Daftar Isi dan Pengantar Redaksi edisi M

ISSN 2442-6954

Volume 1, No. 1, Mei 2015

Jurnal Agraria dan Pertanahan
Daftar Isi
Pengantar Redaksi
Manusia dan Tanah: Kehilangan dan
Kompensasi dalam Kasus Lapindo
Anton Novenanto
1-11
Analisis Kritis Substansi dan Implementasi
Undang-Undang No. 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
dalam Bidang Pertanahan
Kus Sri Antoro
12-32
Memahami Reorganisasi Ruang Melalui
Perspektif Politik Agraria
Noer Fauzi Rachman
33-44

Masa Depan Anak Muda Pertanian di Tengah
Liberalisasi Pertanahan
Ahmad Nashih Luthf i & Surya Saluang
45-58
Peta P4T Hasil Pemetaan Partisipatif sebagai
Instrumen Identif ikasi Tanah Absentee
Mujiati
59-68
BHUMI

Volume 1

Nomor 1

Pentingnya Peta Desa
Fisko
69-73
Interaksi Kepentingan dalam Penentuan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah
Priyo Katon Prasetyo

74-83
Pengaturan Zoning sebagai Pengendali
Pemanfaatan Ruang (Studi Kasus Kawasan
Preservasi Budaya Kotagede)
Ayu Wahyuningtyas & Westi Utami
84-98
Rekonstruksi Batas Bidang Tanah
Menggunakan Jaringan Referensi Satelit
Pertanahan
Kariyono, Eko Budi Wahyono, & Tanjung Nugroho
99-112
Review Buku:
Kapitalisme Pedalaman dan Praktik Politik
Etnograf i
Darmanto
113-116

Halaman
1-116


Yogyakarta
Mei 2015

ISSN
2442-6954

DASDSAD

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal BHUMI yang diterbitkan oleh Sekolah
Tinggi Pertanahan Nasional mulai tahun 2015 ini
memiliki deskripsi lebih luas menjadi ‘BHUMI,
Jurnal Agraria dan Pertanahan’. Didalamnya
ditambahkan kata ‘agraria’. Semula nama jurnal
adalah “Bhumi, Jurnal Pertanahan STPN” yang
terbit pertama kali tahun 2001. Jurnal yang sekarang ini memuat karangan ilmiah dalam bentuk
hasil penelitian, tinjauan teori dan konsep, serta
tinjauan buku bertemakan agraria dan pertanahan. Perubahan deskripsi ini memiliki maksud
penegasan bahwa dengan penambahan kata

tersebut secara ontologis kajian Bhumi mencakup
apa yang secara formal disebut dalam UUPA 1960
dengan kata ‘agraria’ sebagai penerjemahan dari
pasal 33 ayat 1 UUD 1945, yakni bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Telaah spesifik obyek material ‘pertanahan dan
agraria’ dilakukan melalui kajian teknis, administratif dan manajemennya, perpetaan, tata ruang,
kajian hukum, dan secara luas melalui kajian ilmu
sosial, sejarah dan budaya. Hal ini tidak terlepas
dari bangun pengetahuan yang ingin dikembangkan oleh Jurnal Bhumi ini berupa kajian
pertanahan dan agraria secara multidimensional,
serta memahami bahwa soal tanah dan agraria
adalah lebih merupakan persoalan manusia
ketimbang soal alam itu sendiri. Oleh karena itu
tulisan-tulisan yang tersaji didalamnya tidak
dibingkai oleh disiplin ilmu tertentu, namun mencakup semua isu pertanahan dan agraria yang
kami anggap relevan.
Arah perubahan di atas memerlukan beberapa
penyesuaian teknis seperti penomoran edisi jur-

nal, standardisasi penulisan, dan beberapa perubahan teknis lainnya. Pada edisi ini kami memulainya dengan Volume 1, Nomor 1, Mei 2015. Edisi

kali ini memuat sepuluh tulisan yang merupakan
hasil penelitian, telaah gagasan, dan tinjauan
buku.
Dari tulisan Anton Novenanto kita disodori
analisa bahwa proses ganti rugi pelepasan tanah
melalui berbagai proses dan mekanisme tidak
mampu mengganti ‘kehilangan’ yang ditimpa oleh
masyarakat yang semula hidup di atas tanah tersebut. Administrasi pertanahan (dan pihak appraisal) hanya ma(mp)u menjangkau pemahaman hubungan tanah dengan masyarakat
sebagai hubungan ekonomi semata, sehingga nilai ganti rugi tersebut menafikan aspek kehilangan
hubungan sosial-kultural dan historis. Akibat
lanjutannya, tindakan mengganti rugi korban
secara substantif bukan lagi berupa kewajiban
kompenasi, namun dapat jatuh pada tindakan
jual beli atas tanah antara negara atau swasta
dengan pemilik tanah yakni masyarakat. Demikianlah yang dihasilkan dari kajian mengenai
kompensasi terhadap masyarakat yang terkena
semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa
Timur.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta mempengaruhi secara mendasar masalah pertanahan

di Yogyakarta. Penetapan Kasultanan/Kadipaten
(Pakualaman) sebagai badan hukum khusus
dengan sebutan Badan Hukum Warisan dinyatakan dapat memiliki tanah. Dalam kajian Kus
Antoro ini, digaris-bawahi bahwa badan hukum

