KEANEKARAGAMAN HAYATI GENETIK TANAMAN PA

KEANEKARAGAMAN HAYATI GENETIK TANAMAN
PANGAN KOMODITI JAGUNG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
Agel Yuda Sacer

11382102494

Ari Saputra

11382104684

Aryani

11382202145

Deri Gustanto

11382102804


Mentari Andika Putri

11382204078

M. holis seprizal

11382104240

M. khoirul amri

11382104322

Musthafa Mahmuddin

11382104908

Nanda Adi Utama

11382100074


Novan Wahyudi

11382100437

Nurmalinda Pratiwi

11382203329

Safrizal

11382102532

Sanny Lestari Lubis

11382205258

Siti Purminah

11382201898


Widya Ayuni

11382206080

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2014

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “KEANEKARAGAMAN HAYATI GENETIK TANAMAN PANGAN
KOMODITI JAGUNG” dengan baik. Sholawat serta salam mari kita haturkan
kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan
syafaatnya di akhirat kelak. Amin

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami beberapa hambatan.
Namun, semua itu dapat diatasi atas bantuan dari semua pihak. Untuk itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah mengapresiasi makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diharapkan guna perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah
berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pemerhati pendidikan pada umumnya. Serta merupakan wujud sebuah pengabdian
kami kepada Allah SWT.

Pekanbaru,
Oktober 2014

Penulis

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Jagung merupakan tanaman semusim (annual), dengan satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap
pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi,
meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m,
ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur
dari

permukaan

tanah

hingga

ruas

teratas

sebelum


bunga

jantan..Taksonomi tanaman jagung adalah sebagai berikut: Kingdom:
Plantae (tumbuh-tumbuhan), Divisio: Spermatophyta (tumbuhan berbiji),
Sub Divisio: Angiospermae (berbiji tertutup), Classis : Monocotyledone
(berkeping

satu),

Ordo:

Graminae

(rumput-rumputan),Familia:

Graminaceae, Genus : Zea, Species : Zea mays L. Dalam budidaya jagung
terdapat beberapa faktor umum yang harus diperhatikan. Faktor umum
yang harus diperhatiakan antara lain seperti faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal menyangkut sifat genetis yang terkandung pada
tanaman yang akan dibudidayakan. Faktor genetis pada tanaman yaitu

keunggulan-keunggulan tertentu yang dimiliki oleh tanaman itu sendiri,
seperti genetis yang mendukung jumlah produksi tanaman, mendukung
tanaman agar toleran terhadap faktor biotik dan abiotik yang kurang
menguntungkan.

Sedangkan

faktor

eksternal

mencakup

keadaan

lingkungan di sekitar tempat tanaman tumbuh, baik itu lingkungan biotik
dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik meliputi makhluk hidup yang
ada disekitar jagung yang berperan positif ataupun berperan negatif
sebagai hama bagi jagung, sedangkan lingkungan abiotik, meliputi iklim,
tanah, tinggi tempat, intensitas cahaya, curah hujan dan lain sebagainya.

Jagung dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang beriklim panas,
dengan curah hujan 100-200mm/bulan. Tanah yang cocok untuk tanaman
jagung adalah tanah yang gembur dengan pH optimal mendekati netral,

3

tidak bisa tumbuh secara optimal dalam kondisi asam. Ketinggian yang
paling tepat untuk budidaya.
B. Rumusan masalah
Apa saja varietas-varietas jagung?
Bagaimana penjelasannya ?
C. Tujuan masalah
Agar mengetahui berbagai macam varietas dan mngetahui cirri-ciri jagung.

BAB II

4

PEMBAHSAN
A. SEJARAH SINGKAT

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
dari keluarga rumput-rumputan.Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika.Sekitar abad ke-16
orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.Orang Belanda
menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
B. JENIS TANAMAN
Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio

: Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis


: Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo

: Graminae (rumput-rumputan)

Familia

: Graminaceae

Genus

: Zea

Species

: Zea mays L.

Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.

a)

Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:


Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah



Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP



1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar,
Kuning, Bima dan Harapan.

5

b)

Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan:








Dent Corn
Flint Corn
Sweet Corn
Pop Corn
Flour Corn
Pod Corn
Waxy Corn

Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan
serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung bersari
bebas.
Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu, Arjuna,
Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C
1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula,
Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.
1. ANOMAN-1

Tanggal dilepas

: 2 Oktober 2006

Asal

: Maros Sintetik-2 dibentuk dari populasi introduksi asal

CIMMYT : “Tuxpeno Sequia C6” (1996).

6

Populasi dasar (S1) dievaluasi dalam lingkungan tercekam kekeringan selama satu
siklus. Sejumlah
20 famili S1 terpilih direkombinasi untuk membentuk Maros Sintetik-2
Umur berbunga jantan

: ± 55 hari

Umur berbunga betina

: ± 56 hari

Masak fisiologis

: ± 103 hari

Batang

: kuat dan tegap

Tinggi tanaman

: ± 161 cm

Daun

: panjang dan lebar

Warna daun

: hijau

Warna malai

: kemerahan

Warna rambut

: kemerahan

Keragaman tanaman

: agak seragam

Kerebahan

: tahan rebah

Bentuk tongkol

: panjang dan silindris

Kedudukan tongkol

: ± 71 cm

Kelobot

: tertutup rapat (95%)

Tipe biji

: dent sampai semi dent (gigi kuda-semi gigi kuda)

