MAKALAH FISIKA KESEHATAN SINAR X X RAY

MAKALAH FISIKA KESEHATAN
“SINAR X (X-RAY)”

Dosen Pengampu : Dra.Astalini,M.Si

Disusun Oleh
Senja Yuniyarsih

A1C314009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul: ”Sinar X (X-Ray)”. Tidak lupa sholawat serta salam

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’at nya di dunia hingga yaumul akhir.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata
kuliah Fisika Kesehatan, Ibu Dra.Astalini.M.Si yang telah memberikan tugas
pembuatan makalah ini. Segala kritik dan saran yang positif kami harapkan dari
Dosen Pembimbing dan pembaca makalah ini. Akhir kata terimakasih atas
perhatiannya dan kami mohon maaf apabila terdapat salah kata selama dalam
penulisan makalah. Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran para pembaca.
Jambi, Apil 2017

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................i
BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................1
BAB II Pembahasan.................................................................................................1

2.1. Pembentukan Gambar Sinar-X..................................................................1
2.2. Radiasi Sinar-X pada Pasien.....................................................................1
2.3. Pembentukan Gambar Sinar-X pada Fluoroscopy....................................1
BAB III Penutup......................................................................................................1
3.1. Kesimpulan................................................................................................1
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sinar-x ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan
Jerman pada tahun 1895. Penemuanya diilhami dari hasil percobaan percobaan
sebelumnya antara lain dari J.J Thomson mengenai tabung katoda dan Heinrich
Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan tersebut mengamati gerak electron
yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada dalam tabung kaca yang
hampa udara. Pembangkit sinar-x berupa tabung hampa udara yang di dalamnya
terdapat filament yang juga sebagai katoda dan terdapat komponen anoda. Jika
filamen dipanaskan maka akan keluar elektron dan apabila antara katoda dan
anoda diberi beda potensial yang tinggi, elektron akan dipercepat menuju ke
anoda. Dengan percepatan elektron tersebut maka akan terjadi tumbukan tak

kenyal sempurna antara elektron dengan anoda, akibatnya terjadi pancaran radiasi
sinar-x. Pemanfaatan sinar-x di bidang kedokteran nuklir merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Aplikasi ini telah cukup beragam mulai dari radiasi untuk diagnostic,
pemeriksaan sinar-x gigi dan penggunaan radiasi sinar-x untuk terapi. Radioterapi
adalah suatu pengobatanyang menggunakan sinar pengion yang banyak dipakai
untuk menangani penyakit kanker. Alat diagnosis yang banyak digunakan di
daerah adalah pesawat sinar-x (photo Rontgen) yang berfungsi untuk photo
thorax, tulang tangan,kaki dan organ tubuh yang lainnya. Alat terapi banyak
terdapat di rumah sakit-rumah sakit perkotaan karena membutuhkan daya listrik
yang cukup besar. Di negara maju, fasilitas kesehatan yang menggunakan radiasi
sinar-x telah sangat umum dan sering digunakan.
Melihat pentingnya penggunaan sinsr-x pada dunia kedokteran, maka
berbagai hal terkait sinar-x harus diketahui. Di antaranya adalah pembentukan
gambar pada sinar-x, radiasi sinar-x yang diterima oleh pasien serta proses
fluoroskopi. Oleh karena itu penulis menyusun makalah ini untuk menjelaskan
hal-hal yang terkait dalam sinar-x tersebut.

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan gambar sinar-x ?

2. Bagaimana radiasi sinar-x terhadap pasien ?
3. Bagaimana proses fluoroskopi ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pembentukan gambar sinar-X
2. Mengetahui radiasi sinar-X terhadap pasien
3. Mengatahui proses fluoroskopi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pembentukan Gambar Sinar-X
Hal ini relatif mudah untuk membuat gambar sinar-x atau roentgenogram,
semua yang diperlukan adalah sumber sinar-x dan film yang dibungkus kertas
hitam di gunakan untuk merekam gambar. Namun, membuat gambar sinar-x yang
bagus membutuhkan pengetahuan yang cukup dan menggunakan teknologi
modern. Pada bagian ini kita membahas bagaimana gambar sinar-x modern
diproduksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas atau detail gambar.
Sayangnya, sinar-x tidak dapat difokuskan untuk membuat gambar seperti
kamera. Gambar sinar-x pada dasarnya gambar dari bayang-bayang film dengan
berbagai struktur dalam tubuh atau sering disebut skiagraps.
Eksperimen sinar-x dapat diilustrasikan pada Gambar.1 dengan tangan

sebagai objek. Sebuah bola lampu besar menghasilkan bayangan kabur karena
cahaya dari bagian yang berbeda dari bola lampu melemparkan bayangan di
tempat yang berbeda. Bagian kabur dari bayangan disebut penumbra.

