Karya sains pupuk organik docx

ABSTRAK
Kata Kunci : Pupuk organik, air cucian beras (air leri), sabut kelapa.
Saat ini teknologi semakin berkembang, salah satunya pada bidang
pertanian contohnya munculnya pupuk-pupuk serta pestisida dan benih hibrida
yang dikenal dengan sistem pertanian modern. Namun, jika sistem ini dilakukan
secara berlebihan, maka sistem ini malah akan merusak ekosistem. Karena itu
penulis ingin membuat pupuk organik yang ramah lingkungan yang dapat
menyeimbangkan kembali ekosistem dan menggantikan produk-produk pertanian
berbahan kimia berbahaya.
Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui bahwa sabut kelapa dan
air cucian beras (air leri) dapat dijadikan pupuk organik yang ramah lingkungan.
Yang kedua untuk mengetahui cara pembuatan pupuk organik yang berupa pupuk
padat dan pupuk cair. Dan yang terakhir untuk mengetahui manfaat dan kelebihan
pupuk organik ini.
Bahan-bahan untuk membuat pupuk ini ada 8, yaitu : air cucian beras yang
diperoleh dari air yang telah digunakan untuk mencuci beras, sabut kelapa adalah
selimut yang membungkus atau menutupi batok kelapa yang berupa serat-serat
kasar, dekomposer, air alga, kotoran ayam, tetes tebu, emput gergaji. Sedangkan
pupuk organik sendiri adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup.
Setelah penulis melakukan percobaan, ternyata air cucian beras dan
sabut kelapa dapat dijadikan pupuk organik. Manfaat dari pupuk ini adalah dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen bagi petani. Sedangkan
kelebihan dari pupuk ini adalah lebih efektif, tanaman yang dihasilkan tidak
musiman, dapat membunuh hama, dan menyuburkan tanah masam. Jika ingin
mencoba membuat pupuk ini penulis menyarankan untuk menambahkan bunga
patah tulang.

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Saat ini teknologi semakin berkembang, salah satunya pada bidang
pertanian contohnya munculnya produk pupuk dan pestisida kimia serta benih
hibrida yang dikenal dengan sistem pertanian modern. Sistem pertanian ini
mengandalkan proses kimia dan bertujuan untuk meningkatkan hasil panen.
Semua

petani

berlomba-lomba


menerapkan

sistem

ini.

Namun

dalam

perkembangannya, selain cenderung berlebihan, penerapan sistem ini tidak
diimbangi dengan upaya merawat tanah. Sehingga akibatnya ekosistem menjadi
rusak.
Dari permasalahan diatas, untuk kembali menormalkan ekosistem dan
mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berbahaya bagi tanah, maka penulis
ingin mencoba membuat pupuk organik yang sangat ramah lingkungan dan
memberikan hasil yang memuaskan. Penulis ingin memanfaatkan sabut kelapa
dan air cucian beras (air leri).


1.2 Rumusan Masalah.
1. Apakah sabut kelapa dan air cucian beras (air leri) dapat dijadikan pupuk
organik yang ramah lingkungan?
2. Bagaimana cara membuat pupuk organik yang berupa pupuk padat dan
pupuk cair?

3. Apa manfaat pupuk organik dan kelebihan dari pupuk organik ini?
2

1.3. Tujuan Percobaan.
1. Untuk mengetahui bahwasabut kelapa dan air cucian beras (air leri) dapat
dijadikan pupuk organik yang ramah lingkungan.

2. Untuk mengetahui cara membuat pupuk organik yang berupa pupuk padat
dan cair.

3. Untuk mengetahui manfaat pupuk organikini dan kelebihannya.
1.4. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah :
1.4.1 Bagi penulis



Mengetahui bahwa serabut kelapa dan air cucian beras dapat dijadikan
pupuk organik yang ramah lingkungan.

 Mengetahui cara pembuatan pupuk organik yang ramah ligkungan.
1.4.2 Bagi lingkungan dan masyarakat

 Mengurangi polusi tanah dan meningkatkan hasil panen bagi para petani.

