Amfibi yang Harmoni Lestari untuk Kita d
RALAT
Pada Herpeto….. edisi juni 2014 kemarin pada artikel yang penulis tulis terdapat kesalahan info. Penulis menyebutkan bahwa bahwa katak lembu yang ditemukan di Sungai Progo pada tahun 2013 oleh Donan Sa- tria. Info yang benar adalah di Sungai Opak pada tahun 2012. Demikian pemberitahuan dari penulis, Penu- lis mohon maaf atas kesalahan info tersebut.
KEBERADAAN KODOK POHON Polypedates discantus di SUMATRA
Oleh: Hellen Kurniati, Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Keberadaan jenis P. discantus di Sumatra merupakan catatan baru bagi penambahan jumlah jenis kelompok kodok pohon di Sumatra; selain itu adalah informasi baru bagi perluasan distribusi kodok P. discantus di luar wilayah Semenanjung Malaysia.
K kelompok P. leucomystax complex (Rujirawan et.al. dari permukaan laut (dpl). Pada lokasi ini jenis
odok pohon Polypedates discantus Pada tahun 2010, penulis menjumpai Rujirawan, Stuart & Aowphol 2013 adalah
Polypedates sp di areal kebun sawit di daerah Solok jenis baru yang merupakan pecahan dari
Selatan, Sumatra Barat pada elevasi sekitar 400 m
2013). Lokasi tipe dari kodok ini adalah Songkhla di Polypedates sp hidup simpatrik dengan P. bagian selatan Thailand; selanjutnya kodok ini
leucomystax di kolam tidak permanen, yang mana dijumpai di dua lokasi di wilayah Semenanjung
sumber air berasal dari air hujan. Setelah dilakukan Malaysia (lihat Gambar , yaitu lok)asi penelitian dari
uji DNA yang diambil dari gen 16S rRNA, Narins et.al. (1998) dengan menamakan P. discantus
Polypedates sp asal Solok Selatan tersebut identik sebagai P. leucomystax bentuk B dan lokasi
dengan gen 16S rRNA dari P. discantus yang penelitian dari Kuraishi et.al. (2013) dengan
dideskripsikan oleh Rujirawan et.al. (2013). Secara menamakan P. discantus sebagai Polypedates sp.
morfologi spesimen P. discantus dari Solok Selatan Berdasarkan suara, Narins et.al (1998) telah
mirip sekali dengan spesimen P. leucomystax tanpa mendiskripsikan suara P. leucomystax complex yang
garis-garis punggung yang dikoleksi dari daerah dijumpainya dengan mengelompokkan menjadi P.
Martabe, Sumatra Utara, pada elevasi sekitar 300 m leucomystax bentuk A yang mempunyai garis-garis
dpl; tetapi penulis masih menamakan jenis ini hitam memanjang pada punggung dan P.
sebagai Polypedates cf discantus (lihat Gambar ). leucomystax bentuk B yang hanya mempunyai
Keberadaan jenis P. discantus di Sumatra bercak-bercak hitam hitam pada punggung;
merupakan catatan baru bagi penambahan jumlah Kuraishi dkk (2013) juga melakukan hal yang sama,
jenis kelompok kodok pohon di Sumatra; selain itu tetapi kelompok P. leucomystax yang mempunyai
adalah informasi baru bagi perluasan distribusi bercak-bercak
kodok P. discantus di luar wilayah Semenanjung dikelompokkan menjadi Polypedates sp. Jenis P.
discantus dan P. leucomystax selalu dijumpai hidup
simpatrik di Songkhan, Thailand dan juga di dua
lokasi di wilayah Semenanjung Malaysia.
PUSTAKA ACUAN
and genetic divergence of sympatric mor- at
Kuraishi, N., M. Matsui, A. Hamidy, D.M. Belabut, N. photypes of the treefrog Polypedates leucomys- Ahmad, S. Panha, A. Sudin, H.S. Yong, J.P. Jiang,
tax in Peninsular Malaysia. Herpetologica 54:129 an
H. Ota, H.T. Thong & K. Nishikawa. 2013. Phylo-
Rujirawan, A., B.L. Stuart & A. Aowphol. 2013. A new Je
genetic and taxonomic relationship of the Pol-
tree frog in the genus Polypedates (Anura: Rha- nis
ypedates leucomystax complex (Amphibia). Zoo-
logica Scripta 42: 54 –70. cophoridae) from southern Thailand. Zootaxa Narins P.M., A.S. Feng, H. Yong & J. Christensen-
Dalsgaard, 1998. Morpho-logical, behavioural,
Gambar Lokasi perjumpaan P.oypedates discantus di Semenanjung Malaysia dan Sumatra
RI TA KEL OMPOK
Observasi Herpetofauna oleh KSB Brawijaya di Taman Nasional Meru Betiri, Kab. Banyuwangi
Penulis : Kadafi AM, Firdaus AS, Priambodo B, Rodiyah H, Kurniawan MR, Turhadi Kegiatan yang bertemakan ‘lebih dekat dengan herpetofauna’ dengan anggota 20 orang
tersebut dilakukan pada tanggal 2-4 September 2013.
Biologi (Himabio) Universitas Brawijaya K September 2013.
SB (Kelompok Studi Biologi) Kegiatan yang bertemakan ‘ lebih dekat merupakan salah satu kelompok dengan herpetofauna’ dengan anggota 20 di bawah Himpunan Mahasiswa orang tersebut dilakukan pada tanggal 2-4
Kegiatan ini dilakukan oleh 2 ke- mengembangkan diri dan menambah pen-
yang mewadahi
anggotanya
untuk
lompok dengan fokus observasi yang ber- galaman di bidang konservasi. KSB mem-
beda. Kelompok pertama melakukan iliki beberapa kegiatan, salah satunya ada-
kegiatan monitoring pendaratan penyu, se- lah Observasi Herpetofauna di Taman Na-
dangkan kelompok lain berjalan menyusuri sional Meru Betiri (TNMB), Banyuwangi.
hutan (jalur tracking) untuk survey herpe- hutan (jalur tracking) untuk survey herpe-
pelepasan tukik pada tanggal 4 September 2013.
Monitoring Pendaratan Penyu Taman Nasional Meru Betiri merupa- kan taman nasional yang menjadi sasaran empuk bagi para penyu untuk nesting. Bapak Ali Ahmad (penanggung jawab kon- servasi penyu di Sukamade) sebagai nara- sumber memberikan informasi Sukamade A merupakan salah satu nesting side terbaik dengan 1 genetik penyu, yaitu penyu hijau ( Chelonia mydas). Selain itu, juga terdapat
3 jenis penyu lain yang ditemukan pernah melakukan kegiatan nesting di Sukamade, yaitu penyu lekang, penyu sisik, dan penyu belimbing.
Konservasi penyu di Sukamade menggunakan sistem penetasan semi-alami
AA
Gambar Atas: Serangkaian proses peneluran dan pengambilan telur penyu. Keterangan: (a) Pengecekan telur; (b) Penyu bertelur pada sarang yang telah dibuatnya; (c) Pengambilan dan penghitungan telur penyu; (d) Penyu menutup kembali sarangnya dengan pasir menggunakan flipper.
