Kenampakan Pedologi Tanah Sawah Yang Ber

PENGOLAHAN TANAH SAWAH

LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
Kelompok 6
1. Ani Domiah

(141510601167)

2. Lilik Laeliyah

(141510601019)

3. Lingga Mareta Hadi (141510601061)
4. Nuril Muyassaroh

(141510601108)

5. M. Syauqi Hasbi


(141510601147)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di
sektor pertanian. Oleh karena itu, jumlah lahan pertanian yang ada di negara yang
juga disebut sebagai negara maritim tersebut cukup luas. Agar dapat berfungsi
secara optimal, lahan-lahan pertanian tersebut tentunya membutuhkan suatu
pengolahan sebagai tempat tumbuh tanaman. salah satu lahan pertanian yang
membutuhkan pengolahan adalah lahan sawah. Lahan sawah merupakan lahan
yang sangat penting untuk dilakukan pengolahan sebab lahan tersebut merupakan
lahan utama dalam melakukan pembudidayaan tanaman padi dimana tanaman
padi akan menghasilkan beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.
Untuk keperluan menanam padi, lahan sawah harus mampu untuk
menyangga genangan air sebab tanaman padi sangat memerlukan penggenangan

air pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Oleh sebab itu, diperlukan
sistem irigasi yang sesuai dengan tempat lahan sawah tersebut berada. Apabila
sawah tersebt berada di daerah yang tingkat kemiringannya tinggi, maka sawah
tersebut dibuat berteras atau lebih dikenal dengan terasering untuk menghindari
erosi dan menahan air. Sawah terasering banyak ditemukan di lereng bukit atau
gunung di pulau Jawa dan Bali.
Selain sistem irigasi, hal yang tidak kalah penting dalam budidaya
tanaman padi adalah pengolahan tanah karena tanah merupakan media tumbuh
utama tanaman padi sawah. Pengolahan tanah merupakan proses penggemburan
dan pelembekan tanah dengan menggunakan cangkul, bajak, atau penggaru yang
ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, hewan, dan mesin
pertanian. Tujuan dari pengolahan tanah itu sendiri salah satunya adalah
menciptakan kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah menjadi lebih baik serta
berperan dalam pengaturan irigasi dan drainase. Kondisi fisik, kimia, dan biologi
tanah perlu untuk diperbaiki setelah penanaman padi dalam rangka mendukung
produktivitas padi selanjutnya, sedangkan sistem irigasi dan drainase yang stabil
penting untuk dilakukan agar sawah tidak terancam kekeringan.

Terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam kegiatan
pengolahan tanah yaitu karakteristik tanah terutama sifat fisik tanah, topografi,

vegetasi,

sebaran

bebatuan

di

permukaan

tanah,

tanaman

yang

akan

dibudidayakan, serta kadar air tanah. Pengolahan tanah harus memperhatikan
keenam aspek tersebut agar pengolahan dapat berjalan dengan optimal.