3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologitanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk

kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah).
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada
sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan
manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu.Bentuk
primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari
kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Efrat, Indus, Cina,
dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran
sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Di Indonesia, pupuk organik sudah lama
dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum
diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan
petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya,
4

jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan
mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan,
sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan

dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka
beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.
(www.wikipedia.co.id/pupuk-organik)

2.2 Sabut Kelapa.
Sabut merupakan bagian mesokorp (selimut) yang berupa serat-serat kasar
kelapa. Sabut biasanya disebut sebagai limbah yang hanya ditumpuk di bawah
tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk / kering. Pemanfaatannya
paling banyak hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah
mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Padahal sabut
memiliki nilai ekonomis cukup baik. Sabut kelapa jika diurai akan menghasilkan
serat sabut (cocofibre) dan serbuk sabut (cococoir). Namun produk intidari sabut
adalah serat sabut. Dari produk cocofibre akan menghasilkan aneka macam variasi
produk yang manfaatnya sangat luar biasa. (www.wikipedia.co.id/sabut-kelapa)

2.3 Dekomposer
Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro
(sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme
pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahanbahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang

5

tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut
detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik,
contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:
1. aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
2. anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima

elektron /oksidan
3. fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai

penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya,
pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai
komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton
yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang
termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen
yang terlarut dalam air. (www.wikipedia.co.id/dekomposer)

2.4 Air hasil cucian beras (air leri)

Kandungan air bekas cucian beras atau “leri”,biasanya orang jawa
menyebutnya, ternyata mempunyai manfaat yang besar. Tapi yang sudah pasti
diketahui manfaatnya adalah untuk tanaman. Sedangkan untuk yang lainnya
belum ada yang meneliti. Kandungan air cucian beras identik dengan kandungan
yang terdapat pada kulit ari atau lapisan terluar dari beras karena yang larut dalam
air waktu mencuci beras adalah lapisan terluarnya saja. Padahal kandungan nutrisi
beras yang paling tinggi ada dikulit arinya. Menurut penelitian kulit ari beras kaya
akan kandungan serat dan mengandung vitamin B1, B3, B6,Posfor, Zat besi dan
6

mangan(www.kasehat.com/kandungan-dan-manfaat-air-bekas-cucianberas).Kandungan nutrisi inilah yang kemudian apabila air bekas cucian beras
tersebut digunakan untuk menyiram tanaman, dapat berfungsi sebagai pupuk.
Kandungan posfornya bisa memacu pertumbuhan akar , dan kandungan zat
besinya bisa membantu pembentukan klorofil tanaman atau tumbuhan
tersebut,sehingga tanaman kita menjadi lebih subur . Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa air leri bisa digunakan sebagai pupuk.

2.5 Kotoran Ayam
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan usaha peternakan ayam berasal
dari kotorannya - menimbulkan gas berbau menusuk dan tidak sedap. Pencemaran

bau itu berasal dari unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung dalam kotoran
ayam, karena selama proses dekomposisi anaerob ( tanpa pengelolaan dengan
kecukupan aerasi) akan terbentuk gas amonia (CH4), nitrit dan gas hidrogen
sulfida (H2S). Udara sekitar peternakan dan lokasi pengelolaan perdagangan
( pasar dan pemotongan) ayam pun dapat menyebabkan gangguan kesehatan
ternak dan masyarakat di sekitar peternakan. Amonia dapat menghambat
pertumbuhan ternak, demikian juga pada manusia dapat menyebabkan iritasi mata
serta gangguan saluran pernafasanDari sisi kepentingan pertanian, bahan baku
kotoran ternak ( ayam), tidak mengandung bahan kimia. Ternak hewan
mempunyai sistem pencernaan yang hanya mampu memproses 25% dari pakan
ternak yang diberikan. Karenanya, kotoran yang dikeluarkan masih banyak
mengandung unsur nitrogen (N), phosphate (P2O5), kalium (K2O), unsur organik,
amino acid, protein, dll. Karena itu pupuk yang dihasilkan dari dekomposisi
7

dalam Rotary Kiln Biophoskko akan sangat berkualitas dan ramah lingkungan.
Namun, bersamaan dg kandungan pupuk, kotoran ayam juga mengandung
mikroba patogen dan vektor, terutama dari suntukan hormon serta bawaan
pencernaan unggas, yang bisa menyebabkan tanaman terkena serangan bakteri
dan jasad renik lainnya. Karenanya, pengolahan kotoran, limbah pakan dan

dicampur aneka sampah sekitar ( termasuk limbah serbuk gergaji), mengamankan
pupuk yang dihasilkan bagi pertanian. (https://www.facebook.com/media/set)