Pelepasan tukik oleh anggota KSB
yang dikelola oleh UPKP (Unit Pengelolaan alami, hingga pelepasan tukik. Selain itu, Konservasi Penyu) yang dibentuk pada ta-
juga dilakukan monitoring penyu dan per- hun 2010. UPKP bertugas untuk mengurusi baikan habitat tempat penyu nesting. segala hal yang berkaitan dengan penyu,
Kegiatan monitoring dilakukan secara mulai dari peneluran, penetasan telur semi-
rutin setiap malamnya oleh petugas UPKP, rutin setiap malamnya oleh petugas UPKP,
Penetasan Telur Semi-Alami Kegiatan penetasan telur semi-alami di Resort Sukamade dilakukan dalam
Tukik-tukik diletakkan sementara di tempat yang berpasir Tukik-tukik diletakkan sementara di tempat yang berpasir
Guide. Barron's Educational Series. catatan jumlah telur yang berhasil menetas
New York.
dan yang tidak berhasil (mati), serta Crite, J. 2012. Chelonia mydas, Green Tur- kebersihan rumah penetasan.
tle. Downloaded on 31 January 2014 Pelepasliaran Tukik
at http://animaldiversity.ummz.umich. Tukik yang dianggap telah siap akan
edu/accounts/Chelonia_mydas/. di- release atau dilepaskan kembali ke alam Das, I. 2012.
A Naturalist’s Guide to the liar. Proses releasing dilakukan pada pagi
Snakes of South-East Asia: Malaysia, hari (06.30 WIB) atau sore hari (15.00 –
Singapore, Thailand, Myanmar, Borneo,
17.00 WIB). Beberapa tukik tampak bergerak Sumatra, Java and Bali. John Beaufory sangat cepat dan bersemangat menuju laut,
Publishing. Oxford.
namun beberapa tampak sangat lambat. Kurniati, H. 2003. Amphibians & Reptiles of Menurut petugas UPKP, tukik yang bergerak
Gunung Halimun National Park, West sangat lambat tersebut merupakan penyu
Java, Indonesia (Frogs, Lizards and yang dapat bertahan dan kembali ke pantai
Snakes). Research Center for Biology- Sukamade untuk bertelur. Pendapat terse-
LIPI. Cibinong.
but didukung dengan argumen bahwa National Geographic. Draco Lizard (Draco penyu yang bergerak dengan lambat akan
volans). 1996. Downloaded on 31 Jan- selalu waspada terhadap kondisi sekitar.
2014 at Sumber Bacaan
uari
animals.nationalgeographic.com/ Bartlett, P. P., B. Griswold, dan R. D. Bart-
animals/reptiles/draco-lizard/. lett. 2001. Reptiles, Amphibians, and
Kadal pohon (Sphenomorphus sanctus Dumeril & Bibron, 1839) yang ditemukan di TNMB terdapat di balik tumpukan serasah. Butuh waktu un- tuk mengambilnya dan mengambil fotonya lebih detail. Ciri khas dari kadal pohon adalah adanya garis ver- tebral berwarna kekuningan yang me- manjang dari kepala bagian depan hingga ujung ekor. Garis vertebral tersebut diapit warna hitam dengan bintik-bintik putih (Kurniati 2003).
Jenis Herpetofauna di TNMB, Banyuwangi Foto : M. Rizky Kurniawan dan R. Prawira Hasan
Herpetofauna yang didapatkan di hu- nomorphus sp., kadal serasah cokelat tan TNMB diantaranya adalah 5 amfibi dan ( Eutropis rudis), kadal rumput (Takydromus
11 reptil. Reptil yang ditemukan antaralain sexlineatus), dan penyu hijau (Chelonia ular pucuk Malaya ( Ahaetulla mycterizans), mydas). Amfibi yang ditemukan antara lain ular pohon coklat ( Boiga irregularis), ular katak-pohon bergaris ( Polypedates leuco- kawat
batu mystax), Microhyla orientalis, kodok-puru ( Cyrtodactylus marmoratus), kadal pohon hutan ( Ingerophrynus biporcatus), kongkang hijau ( Dasia olivacea), cecak terbang (Draco jangkrik ( Hylarana nicobariensis), dan volans), tokek rumah (Gekko gecko), Sphe-
(Typhlopidae),
cecak
kongkang kolam ( Hylarana chalconota).
Tokek (Gekko gecko Linnaeus, 1318) tersebut ditemukan sedang menjaga telur-telurnya yang terdapat di sudut bangunan tua. Ciri khas dari Gekko gecko adalah jari yang membulat karena
Cecak terbang (Draco volans Linnaeus, 1318) yang dilengkapi oleh scansor (itulah sebabnya mereka dapat merambat sedang beristirahat di batang pohon. Tampak dew-
lap mengembang berwarna kuning (pertanda bahwa di dinding atau batang pohon). Ciri lainnya adalah punggung
ia jantan). Ciri khas dari cecak terbang adalah adan- berwarna abu-abu kebiruan hingga kecoklatan yang kasar dengan ya sayap tak sempurna yang berasal dari perluasan
bintil-bintil besar (berwarna merah bata hingga jingga). Suaranya membran kulit di atas tulang rusuk (National Geo-
yang nyaring juga dapat menjadi tanda keberadaannya (Bartlett, graphic 1996).
et al. 2001).
Kadal rumput yang memiliki nama
ilmiah Tachydromus
sexlineatus
(Daudin, 1806) ditemukan di TNMB. Kadal rumput tersebut tampak sedang berjemur di atas dedaunan. Ekor panjang
(melebihi panjang tubuh) dan ditutupi oleh sisik yang
keras, begitu pula punggungnya (dorsal). Terdapat garis terang di kedua sisi tubuh yang dibatasi oleh garis hitam. Ventral
(perut) berwarna
kekuningan
atau kehijauan (Kurniati 2003).
Kodok puru hutan (Ingerophrynus biporcatus Grav- enhorst, 1829) memiliki ciri khas berupa sepasang alur memanjang (supraorbital) di antara matanya. Selain itu, tympanum dapat dilihat dengan jelas di dekat mata. Ko- dok puru hutan tersebut ditemukan di atas tanah ber- pasir TNMB pada jalur tracking (Kurniati 2003).