Pengolahan tanah yang optimal tenu akan memperlancar kegiatan produktivitas
padi selanjutnya.
Pengolahan tanah sawah terbagi menjadi 2 yaitu pengolahan tanah untuk
pesemaian dan pengolahan tanah untuk pertanaman padi. Pengolahan untuk
pesemaian dibedakan menjadi dua yaitu pesemaian basah dan kering dimana yang
membedakan adalah kondisi tanah dalam pesemaian tersebut. Sedangkan
pengolahan untu pertanaman padi dilakukan dengan dua macam cara yaitu
tradisional dan modern. Pengolahan dengan cara tradisional dilakukan dengan
menggunakan peralatan pertanian sederhana seperti cangkul, sabit, bajak, serta
garu yang semuanya itu dilakukan oleh tenaga manusia atau hewan. Berbeda
dengan cara tradisional, pengolahan tanah yang modern dilakukan dengan mesin
traktor dan peralatan pengolahan tanah yang lain. Tahapan pengerjaan pengolahan
tanah yang basah terdiri dari pembersihan, perbaikan saluran dan galengan,
pencangkulan, pembajakan, serta penggaruan. Semua tahapan tersebut harus
dilakukan secara berurutan dalam rangka memperoleh tanah sawah yang baik dan
berkualitas sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui cara mengolah tanah sawah menggunakan
traktor serta mengetahui tahapan pengolahan tanah sawah.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Lahan yang berkualitas dicirikan oleh kemampuan lahan di dalam
menghasilkan produk pertanian dan dapat mempertahankan lingkungan dari
kerusakan. Kualitas lahan bergantung dari sifat-sifat tanahnya dan proses-proses
yang terjadi dalam tanah tersebut. Sifat-sifat tanah yang penting adalah struktur
tanah, kandungan bahan organik tanah, kemampuan tanah dalam menyediakan air
serta unsur hara yang cukup dan seimbang bagi tanaman, aerasi, laju dan besarnya
transformasi siklus unsur hara. Proses-proses yang terjadi di dalam tanah dalam
kaitannya dengan kualitas lahan adalah : aliran permukaan/erosi, pencucian bahan
koloid, tanah, serta pengeringan dan pembasahan. Penurunan kualitas tanah akan
mempengaruhi daya dukung tanah (Arsyad dan Rustiadi, 2008).
Tanah adalah lapisan atas bumi yang merupakan campuran dari
pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk, akibat
pengaruh cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral-mineralnya
terurai (terlepas), dan kemudian membentuk tanah yang subur. Tipe penggunaan
lahan sangat peting bagi semua jenis tanah untuk menjaga kesuburan tanah. Tanah
sawah berbeda dengan tanah lahan kering. Ciri utama tanah sawah adalah identik
dengan genangan air dalam waktu yang lama. Perubahan kimia yang disebabkan
oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan
hara padi (Saridevi, 2013).

Menurut Balai Penelitian tanah (2003); Boix and Zinck (2008); Ferdinan
et al (2013) dalam Tufaila dan Alam (2014), Tanah memiliki sifat yang bervariasi,
yaitu terdiri dari sifat fisik, kimia dan biologi. Dengan bervariasinya sifat-sifat
tersebut, maka tingkat kesuburan pada berbagai jenis tanah berbeda-beda pula,
karena kesuburan suatu tanah tergantung pada sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu
diperlukan pemahaman mengenai karakteristik tanah sehingga dapat dimanfaatkan
sesuai dengan potensinya.
Menurut Suroto (2006) dalam Nasution dkk (2013), beberapa faktor dari
aspek manajemen yang mempunyai korelasi positif meningkatkan produktivitas
padi, antara lain : varietas padi, jarak tanam, dan pengolahan tanah. Pada saat

pengolahan tersebut, tanah bisa dipupuk dengan pupuk organik, sebab bahan
organik tersebut dapat menambah kesuburan tanah tersebut dan dapat mengikat
air dengan membantu tanah menahan air hujan sehingga air pada musim kemarau
dapat bertahan lama. Pengolahan tanah dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot kering akar, dan bobot
kering jerami.
Pengolahan

Tanaman


Terpadu

(PTT)

merupakan

usaha

untuk

meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi masukan produksi dengan
memperhatikan sumber daya alam secara bijak. Tingkat adopsi pengolahan tanah
dalam PTT, yaitu 2 kali bajak dan 1 kali garu mendapatkan nilai yang tergolong
sangat tinggi (4,45). Hal ini menunjukkan tingginya pemahaman petani akan
pentingnya pengolahan tanah untuk mendapatkan media tumbuh tanaman yang
baik seperti pelumpuran tanah yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, sehingga penerapan pengolahan tanah yang baik menjadi hal yang
sangat penting dilakukan (Maryani dkk., 2014).
Menurut Utomo (1985) dalam Bokings dkk (2013), adanya vegetasi pada

