HAK ASASI MANUSIA docx 1

HAK ASASI MANUSIA
DAN
SISTEM POLITIK DALAM ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI

Nama : Novrinda Batari B.
NIM

: 1492142020

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2014/2015

HAK ASASI MANUSIA
Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan
antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga
upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi

Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu,
pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat

ditarik kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi
manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah
bagian dari manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial,
dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak
untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap
mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM.

Sejarah Hak Asasi Manusia dimulai dari gagasan hak asasi manusia.
Gagasan hak asasi manusia muncul sebagai reaksi atas kesewenangwenangan

penguasa

yang

memerintah


secara

otoriter.

Munculnya

penguasa yang otoriter mendorong orang yang tertekan hak asasinya
untuk

berjuang

menyatakan

keberadaannya

sebagai

makhluk


bermartabat.
A. Sejarah HAM di Dunia
Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf
Inggris pada abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah
(natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas
hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas
pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi
manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu
Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.

1. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan
disebut Magna Charta. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak
oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak
untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan
itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang
telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut
berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
2. Revolusi Amerika (1776)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris

disebut

Revolusi

Amerika. Declaration

of

Independence (Deklarasi

Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka tanggal 4 Juli
1776 merupakan hasil dari revolusi ini.
3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya
sendiri

(Louis

XVI)


yang

telah

bertindak

sewenang-wenang

dan

absolut. Declaration des droits de I’homme et du citoyen(Pernyataan HakHak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis.
Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan
(egality), dan persaudaraan (fraternite).
4. African Charter on Human and People Rights (1981)
Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota Organisasi Persatuan
Afrika (OAU) mengadakan konferensi mengenai HAM. Dalam konferensi
tersebut,

semua


memberantas

negara

segala

Afrika

bentuk

secara

tegas

kolonialisme

berkomitment

untuk


dari

untuk

Afrika,

mengkoordinasikan dan mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Afrika.
5. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)

Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan
deklarasi dari negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam di Kairo
pada tahun 1990 yang memberikan gambaran umum pada Islam tentang
hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai satu-satunya
sumber. Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman
umum bagi negara anggota OKI di bidang hak asasi maunsia.
6. Bangkok Declaration (1993)
Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara Asia pada
tahun 1993. Dalam konferensi ini, pemerintah negara-negara Asia telah
mengegaskan kembali komitmennya terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB

dan

Deklarasi

Universal

Hak

Asasi

Manusia.

Mereka

menyatakan

pandangannya saling ketergantungan dan dapat dibagi hak asasi manusia
dan menekankan perlunya universalitas, objektivitas, dan nonselektivitas
hak asasi manusia.
7. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993

Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang ditandatangani oleh
semua negara anggota PBB di ibu kota Austria, yaitu Wina. Oleh
karenanya

dikenal

dengan

Deklarasi

Wina.

Hasilnya

adalah

mendeklarasikan hak asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan.
Deklarasi ini sesungguhnya adalah re-evaluasi tahap dua dari Deklarasi
HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian yang disetuju semua
anggota PBB, termasuk Indonesia.


B. Sejarah HAM di Indonesia
Sepanjang sejarah kehidupan manusia ternyata tidak semua orang
memiliki penghargaan yang sama terhadap sesamanya. Ini yang menjadi
latar belakang perlunya penegakan hak asasi manusia. Manusia dengan
teganya merusak, mengganggu, mencelakakan, dan membunuh manusia
lainnya. Bangsa
menjajah

bangsa

yang satu dengan semena-mena menguasai dan
lain.

Untuk

melindungi

harkat


dan

martabat

kemanusiaan yang sebenarnya sama antarumat manusia, hak asasi
manusia dibutuhkan. Berikut sejarah penegakan HAM di Indonesia.
1. Pada masa prakemerdekaan
Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke19.

Orang

Indonesia

pertama

yang

secara

jelas

mengungkapkan

pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini. Pemikiran itu
diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum
proklamasi kemerdekaan.

2. Pada masa kemerdekaan
Pada

masa

orde

lama

Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang
BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam
UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad Hatta dan Mohammad
Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai
HAM yang diatur dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh
HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
Pada

masa

orde

baru

Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi
terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang
bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila. Karena itu, HAM hanya
diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada
tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik
karena kondisi politik. Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan
disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya
mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan
orde baru.

Pada



masa

reformasi

Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad
dan komitmen yang kuat dari segenap komponen bangsa terutama pada
era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai dengan membaiknya
iklim kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik.
Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi

Manusia.

Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen yang sangat
penting dalam penegakan HAM, yaitu Kovenan Internasional tentang HakHak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) menjadi Undang-Undang No. 11
tahun 2005, dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
(ICCPR) menjadi Undang-Undang No. 12 tahun 2005.