Hylarana nicobariensis (Stoliczka, 1870) dikenal di Indonesia dengan nama Kongkang jangkrik. Katak tersebut memiliki ciri khas berupa adanya garis lebar yang lebih gelap atau hitam memanjang dari antara
Ahaetulla prasina yang dikenal dengan ular pucuk Malaya sekilas terlihat sama dengan Ahaetulla mycterizans. Perbedaan terletak pada sisik temporal. Ahaetulla prasina memiliki sisik temporal yang menyatu (tidak terbelah 2). Saat ditemukan, ular tersebut sedang berada di pepohonan. Ciri lain dari ular pucuk Malaya adalah sisik tubuh domi- nan hijau, moncong panjang, dan mata besar dengan pupil horizontal (Das 2012).
hijau (Chelonia mydas) yang ditemukan kali ini rupanya
Penyu
hanya mengecek keadaan dan tidak melakukan nesting. Lemak yang terletak di bawah sisiknya berwarna kehi- jauan, sehingga ia dijuluki penyu hijau. Ciri khasnya adalah kepala yang kecil dan berparuh tumpul. Selain itu, juga terdapat sisik prefrontal pada kepala. Ke- banyakan penyu memiliki kebia- saan unik, yaitu bertelur di pan- tai yang sama dimana ia berasal (Crite 2012).
RI TA KEL CERITA EKSPEDISI SURILI KPH HIMAKOVA DI OMPOK TANAH HALMAHERA TAMAN NASIONAL AKATAJAWE LOLOBATA
Penulis : Heru Kurniawan , Foto-foto: SURILI HIMAKOVA 2014 impunan Profesi Mahasiswa Konservasi
H Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan 397/Kpts-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang
dengan ikon Burung Bidadari ( Semioptera wallacii) Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
ini ditunjuk sebagai kawasan taman nasional (HIMAKOVA) berada di bawah naungan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan Institut perubahan fungsi kawasan hutan lindung dan Pertanian Bogor. HIMAKOVA sendiri terdiri dari
merupakan kawasan konservasi di Indonesia yang Kelompok Pemerhati (KP) Mamalia (KPM), KP Burung
mewakili keanekaragaman hayati Bioregion Wallacea (KPB), KP Herpetofauna (KPH), KP Kupu-kupu (KPK),
bagian timur. Taman nasional ini terdiri dari dua blok KP Flora (KPF), KP Gua (KPG), KP Ekowisata (KPE),
yang terpisah, yaitu blok Aketajawe (±77.100Ha ) dan dan Fotografi Konservasi (FOKA).
blok Lolobata (89.525,37 Ha). Tipe Ekosistem yang Kegiatan Surili merupakan kegiatan tahunan-
ada di Taman Nasional Aketajawe Lolobata yaitu yang dilakukan oleh anggota HIMAKOVA untuk
ekosistem hutan dataran rendah (0-700 mdpl), hutan mengeksplorasi potensi sumberdaya alam yang ada di
pegunungan bawah (> 700 mdpl), ekosistem hutan dalam kawasan konservasi Taman Nasional . Pada ta-
bukit kapur, dan ekosistem rawa air tawar. hun 2014 ini, kegiatan SURILI dilakukan di Taman
Pengambilan data dilakukan di tiga tempat Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) Pulau
yaitu Resort Tayawi, Resort Binagara, dan Lintas Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Taman Nasional
Akejira yang ketiga lokasi pengamatan ini berada di
Blok Aketajawe. Tiga lokasi pengamatan ini kedua di Resort Binagara sebanyak 4 orang, dan ke- memiliki topografi yang berbukit-bukit dengan
lompok ketiga di Lintas Akejira sebanyak 2 orang. kondisi hutan yang masih sangat baik. Lokasi
Dalam pengambilan data tim Surili didampingi oleh pengamatan herpetofauna dilakukan di daerah
staf taman nasional, Masyarakat Mitra Perhutani yang memiliki suhu rata-rata berkisar antara 26°C —
(MMP), dan masyarakat lokal (Suku Tobelo) yang 29°C dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi
tinggal di dalam hutan.
Kegiatan Surili dilakukan pada tanggal 02- Kelompok Lintas Akejira melakukan flying
24 Juli 2014 saat bulan puasa sehingga menjadi camp selama 5 hari. Data yang dihasilkan di Lintas tantangan tersendiri dalam pengambilan data.
Akejira ini kurang maksimal karena kurangnya wak- Pemberangkatan di bagi menjadi dua kloter yaitu
tu dan sumberdaya manusia. Selain itu juga sulitnya pada tanggal 02 & 03 Juli 2014. Penerbangan ke
medan dan jarak yang jauh sangat menguras tenaga Ternate dari Jakarta sekitar 6 jam. Di Bandara
tim yang ada di Lintas Akejira. Pengambilan data di Sultan Babullah Ternate, tim Surili sudah disambut
Resort Tayawi dan Binagara dilakukan selama 8 hari oleh staf Taman Nasional dan diantar menuju
pada habitat Terrestrial dan Akuatik. Jarak kedua pelabuhan kapal untuk menuju Pulau Halmahera
resort cukup jauh dan untuk tiba di lokasi dengan waktu yang perjalanan selama 1 jam. Dari
pengamatan membutuhkan waktu yang cukup lama pelabuhan kami diantar dengan mobil menuju
dengan berjalan kaki di tengah hutan dan melintasi kantor Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata
sungai-sungai yang deras dan dalam. yang hanya berjarak 15 menit.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Kelompok Pemerhati Herpetofauna yang
dua resort di Taman Nasional Aketajawe Lolobata terdiri dari 10 orang ( 6 laki-laki dan 4 perempuan)
pada Blok Aketajawe (Resort Tayawi dan Resort Bi- dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok per-
nagara) ditemukan 31 jenis herpetofauna dari 13 tama di Resort Tayawi sebanyak 4 orang kelompok
famili. Komposisi amfibi yang ditemukan antara lain
Kondisi hutan dan sungai di dalam kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolbata
Penduduk lokal dengan hasil bu- ruan berupa Hydrosaurus am- boinensis
terdiri dari famili Microhylidae, Ranidae, Dicroglos- bus, Emoia sorex, Sphenomorphus variegatus, Eutro- sidae, Hylidae, dan Ceratobatrachidae. Komposis
pis multifasciata, Gehyra marginata, Gekko vittatus, jenis reptilia terdiri dari famili Colubridae, Scincidae,
Lamprolepis smaragdina, dan Morelia tracyae. Se- Homalopsidae, Agamidae, Boidae, Geckonidae, Py-
dangkan yang hanya ditemukan di Resort Binagara thonidae, dan Varanidae
yaitu Carlia fusca, Hemidactylus frenatus, Python re- ticulatus, dan Varanus yuwonoi.