lahan membantu pembentukan agrerat tanahyang mantap dan menciptakan
struktur tanah yang lebih baik sehingga akan menciptakan struktur tanah yang
lebih baik sehingga akan menciptakan agrerat-agrerat yang stabil. Menurut
Effendi (2008) dalam Bokings dkk (2013), struktur tanah dapat menaikkan laju
permeabilitas tanah. Semakin banyak ruang antar struktur, maka semakin cepat
juga permeabilitas dalam tanah tersebut. Misalnya tanah yang berstruktur lempeng
akan sulit di tembus oleh air dari pada berstruktur remah. Koefisien permeabilitas
terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil
ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien
permeabilitasnya.
Dalam usaha meningkatkan potensi lahan guna menghasilkan produksi
tanaman lebih baik, maka perlu diciptakan keadaan fisik tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Keadaan fisik yang baik akan dapat diperoleh dengan
melakukan pengolahan tanah yang efektif, guna mempertahankan kondisi tanah

yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah yang efektif juga harus
memperhatikan jenis tanah yang diolah sehingga tahapan pengolahan bisa berjalan
optimal (Intara dkk., 2011).
Pengolahan padi sawah yang baik dilakukan tidak kurang dari 4 minggu

sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan
perataan. Sebelum diolah, lahan digenangiair terlebih dahulusekitar 7 hari. Pada
tanah ringan pengolahan tanah cukup dengan 1 kali bajak dan 2 kali garu, lalu
dilakukan perataan. Pada tanah berat, pengolahan tanah terdiri dari 2 kali bajak
dan 2 kali garu, kemudian diratakan. Kedalaman lapisan olah berkisar 15-20 cm.
Tujuannya untuk memberikan media pertumbuhan padi yang optimal dan gulma
dapat dibenamkan dengan sempurna (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Menurut Bray (1986) dalam Agus dkk (2004), penanaman padi sawah
secara tradisional sangat berhasil melestarikan produktivitas lahan. Selama beriburibu tahun sistem padi sawah telah berhasil mempertahankan tingkat hasil padi
yang moderat tetapi stabil tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan. Hal ini
terjadi karena penggenangan meningkatkan kesuburan tanah dan produksi padi
dengan jalan: (1) menaikkan pH tanah mendekati netral; (2) meningkatkan
ketersediaan hara, terutama P dan Fe; (3) memperlambat perombakan bahan
organik tanah; (4) menguntungkan penambatan N2; (5) menekan timbulnya
penyakit terbawa tanah; (6) memasok hara melalui air irigasi; (7) menghambat
pertumbuhan gulma tipe C4; dan (8) mencegah perkolasi air dan erosi tanah.
Penggunaan dan pengembangan pemakaian traktor dalam bidang
pertanian merupakan suatu tindakan yang tepat dan tidak terfokus pada kegiatan
pengolahan tanah saja, tetapi juga untuk kegiatan pertanian lainnya. Traktor
sebagai sumber tenaga dalam pengolahan pengolahan tanah, diharapkan mampu

mengurangi waktu dan biaya operasional yang diperlukan. Oleh karena itu, untuk
kelancaran pengerjaan pengolahan tanah dengan alat mekanis, maka diperlukan
penghitungan yang tepat antara lain dengan melihat kondisi lahan yang akan
diolah dalam hal ini tingkat kelembaban tanah, topografi, dan pola pembajakan
yang tepat (Al-hadi, 2012).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara “ Pengolahan Tanah Sawah ” dilaksanakan pada hari
Sabtu tanggal 28 Maret 2015 pukul 07.00 – 10.00 WIB di Agrotechnopark
Jubung.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
3.2.2 Alat
1. Sabit
2. Cangkul
3. Traktor
4. Alat Penunjang Kegiatan Praktikum Lainnya
3.3 Cara Kerja
1. Membersihkan areal persawahan dari sisa jerami atau rumput.