Gambar 1. Prinsip-prinsip terlibat dalam pembentukan bayangan dengan cahaya
tampak (a) Bayangan dari sebuah benda dengan jarak tertentu dari selembar
kertas adalah kabur saat bolham besar digunakan. Bayangan bisa dibuat jauh
lebih tajam. (b) bisa menggunakan sebuah bolham dengan diamerer kecil atau (c)
mememindahkan objek lebih dekat ke kertas. (d) Menggunakan air keruh antara
bolham dan kertas menyerap cahaya dan menyebarkan sebagian besar sisanya,
mengurangi kontras bayangan
Lebar penumbra dapat dihitung dengan menggunakan :
D
P= l
L
P : Lebar penumbra
D : Diameter sumber cahaya
L : Jarak sumber cahaya ke objek
l : Jarak objek ke layar (Film)
Perhatikan Gambar 2.


Gambar 2. Lebar penumbra P dapat dihitung dari rasio sisi segitiga serupa jika
kita mengetahui diameter D dari sumber cahaya dan dimensi L dan l.

Masalah yang muncul dalam memperolah hasil sinar-x yang baik adalah
bayangan yang kabur. Hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan titik fokus
kecil, posisikan pasien dekat dengan film jika memungkinkan (dan meningkatkan
jarak antara tabung x-ray dan film sebanyak mungkin), guna mengurangi jumlah
radiasi yang tersebar film sebanyak mungkin. Hal ini juga diperlukan menghindari
gerakan selama pemaparan, karena gerakan dapat menyebabkan kabur.
Ukuran nominal titik fokus pada banyak unit sinar-x adalah 1 mm (titik
fokus kecil) dan 2 mm (titik fokus besar). Namun, titik fokus hampir selalu lebih
besar dari ukuran nominalnya. Ukuran sebenarnya dari titik fokus dapat
ditentukan dengan beberapa teknik. Menggunakan pendekatan fisika untuk
membuat gambar lubang jarum dari titik fokus dan menghitung ukuran titik fokus
dari ukuran gambar dan jarak yang digunakan.

Gambar 3. Tempat fokus bisa diukur dengan membuat gambar lubang jarum di
tempat film. Jika lubang jarum berada di tengah antara sumber x-ray dan film,
gambarnya akan berukuran sama dengan sumbernya

Pasien umumnya ditempatkan sedekat mungkin dengan film tersebut agar
bisa mengurangi penumbra, terkadang juga memungkinkan untuk mengurangi
penumbra dari jauh dengan meningkatkan jarak dari tabung sinar-x ke film.
Contohnya chest x-ray biasanya mengambil dari jarak 180 cm (72 inci).
Sayangnya, meningkatkan jarak mengurangi intensitas sorotan sinar. Sehingga

tidak praktis untuk mengambil banyak sinar-x dari jarak yang jauh. Pada jarak 90
cm (36 in) intensitas sorotan sinar menjadi empat kali lipat yaitu pada 180 cm.
Untuk mendapatkan gambar sinar-x yang memuaskan dari bagian tubuh
yang tebal seperti perut dan pinggul, perlu adanya pengurangan penyebaran
radiasi di film tersebut. Jumlah radiasi yang tersebar di film bergantung pada
energi sinar-x, namun ketebalan jaringan yang dilalui sorotan sinar-x adalah faktor
yang paling penting. Semakin tebal jaringan semakin besar penyebarannya. Selain
itu, semakin besar sorotannya, semakin besar penyebarannya, dan dengan
demikian satu cara sederhana untuk mengurangi radiasi yang tersebar adalah
dengan menjaga agar sorotan sinar x-ray tetap sekecil mungkin.
Cara yang paling signifikant mengurangi jumlah penyebarab radiasi yang
merusak film adalah dengan menggunakan kisi yang terdiri dari serangkaian
kepingan timah dan plastik. Kepingan disejajarkan sehingga sinar-x tidak tersebar
dari sumbernya dan akan melalui kepingan plastik dan menabrak film sementara