Warna biji

: putih

Jumlah baris/tongkol

: 14-18 baris

Bobot 1000 biji

: ± 320 g

Rata-rata hasil

: 4,6 t/ha

7

Potensi hasil

: 6,6 t/ha

Ketahanan penyakit

: agak tahan terhadap bulai dan tergolong moderat

terhadap hawar daun serta bercak daun kelabu
Ketahanan abiotis

: toleran kekeringan (IK > 1,0; kandungan klorofil

daun 30,91 – 36,94%)
Daerah adaptasi

: lingkungan kering bercurah hujan pendek (800-

1.200mm/th) dan dataran rendah sampai dataran tinggi (1.100 m dpl)
Pemulia

: M. Yasin HG, R. Neny Iriany, Made J. Mejaya,

Firdaus Kasim, Muh. Azrai, A. Takdir, Nuning AS., Roy Effendi, Wasmo
Wakman, Hj. Suarni, dan Marsum M. Dahlan

2. KRESNA

Tanggal dilepas

: 25 Februari 2000

Asal

: (Cetet/Arjuna)/ Arjuna. Persilangan jagung local

Jawa Timur, disilangkan dengan varietas Arjuna, yang hasilnya disebut Cetar.
Selanjutnya Cetar disilangkan kembali dengan Arjuna
Umur 50% keluar rambut

: ± 50 hari

Masak fisiologis

: ± 90 hari

Batang

: tegap
8

Warna batang

: hijau

Tinggi tanaman

: ± 185 cm (160-200 cm)

Daun

: panjang

Warna daun

: hijau tua

Keragaman tanaman

: agak seragam

Perakaran

: baik

Kerebahan

: tahan rebah (0-35%)

Malai

: semi kompak (55%)

Warna anther

: coklat muda (75%)

Warna rambut

: coklat keunguan (75%)

Bentuk tongkol

: panjang dan silindris

Tinggi tongkol

: ± 95 cm (80-110 cm)

Kelobot

: tertutup baik (85%)

Tipe biji

: mutiara (flint)

Warna biji

: kuning

Baris biji

: lurus

Jumlah baris/tongkol

: 12-14 baris

Bobot 1000 biji

: ± 270 g

Rata-rata hasil

: 5,2 t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 7 t/ha pipilan kering

Ketahanan penyakit

: cukup tahan terhadap penyakit bulai (P. maydis)

Daerah sebaran

: dataran rendah sampai 600 m dpl

9

Pemulia

: Mustari Basir, Marsum Dahlan, Made J. Mejaya,

Arbi Mappe, dan Firdaus Kasim

3. SRIKANDI PUTIH-1

Tanggal dilepas

: 4 Juni 2004

Asal

: Materi introduksi asal CIMMYT Mexikco,

dibentuk dari saling silang 8 inbrida yang memiliki daya gabung umum bagus
dalam sifat hasil (yield). Inbrida tersebut berasal darai beberapa populasi QPM
putih dengan adaptasi lingkungan tropis
Umur berbunga jantan

: ± 55-58 hari

Umur berbunga betina

: ± 58-60 hari

Masak fisiologis

: ± 105-110 hari

Batang

: tegap

Warna batang

: hijau

Tinggi tanaman

: ± 195 cm

Daun

: panjang dan lebar

Warna daun

: hijau

10

Warna malai

: kemerahan

Warna rambut

: kemerahan

Keragaman tanaman

: seragam (96-98%)

Bentuk tongkol

: sedang dan silindris

Tinggi tongkol

: ± 95 cm

Kelobot

: tertutup rapat (95-97%)

Tipe biji

: semi mutiara dan gigi kuda

Warna biji

: putih

Baris biji

: lurus dan rapat

Jumlah baris/tongkol

: 12-14 baris

Bobot 1000 biji

: ± 325 g

Endosperm

: Protein : 10,44%; Lisin : 0,410%; Triptofan :

0,087%
Rata-rata hasil

: 5,89 t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 8,09 t/ha pipilan kering

Ketahanan penyakit

: tahan hawar daun H. maydis dan karat daun

Puccinia sp
Ketahanan hama

: tahan hama penggerek batang O. furnacalis

Keterangan

: dianjurkan ditanam di dataran rendah diutamakan

pada musim penghujan
Pemulia

: Firdaus Kasim, M. Yasin HG, M. Azrai, MB.

Pabendon, A. Tkdir, Roy Effendi, Nuning AS, Neni Iriany, J. Wargiono, Made J.
Mejaya, dan Marsum Dahlan

11

Pengusul

: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan

4. SUKMARAGA

Tanggal dilepas

: 14 Februari 2003

Asal

: Bahan introduksi AMATL (Asian Mildew Acid

Tolerance Late), asal CIMMYT Thailand dengan introgressi bhan local yang
diperbaiki sifat ketahanan terhadap penyakit bulai. Populasi awalnya diseleksi
pada tanah kering masam Sitiung Sumbar, dan tanah sulfat masam di Barambai
(Kalsel). Hasil kombinasi diuji pada berbagai lingkungan asam normal
Umur 50% keluar rambut

: ± 58 hari

Masak fisiologis

: ± 105-110 hari

Batang

: tegap

Warna batang

: hijau

12

Tinggi tanaman

: ± 195 cm (180-220 cm)

Daun

: panjang dan lebar

Keragaman tanaman

: agak seragam

Perakaran

: dalam, kuat dan baik

Kerebahan

: agak tahan

Malai

: semi kompak

Warna rambut

: coklat keunguan

Bentuk tongkol

: panjang dan silindris

Tinggi tongkol

: ± 195 cm (90-100 cm)

Kelobot

: tertutup baik (85%)

Tipe biji

: semi mutiara (semi flint)

Warna biji

: kuning tua

Baris biji

: lurus dan rapat

Jumlah baris/tongkol

: 12-16 baris

Bobot 1000 biji

: ± 270 g

Rata-rata hasil

: 6,0 t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 8,5 t/ha pipilan kering

Ketahanan penyakit

: cukup tahan terhadap penyakit bulai (P. maydis),

penyakit bercak daun (H. maydis), dan penyakit karat daun (Puccinia sp.)
Daerah sebaran

: dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptif tanah

masam
Pemuli

: Firdaus Kasim, M. Yasin HG, M. Basir, wasmo

Wakman, Syafruddin, A. Muliadi, Nurtirtayani, dan Andri

13

5. BIMA-2 Bantimurung

Tanggal dilepas

: 7 Februari 2007

Asal

: B11-209?Mr14. B11-209 dikembangkan dari galur

introduksi TAMNET. Mr-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3
Golongan

: Hibrida silang tunggal (Single cross)

Umur

: Berumur dalam

50% keluar rambut

: ± 56 hari setelah tanam

50% malai pecah

: ± 57 hari setelah tanam

Masak fisiologis

: ± 100 hari setelah tanam

14

Tinggi tanaman

: ± 200 cm

Batang

: Besar dan tegap

Warna batang

: hijau

Jumlah daun

: 12-14 helai

Keragaman tanaman

: Cukup Seragam

Perakaran

: sangat baik

Kerebahan

: Tahan rebah

Bentuk malai

: terbuka

Warna malai (anthera)

: Krem

Warna sekam (glume)

: Krem kehijauan

Warna rambut

: Merah

Bentuk tongkol

: Besar, silindris dan panjang, ± 21 cm

Penutupan tongkol

: Menutup kelobot dengan baik (± 98%)

Kedudukan tongkol

: ± 100 cm

Tipe biji

: Semi Mutiara (semi flint)

Baris biji

: Lurus

Warna biji

: Kuning

Jumlah baris/tongkol

: 12-14 baris

Bobot 1000 bijji

: ± 378 g

Rata-rata hasil

: 8,51t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 11,00 t/ha pipilan kering

15

Ketahanan

: agak toleran penyakit bulai (Peronosclerospora

maydis L.)
Keterangan

: Beradaptasi baik pada lahan kurang subur, lahan

subur, populasi dapat mencapai 70.000 tan/ha (jarak tanam 75x20 cm, 1 butir per
lubang
Pemulia

: Andi Takdir M., R Neni Iriani, Made Jana M.,

Muzdalifah Isnaini, Achmad Muliadi, Nuning Agro subekti, M. Yasin HG., dan
Marsum M. Dahlan
Teknisi

: Sampara, Arifuddin, Fransiskus Misi, Stefanus

Misi, Wisnu Undoyo dan Ulfah Aliawati
Tim Penguji

: Amin Nur, Awaludin Hipi, Sri Sunarti, Sigit Budi

Santoso, Said Kontong, A. Haris Talanca Wasmo Wakman, Johanis Tandiabang,
Evert Y. Hosang, Nurtirtayani dan Amrizal Nasar
Pengusul

: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros dan PT.

Tossa Agro
6. BIMA-3 Bantimurung

Tanggal dilepas

: 7 Februari 2007

16

Asal

: Nei9008/Mr14. Nei9008 dikembangkan dari galur

introduksi Departemen Pertanian Thailand. Mr-14 dikembangkan dari populasi
Suwan 3
Golongan

: Hibrida silang tunggal (Single cross)

Umur

: Berumur dalam

50% keluar rambut

: ± 55 hari setelah tanam

50% malai pecah

: ± 56 hari setelah tanam

Masak fisiologis

: ± 100 hari setelah tanam

Tinggi tanaman

: ± 200 cm

Batang

: sedang dan tegap

Warna batang

: hijau sedikit ungu

Keragaman tanaman

: Seragam

Perakaran

: sangat baik

Kerebahan

: Tahan rebah

Bentuk malai

: kompak

Warna malai (anthera)

: Krem

Warna sekam (glume)

: Krem

Warna rambut

: Krem

Bentuk tongkol

: Besar, silindris dan panjang, ± 21 cm

Penutupan tongkol

: Menutup kelobot dengan baik (± 98%)

Kedudukan tongkol

: ± 98 cm

Tipe biji

: Semi Mutiara (semi flint)

Baris biji

: Lurus
17

Warna biji

: Jingga

Jumlah baris/tongkol

: 12-14 baris

Bobot 1000 bijji

: ± 359 g

Rata-rata hasil

: 8,27t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 10,00 t/ha pipilan kering

Kandungan karbohidrat

: ± 52,87%

Kandungan protein

: ± 13,02%

Kandungan lemak

: ± 4,87%

Ketahanan

: toleran penyakit bulai (Peronosclerospora maydis

L.)
Keterangan

: Beradaptasi baik pada lahan subur, lahan sub

optimal, populasi dapat mencapai 70.000 tan/ha (jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1
butir per lubang
Pemulia

: Made Jana Mejaya, R Neni Iriani, Andi Takdir M.,

Muzdalifah Isnaini, Achmad Muliadi, dan Marsum M. Dahlan
Teknisi

: Sampara, Arifuddin, Fransiskus Misi, Stefanus

Misi, Wisnu Undoyo dan Ulfah Aliawati
Tim Penguji

: Amin Nur, Awaludin Hipi, Sri Sunarti, Sigit Budi

Santoso, Said Kontong, A. Haris Talanca, Wasmo Wakman, Johanis Tandiabang,
Evert Y. Hosang, Nurtirtayani dan Amrizal Nasar
Pengusul

: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros dan PT.