2. Memperbaiki dan memeriksa kembali saluran air serta galengan.
3. Melakukan pembajakan sawah dengan menggunakan hand tractor.
4. Mengolah bagian sawah yang tidak terjangkau dengan hand tractor
menggunakan cangkul.
5. Menjalankan traktor sesuai dengan pola atau alur yang ditentukan.
6. Membiarkan tanah sawah dalam keadaan jenuh air selama beberapa hari
setelah selesai dibajak. Kemudian melakukan penggaruan.

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
PEKERJAAN PENGOLAHAN TANAH
1
1

2

3

4

5

Pembersihan Petak Sawah
1 Tahap Pekerjaan:
2

Pengamatan hasil:

3

Keterangan:

Perbaikan Saluran dan Galengan
1

Tahap Pekerjaan:

2

Pengamatan hasil:

3

Keterangan:

Pencangkulan
1 Tahap Pekerjaan:
2

Pengamatan hasil:

3

Keterangan:

Pembajakan
1 Tahap Pekerjaan:
2

Pengamatan hasil:

3

Keterangan:

Penggaruan
1 Tahap Pekerjaan:
2

Pengamatan hasil:

3

Keterangan:

4.2 Pembahasan
Salah satu kegiatan yang paling penting dilakukan dalam kegiatan
budidaya adalah pengolahan tanah untuk media penanaman. Tanah perlu diolah

sedemikian rupa sehingga bisa dimanfaatkan secara optimal untuk produktivitas
padi. Pengolahan tanah penting untuk dilakukan dalam usaha budidaya tanaman
karena memiliki beberapa tujuan yang dapat mendukung produktivitas padi.
Mengolah tanah merupakan salah satu kompetensi yang harus dilakukan dalam
kegiatan usaha budidaya pertanian. Kegiatan pengolahan tanah merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan dalam suatu budidaya tanaman yang bertujuan
untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam, baik secara fisis, kemis
dan biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik.
Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki fisis, perbaikan kemis secara
langsung dan biologis terjadi secara tidak langsung. Tujuan dari pengolahan tanah
itu sendiri antara lain :
1.

Menciptakan kondisi fisik, khemis dan biologis tanah menjadi lebih baik

2.

Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan

3.

Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar
dekomposisi berjalan dengan baik

4.

Menurunkan laju erosi

5.

Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan

6.

Mencampur dan meratakan pupuk dengan tanah

7.

Mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase

8.

Memperbaiki kondisi tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar
tanaman maksimal

9.

Memperbaiki tekstur tanah dan sirkulasi udara dalam tanah sehingga unsur
hara dapat diambil oleh akar

Untuk dapat menghasilkan kualitas tanah yang baik, maka proses
pengolahan tanah juga harus diperhatikan. Teknik yang digunakan dalam
pengolahan tanah harus tepat sehingga tanah yang di hasilkan berkualitas. Unsur
hara yang terdapat dalam tanah sangat mempengaruhi kehidupan tanaman
selanjutnya
Sistem pengolahan lahan sawah dapat dilaksanakan secara tradisional
maupun modern. Cara tradisional menggunakan cangkul sedangkan cara modern
menggunakan alat mekanisasi seperti traktor tangan (hand tractor). Langkah-

langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil olahan tanah yang
maksimal adalah sebagai berikut :
1. Proses pengolahan lahan sawah diawali dengan cara melakukan pemisahan
jerami, sisa – sisa panen yang tidak terangkat, rumput dan tanaman gulma
lainnya. Agar supaya jerami dan sisa – sisa tanaman lainya tidak dibakar. Maka
untuk memudahkan proses pengolahan lahan, sebaiknya jerami dipisahkan dan
dikumpulkan disekitar pematang (pinggiran petakan).
2. Pada musim kemarau, tanah sawah sebaiknya digenangi air terlebih dulu
selama beberapa hari agar pori-pori tanah membuka dan tekstur tanah menjadi
lembek.
3. Setelah tanah menjadi lembek, siap untuk diolah.
4. Pengolahan pertama dilakukan dengan cara membajak. Pembajakan bisa
dengan cara tradisional maupun modern. Cara tradisional menggunakan
bajak/singkal dengan bantuan tenaga sapi atau kerbau sedangkan cara modern
menggunakan bajak traktor tangan. Proses pembajakan ini dilakukan dengan
cara membalikkan lapisan olah tanah agar sisa – sisa tanaman seperti rumput,
dan jerami dapat terbenam. Setelah tanah dibajak, maka dibiarkan beberapa
hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukkan sisa tanaman dan
jerami di dalam tanah.
5. Selama proses tersebut sebaiknya ditambahkan bahan organik atau pupuk
kandang lainnya. Tujuannya agar kandungan hara dan pertumbuhan mikroba
dalam tanah dapat meningkat. Disamping itu, penggunaan bahan organik dan
pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta
faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan oleh pupuk
kimia (anorganik). Gunakan bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3
ton/ha. Bahan organik atau pupuk kandang tersebut antara lain berupa kompos,
jerami, kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau dan pupuk organik lainnya. Pupuk
kandang dan sumber organik lainnya digunakan pada saat pengolahan lahan
untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah.
6. Setelah selesai pengolahan pertama dilanjutkan dengan pengolahan kedua.
Dalam pengolahan kedua ini dilakukan proses penggemburan atau proses

pencampuran antara bahan organik dengan tanah. Proses ini dimaksudkan agar
bahan organik dapat menyatu dengan lapisan olah tanah. Usahakan selama
pengolahan ini pasokan air agar mencukupi. Jangan terlalu kering dan jangan
terlalu basah. Proses pencampuran ini dilakukan sampai bahan organik benarbenar menyatu dan melumpur dengan lapisan olah tanah.
7. Proses selanjutnya permukaan tanah diratakan dengan bantuan alat berupa
papan kayu yang ditarik sapi atau kerbau (tradisional). Atau, dengan
menggunakan traktor tangan (modern). Proses ini dimaksudkan agar lapisan
olah tanah benar-benar siap untuk ditanami padi pada saat tandur dilaksanakan.
8. Proses pengolahan lahan ini waktunya disesuaikan dengan persiapan
persemaian, agar tidak terjadi keterlambatan pada saat pindah tanam. Waktu
yang ideal berkisar antara 15 – 21 hari.
Agar pengolahan tanah berlangsung dengan optimal, maka terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan tanah. Menurut Pustaka
Pertanian (2014), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan pengolahan tanah agar berjalan optimal :
1. Jenis Tanaman
Setiap jenis tanaman mempunyai toleransi yang berbeda terhadap media
tanamnya. Tanaman yang dipanen pada bagian akar (seperti umbi-umbian)
memerlukan media tanah yang gembur dan dalam agar pertumbuhan umbinya
lebih besar. Demikian juga jika tanaman tersebut tidak tahan terhadap
genangan air, maka drainase harus lebih baik.
2. Jenis Tanah
Jenis tanah yang bengandung lempung cenderung lebih sulit dalam pengolahan
tanah, karena jika terlalu kering atau terlalu basah akan mengeras. Tanah
berlempung diusahakan diolah pada saat air kapasitas lapang (air tidak
tergenang dan tidak meresap). Untuk tanah berpasir mengolah pada waktu
basah akan lebih mudah.
3. Kemiringan lahan
Kemiringan lahan diperhatikan untuk mengatur jalannya air. Prinsipnya adalah
pada waktu mengairi, lahan dapat cepat mendapatkan air secara merata (hemat