Komposisi jenis amfibi di Resort Tayawi dan Re- sort Binagara tidak terlalu jauh berbeda, hanya ada
Masyarakat Suku Tobelo yang mendiami satu jenis amfibi yang berbeda yaitu Cophixalus spp
hutan Taman Nasional Aketajawe Lolobata ini yang hanya ditemukan di Resort Binagara dan satu
memanfaatkan herpetofauna untuk konsumsi. Jenis jenis yaitu Callulops sp yang hanya ditemukan di Re-
yang dimanfaatkan yaitu Hydrosaurus amboinensis sort Tayawi. Untuk komposisi jenis reptil yang
dan Limnonectes grunniens yang mereka tangkap ditemukan cukup berbeda, baik jumlah jenis maupun
dengan menggunakan pisau atau golok khas Suku jumlah individu yang ditemukan. Jenis yang
Tobelo.
ditemukan di Resort Tayawi namun tidak ditemukan
di Resort Binagara ada 8 jenis, yaitu Brachvorrhus al-
Galeri kegiatan SURILI tahun 2014
RI TA KEL OMPOK
SEBUAH PETUALANGAN SEBUAH CERITA DARI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK Penulis :dan foto Sandy Leo & M. Suherman
ELANG (EKSPLORASI LAPANGAN) KSHL COMATA UI 2014
merupakan kawasan konservasi yang T herpetofauna. Tulisan ini hanya
aman
Gunung 2014 bertempat di kawasan Halimun Timur, Halimun Salak (TNGHS), TNGHS. Pengamatan dibagi menjadi 2 Sukabumi,
Nasional
Jawa
Barat. objek pengamatan, yaitu aves dan
memiliki hutan hujan pegunungan terluas di menceritakan pengamatan herpetofauna Pulau Jawa. ELANG (Eksplorasi Lapang) yang dilakukan oleh 2 kelompok pengamat 2014 adalah sebuah kegiatan pelatihan KSHL Comata. yang menemukan 11 jenis bagi anggota KSHL Comata Universitas amfibi dan 6 jenis reptil yang diantaranya Indonesia untuk menambah pengalaman merupakan jenis endemik Jawa. dan kemampuan dalam pengamatan
Pengamatan herpetofauna dilakukan lapangan sekaligus meningkatkan rasa pada tanggal 25 dan 26 Juni 2014 pada keakraban. Kebersamaan anggota KSHL pagi pukul 05:00 – 10:00 WIB dan malam Comata di lapangan. ELANG 2014 pukul 19:00 – 23:00 WIB dengan menyusuri berlangsung pada tanggal 24 – 27 Juni jalur Citalahab – Cikaniki dan menyusuri
badan sungai dari Citalahab menuju ke ada beberapa jenis herpetofauna yang hutan. Metode yang digunakan adalah ditemukan, diantaranya Lycodon subcinctus, visual encountered survey, yaitu metode Gonocephalus kuhlii, dan Leptobrachium yang dilakukan dengan menyusuri jalur hasseltii. Selain itu ditemukan pula amfibi yang ditentukan kemudian mendata semua yang jarang ditemukan dan merupakan jenis jenis amfibi yang reptil yang ditemukan endemik Jawa Barat, yaitu Nyctixalus selama pengamatan.
Pohon Mutiara). Pengamatan hari pertama, tim 1 Keberadaan Nyctixalus margaritifer di
margaritifer
(Katak
(malam) dan tim 2 (pagi) menyusuri jalur TNGHS membuktikan bahwa ekosistem Citalahab – Cikaniki. Jalur ini memiliki hutan TNGHS dan Citalahab khususnya beberapa aliran sungai kecil dan menjadi masih sangat baik. Pengamatan hari kedua, lokasi yang sangat ideal untuk melakukan tim 2 (pagi) menyusuri jalur Citalahab - pengamatan herpetofauna. Pengamatan Cikaniki dan tim 1 (malam) menyusuri jalur dimulai dari sawah yang dekat dengan bumi badan sungai dari Citalahab - hutan. perkemahan Citalahab hingga memasuki
Selama pengamatan, tim 2 tidak hutan menuju Cikaniki. Selama pengamatan menemukan satupun herpetofauna lain hal-
Kiri: kegiatan mencari herpetofauna di sungai; Atas: Salah satu jenis ular yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
nya dengan tim 1 yang menemukan beberapa jenis herpetofauna, diantaranya Tabel 1. Jenis reptil dan amfibi yang Fejervarya cancrivora, Hylarana chalconota,
ditemukan selama kegiatan ELANG Hylarana
leucomystax, Broncochela jubata, dan Amfibi Trimeresurus puniceus.
Reptil
Fejervarya cancrivora Selanjutnya penulis berharap kegiatan Aplopeltura boa
Lycodon subcinctus
Fejervarya limnocharis pengamatan dan monitoring herpetofauna Bronchocela jubata
Microhyla achatina akan lebih sering dilakukan di berbagai
Hylarana chalconota belahan alam Indonesia. Semoga tulisan ini
Gonocephalus kuhlii
Eutropis multifasciata Leptobrachium hasseltii dapat memotivasi rekan-rekan sekalian
Trimeresurus puniceus Limnonectes kuhlii untuk lebih dekat dengan herpetofauna dan
semakin bersemangat untuk melindungi Nyctixalus margaritifer mereka dari kepunahan.
P. leucomystax Salam Lestari! Salam Konservasi! Hylarana nicobariensis
Huia masonii Leptophryne borbonica
Berpetualang Bersama Sang Naga di Taman Nasional Komodo
Ardiantiono; ardiantiono@sci.ui.ac.id
Gambar depan dan atas memperlihatkan seorang petugas yang sedang menarik dua ekor komodo yaitu komodo berumur dewasa dan komodo berumur anakan ( juvenil). Kedua komodo tersebut ditarik ke Hutan Asam dimana komodo-komodo lainnya yang juga ditarik dengan umpan kambing telah berkumpul
untuk datang ke Taman Nasional Komodo K area Hutan Asam yang menjadi lokasi
omodo ( Varanus komodoensis) Loh Liang, komodo-komodo yang berada di saat ini telah menarik lebih dari sekitar area resort ditarik menggunakan 50.000 turis dari seluruh dunia umpan daging kambing untuk menuju ke
setiap tahunnya. Para turis tersebut, favorit para turis untuk melihat komodo. khususnya turis mancanegara, ada yang Gambar berikut diambil di hari “Kapal datang
besar Cruise” pada tanggal 8 Maret 2014 di Loh menggunakan kapal pesiar ( cruise ship) dan Liang, Pulau Komodo, Taman Nasional jumlahnya mencapai ratusan hingga ribuan Komodo.
dalam
kelompok
Petualangan memang orang.
hari menyenangkan bukan?
kedatangan kapal pesiar ini disebut dengan hari “Kapal Cruise”. Pada hari tersebut di
ALERI FOTO
Kedatangan turis dalam jumlah besar yang turun dari kapal pesiar inilah yang membuat para komodo di Loh Liang ini ditarik untuk berkumpul di Hutan Asam
TOKO
Sumber foto: koleksi pribadi D . Bickford
DAVID BICKFORD PRAMUKA, HERPETOLOGIST DAN GURU
Mirza D. Kusrini
D tinggal beliau sejak 2006 - dekat dengan Indonesia, hanya ada 20 orang mahasiswa angkatan saya yang
avid Bickford, herpetologist dan guru Petualangan David di daerah tropika dimulai dari National University of Singapore
di Costa Rica, mengikuti program pertukaran pelajar cukup kenal baik dengan Indonesia.