Tossa Agro

7. BIMA-4

18

Tanggal dilepas

: 31 Oktober 2008

Asal

: G 180/Mr14, G180 dikembangkan dari populasi

P5/GM25, Mr14 dikembangkan dari populasi Suwan 3
Golongan

: Hibrida silang tunggal (Single cross)

Umur

: Berumur dalam

50% keluar rambut

: ± 59 hari setelah tanam

50% malai pecah

: ± 57 hari setelah tanam

Masak fisiologis

: ± 102 hari setelah tanam

Tinggi tanaman

: ± 212 cm

Batang

: sedang dan tegap

Warna batang

: hijau

Keragaman tanaman

: Seragam

Perakaran

: sangat baik

Bentuk malai

: kompak

Warna malai (anthera)

: Krem
19

Warna sekam (glume)

: Krem

Warna rambut

: Krem

Bentuk tongkol

: Besar dan silindris, ± 20 cm

Kedudukan tongkol

: ± 116 cm

Tipe biji

: Mutiara

Baris biji

: Lurus

Warna biji

: Jingga

Jumlah baris/tongkol

: 12-14 baris

Bobot 1000 bijji

: ± 265,6 g

Rata-rata hasil

: 9,6 t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 11,7 t/ha pipilan kering

Kandungan karbohidrat

: ± 52,87%

Kandungan protein

: ± 13,02%

Kandungan lemak

: ± 4,87%

Keunggulan

: Cepat panen, hasil panen tinggi, tidak mudah

roboh, umur berbunga lebih cepat
Ketahanan

: peka penyakit bulai (Peronosclerospora maydis

L.), tahan penyakit karat dan bercak daun
Keterangan

: Beradaptasi luas

Pemulia

: R Neni Iriani, Andi Takdir M., Muhammad Azrai,

Muzdalifah Isnaini, Sigit Budisantoso, M. Yasin HG., Marcia Bunga Pabendon
Teknisi

: Sampara, Usman, Arifuddin, Fransiskus Misi,

Stefanus Misi, Yosephina, M. Rasyid Ridho

20

Tim Penguji

: Awaludin Hipi, Andi Haris Talanca, Andi Tenri

Rawe, Surtikanti, Syahrir Pakki, Said Kontong
Pengusul

: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros dan PT.

Tossa Agro

8. BIMA 7

Tanggal dilepas

: 30 November 2010

Asal

: Persilangan antara galur murni GJ11 sebagai tetua

betina dengan galur murni GJ15 sebagai tetua jantan (GJ11 x GJ15)
Umur

: Genjah

50% keluar rambut

: ± 49 hari setelah tanam

Masak fisiologis

: ± 89 hari setelah tanam

Tinggi tanaman

: ± 189 cm

Batang

: tegak dan kuat

Warna batang

: hijau

Keragaman tanaman

: Seragam

Perakaran

: kuat

21

Bentuk malai

: Besar dan terbuka

Warna malai (anthera)

: Putih kekuningan

Warna sekam (glume)

: Hijau keunguan

Warna rambut

: Putih kekuningan

Bentuk tongkol

: panjang dan silindris

Kedudukan tongkol

: pertengahan tinggi tanaman

Kelobot

: Menutup rapat

Tipe biji

: mutiara

Baris biji

: Lurus dan rapat

Warna biji

: Oranye

Jumlah baris/tongkol

: 14-16 baris

Bobot 1000 bijji

: ± 316 g

Rata-rata hasil

: 10,0 t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 12,1 t/ha pipilan kering

Kandungan karbohidrat

: ± 71,0%

Kandungan protein

: ± 10,4%

Kandungan lemak

: ± 4,5%

Ketahanan

:

Agak

toleran

terhadap

penyakit

bulai

(Peronosclerospora maydis L.), toleran penyakit karat dan bercak daun
Pemulia

: Muhammad Azrai, Sri Sunarti, Musdalifah Isnaini

dan Andi Takdir M.
Teknisi

: Sampara, Arifuddin, Fransiskus Misi, Stepanus

Misi, Usman, Yosepina, M. Rasyid Ridho

22

Tim Penguji

: Roy Effendi, Idris, Wen Langgo, Wasmo Wakman

dan Demaks Masoara
Pengusul

: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

9. IPB 4
SK

: 858/Kpts/TP.240/12/1985 tanggal 28 Desember

tahun 1985
Tahun

: 1985

Tetua

: Silang tunggal A16 x C6

Potensi Hasil

: 6.6 ton/ha

Pemulia

: Koswara, F.Rumawas

Asal

: Silang tunggal A16 x C6
A16 galur murni hasil seleksi di jurusan Agronomi
Fakultas Pertanian IPB.
C6 galur murni asal Muangthai yang diseleksi lagi

di Bogor.
Golongan

: Hibrida silang tunggal

Umur

: 50% keluar rambut kurang lebih 58 hari, panen

(masak) 100-105 hari
Batang

: Tinggi

Daun

: Panjang, lebar, dan tegak

Warna daun

: Hijau tua sampai saat panen

Keragaman tanaman

: Seragam

Tongkol

: Besar, silindris

Biji

: Setengah mutiara (semiflint)
23

Warna biji

: Kuning kemerahan

Baris biji

: Lurus dan rapat

Jumlah baris/tongkol

: 12-16 baris

Kelobot

: Menutup dengan baik

Kedudukan tongkol

: Kurang lebih ditengah batang

Perakaran

: Baik

Kerebahan

: Kurang tahan

Bobot 1.000 butir biji

: Kurang lebih 227 gram

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan terhadap bulai
Keterangan

: Baik untuk ditanam pada dataran rendah sampai

sedang

10. Jaya 1

Kategori

: Varietas unggul nasional (released variety)

SK

: 302/Kpts/TP.240/4/2002 tanggal 25 April tahun

2002

24

Tahun

: 2002

Tetua

: F1 dari silang tiga jalur (three way cross) antara

silang tunggal TSG 81 F dengan galur murni TSG 81 M, yang dikembangkan oleh
PT. Asian Hybrid Seed Technologies, di Filipina
Rataan Hasil