air). Begitu juga jika mengeluarkan air, tidak ada air yang tergenang (adanya
kubangan pada lahan). Pada waktu air keluar juga jangan sampai merusak
tanaman karena terlalu deras.
Prinsip tersebut dipakai untuk membuat got ataupun bedengan tanaman.
Kemiringan got atau bedengan tanaman yang baik adalah 2% sampai 7%
tergantung curah hujan, jenis tanah, lebar got/bedengan.
4. Musim
Musim pada saat mengolah tanah mempengaruhi biaya dan mutu pengolahan
tanah. Pada saat lahan terlalu basah atau terlalu kering mutu pengolahan tanah
tidak sesuai harapan, bahkan kadang-kadang pengolahan tanah tidak berguna,
contohnya pada tanah lempung basah kita lakukan rotary, tanah akan
menempel pada rotary dan hasilnya sangat minim.
5. Vegetasi Lahan
Vegetasi lahan adalah tumbuhan di lahan pada saat pengolahan tanah. Idealnya
pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak ada tumbuhan diatasnya. Alat
pengolahan tanah bisa terhambat jika banyak vegetasi/tumbuhan pada lahan,
sehingga hasil tidak maksimal.
6. Jenis Alat
Jenis alat seperti bajak singkal, garu, rotary harus disesuaikan dengan jenis
tanaman dan jenis tanah. Tanaman yang membutuhkan perakaran dalam
membutuhkan bajak. Sedangkan tanaman yang membutuhkan gembur dapat
mengunakan rotary. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor diatas kita dapat
menentukan perlakuan pengolahan tanah agar mendapat hasil yang maksimal.
Pemilihan perlakuan pengolahan tanah yang tepat akan menghasilkan media
tanam yang baik dan biaya yang lebih efisien. Perlakuan pengolahan tanah
biasanya dibedakan berdasarkan tujuannya.
7. Penyiapan dan pembersihan lahan
Penyiapan lahan pada umumnya bertujuan memperbaiki kemiringan lahan.
Diusahakan kemiringan dalam sebuah petak/hamparan searah, agar tidak
terjadi genangan air. Secara sederhana adalah menimbun lubang dan

memangkas

gundukan.

Pembersihan

lahan

biasanya

diabaikan

pada

pengolahan tanah, mungkin disebabkan sisa panen atau gulma yang tumbuh
sebelumnya dapat menjadi bahan organik akibat tertimbun pengolahan tanah.
Tetapi jika banyak sisa tanaman di lahan, alat pengolahan tanah bisa terhambat
kerjanya, pada akhirnya mutu tidak maksimal dan kerusakan alat tinggi. Agar
vegetasi tidak menganggu pengolahan tanah dilakukan pembabatan dan
pembakaran sisa tanaman, tetapi ada pendapat yang menyatakan pembakaran
dapat membunuh mikroorganisme tanah. Perendaman agar vegetasi mengalami
pelapukan adalah langkah yang terbaik, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
8. Pembalikan Tanah
Tujuan pembalikan tanah adalah memecah kapiler tanah dan memperbaiki
aerasi. Pembalikan tanah pertama diusahakan 90 derajat dari kemiringan tanah,
supaya lahan jadi lebih rata. Setelah pembalikan tanah dibiarkan beberapa hari
agar racun dalam tanah menguap. Lebih sering tanah dibalik lebih bagus. Alat
yang dipakai biasanya bajak singkal atau bajak piring (disc plow). Semakin
dalam pembalikan tanah akan semakin bagus.
9. Penggemburan Tanah
Penggemburan bertujuan meremahkan tanah supaya akar berkembang
maksimal, semakin gembur tanah akan mendukung pertumbuhan awal tanaman
(perkecambahan ataupun pertumbuhan tanaman muda). Alat yang digunakan
biasanya garu atau rotary. Selain gembur biasanya tanah akan semakin rata.
Penggunaan rotary tidak efektif pada lahan yang sangat basah. Gulma yang
berkembang biak lewat akar jika dirotary semakin terpotong banyak dan
semakin merata di lahan. Pemakaian herbisida pra tumbuh akan membantu
menekan gulma pada lahan yang dirotary.
10. Pembuatan alur tanam (Bedengan)
Pembuatan bedengan bertujuan sebagai tempat tumbuh tanaman dan mengatur
jalannya air. Dengan bedengan jumlah tanaman bisa dikontrol dan
pemeliharaan lebih mudah. Kemiringan lahan perlu dijadikan acuan dalam
menentukan arah bedengan, hal ini bertujuan agar drainase bisa lancar. Alat