selama satu semester saat masih mahasiswa S1 di Bukan saja karena Singapura - tempat
Macalester. “Macalester merupakan universitas kecil,
tapi karena sudah lebih dari 10 tahun beliau bekerja belajar berbagai macam bidang. Kita bisa belajar satu sama dengan peneliti Indonesia dan asing untuk
sama lain dengan mudah. Bagian yang terbaik dari melakukan berbagai survey di Indonesia. Salah satu
program ini adalah mengirim kami ke Costa Rica hasil penelitiannya yang cukup fenomenal, bekerja
untuk tinggal dengan keluarga lokal di desa sama dengan Prof. Djoko T. Iskandar dari ITB adalah
berdekatan dengan taman nasional. Di sini kami publikasi di journal Current Biology mengenai
mendapatkan pengalaman hidup di alam dengan Barbaroula kalimantanensis dari Kalimantan. Hasil
subyek beragam mulai dari sosiologi, biologi dan penelitian ini ramai menjadi pemberitaan media
lainnya yang berhubungan dengan konservasi, massa, mengingat inilah pertama kali di dunia
biodiversitas dan jasa lingkungan”, kenangnya. diketahui adanya katak yang mampu hidup tanpa
Satu semester berlalu dan David masih ingin memiliki paru-paru.
belajar lebih banyak. Setelah program semester Sudah cukup lama penulis (MDK) mengenal
selesai, dia kemudian menjadi sukarelawan selama Bicky - nama panggilan David (DB), namun baru pada
musim panas dengan pembimbing yang sedang bulan Juli 2014 ketika bertemu di Cairns, Australia
melakukan pengembangan taman nasional Costa penulis berkesempatan untuk berbincang-bincang
Rica. Dengan tambahan waktu ini David tinggal di cukup lama mengenai pengalaman beliau menjadi
Costa Rica selama delapan bulan dan bekerja di tiga herpetologist. Di sela-sela konferensi Association
taman nasional berbeda. Menurutnya, inilah yang Tropical Biology Conservation (David aktif sejak lama
membuka mata serta mengubah pandangan dia di ATBC dimana tahun 2006 dia mendapatkan
mengenai sains dan aplikasi sains bagi konservasi. Bacardi Young Conservationist Award dari ATBC)
Setelah semester selesai David kemudian David menceritakan pengalamannya sebagai peneliti
mengajukan permohonan beasiswa ke Fullbright dan guru dengan hangat dan penuh humor.
untuk kembali. Tahun berikutnya dia kembali ke Costa Rica. Dalam total 5 tahun, David ada di Costa
Pramuka dan keinginan pergi ke daerah tropika
Rica selama 3 tahun.
Kunjungan ke Costa Rica ini dilakukan di akhir Masa kecil David dihabiskan di Minnesota yang
menurutnya “tempat yang paling baik untuk tumbuh masa studinya di Macalester, antara masa mahasiswa S1 dan S3. David tidak melewati S2 karena S1nya
bagi anak laki-laki tapi sangat dingin di musim dingin”. Di Minnesota, ia belajar memancing, berburu sudah mengambil proyek penelitian (Honors).
Penelitian selama satu tahun di Costa Rica dilakoni dan ke hutan, serta aktif sebagai pramuka. Saat di
untuk melihat keragaman dari Taman Nasional yang sekolah dia kemudian sadar bahwa semua spesies
terdiri dari zone inti yang sangat dijaga, zone buffer, yang menarik kebanyakan di daerah tropis. Jadi
dan bagian luar dimana orang bisa mengambil apa begitu ada kesempatan David menjelajah daerah
saja. “…jadi saya melihat bagaiman populasi burung tropika untuk tahu lebih banyak. Ternyata, semua
yang berbeda dipengaruhi oleh zonasi ini. Saya keahlian yang diperoleh saat ikut pramuka, berkemah
bertemu dengan pemburu, pengambil bambu, dan mendayung di seluruh Minnesota sangat
pembuat arang dari kayu. Semua hal yang bermanfaat saat dia ke daerah tropika.
David Bickford muda (berkacamata , di sebelah tameng) saat aktif sebagai pramuka di Minnesota
Sumber foto: koleksi pribadi D. Bickford
berhubungan dengan kegiatan mereka, seperti apa semua hal tentang vertebrata, mulai dari mamalia, saja yang diambil, waktu pengambilan, spesies yang
burung sampai amfibi dan reptil. Ketika ditanya diburu baik untuk daging, dekorasi ataupun untuk
kapan memutuskan untuk mendalami amfibi dengan hewan peliharaan saya catat. Mereka memburu
humoris dia menjawab: “ ..pengalaman menyadarkan beberapa jenis burung paruh bengkok (parrot) buat
saya bahwa mengamati mamalia dan burung itu sulit. hewan peliharaan. Saya melihat lebih kepada aspek
Saat muda, dan meneliti tanpa bantuan orang lain, sosial dari masyarakat yang hidup di sekitar hutan”
sulit untuk membawa semua perangkap ke lapang kenangnya. Menurutnya saat itu ia benar-benar
dan bawa semuanya seorang diri. It wasn’t work that belajar membedakan ilmu sains dari kelas (akademik)
well. Saya hanya bisa pasang satu jaring kabut saja yang sangat steril dan konservasi dalam arti
dan alatnya berat. Mamalia itu kotor, bau dan mereka sebenarnya.
maunya menggigit”, katanya sambil tertawa. “Nah, pengalaman ini membantu saya
Mendalami amfibi memutuskan penelitian apa yang bisa saya lakukan dan saya dapat jawaban yang dari pertanyaan yang
David memulai penelitiannya bukan dengan saya ajukan. Jadi saya kemudian fokus ke amfibi dan
amfibi. Selama di Costa Rica David mempelajari amfibi. Selama di Costa Rica David mempelajari
Menurutnya lebih lanjut, “ sangat jelas bagi saya saat sekali. Anda bisa dapat data banyak. Kegiatan ini juga
itu jika saya ingin membuat perbedaan maka amfibi mengenalkan saya bagaimana mengidentifikasi jenis
merupakan model yang baik untuk dipelajari”. di alam. Taksonomi salamander banyak yang rumit,
Menurut David, banyak alasan berbeda jadi perlu tahu ini jenis apa dan saat itu masih banyak
kenapa akhirnya dia menjadi herpetologist dan jenis baru.”
semua alasan ini bekerja sama menggiring dirinya Ketidakmampuannya mengenali beberapa
sehingga menjadi seperti sekarang. Salah satu jenis salamander mengantarkan pertemuannya
keunggulan herpetofauna menurutnya adalah jumlah dengan Jay M. Savage yang kemudian mengirimkan
spesies yang beragam dan jumlah individu dari buku identifikasi salamander untuk David. Kontak
beragam herpetofauna yang bisa diperoleh. Jadi dengan Savage menurut David, “…benar-benar
apapun pertanyaan ekologis yang diajukan, anda bisa membuat perbedaan besar”. Savage dengan rajin
mendapatkan jawabannya dengan mempelajari berkomunikasi bahkan David bisa menyarankan
herpetofauna. Peneliti bisa menangkap ratusan perbaikan buku identifikasi tersebut agar mudah
katak, ratusan kadal, walaupun mungkin tidak bisa digunakan oleh pemula seperti dirinya. “Yaa..saya
menangkap ular dalam jumlah banyak karena sulit. banyak belajar dari dia dan dia membantu saya dan
David mengatakan bahwa dengan menggunakan akhirnya jadi pembimbing saya. Ini adalah awal mula
herpetofauna dia bisa bertanya lebih banyak saya di bidang herpetologi”, imbuhnya.