: 15,5 ton/ha

Potensi Hasil

: 9 ton/ha

Pemulia

: PT. Asian Hybrid Seed Technologies

Tinggi tanaman

:lebih kurang 242 cm

Keragaman tanaman

: seragam

Batang

: besar, kokoh

Warna batang

: hijau

Kerebahan

: tahan rebah

Warna daun

: hijau tua

Bentuk malai

: besar, terbuka

Warna malai

: krem

Warna sekam

:krem

Warna anthere

: krem muda

Warna rambut

: merah muda

Perakaran

: sangat baik

Bentuk tongkol

: silindris, panjang

Kedudukan tongkol

: di tengah-tengah tinggi tanaman

Kelobo

: menutup tongkol sangat baik

Baris biji

: lurus, rapat
25

Jumlah baris/tongkol

: 16-18 baris

Bentuk biji

: semi mutiara

Warna biji

: kuning oranye

Bobot 1000 butir

: lebih kurang 300 gram

Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap penyakit bulai
Daerah adaptasi

: beradaptasi dari dataran rendah samapi ketinggian

1200 m dpl
Golongan

: hibrida silang tiga jalur (three way cross)

Umur

: - 50% polinasi lebih kurang 58 hst
- 50% keluar rambut lebih kurang 60 hst

11. Gumarang

Tetua

: Disusun oleh sebanyak 20 galur SW2

Rataan Hasil

: 8 ton/ha pipilan kering

Potensi Hasil

: 5 ton/ha pipilan kering

26

Pemulia

: Mustari Basir, Marsum M. Dahlan, Made J. Mejaya, Yenni

Tamburian, Firdaus Kasim
Golongan

: Bersari bebas

Umur

: Umur 50% keluar rambut 50 hari, masak fisiologis 82 hari

Batang

: Tegap

Warna batang

: Hijau

Tinggi tanaman

: 180 cm (160-210 cm)

Keragaman tanaman : Agak seragam
Daun

: Hijau dan panjang

Malai

: Semi kompak (50%)

Warna rambut

: Coklat keunguan (90%)

Anthera

: Hijau muda (70%)

Tinggi letak tongkol : 88 cm (80-100 cm)
Tongkol

: Panjang dan selendris

Kelobot

: Kelobot tertutup baik (75%)

Tipe biji

: Mutiara (flint)

Warna biji

: Kuning

Jumlah baris biji

: 12-16 baris

Baris biji

: Lurus

Bobot 1000 biji

: 273 gram

Perakaran

: Baik

Kerebahan

: Rebah batang 0-25%

27

Ketahanan penyakit

: Cukup tahan bulai (Sclerospora maydis)

Daerah sebaran

: Daerah rendah sampai 600 m.dpl

12. Benih Jagung Super Hibrida BISI-816

Tahun 2009 PT. BISI International Tbk merilis varietas benih jagung yang
baru yaitu BISI-816.Benih Jagung Super Hibrida BISI-816 ini merupakan sebuah
karya anak bangsa yang terlahir dengan dedikasi tinggi untuk memajukan
pertanian di Indonesia. Superioritas yang terdapat pada sifat-sifat genetik yang
dikembangkan pada BISI-816 mampu meningkatkan hasil panen jagung lebih
baik dari yang lain.
Jagung Super Hibrida BISI-816 merupakan jagung hibrida silang tunggal
(single cross) yang sudah teruji baik ditanam pada dataran rendah sampai
ketinggian 700 meter diatas permukaan laut.
Tanaman muda jagung super hibrida BISI-816 mempunyai performa yang
sangat baik.Vigor tanaman sangat kuat dan keseragaman tanaman yang
baik.Dengan performa tanaman muda yang seperti itu, menjadi langkah awal bagi
BISI-816 untuk menjadi tanaman jagung yang mampu tumbuh dan berkembang
dengan baik, kuat dan menghasilkan produksi yang tinggi.

28

Tinggi tanaman jagung super hibrida BISI-816 mencapai sekitar + 203 cm
dengan daun berwarna hijau gelap.Batang tanaman termasuk besar, kokoh dan
tegak.Bentuknya yang oval (gepeng) dengan warna hijau ber-strip ungu
(keunguan) dipastikan memang menimbulkan keyakinan petani terhadap kekuatan
dari batang tanaman jagung. Terpaan angin kencang akan dapat diatasi dengan
batang tanaman yang kokoh dan kuat. Selain itu, batang yang besar tersebut bagi
petani dapat memberi keuntungan tersendiri karena sangat baik untuk pakan
ternak mereka.
Jagung super hibrida BISI-816 mempunyai sistem perakaran yang sangat
kuat dan baik, mampu menopang tanaman terhadap kekuatan angin kencang yang
menerpa, sehingga tanaman menjadi kuat dan tahan terhadap kerebahan.Selain itu
dengan sistem perakaran yang sangat baik menjadikan tanaman jagung super
hibrida BISI-816 mampu menyerap unsur hara dalam tanah dengan baik dan
mencukupi.Hal ini sangat membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sehingga tanaman mampu berproduksi dengan baik.
Jagung super hibrida BISI-816 merupakan salah satu benih jagung yang
terbukti paling tahan terhadap penyakit bulai.Penyakit bulai (Peronosclerospora
maydis) saat ini merupakan penyakit pada tanaman jagung yang sangat ditakuti
oleh petani di beberapa sentra produksi jagung seperti di Sumatera Utara,
Lampung, Kalimantan Barat dan Jawa Timur.Sampai saat ini belum ditemukan
pestisida yang bisa mematikan penyakit ini.Cara-cara pencegahan menjadi
alternatif utama untuk mengurangi pernyebaran penyakit ini.Penggunaan pestisida
untuk seed treatment, benih yang tahan dan pola budidaya yang dianjurkan
merupakan cara-cara yang direkomendasikan.
Secara genetis jagung super hibrida BISI-816 telah teruji memiliki sifat
yang tahan terhadap serangan penyakit bulai. Pengujian oleh team Research &
Development PT BISI International Tbk di daerah-daerah endemis penyakit bulai
menunjukkan hasil jagung super hibrida BISI-816 lebih tahan penyakit bulai
dibanding varietas jagung yang lain. Pengujian juga dilakukan oleh Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat dan Balai Penelitian
Tanaman Serealia (Balit Serealia) Maros-Sulawesi Selatan yang menunjukkan