8

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat.
1. 2 Baskom (untuk skala kecil)
2. Tas plastik / kresek
3.2 Bahan.
1. Dekomposer.
2. Air alga.
3. Air hasil cucian beras (air leri)
4. Sabut kelapa.
5. Kotoran ayam.
6. Emput gergaji.
7. Tetes tebu.
3.3 Cara Kerja.
Untuk pupuk padat :

1. Campurkan sabut kelapa, emput gergaji, dan kotoran ayam pada baskom.
2. Tuangkan air alga dan dekomposer pada baskom.
3. Aduk hingga tercampur rata.
4. Tutup baskom dengan tas kresek dengan rapat.
5. Biarkan selama 1 hari 1 malam.
6. Aduk kembali pupuk tersebut.
7. Tiriskan hingga air terpisah dengan pupuk.
9

8. Lalu, letakkan diatas tas kresek dan diamkan selama 1 malam hingga
menjadi tanah.
9. Pupuk siap dicoba.
Untuk pupuk cair :
1. Tuangkan air alga dan dekomposer ke dalam baskom baru.
2. Campurkan tetes tebu ke dalam baskom tersebut.
3. Tambahkan air hasil cucian beras.
4. Aduk secara perlahan hingga tercampur rata.
5. Pupuk cair siap di uji cobakan.

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan.
Untuk menganalisa data hasil percobaan ini, penulis menggunakan analisa
kualitatif yaitu mengamati, memahami, dan menafsirkan setiap data yang ada
kaitannya dengan rumusan masalah. Dari rumusan masalah tersebut penulis mulai
merencanakan membuat pupuk organik yang ramah lingkungan. Dimulai dengan
mengumpulkan variabel yang dibutuhkan, pembuatan dan pengujian sebelumnya.
Dan akhirnya setelah beberapa hari, pupuk organik yang terdiri dari pupuk padat
dan pupuk cair telah selesai dibuat, secara tidak langsung menjawab rumusan
masalah yang muncul yaitu :
1. Serabut kelapa, dan air cucian beras (air leri) dapat dijadikan pupuk organik
yang ramah lingkungan.
2. Adapun cara pembuatan pupuk organik yang ramah lingkungan seperti yang
sudah penulis paparkan di BAB III (hal )
3. Manfaat dari pupuk ini adalah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
meningkatkan hasil panen bagi para petani. Sedangkan kelebihan pupuk ini
dari pupuk organik lainnya adalah lebih efektif, tanaman yang dihasilkan tidak
musiman, dapat membunuh hama tanaman, dan dapat menyuburkan tanah yang
masam.

4.2 Pembahasan.
Serabut kelapa dan air cucian beras (air leri) yang dimanfaatkan menjadi
sebuah pupuk organik, dapat juga membantu proses penyuburan tanah akibat
11