tersebut bersifat swasta (privat) dan bukan badan
hukum publik, namun berperan seperti badan
hukum publik yang merepresentasikan negara
dalam mengatur dan memiliki tanah-tanah yang
dinyatakan sebagai tanah kasultanan dan
pakualamanan. Penafsiran dan kebijakan yang
lahir pasca UU No. 13 Tahun 2012 tersebut membuat hubungan antara masyarakat beserta hak atas
tanah yang dimilikinya, desa dengan segenap hak
dan kewenangannya terhadap tanah, dengan
lembaga keraton dan negara menjadi tidak jelas.
Maka lebih jauh penulis mengusulkan perlunya
dilakukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi atas
UU tersebut.
Noer Fauzi Rachman yang berangkat dari
perspektif politik agraria mengajak kita memikirkan proses longitudinal pembentuk perubahan

ruang-spasial berupa kekuatan pasar melalui
produksi komoditas yang bersifat kapitalistik.
Melalui gagasan Meikson Wood tentang pasar
sebagai kekuatan pemaksa, alih-alih bekerja secara
normal dan alamiah, pemenuhan terus menerus
kebutuhan komoditas global itu mereproduksi
hubungan sosial yang bersifat menyingkirkan satu
sama lain dan secara ekologis bersifat merusak.
Telaah ini senada dengan apa yang ditunjukkan
oleh Darmanto atas tinjaunnya terhadap buku
Land’s End: Capitalist Relations in an Indigenous
Frontier karya Tania M. Li. Di bagian akhir jurnal
ini, penulis menunjukkan bahwa buku ini berhasil
meyakinkan terjadinya pembentukan produksi
kapitalistik yang berlangsung dari bawah, apa
yang senyatanya terjadi bahwa masyarakat secara
aktif terlibat dalam perubahan yang diakibatkan
hadirnya komoditas kakao di Lauje, Sulawesi
Tengah. Terjadi perebutan tanah antar mereka
secara intim yang berlangsung ‘sunyi dan seharihari’. Buku ini sekaligus memantik gugatan

mengenai adanya kekosongan politik agraria pada
konteks terjadinya ‘capitalism from below’
tersebut.
Gambaran optimistik dalam hubungan masya-

rakat dengan tanahnya disajikan oleh Ahmad
Nashih Luthf i dan Surya Saluang. Berangkat dari
pandangan Alexander Chayanov yang menaruh
perhatian pada kemampuan dan keberlanjutan
petani kecil, penulis mengajak melihat komposisi
demografis keluarga masyarakat tani, khususnya
peran generasi muda mereka dalam pertanian.
Kajiannya terhadap dua kasus di dua desa di kepulauan Halmahera dan satu desa di Kulonprogo,
Yogyakarta, memperkuat argumen bahwa
generasi muda pertanian akan tumbuh ketika
segenap akses terbuka luas bagi mereka, yakni
berupa tanah, keterlibatan dalam produksi, pasar,
pengetahuan pertanian, serta kebijakan pertanian
skala rumah tangga.
Tulisan Mujiati dan tulisan ringkas Fisko

memiliki kesamaan perhatian mengenai pentingnya peta desa yang memuat data spasial maupun
data tekstual (yuridis). Peta desa tidak hanya
diperlukan untuk memberi informasi mengenai
batas wilayah desa, namun secara lebih dalam
semestinya bisa digunakan untuk mengidentif ikasi penguasaan-pemilikan tanah masyarakat,
sehingga akan dapat diketahuai lebih lanjut adatidaknya tanah abseente di wilayah desa tersebut.
Kebijakan lanjutan berupa landreform berangkat
dari kesiapan peta desa tersebut. Pembuatan peta
desa penting dilaksanakan secara partisipatif
melibatkan masyarakat, baik sebagai penyupali
informasi maupun pelaku pelaksana pembuatan
peta dan identifikasi P4T.
Administrasi pertanahan mendapat porsi
dalam kajian Priyo Katon Prasetyo mengenai pajak
atas Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan di Magelang. Kebijakan desentralisasi
kategori perpajakan ini masih menciptakan
kondisi yang tidak sinergis antara pelaksana di
pemerintahan kabupaten dengan pihak Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam hal pemungutan pajak maupun penetuan Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP).
Salah satu fungsi penataan ruang yang utama

adalah pengendalian, ini sejalan dengan perubahan perspektif kebijakan lembaga pertanahan
yang semula berbasis bidang menjadi berbasis
kewilayahan (ruang). Model zonasi adalah salah
satu kontrol yang bisa dilakukan dalam mempertahankan wilayah Kotagede Yogyakarta sebagai
daerah preservasi budaya. Tulisan yang disajikan
oleh Ayu Wahyuningtyas dan Westi Utami ini
masih di luar kerangka politik (sesuatu yang
semestinya muncul mengingat soal tata ruang
adalah soal politik), untuk menguji misalnya
keseimbangan antara arus perpindahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan

kebutuhan sarana prasarana f isik dengan kebijakan dalam mempertahankan Kotagede sebagai
preservasi budaya dimaksud.
Tinjauan teknis pertanahan melalui tulisan
Kariyono, Eko Budi Wahyono dan Tanjung
Nugroho menelaah bahwa penggunaan Jaringan
Referensi Satelit Pertanahan (JRSP) dalam pelaksanaan rekonstruksi batas bidang tanah harus

dioptimalkan lebih lanjut di Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/BPN.
Demikian yang dapat kami sajikan untuk para
pembaca. Selamat menelaah.
Redaksi

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24