29

hasil prosentase serangan bulai pada jagung super hibrida BISI-816 terbukti
paling rendah dibanding varietas jagung yang lain, dengan rata-rata 1,5%.
Sedangkan varietas lain mendapat serangan penyakit bulai antara 12%-59,5%.
Keunggulan ini merupakan sebuah keuntungan besar bagi petani jagung,
karena dengan menggunakan benih jagung super hibrida BISI-816 petani tidak
perlu lagi was-was terjadi penurunan produksi yang terlalu besar atau bahkan
gagal panen yang disebabkan penyakit bulai. Atau bisa diibaratkan “petani bisa
tidur nyenyak” sambil menunggu panen jagung.
Selain itu jagung super hibrida BISI-816 juga tergolong tahan terhadap
penyakit karat daun (Puccinia sorghi), dan agak tahan terhadap penyakit hawar
daun (Helminthosporium maydis).
Pembungaan jagung super hibrida BISI-816 tergolong lebat.50%
pembungaan (keluar rambut) pada dataran rendah terjadi pada umur + 55 hari
sedangkan pada dataran tinggi saat umur + 70 hari.Bentuk malai bunga kompak
dan agak tegak dengan warna malai (anther) ungu kemerahan, warna sekam ungu
kemerahan serta warna rambut juga ungu kemerahan.Bunga jantan maupun bunga
betina mempunyai bunga yang banyak. Kondisi ini mendorong penyerbukan
menjadi lebih berhasil dan fruit set akan terjadi dengan baik. Pembungaan yang
lebat bisa berarti juga biji jagung yang dihasilkan akan semakin banyak. Inilah
yang menyebabkan jagung super hibrida BISI-816 memiliki biji jagung yang
banyak dan muput hingga ke ujung.
Seperti produk jagung BISI yang lainnya, jagung super hibrida BISI-816
juga mempunyai klobot yang menutupi tongkol dengan baik.Hal ini memang
didapat dari genetik tanaman dan merupakan keunggulan yang diminati oleh
petani jagung di Indonesia.Klobot yang menutupi tongkol jagung dengan baik
bermanfaat untuk menghindari tetesan air hujan yang masuk ke dalam tongkol
jagung.Air tetesan hujan yang masuk ke dalam tongkol jagung menyebabkan
tumbuhnya jamur pada biji jagung yang tentu saja sangat merugikan petani.Selain
itu air tetesan hujan yang masuk ke dalam tongkol juga merangsang biji jagung
tumbuh di dalam tongkol (thukul) dan tentu saja hal ini sangat tidak diinginkan

30

oleh petani.Keunggulan jagung super hibrida BISI-816 ini sangat bermanfaat
karena petani tidak perlu kuatir menanam jagung baik pada musim penghujan
maupun pada musim kemarau.Kapan saja bisa ditanam sesuai kehendak petani
dengan hasil yang baik.
Komponen hasil tanaman (produksi) jagung terutama terletak pada ukuran
tongkol jagung dan ukuran kernelnya (biji).Kedua komponen tersebut merupakan
indikator langsung secara visual yang dapat menggambarkan potensi produksi
dari tanaman jagung.
Tongkol jagung super hibrida BISI-816 bertipe “Long Big Ear” atau
bertongkol besar dan panjang.Kedudukan tongkol jagung + 99 cm di atas tanah.
Bentuk tongkolnya silindris dengan ukuran diameter yang relatif sama mulai dari
pangkal hingga ujung tongkolnya. Jumlah baris dalam satu tongkol jagung super
hibrida BISI-816 berkisar 14-16 baris, sedangkan jumlah biji dalam satu baris
mulai dari pangkal hingga ujung tongkol mencapai 45-50 biji. Sehingga dalam
satu tongkol mempunyai jumlah biji 700-800 biji.
Tingkat keseragaman ukuran tongkol jagung dalam satu lahan bisa
mencapai 80%-90%, artinya ukuran tongkol jagung super hibrida BISI-816
hampir sama besar dalam satu hamparan lahan. Dengan semakin banyaknya
ukuran tongkol jagung yang besar dan seragam maka potensi produksinya
semakin besar.
Selain besar dan panjang, jagung super hibrida BISI-816 juga mempunyai
keistimewaan yaitu biji jagungnya terisi penuh sampai ujung (jawa=muput). Tidak
ada ruang kosong atau tersisa lagi pada janggel jagung, semua penuh dengan biji
jagung mulai pangkal sampai ujung.Keistimewaan ini semakin menambah
keyakinan petani pada potensi produksi jagung super hibrida BISI-816 yang
memang tinggi.
Warna biji jagung super hibrida BISI-816 sangat menarik berwarna oranye
kekuningan. Ukuran bijinya relatif lebih besar dibanding biji jagung lain yang
sudah ada, bentuknya termasuk dalam tipe biji semi mutiara sampai mutiara.
Karena itu biji jagungnya nancap dalam, dan janggelnya pun relatif kecil.Kondisi

31

ini menyebabkan rendemen jagung menjadi tinggi, sehingga produksi jagungpun
semakin meningkat.
Bobot 1.000 butir biji jagung super hibrida BISI-816 (diukur dalam
kondisi Kadar Air 15%) adalah + 325 gram. Apabila dalam satu tongkol jagung
super hibrida BISI-816 terdapat 700-800 biji, maka rata-rata satu tongkol
mempunyai pipilan biji jagungnya seberat 243,75 gram. Sehingga untuk
mendapatkan 1 kilogram jagung pipil hanya dibutuhkan 4,1 tongkol jagung super
hibrida BISI-816. Pantaslah bila potensi hasilnya mencapai + 13,65 ton per hektar
pipilan kering dan rata-rata hasil mencapai + 10,44 ton per hektar.
Kandungan karbohidrat pada biji jagung super hibrida BISI-816 adalah +
69,5%, kandungan protein + 9,4% dan kandungan lemak + 3,8%.
Jagung super hibrida BISI-816 bisa dipanen saat masak fisiologis yaitu
umur + 101 hari pada dataran rendah sedangkan pada dataran tinggi saat umur +
130 hari.