daripada menggunakan burung atau mamalia. Sebenarnya minatnya mendalami amfibi juga
Penelitian di Papua New Guinea
didasari kenyataan bahwa saat itu sudah banyak Pengalaman di Costa Rica membuat David orang yang bekerja dengan burung selain mamalia
yakin bisa bertahan hidup di negara tropis lainnya. yang tidak disukai David karena “so many dirts in
Perkenalannya dengan beberapa orang yang their feet and diseases”. Selain itu saat melakukan
melakukan penelitian di Papua New Guinea (PNG) penelitian terdapat konflik antara penelitian dengan
membuat David ingin melakukan penelitian di sana. orang-orang yang diwancarainya. Pencarian burung
“….Basically I was thinking (a place where) nobody atau primata sulit dilakukan karena hewan-hewan ini
would ever go or very few people go, that was Papua juga diburu. Jadi , “…ada konflik antar apa yang saya
New Guinea ” kenangnya kenapa dia memilih PNG. buat dengan orang yang saya wawancarai, untuk
Penelitian S3 yang digagasnya adalah melihat mendapatkan informasi dan lainnya…” kenangnya.
distribusi microhylid dari Australia sampai ke Tahun 1991 David lulus dari Macalester.
kepulauan di Asia. Untuk itu dia perlu mendapat ijin Selanjutnya dia menjadi kandidat doktor di University
dari Australia, PNG, Indonesia dan Filipina. of Miami di bawah bimbingan Jay M. Savage.
Sayangnya dia tidak dapat ijin untuk bekerja di Menurut dia saat itu waktu yang sangat
Indonesia, “ …saya tidak masuk daftar hitam lho. Saat tepat,” ..everything happens at the right time”. Di lab
saya mengajukan ijin penelitian di Irian Jaya ada tempat ia berada saat itu ada Karen Lips. “Saya
mahassiwa dari Cambridge diculik dan ada yang sempat jadi asisten lapang Karena sebentar dan dia
meninggal. Kalau tidak salah antara tahun 1993- menemukan kematian akibat jamur chytrid”. Semua
1994 (Kasus Mapenduma, sebenarnya akhir tahun peristiwa besar ini dimana banyak pertanyaan-
1995 —red) jadi saya ya nyangkut di PNG”, katanya pertanyaan penting dalam konservasi dan kerja keras
mengingat.
sains untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
Saat itu, menurutnya lagi, “ ….waktu terburuk
Limnonectes”, kenangnya.
dalam hidup saya”. Namun kalau dilihat kembali, “It Tahun 2003-2004, David ke Sulawesi bekerja was fantastic opportunity ”. Hal ini memaksa David
sebagai asisten Jim dan Ben menangkap kodok. Saat untuk berpikir ulang mengenai penelitiannya karena
itu dia berkenalan dengan beberapa peneliti gagal menjalankan proposal awal. Beruntung,
herpetologi Indonesia dan murid-murid Prof. Djoko menurutnya, David melihat pengasuhan anak pada
Iskandar, “,…… saya kenal dengan Iqbal, lalu Umileila. microhylid. “That was my eureka moment when I saw
Generasi pertama dari lab (Prof) Djoko yang bekerja it ”, kenangnya. Akhirnya David memang mendalami
dengan ekstensif dengan peneliti asing. That was pengasuhan anak sebagai thesis S3nya.
great, that was really fun. Kami dapat sekitar 2000 Cukup lama David menyelesaikan S3nya.
spesimen. Kemudian saya ke LIPI untuk menyortir Keterbatasan dana membuat dia harus bekerja untuk
spesimen dan kenalan dengan Mumpuni, Hellen dan penelitian dan juga sekolah. Iapun bekerja paruh
orang- orang yang bekerja di LIPI. “. Menurutnya lagi waktu antara lain menjadi asisten pengajar (David
saat itu sangat menyenangkan karena tanggungjawab mendapat Outstanding Teaching Assistant Award dari
dia hanya belajar, membantu sebanyak mungkin dan University of Miami, tahun 1999-2000) dan berbagai
having fun , “… so I have a great time, and let Jim’s proyek penelitian di Australia. Hal ini membuat dia
worry about the detail ” kenangnya tergelak. melakukan perjalanan hampir ke seluruh bagian
David bekerja di University of Texas sampai Papua, bukan saja New Guinea namun juga bagian
tahun 2005. Tahun 2006 ia mendapat post doc Indonesia misalkan ke Manokwari dan Jayapura
sebagai Research Fellow di National University of melakukan lokakarya antara lain di Universitas
Singapore (NUS). Saat itu dia berada di bawah Navjot Cendrawasih. Itulah awal mula David berkenalan
Sodhi dan diminta oleh Sodhi untuk melakukan dengan peneliti Indonesia antara lain dengan Prof.
penelitian di Asia Tenggara seperti di Thailand, Djoko Iskandar yang kemudian menjadi mitra
Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Ia mencoba untuk peneliti.
melakukan kolaborasi dengan peneliti dari Asia Tenggara yang menurutnya, ‘…ada yang sukses dan
Post doc, NUS dan penelian di Indonesia
ada juga yang tidak berhasil”.
Lulus dari University of Miami tahun 2001, Tahun 2007, David kembali ke Indonesia David mendapat post doctoral fellow di Universitas
untuk ikut Ekspedisi Aquatic Diversity of Sundaland yang sama tahun 2002 – 2003. Setelah itu dia
kerjasama antara NUS dan Sekolah Ilmu dan mendapat post doc di University of Texas. David
Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (Prof. kemudian berinteraksi dengan peneliti-peneliti di
Djoko T. Iskandar). Ekspedisi besar ini juga bidang herpetofauna yang bekerja di Asia Tenggara.
mengikutsertakan peneliti dari Universitas Bengkulu “Saat saya di sana ada Rafe Brown. Jimmy McGuire
(antara lain Aceng Ruyani), Universitas Andalas juga di sana dengan Ben Evans. Jadi semua orang itu
(David Gusman), Universitas Medan Area (Mistar lah. Sekarang kamu tahu kan…semuanya terjadi.
