Potensial resiko liquiditas. adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban
bankir saat mereka jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan dana, komitmen kredit atau peningkatan
aset. Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan kewajiban. Peng ukuran dan pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi pengoperasian
yang efektif untuk bank-bank komersial karena hal ini dapat menjadi sebab dan
akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan aset dan kewajiban bank.
Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka panjang dan terus
menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan dengan kedua analisis situasi yaitu (1) Pendekatan Fundamental dan (2) Pendekatan Teknis.
Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka panjang. Dalam pendekatan ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan me5
ngendalikan posisi aset-kewajiban. Sebuah cara yang bijaksana untuk mengatasi
situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan kewajiban atau dengan
melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana.
Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank dalam
jangka pendek. Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan arus
kas yang timbul akibat transaksi operasional. Bank harus mengetahui persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan keduanya untuk memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.
Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi, regulasi dan
integrasi dengan pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan secara proaktif
dan kualitas kredit akan meningkat, yang menyebabkan sektor keuangan yang
lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di sektor perbankan
ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor. Bank-bank yang lebih
kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menahan persaingan yang
ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi penyedia jasa keuangan yang
lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan keuangan perekonomian. Arus
modal akan meningkat dan melakukan pendirian basis-basis di negara-negara
asing merupakan hal yang biasa.
Untuk meminimalisir risiko-risiko yang dihadapi oleh suatu bank, maka manajemen bank harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai sehingga segala macam risiko yang berpotensi untuk muncul dapat diantisipasi dari sejak
awal dan dicarikan cara penanggulangannya
Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, paling kurang
memuat:
a. Penerapan Manajemen Risiko Secara Umum
yang mencakup mengenai pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit; kecukupan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko, serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
b. Penerapan Manajemen Risiko untuk Masing-Masing Risiko
yang mencakup penerapan Manajemen Risiko untuk masing-masing Risiko yang
meliputi 8 (delapan) Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.
6
c. Penilaian Profil Risiko
yang mencakup penilaian terhadap Risiko inheren dan penilaian terhadap kualitas penerapan Manajemen Risiko yang mencerminkan sistem pengendalian Risiko (risk control system), baik untuk Bank secara individual maupun untuk Bank
secara konsolidasi. Penilaian tersebut dilakukan terhadap 8 (delapan) Risiko yaitu
Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Dalam melakukan penilaian
profil Risiko, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum.
BAB II
Manajemen Risiko Perusahaan Non Keuangan (Non-Financial Company)
Pendekatan Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah penerapan dari empat fungsi manajemen (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) dari sebuah risiko penyelenggaraan suatu perusahaan terhadap ketidakpastian yang berpotensi menimbulkan kerugian. Dari
pengertian tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa manajemen risiko merupakan suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik,
keuntungan usaha atau prospek keuntungan suatu usaha dari perusahaan yang
dapat menimbulkan kerugian karena ketidakpastian keadaan baik intern maupun
ekstern
perusahaan
yang
bersangkutan.
Dalam mempelajari manajemen risiko, kita dapat menggunakan setidaknya dua
pendekatan. Pendelakatan tersebut adalah pendekatan finansial dan pendekatan
non-finansial. Semua risiko perusahaan akan berdampak pada struktur dan keadaan keuangan perusahaan, namun dampak yang terjadi dapat terjadi secara
langsung dan risiko tidak langsung/lanjutan. Untuk lebih jelas dalam memahami
perbedaan pendekatan finansial dan non-finansial, berikut adalah penjabaran
dari kedua pendekatan tersebut.
PENDEKATAN FINANSIAL
Mempelajari manajemen risiko melalui pendekatan finansial artinya adalah
mengelola atau me-manage risiko dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan
yang berhubungan dan berdampak dengan keadaan keuangan perusahaan tersebut secara langsung. Artinya, pendekatan ini digunakan dalam mempelajari
setiap risiko perusahaan yang berhubungan dan akan berdampak secara langsung pada keuangan perusahaan.
Risiko-risiko yang berhubungan dengan keuangan secara langsung sangat
7
erat hubunganya dengan kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan, contohnya
adalah kebijakan pendanaan perusahaan, kebijakan investasi perusahaan (jangka panjang/jangka pendek), dan kebijakan pengelolaan deviden/laba perusahaan
oleh pemilik. Dalam kebijakan pendanaan, terdapat risiko-risiko atas penggunaan
dana untuk membiayai operasi perusahaan seperti risiko jika perusahaan tidak
dapat mengembalikan modal tersebut sehingga pada akhirnya perusahaan harus
menerima risiko dari gagalnya mengembalikan modal tersebut yang akan langsung berdampak pada keuangan perusahaan. Risiko dalam kebijakan investasi
seperti risiko gagalnya sebuah proyek yang dijalankan dan dibiayai oleh perusahaan menjadikan keadaan keuangan perusahaan menjadi terganggu. Kebijakan
pengelolaan deviden akan memepengaruhi kekuatan keuangan perusahaan. Semakin banyak laba yang ditahan sebagai modal operasi perusahaan, maka akan
semakin kuat kedudukan keuangan perusahaan. Sebaliknya, jika sebagian besar
laba dibagi oleh pemilik, maka keuangan perusahaan tidak berubah dari posisi
awal bahkan dapat turun jika nilai kurs lokal mengalami penurunan sehingga nilai perusahaan juga akan cenderung turun.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendekatan finansial digunakan untuk mempelajari dan mengelola risiko-risiko yang ada dalam perusahaan yang secara langsung berhubungan dengan manajemen keuangan perusahaan itu sendiri dan akan berdampak pada struktur keuangan dan nilai perusahaan
itu sendiri. Risiko-risiko keuangan perusahaan adalah semua risiko yang ada dalam menajemen keuangan suatu perusahaan seperti risiko dalam pendanaan
operasi perusahaan, risiko investasi perusahaan, dan risiko pembagian dan penahanan deviden di dalam perusahaan.