13. Benih Jagung Super Hibrida BISI-16

32

Tongbes tungsar… tongbes tungsar … tongbes tungsar … itulah yang
mungkin diingat kalo disebutkan Jagung Super Hibrida BISI-16.
Tongbes tungsar adalah kependekan dari Tongkol Besar Untung Besar
yang menjadi tagline dari Jagung Super Hibrida BISI 16.Mengapa tongkol besar
untung besar?Karena salah satu sifat genetik yang dominan pada Jagung Super
Hibrida BISI-16 adalah tongkolnya yang super besar.Tongkol yang super besar ini
menjadi sangat bermanfaat bagi petani, karena jelas hasil panennya lebih tinggi.
Dengan hasil panen yang tinggi petani pasti akan mendapat untung yang lebih
besar dari biasanya.
Jagung Super Hibrida BISI-16 merupakan jagung hibrida modifikasi
silang

tunggal.Direkomendasikan

untuk

ditanam

pada

daerah-daerah

pengembangan baru dan sangat baik ditanam pada dataran rendah hingga 1000
meter diatas permukaan laut.
Sistem perakaran yang baik dan batang yang besar, kokoh dan tegak
menjadi kekuatan dari jagung Super Hibrida BISI-16 dalam menghadapi terpaan
angin kencang di sejumlah daerah tertentu.Tinggi tanaman sekitar 224 cm dengan
batang berwarna hijau.Daun berukuran medium, bergelombang dan tegak, serta
berwarna hijau gelap.
Jagung super hibrida BISI-16 tergolong tahan terhadap penyakit karat
daun (Puccinia sorghi) dan penyakit bercak daun (Helminthosporium maydis).

33

50% pembungaan (keluar rambut) pada dataran rendah terjadi pada sekitar
umur 57 hari sedangkan pada dataran tinggi saat sekitar umur 73 hari.Bentuk
malai bunga sedikit terbuka dan agak terkulai dengan warna malai (anther) ungu
kekuningan, warna sekam ungu serta warna rambut ungu kemerahan.
Kedudukan tongkol jagung Super Hibrida BISI-16 sekitar 111 cm diatas
tanah.Klobot menutupi tongkol jagung dengan cukup baik.Jumlah baris biji pada
jagung super hibrida BISI-16 berkisar antara 14 – 18 baris, termasuk dalan
kategori tongkol jagung yang sangat besar.Apalagi ditunjang dengan pengisian
biji yang sangat baik dan muput sampai ke ujung, dengan jumlah biji dalam satu
baris mulai dari pangkal hingga ujung tongkol mencapai 45-50 biji.Sehingga
dalam satu tongkol bisa mencapai jumlah biji sebanyak 700-800 biji.
Tipe biji jagung super hibrida BISI-16 adalah semi gigi kuda, dengan
warna oranye kekuningan dan bijinya nancap dalam pada janggel.Bobot 1.000
butir biji jagung super hibrida BISI-16 (diukur dalam kondisi Kadar Air 15%)
adalah sekitar 336 gram.
Potensi hasil panen jagung super hibrida BISI-16 mencapai 13,4 ton per
hektar pipilan kering. Sedangkan rata-rata adalah sekitar 9,2ton per hektar pipilan
kering.
Jagung super hibrida BISI-16 bisa dipanen saat masak fisiologis yaitu
umur sekitar 107 hari pada dataran rendah sedangkan pada dataran tinggi saat
umur sekitar 135 hari.Pada saat jagung siap panen, daun dan tanaman masih tetap
hijau (stay green), sehingga bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak (sapi atau
kambing).

14. BIMA-1

34

Tanggal dilepas

: 22 Oktober 2001

Asal

: Mr-4/Mr-14. Mr-4 dikembangkan dari populasi

MSJ1. Mr-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3
Golongan

: Hibrida silang tunggal (Single cross)

Umur

: Berumur dalam

50% keluar rambut

: ± 54 hari setelah tanam

Masak fisiologis

: ± 97 hari setelah tanam

Tinggi tanaman

: ± 215 cm

Batang

: Tegap

Warna batang

: hijau

Tinggi tongkol

: ± 94 cm

Daun

: Panjang, lebar dan berwarna hijau

Jumlah daun

: 12-14 helai

Keragaman tanaman

: Seragam

Perakaran

: baik

Bentuk tongkol

: Silindris dan panjang, ± 18 cm

Penutupan tongkol

: Menutup kelobot dengan baik (± 95%)

35

Tipe biji

: Mutiara

Baris biji

: Lurus

Warna biji

: Kuning

Jumlah baris/tongkol

: 12-14 baris

Bobot 1000 bijji

: ± 378 g

Rata-rata hasil

: 7,3 t/ha pipilan kering

Potensi hasil

: 8 - 9 t/ha pipilan kering

Ketahanan

: agak tahan penyakit bulai (Peronosclerospora

maydis L.) dan tahan bercak daun
Keterangan

: Daerah sebaran pada dataran rendah sampai 1200

m dpl
Pemulia

:Marsum Dahlan, Sriwidodo, Mustari Basir, Made J.

Mejaya, Neny Iriani, Wasmo Wakman
Pengusul

: Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros dan PT.