sebagian besar radiasi yang tersebar akan menabrak kepingan timbal lalu diserap,
seperti yang terlihat pada gambar 4. Kotak itu ditemukan oleh G. Bucky pada
tahun 1915. H.E.Potter memperbaiki kotak tersebut pada tahun 1919 dengan
membuatnya bergerak selama pemaparan sehingga kepingan timbal tidak
menghasilkan bayangan yang terlihat pada gambar. Beberapa kotak yang modern
bersifat stasioner namun memiliki garis miring begitu halus (4 mm) sehingga
bayang-bayangnya tidak mengganggu gambar.

Gambar 4. Kisi terdiri dari kepingan timbal dan kepingan plastik tipis dan
bolak-ballik serta lebar. Sinar-x yang tidak menyebar melewati kepingan plastik,
sementara sebagian besar sinar-x yang tersebar diserap oleh kepingan timbal.
Kisi yang ditunjukkan pada Gambar 4 disebut kisi terfokus yang tidak
memusatkan sinar-x, namun memiliki garis miring ke tepi sehingga x-ray tidak
tersebar dari jarak optimum (misalnya, 1 m) dapat melewati tanpa hambatan. Bila
sumber sinar-x sangat jauh dari jarak optimum, banyak sinar yang tidak tersebar
akan diserap di oleh kepingan timah. Jika kisi terfokus diletakkan terbalik, hanya
pusat bidang yang akan dilihat pada gambar.
Jika terdapat dua sinar-x yang setara, menggunakan kisi dan tanpa
menggunakan kisi, yang diambil dengan menggunakan kisi akan lebih jelas
karena megurangi sinar terpencar. Namun, juga akan memberikan paparan sinar

kepada pasien yang lebih besar. Sejak mengurangi pencar mengurangi
penggelapan film, perlu untuk meningkatkan eksposur dalam rangka untuk
mendapatkan kegelapan optimal (densitas optik) dari film. Dan lagi, pancaran
yang lebih tinggi harus diberikan karena lempengan timbal menyerap sebagian
radiasi yangn tidak menyebar.
Sebagian besar gambar sinar-x dibuat pada film khusus yang diapit erat di
antara dua layar yang keras seperti kardus ditutupi lapisan tipis kristal, yang dapat
menyerap sinar-x dengan baik dan mengeluarkan cahaya UV atau sinar yang
dapat menyala (berpijar) saat terkena sinar-x. Pada kedua sisi film tersebut dilapisi
dengan emulsi yang peka cahaya, dan masing-masing sisi mengambil gambar dari
layar penguat yang saling berhubungan. Menggunakan layar penguat jauh lebih
efisien untuk membuat gambar sinar-x dari pada hanya menggunakan film saja.

Gambar 5. Bagian penampang melintang yang diperluas dari bagian kaset
sinar-x.
Layar yang dipasang dalam kaset dengan film dan layar dalam kontak
tertutup. Untuk mendapatkan kontak yang lebih baik, kaset vakum telah
dikembangkan, tekanan udara luar memegang peranan pada satu layar dalam
kontak tertutup dengan film. Vacuum kaset sering digunakan dalam mamografi, di
mana gambar yang tidak jelas harus minimum untuk memungkinkan melihat

detail halus indikasi kanker.
Sama seperti kita dapat menggunakan film dengan kecepatan yang berbeda
dalam fotografi, kita dapat menggunakan film sinar-x dengan kecepatan yang
berbeda dalam radiologi diagnostik. Kecepatan yang dimaksud adalah kebalikan
dari jumlah pemaparan pada roentgens (R) yang diperlukan untuk menggelapkan
film sehingga hanya mentransmisikan 10% cahaya (kerapatan optik = 1.0);
Artinya, jika 0,1 R yang di perlukan, kecepatannya adalah 10 R. Secara umum,
film berkecepatan tinggi memerlukan lebih sedikit pencahayaan, lebih sensitif
namun kurang detail dibanding film kecepatan rendah. Layar penguat yang juga
memiliki sensitivitas yang berbeda. Yang paling sensitif disebut layar cepat, lebih
efisien namun tidak menunjukkan lebih detail karena lapisan kristal yang lebih
tebal digunakan di dalamnya. Layar khusus dengan lapisan kristal yang tipis yang
biasa disebut layar detail memiliki resolusi bagus namun membutuhkan
pencahayaan yang lebih banyak.
Penting untuk menggunakan pencahayaan yang tepat ketika membuat
radiograf. Sinar-x yang baik harus tidak terlalu gelap atau terlalu terang. Beberapa