Kamsi), peneliti dari LSM (Darmawan Listian dari Keberadaan kami di sana, sebagai post doc, ini
Titian) serta mahasiswa-mahasiswa dari ITB (antara membantu untuk membangun semuanya …
lain Angga dan Umileila) dan Universitas Tanjung kolaborasi. Saya bisa melakukan ini, kamu bisa
pura (antara lain Mediyansyah).
melakukan itu, dan selanjutnya. Saya bahkan ikut Penelitian hampir 2 bulan ini dimulai dari dengan Jim, Rafe dan Ben ke Sulawesi. Kerja dengan
Bengkulu (Air Putih, Bukit Kaba dan Batu Layang ) (Prof)
Djoko (Iskandar) untuk
penelitian
kemudian menyeberang ke Kalimantan ke Taman
Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (240-380 m dpl). Department of Biological Science di NUS. Ia Salah satu hasil dari penelitian ini adalah penemuan
mengajar beberapa mata kuliah berbeda yaitu Global kembali Barbourula kalimantanensis dan tulisan
Change Biology dan Biodiversity and Conservation mengenai tidak adanya paru-paru pada hewan ini.
Biology untuk S1 serta Topics in Science Ketika ditanya kenangannya atas penemuan
Communication untuk S2 dan Critical Thinking untuk Barbourula kalimantanensis ia berkata, “…oww.. that
mahasiswa S2 biologi. Mata kuliah untuk S1 yang was good. Hewan itu sangat sulit dicari. Kita
diberikannya merupakan program khusus yang hanya sepertinya di sana sekitar 2 minggu, saya pikir sekitar
diberikan kepada mahasiswa yang masuk dalam 5% 11-12 hari. Team yang besar, mahasiswa dari
tertinggi. Jadi benar-benar mahasiwa yang sangat Indonesia disana. Saya ketemu Medi, sangat pintar
pandai dan elite karena kuliah diberikan oleh bekerja di lapang. Kita coba untuk mencari hewan ini.
berbagai profesor dari berbagai latar belakang. Semua cara dilakukan, pagi, siang dan malam kita
Tujuan dari kuliah ini menunjukkan bahwa konservasi menyusuri sungai besar, sungai kecil, di tengah,di
keankaragaman hayati tidak saja mengenai biologi pinggir…pokoknya semua cara. Cukup lama juga
tapi juga political science, ekonomi dan social. untuk dapat” David bercerita dan terlihat
“Murid-murid ini dari berbagai latar belakang dan sangat nostalgic. “Kita bisa melihat mereka lho. Mereka sangat pintar berenang, kamu bisa
lihat mereka tapi kemudia mereka zoom …. “ kata David sambil menggerakkan tangannya, “ ….dan kamu harus mengejarnya.
“Mereka berseliweran di batu-batu besar dan airnya dingin dan deras. Kami menemukan hewan ini dibagian jeram yang dangkal dan relatif tidak deras. Untuk dapat ini ya jalan saja sepanjang sungai, tapi kemudian kamu harus masuk ke air. Saya coba pakai snorkel selama sekitar 45 menit, ya ampun bibir saya sampai biru. Sungainya ya sedingin itu” kenangnya lagi.
David menjalani post doc di NUS sampai tahun 2007. Pekerjaan tersebut harusnya 3 tahun tapi dipotong menjadi 2 tahun dan NUS kemudian menarik David menjadi assistant professor mulai 1 Januari 2008. DI NUS David mengajar mahasiswa S1 dan juga pasca sarjana.
Mengenai mengajar David kini menjadi ketua dari lab
Evolutionary Ecology and Conservation di
Sumber foto: koleksi pribadi D. Bickford Sumber foto: koleksi pribadi D. Bickford
tanda centang apa saja yang sudah dilakukan, “ Nah… beruntung mengajar mereka karena membuat dia
mereka harus berpikir. Memang sih sifat alami berkembang sebagai guru.
manusia itu malas tapi mereka harus berhenti, dan Untuk pasca sarjana David mengajar tentang
berpikir. Berpikir itu susah, menghabiskan kalori Komunikasi dalam sains yang menurutnya lebih
terbanyak” jelasnya sambil tertawa. banyak mengenai komunikasi bukan sains. Di dalam
Mahasiswa David tersebar dari beberapa negara. mata kuliah ini dibahas bagaimana cara terbaik agar
Menurutnya, “saya tidak mau datang ke Singapura ide-de kompleks dari sains, misalkan perubahan
hanya mengajar orang Singapura saja. Singapura iklim, nano science, genomic, dll bisa disampaikan
merupakan pusat sempurna dari wilayah (Asia kepada berbagai pemangku kepentingan. Bagaimana
Tenggara) ini, jadi ada mahasiswa dari Indonesia, berkomunikasi dengan audiens berbeda, dan ara-
Malaysia, Thailand dan Filipina”. Saat ini dia sudah cara berbeda untuk menyampaikan. Sementara
punya mahasiwa dari Malaysia, Filipina dan Indonesia dalam Critical thinking dia mengajak mahasiswa
tapi belum punya PhD student dari wilayah ini. “Tidak untuk melihat bagaimana orang berbicara mengenai
apa- apa”, kata David, “sepanjang mereka kenal satu penemuan-penemuan besar dalam sejarah, misalkan
sama lain, berkolaborasi dan nanti mereka akan tahu masalah Darwin, seleksi alam, evolusi serangga social,
bahwa mereka satu tim”.
pengasuhan anak, dan lainya. Mahasiswa diajak untuk Menurut David, sebenarnya salah satu tujuan berpikir kritis mengenai berbagai masalah dan
utama dia mengambil pekerjaan sebagai professor di memilik kemampuan untuk memecahkan masalah
Singapore sebenarnya untuk membangun jaringan dari berbagai sisi.
mahasiswa dari wilayah Asia Tenggara, membantu David terlihat sangat antusias menceritakan
mereka datang ke Singapura dan membuat mereka pengalamannya sebagai dosen. Menurutnya, dia
belajar semua keahlian yang diperlukan agar mereka senang menjadi guru. Dia merasa nyaman
menjadi conservation scientist. Namun yang paling membimbing dan menolong mahasiswa dengan
penting, menurut David adalah membuat mereka berbagai topik organisme, tidak hanya katak saja,
bekerja sama, kenal satu sama lain, saling percaya sepanjang tujuan akhirnya adalah konservasi atau
dan memiliki hubungan baik satu sama lain sehingga ekologi evolusi. Misalnya bagaimana hewan
ketika mereka kembali ke negara asal mereka tetap melakukan
berkomunikasi, tidak tertutup dan hanya sebagai bagaimana nenek moyang mereka, dan sebagainya.
sesuatu, kenapa
melakukannya,
peneliti Malaysia, Singpura, Filipina atau Thailand. “Saya ingin mahasiswa saya untuk terus
“Semua bekerja di bidang yang sama, saling berpikir, itu pekerjaan mereka. Jadi jangan mereka
berbagi data, melakukan metode yang sama, melakukan suatu resep untuk dapat ijazah”, jelas
eksperimen sehingga mereka bisa membandingkan. David. Menurutnya mahasiswa perlu berpikir tentang
Ini yang benar-benar ini saya lakukan. Ternyata susah apa yang mereka lakukan, kenapa melakukan sesuatu
untuk dapat mahasiswa karena ujian masuk sulit. Saya dan apa yang dilakukan organisme yang diteliit,
tidak berpikir halangan logistic untuk membawa kenapa mereka melakukannya dan bagaimana.