Tossa Agro

15. Kalingga

36

SK

: 854/Kpts/TP.240/12/1985 tanggal 28 Desember tahun

1985
Tahun

: 1985

Tetua

: Generasi ke delapan dari Pool 4 dibentuk dari 34 populasi

berasal dari bahan dalam dan luar negeri pada awal 1980 dikembangkan dengan
seleksi half-sib
Rataan Hasil

: 7.0 ton/ha

Potensi Hasil

: 5.4 ton/ha

Pemulia

: Subsidi, A.Sudjana, Amsir Rifin, Rudi Setijono, Achmad

Nuraefendi, Dian Hadian G.
Golongan varietas

: bersari bebas

umur

: 50% keluar rambut: kurang lebih 57 hari:panen kurang

lebih 96 hari
Batang

: tinggi dan tegap

Daun

: panjang, sedang sampai lebar

tongkol

: besar, panjang dan cukup silindris

Biji

: setengah mutiara (semi flint)

37

warna daun

: hijau agak tua

warna biji

: kuning sampai kuning kemerahan, kadang ada yang putih

kedudukan tongkol

: rata-rata ditengah batang

kelobot

: menutup tongkol dengan cukup baik

perakaran

: baik

baris biji

: cukup lurus dan rapat

jumlah baris per tongkol: kebanyakan 12 - 18
Bobot 1000 butir

: kurang lebih 302 g

ketahanan terhadap penyakit

C. MANFAAT TANAMAN
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.
Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting
setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung
menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di Daerah Madura, jagung
banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok.
Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya.
Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman
dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan antara lain:
a)

Batang dan daun muda: pakan ternak

b)

Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos

c)

Batang dan daun kering: kayu bakar

d)

Batang jagung: lanjaran (turus)

e)

Batang jagung: pulp (bahan kertas)

38

f)

Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel

goreng
g)

Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung,

bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak, bahan baku
industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
D. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan
Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah
dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.

E. SYARAT PETUMBUHAN
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut.Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan
pada kondisi tanah yang agak kering.Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya,
jagung menghendaki beberapa persyaratan.
a) Iklim
 Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis
yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50


derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan
curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup
air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim



kemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/
39

merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat


membentuk buah.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi
bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara
23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan



suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik
daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji
dan pengeringan hasil.

b) Media Tanam
 Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya


dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari
gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah
dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil
yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah
dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk



pertumbuhannya.
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung



adalah pH antara 5,6 - 7,5.
Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air



dalam kondisi baik.
Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena
disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu.

c) Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl.Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung.

40

F. PEDOMAN BUDIDAYA
a) Pembibitan
 Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik
maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama
dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat.Pada

umumnya

benih

yang

dibutuhkan

sangat

bergantung

padakesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih.
Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang
lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan
varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat
digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa
varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C
2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster
kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite,
Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama
dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan
Semar 2 (semuanya jenis Hibrida).


Pemindahan Bibit

Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti
Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga
akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke
dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti
Furadan 3 G.
b) Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan
memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan
tanah, drainase dan aerasi yang kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada

41

kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah.Tanah yang sudah gembur hanya diolah
secara umum.


Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.Pertamatama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.


Pembukaan Lahan

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya.Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan
pengolahan tanah dengan bajak.


Pembentukan Bedengan

Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan
tanaman.Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat
terutama pada tanah yang drainasenya jelek.


Pengapuran

Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur.Jumlah kapur yang
diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian
dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman,
sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim
tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.


Pemupukan

Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang cukup
maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman sangat

42

bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara bertahap. Anjuran dosis
rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
 Pemupukan dasar: 1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP
diberikan saat tanam, 7 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam
sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
 Susulan I: 1/3 bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl
diberikan setelah tanaman berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan
kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu di tutup tanah;
 Susulan II: 1/3 bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur
45 hari.
c) Teknik Penanaman


Penentuan Pola Tanam

Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola
tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang
tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun
selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan.Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah
hujan.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
 Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman
(umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti
jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon,
padi gogo.
 Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat
keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah,
ubi kayu.
43

 Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara
menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok
(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh:
jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan
kacang panjang.
 Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa
tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua
tercampur jadi satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama
dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi
kayu.



Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan alat tugal.Kedalaman lubang perlu di perhatikan
agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5
cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang
umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas.
Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen = 100 hari sejak
penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung
berumur sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang).Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak
tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang).Kedalaman lubang tanam yaitu antara 35 cm.


Cara Penanaman

Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman.Dapat juga
digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman.Tanaman
ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan.
Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hamper berakhir, benih
jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama

44

pertumbuhan tanaman jagung.Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam
keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu,
kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan
penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang
memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang).
Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila
dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang,
bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir
benih per lubang.


Lain-lain

Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau.Di sawah
tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan.Di lahan kering ditanam pada awal
musim hujan dan akhir musim hujan.
d) Pemeliharaan Tanaman


Penjarangan dan Penyulaman.

Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai
dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan
yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara
langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan
dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak
tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta
perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling
lambat dua minggu setelah tanam.


Penyiangan

45

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu
(gulma).Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali.Penyiangan pada tanaman jagung
yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dan
sebagainya.Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu perakaran
tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram
tanah.Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.


Pembubunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk
memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah.Selain itu juga
untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi.Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan
dengan waktu pemupukan.Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan
tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi
tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu
setelah tanaman berumur 1 bulan.


Pemupukan

Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak
200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap.Pada tahap pertama (pupuk
dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam.Pada tahap kedua (pupuk
susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah
tanam.Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman
jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.


Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
telah lembab.Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga
agar tanaman tidak layu.Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan

46

lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.


Waktu Penyemprotan Pestisida

Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang
dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan
yaitu

pestisida

yang

dipakai

untuk

mengendalikan

ulat.

Pelaksanaan

penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat
populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien.
G. HAMA DAN PENYAKIT
a) Hama


Lalat bibit