unit sinar-x pencahayaan otomatis atau phototimer, maksudnya adalah sinar-x
menabrak film dan berhenti pada saat yang tepat. Phototimer pertama
dikembangkan oleh RH Morgan pada 1942.

Setelah pencahayaan sinar-x dibuat, film juga harus di kembangkan
(diolah). Seperti banyak foto yang hancur oleh pemrosesan yang ceroboh, banyak
radiograf yang diambil dengan benar namun diolah dengan buruk. Bila bahan
kimia yang di gunakan sudah tua atau berada pada suhu yang salah, gambar yang
dihasilkan bisasangat buruk. Pengoperasian prosesor otomatis harus diperiksa
setiap hari dengan mengembangkan film yang diberi paparan standar jika prosesor
tidak bekerja secara benar, gelap pada gambar tidak akan benar.
2.2. Radiasi Sinar-X pada Pasien
Beberapa minggu setelah Rontgen menenukan sinar-x, ditemukan pula
bahwa sinar-x dapat merusak kulit. Satuan yang digunakan dalam paparan radiasi
adalah roentgen (R), ukuran jumlah muatan listrik yang dihasilkan oleh ionisasi di
udara adalah 1 R = 2,58 x 10-4 C/Kg. Penyinaran yang diterima oleh orang dewasa
untuk berbagai penelitian sinar-x diberikan pada tabel dibawah ini :
Lokasi yang
terkena sinar-x
Dada
Tengkorak
Perut
Tengkuk
Punggung
Gigi

Exposure (mR)

Film area

23
270
560
230
790
650

2
1,1
1,1
1,9
1,1
2,9

Exposure-Area
Product (raps)
0,1
3,5
4,7
1,5
6,6
6,2

Namun, ada variasi besar dalam pemaparan yang diberikan pada fasilitas medis
yang berbeda. Misalnya, dalam sebuah penelitian tentang paparan pada 500 unit
chest x-ray di seluruh Amerika Serikat, ditemukan bahwa radiasi yang diterima
oleh pasien berkisar antara 3 mR sampai 2300 mR.
Karena penyinaran ke area yang luas lebih berbahaya dari pada penyinaran
yang sama pada area kecil, besaran yang menggambarkan radiasi pada pasien
adalah Exposure Area Product (EAP), yang diperoleh dengan mengalikan
pemaparan pada roentgens dengan luas area yang terkena sinar. Sehingga

menghasilkan satuan baru yang disebut rap (Roentgen-Area Product), dimana 1
rap = 100 R cm2, dan dengan demikian jika menerima paparan di 0,6 R pada area
seluas 33 cm2 (paparan gigi tipikal) maka menerima 20 R cm2 atau 0,2 rap.
Ketebalan jaringan yang harus dilalui sinar-x untuk mencapai film
mempengaruhi jumlah radiasi yang diterima pasien. Sorotan sinar-x berkurang
karena satu faktor, yaitu berkurang sekitar 2 pada setiap 2,5 cm dari tebalnya
jaringan dan dengan demikian pasien setebal 25 cm intensitas sorotan sinar-xnya
dapat bekuramg sekitar 210 atau 1000. Radiasi sinar-x pada pasien bisa dikurangi
dengan cara memadatkan bagian tubuh (seperti perut dan payudara) yang akan di
sinari (compress the tissue). Contohnya saat melakukan x-raying pada payudara,
radiasi ke pasien bisa dikurangi dengan cara menekan jaringan dengan balon yang
terisi udara. Selain mengurangi radiasi, menekan jaringan dapat menghasilkan
gambar dengan kerapatan yang lebih seragam, yang memudahkan ahli radiologi
untuk menafsirkannya.
Umumnya, radiasi terhadap pasien dapat dikurangi ketika voltase
dinaikkan, karena sinar-x berenergi tinggi yang lebih mampu menembus objek
dari pada sinar-x berenergi rendah, sehingga sinar-x berenergi rendah diserap oleh
tubuh. Namun, sinar-x berenergi tinggi lebih cenderung menyebar, hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan kisi untuk mengurangi radiasi yang tersebar namun
membutuhkan pencahayaan yang lebih besar. Penggunaa voltase tinggi dan kisi
terkadang menghasilkan paparan yang lebih besar dari pada penggunaan voltase
rendah tanpa kisi, namun gambar yang dihasilkan umumnya lebih memiliki lebih
banyak informasi.
Salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi radiasi bagi pasien
adalah penggunan filter pada sorotan sinar. Menambahkan filter mengurangi
intensitas sorotan sinar. Perhatikan gambar berikut ini :