mereka ke universitas, tapi tetap saja ini keinginan “Semuanya memang banyak dan rumit tapi mereka
saya”.
juga harus realistis dan merangkul semua kerumitan tersebut dan paham”. Lebih lanjut David bercerita
Perkembangan herpetologi di Asia Tenggara bahwa kebanyakan mahasiswa di Singapura inginnya
Menurut David tidak ada alasan bahwa Menurut David tidak ada alasan bahwa
anda tidak kenal spesies. Saya rasa anda tidak dapat Selatan yang sama-sama merupakan negara
menjadi behavioral ecologist jika anda tidak tahu berkembang. Berdasarkan pengalamannya mengajar
tentang ekologi. Selanjutnya saya rasa anda juga di NUS mahasiswa yang ada sangat bagus dan sangat
tidak bisa jadi conservation biologist yang baik tanpa pint, hanya saja terkendala dalam penulisan sains.
tahu semua itu. Jadi kita memang masih di awal dan Menurutnya
kita harus bangun itu. Tentunya sulit, tidak bisa cepat. mahasiswa dalam Sains adalah tidak bisa menulis
ketidakmampuan
menulis
Ini sama seperti mahasiswa. Ketika mereka baru mulai dalam Bahasa Inggris yang sempurna. Baginya,
mereka belajar apa itu spesies lalu apa yang mereka kemampuan baik dalam Bahasa Inggris sangat
lakukan dan bagaimana melakukannya. Pertanyaan penting bagi orang yang mau menjadi peneliti.
apa dan bagaimana itu susah kalau mereka tidak Menurutnya lagi, ini halangan terbesar bagi
kenal spesiesnya. Jadi, kita masih di tingkat ini dan mahasiswa dan peneliti dari Indonesia dan Thailand.
mahasiswa perlu belajar teknik untuk menjawab Namun bukan halangan besar bagi peneliti dari
pertanyaan di masa depan.” Jelasnya panjang lebar. Singapura, Malaysia dan Filipina.
David menyarankan agar peneliti dan Lebih lanjut David menyatakan bahwa terlalu
mahasiswa memiliki kemampuan mencatat apa yang sedikit herpetologist di Asia tenggara. Selain itu
dilihat ( natural history note book skills) dan menjaga penelitian di Asia Tenggara masih dalam tahap
buku ini sehingga 20 tahun ke depan. Dari catatan ini pengenal spesies. “Hampir semua orang (di Asia
bisa diperoleh data seperti perilaku tertentu terlihat Tenggara) merupakan taksonomis atau orang yang
pada hari apa, pada suhu berapa, dan lainnya. bekerja di sistematika. Kita harus lebih jauh lagi.
“Catatan itu perlu karena manusia biasanya lupa. Harus ada ekologis, behavior ecologist dan
Oleh karena itu tulis dengan detil”, jelasnya menutup konservasionis. Semuanya itu saling terkait. Saya rasa
pembicaraan.
David Bicford (no 2 dari kanan) bersama herpetologist dari berbagai dunia di acara Kon- gres IUCN di Jeju tahun 2013. Sumber foto: koleksi pribadi S. Biju
RILAKU S
Sarapan Vegetarian Sang ATWA Biawak, Lazimkah?
1 Ardiantiono 2 & Linda T Uyeda
1 Departemen Biologi, Universitas Indonesia; ardiantiono@sci.ui.ac.id
2 School of Environmental and Forest Sciences, University of Washington; ltu@u.washington.edu iawak
B hidup mulai dari serangga, moluska, hingga September 2014, pada pukul 08.30 WIB
salvator) penangkaran dan pondok nelayan yang merupakan
( Varanus
yang memiliki izin operasi di pulau tersebut. memakan berbagai jenis makhluk Pengamatan dilakukan pada hari Selasa, 16
karnivora
mamalia (Gaulke 1991: 144-149; Bennett selama kurang lebih 10 menit. Seekor 1995: 120-121). Gaulke (1991: 148-149) biawak anakan ( juvenile) berukuran sekitar mencatat biawak sebagai pemakan bangkai 1,5 meter teramati sedang memakan sayur ( scavenger) dan Traeholt (1994: 337) serta kacang panjang sisa makan malam yang Bennett (1995: 120) melaporkan bahwa dibuang di halaman belakang dapur. Saat spesies ini juga sering ditemukan memakan didekati, biawak tersebut sempat menjauh sisa-sisa makanan manusia. Walaupun dan berhenti tidak jauh dari kami., namun jarang terjadi, terdapat laporan peristiwa ketika kami berdiri diam dan menunggu, biawak memakan jenis diet yang tidak biawak tersebut kembali dan melanjutkan lazim seperti nasi dan sandwich (Traeholt aktivitas memakan kacang panjangnya. 1994: 337). Peristiwa serupa tersebut telah
Aktivitas memakan kacang panjang kami temukan dan akan kami sampaikan di oleh biawak tersebut memakan waktu 49 dalam artikel ini.
detik dan tercatat biawak memakan Kami mengamati perilaku makan sebanyak tujuh potong kacang panjang.
yang tidak lazim dari individu biawak di Beberapa potongan video tersebut dapat dekat basecamp Pulau Tinjil yang dilihat pada gambar 1-3. Biawak teramati merupakan sebuah pulau kecil di bagian menjulurkan lidah ( tongue flicking) sebelum selatan Provinsi Banten. Pulau tersebut mengambil potongan kacang panjang dan digunakan sebagai tempat penangkaran memakannya. Menariknya, sang biawak monyet ekor panjang dan memiliki habitat tampaknya menganggap kacang panjang hutan tropis yang masih alami. Pemukiman tersebut sebagai makanan yang dapat di Pulau Tinjil hanya berupa basecamp staf dikonsumsi karena proses menjulurkan
Gambar 1,2,3. Biawak anakan sedang memakan potongan kacang panjang. Gambar 4. Sisa sayur kacang panjang yang dimakan oleh biawak
lidah yang biasa digunakan sebagai berulang sesaat sebelum menelan potongan identifikasi makanan dilakukan secara cepat kacang panjang. Traeholt (1993: 232) dan (1-2
teramati Bennett (1995: 37) melaporkan bahwa menggelengkan kepalanya secara cepat dan perilaku menggelengkan kepala tersebut
detik).
Biawak
juga juga
ini panjang ini telah menjadi sarapan dikarenakan biawak menganggap potongan vegetarian yang lezat untuk sang biawak. kacang panjang sebagai mangsa hidup atau sekadar untuk membersihkan pasir yang
menggelengkan
kepala
Ucapan Terima Kasih
menempel pada kacang panjang. Perjalanan ke Pulau Tinjil ini dapat Pertanyaan yang menarik adalah dilaksanakan berkat bantuan dari berbagai
kenapa sang biawak tertarik untuk pihak. Kami mengucapkan terima kasih
memakan kacang panjang, yang jelas kepada Pusat Studi Satwa Primata IPB
bukanlah diet lazim untuk seekor biawak? (PSSP-IPB), University of Washington Center