untuk membuat bedengan berupa kair atau pada umumnya dilakukan secara
manual (mengunakan cangkul, lempak dll).
Setelah

memperhatikan

faktor-faktor

sebelum

pengolahan

tanah

dan

menentukan perlakuan apa yang cocok untuk lahan dan tanaman, ada satu hal
yang sangat penting dipertimbangkan, yaitu biaya. Biaya pengolahan tanah
bisa mencapai 20 % sampai 50 % dari biaya pemeliharaan. Pengolahan tanah
yang sempurna tentu lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi
jangan sampai penambahan perlakuan pengolahan tanah menjadikan biaya
produksi melambung. Pengamatan kondisi lahan, sifat tumbuh tanaman dan
ketersediaan alat pengolahan tanah dapat menjadikan pertimbangan dalam
menentukan kombinasi perlakuan tanah.
Terdapat persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengolahan
tanah antara lain :
1. Tanah dibiarkan terlebih dahulu sebelum diolah. Hal ini dilakukan bertujuan
untuk mengembalikan kesuburan tanahyang hilang sebelumnya akibat
penanaman yang dilakukan. Setelah didiamkan sekitar 1 minggu barulah tanah
bisa diolah kembali.
2. Galengan sawah dan saluran air harus dibersihkan untuk menghindari
terbawanya biji gulma ke dalam sawah saat berlangsungnya pengairan. Dalam
pembersihan galengan dan saluran air tersebut hendaknya juga dilakukan
perbaikan galengan. Galengan tersebut dibuat cukup tinggi agar dapat menahan
air pada saat pengairan dan penggenangan berlangsung.
3. Jerami dan sisa tanaman sebelumnya tidak dibuang melainkan dibiarkan
melapuk agar bisa digunakan sebagi kompos.
Pembajakan yang dilakukan menggunakan traktor memilki alur yang
teratur agar tanah yang dibajak terbalik sempurna. Macam-macam tipe arah
gerakan traktor pada saat mengolah tanah yaitu, tipe arah gerakan yang pertama,
traktor dijalankan dimulai dari sudut (sudut kiri atau kanan) petak sawah. Lalu
traktor berjalan mengitari petakan atau berjalan dengan arah melingkar (sesuai

bentuk lahan atau petakan). Arah gerakan traktor tersebut terakhir akan berhenti
atau selesai ditengah petakan.

Gambar: tipe arah gerakan traktor pertama
Arah gerakan kedua, traktor dijalankan dimulai dari sudut kiri petak
sawah. Lalu traktor berjalan ke arah atas lalu kembali lagi ke arah bawah dengan
dilakukan secara berulang-ulang. Hingga traktor berjalan sampai petakan berakhir
pada sudut kanan petakan.

Gambar: tipe arah gerakan traktor kedua
Setelah pengolahan tanah selesai, lahan perlu didiamkan sekitar 1
minggu. Saat melakukan pendiaman lahan tersebut, lahan digenangi air

mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan menghindari hilangnya
nitrogen juga melunakan bongkahan tanah. Selain itu, tujuan yang terpenting
adalah agar penyakit pada tanah mati terkena terkena sinar matahari. Dengan
dilakukannya pendiaman tersebut dapat meminimalisir kehidupan pathogen
sehingga tanah terbebas dari gangguan pathogen yang juga dapat mengancam
keberlangsungan hidup tanaman padi (Gubesta, 2014).
Pada saat proses pembajakan berlangsung, tanah harus digenangi air
terlebih dahulu sampai kondisi jenuh. Pemberian air ini bertujuan untuk