Gambar 6. Keluaran dari sinar-xyang ditetapkan sebagai fungsi dari kilovoltase
dan jumlah filtrasi.
Filter secara selektif menghilangkan lebih banyak sinar-sinar energi rendah
dari pada sinar-x berenergi tinggi, karena sebagian besar sinar-x berenergi rendah
ini akan diserap di dalam tubuh dan tidak akan sampai ke film. Tujuan utama dari
filter adalah untuk mengurangi paparan pada pasien. Filter aluminium adalah yang
paling efektif dalam mengurangi paparan sinar, dan sebagian besar negara
berkembang

mengharuskan

penggunaan

filter

konvensional setidaknya setara dengan 2,5 mm Al.

untuk

peralatan

sinar-x

Gambar 6. Filter dengan mudah menyerap foton sinar-x berenergi rendah.
Jumlah foton energi tinggi yang tembus sedikit berkurang
Bagian sorotan sinar-x yang berada di luar area film jelas terbuang akan
mengurangi kejernihan gambar dan menghasilkan radiasi yang lebih banyak.
Namun pada tahun 1974 sorotan sinar-x yang digunakan pada rontgen di Amerika
Serikat rata-rata dua kali lebih besar dari luas area film yang digunakan.

Gambar 7. Radiasi berlebih pada pasien dihasilkan dari sinar x-sinar yang tidak
benar. Ini adalah sumber utama radiasi pada kelanjar reproduksi.
Gambar 7 menunjukkan berkas sinar-x yang tidak digunakan dengan baik.
Peralatan sinar-x baru yang dibeli di Amerika Serikat setelah tanggal 1 Agustus
1974, memiliki yang mengatur sorotan sinar-x seukuran film yang digunakan,
namun tidak ada peraturan yang mengharuskan menggunakan pengatur sorotan
sinar tersebut untuk unit lama yang masih digunakan.
2.3. Pembentukan Gambar Sinar-X pada Fluoroscopy
Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus sinar
rotngen dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila terkena sinar tersebut.
Fluoroskopi terutama diperlukan untuk menyelidiki fungsi serta pergerakan suatu
organ atau sistem tubuh seperti dinamika alat peredaran darah, misalnya jantung,

dan pembuluh darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan diafragma dan
aerasi paru-paru.
Cahaya yang dihasilkan di fluoroscopy konvensional sangat lemah, dan ahli
radiologi memandang gambar seperti melihat pada saat malam hari, sehingga sel
batang pada mata akan 1000 kali lebih sensitif dibandingkan dengan sel kerucut
yang digunakan pada penglihatan normal seperti di siang hari dan tidak bisa
melihat secara detail. Karena sel batang memiliiki respon buruk terhadap cahaya
merah, ahli radiologi memakai kacamata merah selama sekitar 30 menit sebelum
melihat layar yang gelap untuk mengadaptasikan sel batangnya sambil terus
melanjutkan pekerjaaan lainnya dengan menggunakan sel kerucutnya. Beberapa
operator fluoroskopik awalnya tidak ingin melakukan fluoroscopi dalam keadaan
gelap, sehingga meningkatkan output x-ray untuk membuat gambar lebih cerah.
Namun hal ini memberikan radiasi baik pada pasien maupun operator dalam
jumlah besar.
Pada Amerika Serikat, fluoruscopi digunakan di toko sepatu sebagai daya
tarik untuk membantu menjual sepatu sampai sekitar tahun 1960 saat dilarang
pengguaaannya. Hal ini dikarenakan fluoruscopi memberi radiasi besar yang tidak
perlu ke masyarakat. Jumlah radiasi yang tersebar menyerang kelenjar reproduksi
pada anak laki-laki.