Perbedaan Prinsip Konsep HAM
Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak asasi manusia
menurut pemikiran Barat. Pertama, pembagian hak menurut hak materiil
yang termasuk di dalamnya; hak keamanan, kehormatan dan pemilihan
serta tempat tinggal, dan hak moril, yang termasuk di dalamnya: hak
beragama, hak sosial dan berserikat. Kedua, Pembagian hak menjadi tiga:
hak kebebasan kehidupan pribadi, hak kebebasan kehidupan rohani, dan
hak kebebasan membentuk perkumpulan dan perserikatan. Ketiga,
Pembagian hak menjadi dua: kebebasan negatif yang memebentuk
ikatan-ikatan terhadap negara untuk kepentingan warga; kebebasan
positif yang meliputi pelayanan negara kepada warganya.
Dari klasifikasi hak menurut Barat di atas, dapat dipahami bahwa
pembagian-pembagian ini hanya melihat dari sisi larangan negara
menyentuh hak-hak ini. Hak asasi dalam pandangan barat tidak dengan
sendirinya mengharuskan negara memberi jaminan keamanan atau
pendidikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi untuk membendung
pengaruh Sosialisme dan Komunisme, partai-partai politik di Barat
mendesak agar negara ikut campur-tangan dalam memberi jaminan hakhak asasi seperti untuk bekerja dan jaminan sosial.

Hak asasi menurut barat masih berkembang sampai saat ini, bahkan telah
banyak pemikiran mereka tentang hak asasi manusia yang sudah diadopsi
oleh kaum Muslim. Sungguh disayangkan jika hal ini terus berjalan karena
semakin hari semakin menjauhkan umat Islam dengan hukum-hukum
yang telah disyariatkan Allah. Sebagai contoh, sekarang banyak yang
menuntut masalah kesetaraan gender, kecaman terhadap poligami,
pernikahan berbeda agama(muslim-nonmuslim), kebebesan yang
sebebas-bebasnya dalam berpendapat, dan sebagainya.
Berbeda dengan konsep barat, hak asasi manusia menurut konsep Islam
sangat sangat sempurna dan sesuai fitrahnya. Dalam Islam, seluruh hak
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan
sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga
perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu
kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi
melindungi hak-hak ini. Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran
terhadap hak-hak ini dari pihak individu. Pemerintah mempunyai tugas
sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak untuk tetap
memerintah.
Dari konsep Islam memandang hak asasi dapat dipahami bahwa hak asasi
itu bukanlah semata-mata kebebasan tanpa batas seperti dalam
pandangan barat. Islam memberikan solusi dan makna yang terbaik
dalam memandang hak asasi manusia. Di mana segala hak-hak yang
menjadi milik kita benar-benar diatur sedemikian rupa sesuai dengan
hukum syara’. Meskipun dalam Islam, hak-hak asasi manusia tidak secara
khusus memiliki piagam, akan tetapi Al-Qur’an dan As-Sunnah
memusatkan perhatian pada hak-hak yang diabaikan pada bangsa lain.

Pada haji wada’ Rasulullah menegaskan secara gamblang tentang hak-hak
asasi manusia, pada lingkup muslim dan non-muslim, pemimpin dan
rakyat, laki-laki dan wanita. Pada khutbah itu nabi saw juga menolak teori
Yahudi
mengenai
nilai
dasar
keturunan.
Manusia di mata Islam semua sama, walau berbeda keturunan, kekayaan,
jabatan atau jenis kelamin. Ketaqwaan-lah yang membedakan mereka.
Rakyat dan penguasa juga memiliki persamaan dalam Islam. Namun, hal
demikian hingga sekarang belum dicapai oleh sistem demokrasi modern
yang telah diterapkan saat ini.
Oleh sebab itu, untuk mencapai hak asasi manusia yang sempurna dan
pada hakikatnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang bersumber dari
Allah semata bukan buatan manusia maka tidak ada jalan lain selain
menerapkan kembali sistem Islam. Hanya dengan menghapus demokrasi
dan menegakkan kembali Daulah Islam seperti pada zaman Rasulullah

Saw. Kita akan menemukan hak asasi yang sejati, yang mampu
menentramkan hati serta membawa kesejajahteraan hakiki.

SISTEM POLITIK DALAM ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI
Sistem Politik Islam Kata sistem beasal dari bahasa asing
( inggris ) yaitu system artinya oerangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan, sehingga mebentuk suatu totalitas atau
susunan yang teratur dengan pandangan, teori, dan asas.
Sedangkan kata politik pada mulanya berasal dari bahasa yunani
atau latin, politicos atau politicus, yang berarti relating to citize.
Keduanya berasal dari kata polis, yang berarti kota. Dalam kmus
besr bahasa indonesia, kata politik diartika sebagai “ Segala
urusasn dadn tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya)
mengenai pemerintahan. Sedangkan kata islam adalah agama
yang diajarkan nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci
al Quran yang turunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT.
Dengan demikian Sistem politik islam adalah sebuah aturan
tentang permerintahan yang berdasarkan nilai- nilai islam. Dalam
kamus bahasa arab modern, kata politik biasanya diterjemakan
dengan kata siyasah. Kata ini terambil dari akar kata sasayasusu, yang biasa diartikan mengemudi, mengendalikan,
mengatur dan sebagainya. Dari akar kata yang sama, ditemukan
kata sasa- yasusu,namun ini bukan berati bahwa al-Qur’an tidak
menguraikan masalah sosial politik. Banyak ulama ahli al qura
yang menyusun karya ilmiah dalam bidang politik dengan
menggunakan al–Qur’an dan sunah nnabi sebagai rujukan, bahkan
ibnu Taimiyah menamai salah satu karya ilmiahnya dengan alsiyasah al- syar’iyah (politik keagamaan). Uraian al- Qur’an
tentang politik secara sepintas dapat ditemukan pada ayat- ayat
yang menjelaskan tentang hukum. Kata ini pada mulanya berarti
“menghalangi atau melarang dalam rangka perbaikan” dari akar
kata yang sama, terbentuk kata hikma yang pada mulanya berarti
kendali