PENDEKATAN NON-FINANSIAL
Mempelajari manajemen risiko melalui pendekatan non-finansial artinya
adalah mengelola atau me-manage risiko dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan yang tidak berhubungan dan berdampak dengan keadaan keuangan perusahaan tersebut secara langsung. Artinya, pendekatan ini digunakan dalam
mempelajari setiap risiko perusahaan yang memunculkan risiko awal sebelum
damapak ahirnya yang akan berhubungan dan akan berdampak pada keuangan
perusahaan.
Risiko-risiko non-finansial dalam perusahaan dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan asal muasal risiko tersebut yaitu risiko yang bersal dari dalam perusahaan atau intern risk dan risiko yang bersal dari luar perusahaan atau ekstern
risk. Risiko yang berasal dari dalam perusahaan contohnya seperti risiko operasional produksi, risiko pemasaran, kwalitas produk risiko dari karyawan dan risiko
kerusakan sistem intern perusahaan. Sedangkan risiko dari luar perusahaan contohnya risiko polusi lingkungan, kebakaran, keamanan, penipuan, dan kondisi politik serta perekonomian yang mempunyai dampak kepada perusahaan. Semua
risiko tersebut akan mengakibatkan satu akibat awal, baru nantinya akan berakibat pada keuangan perusahaan yang merupakan titik akhir dari sebuah risiko
perusahaan.
8
Risiko daam perusahaan :
- Risiko operasional
Terjadi karana adanya penyimpangan dari hasil yang diharapkan, dan risiko ini
terdiri dari risiko SDM, risiko produksi, risiko teknologi, risiko inovasi, risiko sistem
dan
risiko
proses.
- Risiko strategis
Terjadi karena telah mempengaruhi eksposure perusahaan ( terutama eksposure
keuangan) akibat keputusan strategis yang tidak sesuai lingkungan eksternal
dan internal. Risio ini terdiri dari risiko bisnis, risiko leverage operasi, risiko transaksi strategis.
- Risiko eksternalitas
Terjadi karena berkaitan dengan potensi penyimpangan hasil pada eksposure
perusahaan dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal. Risiko ini terdiri dari risiko lingkungan, risiko reputasi, ri siko hukum.
Bisa dikatakan resiko didalam suatu perusahaan itu tidak dapat kita hilangkan
sepenuhnya ,akan
tetapi resiko tersebut dapat kita minimalisir sehingga tidak mengganggu proses
yang ada dalam suatu perusahaan,adapun langkah-langkah yangdapat dilakukan
perusahaan untuk mengelola resiko tersebut sehingga menciptakan peluang :
1. Mengidentifikasi Timbulnya Resiko
Di dalam perusahaan kita mengenal proses produksi,dalam hal ini perusahaan
pasti membutuhkan tenaga kerja untuk mengoprasikan mesin-mesin yang ada
dalam proses produksi,dengan adanya mesin-mesin tersebut perusahaan harus
mampu mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kepada
tenaga kerkja tersebut supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan sehingga merugikan perusahaan, oleh karena itu mengidentifikasi resiko sejak dini sangat penting untuk memperhatikan potensi-potensi kecelakaan tenaga kerja
yang berasal dari penggunaan mesin.
2. Mencegah Resiko
Setelah resiko teridentifikasi,tahap selanjutnya adalah dengan melakukan pencegahan biasanya dalam suatu perusahaan memilih metode yang paling sesuai untuk mencegah resiko tersebut misalnya dengan meningkatkan system keamanan
yang paling baik.Bila hal tersebut kurang dapat dilakukan ,biasanya perusahaan
9
menghentikan oprasi tersebut dengan mengganti mesin yang lain sehingga resiko kecelakaan yang berasal dari penggunaan mesin mampu di minimalisir, Misalnya didalam PT TJIWI tbk ,perusahaan tersebut memiliki mesin-mesin yang cukup
besar terutama dalam proses pemotongan,bila mesin tersebut tidak dijalankan
sesuai dengan prosedur yang ada kemungkinan resiko kecelakaan tenaga kerja
yang akan terjadi cukup besar,oleh karena itu perusahaan melengkapi pengamanan baik pada operator mesin maupun system yang ada dalam mesin tersebut sehingga mampu mencegah kecelakaan yang kemungkinan akan terjadi.Bagaimanapun juga perusahaan akan lebih menyukai melanjutkan bisnis mereka
sehingga mereka akan memerlukan jalan keluar yang terbaik untuk mencegah
resiko yang ada.
3. Mengganti Resiko
Setelah perusahaan melakukan pencegahan ,perusahaan pasti tidak menginginkan kerugian yang cukup besar sehingga akibat terjadinya kecelakaan tadi.Oleh
karena itu biasanya perusahaan membeli asuransi misalnya berupa asuransi
property dan asuransi kecelakaan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang fatal.setelah perusahaan tersebut bergabung dengan asuransi tersebut
maka perusahaan tersebut harus membayar premi asuransi tersebut,adapun besarnya premi ditentukan oleh besarnya kemungkinan kecelakaan yang
terjadi,akan tetapi dengan mengikuti asuransi tersebut perusahaan tidak memikirkan lagi tentang resiko kecelakaan yang akan terjadi karena akan digantikan
oleh pihak asuransi.
DAFTAR PUSTAKA
www.studibisnis.com
Rajapresentasi.com
BI.go.id/ SE No. 13/ 23 /DPNP
10