banyaknya penggunaan zat-zat kimia dalam pestisida kimia dan pupuk kimia.
Untuk itu penulis mengambil satu langkah untuk mencegah masalah ini, yaitu
dengan memanfaatkan serabut kelapa dan air cucian beras menjadi sebuah pupuk
organik yang ramah lingkungan. Setelah pembuatan pupuk ini selesai, pengujian
pupuk dilakukan apakah pupuk ini bisa dimanfaatkan atau tidak, penulis mencoba
menanam tanaman terong dan bunga pecah beling dengan memberi pupuk padat
pada awal penanaman yang diletakkan pada tanah yang akan ditanami dan
menyiram tanaman-tanaman ini menggunakan pupuk cair dan membandingkan
dengan yang tidak diberi pupuk organic ini. Dan hasilnya, pada pecah beling yang
awalnya bunganya hanya 1-3 tangkai, dalam 1 malam bunganya bertambah
menjadi 8-10 tangkai, sedangkan pada tanaman terong yang juga disiram pupuk
cair maksimal 1 minggu 1 kali, setelah panen tanaman terong ini dapat
menghasilkan terong yang besar yang ukurannya mencapai 30 - 50 cm. Pupuk ini
cocok untuk semua tanaman.
Kelebihan dari pupuk ini adalah efektif karena pupuk ini bekerja dalam
waktu yang sangat singkat dan tidak perlu membutuhkan banyak pupuk. Tanaman
yang dihasilkan tidak musiman, sehingga waktu panen sangat cepat. Dapat
membunuh hama tanaman, pupuk ini juga berperan sebagai pestisida nabati meski
tidak semaksimal pestisida nabatipada umumnya. Dapat menyuburkan tanah
masam karena pupuk ini sama sekali tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya
dan mengandung sabut kelapa yang memiliki zat irin yang sebenarnya merupakan
racun bagi tanaman namun jika diolah dengan baik zat tersebut akan menjadi
penyubur tanah. Sedangkan kekurangannya tentu saja ada, yaitu pupuk yang
12

penulis perkenalkan saat ini belum sempurna, karena pupuk ini masih memakai
air alga saja, sebenarnya ada bahan tambahan yaitu bunga patah tulang yang jika
ditambahkan dalam pupuk ini maka pupuk ini akan menjadi lebih dahsyat lagi
manfaatnya.

13

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan dan melakukan percobaan yang berjudul “
Pupuk Organik yang Ramah Lingkungan“. Maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa :
1. Serabut kelapa dan air cucican beras (air leri) dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk organik yang ramah lingkungan.
2. Keunggulan pupuk ini adalah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik,
pestisida nabati, dan penyubur tanah masam, serta tanaman yang
dihasilkan tidak musiman melainkan tidak menentu yang berarti semakin
cepat.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pembuatan pupuk organik yang
ramah lingkungan, maka saran yang dapat penulis berikan sebagai berikut :
1. Hentikanlah menggunakan pupuk dan pestisida kimia agar tidak
menyebabkan polusi tanah dan tanah menjadi masam.
2. Sayangilah bumi kita, jangan semena-mena memberikan suplemen bagi
bumi kita yang hanya menguntungkan satu pihak dan hanya memberikan
kenikmatan sejenak. Karena bumi dan isinya ini juga merupakan titipan
dari ALLAH swt yang harus kita jaga dan lindungi.

14

3. Semoga dengan karya sains ini, dapat mengembang lebih banyak ide-ide
kreatif lagi untuk menggantikan zat-zat kimia berbahaya yang saat ini
merajalela demi terlindunginya planet bumi beserta isinya ini.

15

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia bahasa Indonesia, diunduh pada tanggal 27 Oktober 2013
www.wikipedia.co.id/pupuk-organik, diunduh pada 3 November 2013
www.wikipedia.co.id/sabut-kelapa, diunduh pada tanggal 3 November 2013
www.wikipedia.co.id/dekomposer, diunduh pada tanggal 3 November 2013
www.kasehat.com/kandungan-dan-manfaat-air-bekas-cucian-beras, diunduh pada
tanggal 3 November 2013
www.facebook.com/media/set, diunduh pada tanggal 3 November 2013

16

LAMPIRAN

Untuk pupuk padat :
17

1. Campurkan sabut kelapa, kotoran ayam, dan emput gergaji pada baskom.

Sabut kelapa
2.

kotoran ayam

emput gergaji

Tuangkan air alga dan dekomposer pada baskom, lalu aduk hingga
tercampur rata.

Air alga

dekomposer

3. Tutup baskom dengan tas kresek dengan rapat dan biarkan selama 1 malam.

Untuk pupuk cair :
18

1. Tuangkan air alga dan dekomposer ke dalam baskom baru.

Air alga

dekomposer

2. Campurkan tetes tebu dan air hasil cucian beras ke dalam baskom tersebut, lalu
aduk secara perlahan.

Tetes tebu

air hasil cucian beras

Gambar perbedaan tanaman bunga pecah beling yang diberi pupuk organik dan
tidak diberi pupuk organik.

Tidak diberi pupuk organik

diberi pupuk organik.
19

20