Gambar 8. Sebuah fluoroskop sepatu. Sejumlah radiasi tersebar (garis putusputus) dapat menyerang kelanjar reproduksi anak laki-laki.
Karena cahaya yang dipancarkan dari layar fluoroscoic konvensional sangat
lemah, fisikawan dan insinyur mencari cara untuk meningkatkan kecerahan
gambar tanpa meningkatkan radiasi kepada pasien. Pada tahun 1948 Coltman
mengembangkan penguat gambar atau tabung penguat gambar. Komponen dasar
dari tabung ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 9. Tabung intensifier gambar. Sinar-x menghasilkan foton cahaya pada
layar masukan yang terlepas dari fotokatode. Elektron ini dipercepat ke layar
output dan menghasilkan gambar yang terang.
Sinar-x menabrak layar input di dalam tabung hampa yang besar, dan
cahaya berupa foton menabrak photokatoda. Saat menabrak photokatoda,
beberapa foton melepaskan elektron yang kemudian dipercepat menuju layar
output yang kecil. Elektron diberi energi hingga 25.000 eV, dan masing-masing
menghasilkan banyak foton cahaya saat menabrak layar output, yang kemudian
dilihat oleh ahli radiologi, kamera film, atau kamera televisi.
Meskipun output cahaya dari sistem sistem penguat gambar modern
mungkin 1000 kali lebih besar dari sebuah fluorpscopi konvensional, itu tidak
membuat penurunan yang drastis dalam paparan sinar pada pasien. Sebagian besar
keuntungan dalam output digunakan untuk memungkinkan ahli radiologi untuk
melihat gambar dengan jelas. Kejelasan gambar yang meningkat juga
memungkinkan digunakan untuk membuat video dari gambar fluoroscopic yang
digunakan untutk bahan belajar di waktu selanjutnya atau digunakan untuk tujuan
pengajaran.

Gambar 10. Sistem fluoroscopi modern menggunakan kamera
Kamera film ini kadang diganti dengan kamera TV dan gambarnya dipajang
di satu atau lebih monitor TV. Pengaturan ini memungkinkan ahli radiologi untuk
menggunakan banyak teknik industri TV, seperti rekaman video untuk belajar
selanjutnya dan video dan perekaman video selanjutnya untuk "replay instan."

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.

Untuk membuat gambar sinar-x atau roentgenogram, semua yang
diperlukan adalah sumber sinar-x dan film yang dibungkus kertas hitam di
gunakan untuk merekam gambar.
Masalah yang muncul dalam memperolah hasil sinar-x yang baik adalah
bayangan yang kabur. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan
beberapa cara :
a. Menggunakan Titik Fokus
b. Mengatur Jarak
c. Menjaga agar sorotan sinar x-ray tetap sekecil mungkin.
d. Menggunakan Kisi
e. Tipe kaset yang digunakan
f. Kecepatan (speed) lembar penguat

2.

Sinar-x dapat merusak kulit. Satuan yang digunakan dalam paparan radiasi
adalah roentgen (R), ukuran jumlah muatan listrik yang dihasilkan oleh
ionisasi di udara adalah 1 R = 2,58 x 10-4 C/Kg.
Cara mengurangi radiasi sinar-x :
a. Memadatkan Jaringan
b. Menaikan Voltase
c. Menggunakan Filter

3.

Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang menggunakan sifat tembus sinar
rotngen dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila terkena sinar tersebut.
Flouroskopi dilakukan pada tabung besar yang memiliki katoda dan anoda.
Hasil flouroskopi dapat dilihat pada monitor maupun film sinar-x.

Daftar Pustaka

Arif

Jauhari. 2008, Berkas Sinar-X dan Pembentukan
http://www.puskardim.blogspot.com (Diakses 23 April 2017)

Gambar.

Cameron, John R dan James G. Skofronick. 1978. Medical Physics. Canada :
Simultaneously Published
Suharyana. (2012). Dasar-Dasar Dan Pemanfaatan Metode Difraksi Sinar-X.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.