melunakkan tanah dan menghindarkan melekatnya tanah pada mata bajak.
Penggaruan memerlukan air dengan kondisi hanya cukup untuk membasahi
bongkahan-bongkahan tanah saja. Pada saat proses penggaruan berlangsung,
saluran pemasukan dan pembuangan air harus ditutup agar air tidak sampai habis
keluar dari petakan. Proses penggaruan tanah dilakukan secara berulang-ulang
sebanyak dua kali. Kondisi air pada saat penggaruan pertama maupun kedua
tersebut sama. Tujuan dari penggaruan yang pertama adalah mengurangi
peresapan air ke bawah, meratakan tanah, meratakan pupuk dasar yang
dibenamkan, memudahkan penanaman bibit, dan membenamkan rumput yang ada
di permukaan tanah. Sedangkan penggaruan yang kedua adalah meratakan tanah
sebelum dilakukan pindah tanam, membenamkan pupuk dasar guna menghindari
denitrifikasi, serta melumpurkan tanah dengan sempurna.
Pada saat melakukan pembersihan lahan, sisa tanaman padi musim
sebelumnya dibiarkan melapuk diperlukan tanah agar terurai menjadi kompos.
Dalam sisa tanaman padi tersebut bisa saja terdapat sumber pathogen, namum hal
tersebut tidak menjadi masalah karena dalam pengolahan tanah telah dilakukan
beberapa kali penggenangan yang bertujuan untuk mematikan sumber pathogen.
Selain itu juga telah melakukan satu kali pembajakan dan dua kali penggaruan.
Setelah dilakukan pengolahan tanah, lahan digenangi air dan didiamkan selama
satu minggu agar sumber pathogen tersebut mati akibat terkena sinar matahari.
Pada saat melakukan proses proses pembajakan, kedalaman tanah yang
dibajak harus sesuai. Kedalaman tanah yang ideal dalam pembajakan adalah
sekitar 15-25 cm hingga tanah benar-benar terbalikan dan hancur. Apabila
pembajakan terlalu dalam, maka dapat menyebabkan terangkatnya lapisan pint
(lapisan beracun). Pint ini dapat meracuni tanaman dan berakibat tanaman mati
(Suastika dkk, 2007).
Setiap periodenya, bahan organik yang pasti dikembalikan kedalam tanah
adalah dalam bentuk sisa panen berupa tunggul padi (akar dan batang) saja.
Sedangkan sisa panen lain dalam bentuk jerami sangat beragam cara
pengembaliannya oleh petani, sepeti dibakar, disebar, dijadikan kompos ataupun
bahkan ada yang tidak dikembalikan sama sekali. Produktivitas suatu lahan sawah

disamping ditentukan oleh status kesuburan tanahnya juga ditentukan oleh pola
pengelolaannya seperti pemupukan, pengolahan lahan, sistem irigasi, dan
pengembalian bahan organiknya. Sisa batang padi yang tertinggal di lahan
mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanah. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan terhadap sisa tunggul padi yang tertinggal dilahan,
terdapat sumbangan hara biomassa sisa panen tunggul padi (batang dan akar)
terhadap status kesuburan tanah yaitu berupa unsur N, P dan Ca. Unsur lain
seperti Mg dan K tidak terdapat dalam sisa tunggul padi tersebut (Oktalaseva
dkk., 2013).
Bertanam padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan alternatif
teknologi terobosan baru . Dari beberapa percobaan dan penelitian yang dilakukan
di tingkat petani ternyata tanah sawah tidak perlu diolah berat dan dilumpurkan,
tetapi cukup dilakukan pengolahan sedikit/ minimal atau bahkan tanpa olah tanah
sama sekali.Perbedaan mendasar penanaman padi TOT dengan pananaman padi
biasa adalah pada persiapan lahan. Dalam sistem TOT ini tidak dilakukan
pembajakan atau pencangkulan tanah. Sebagai gantinya dilakukan penyemprotan
herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) dan gulma yang tumbuh.
Sebelum penyemprotan herbisida, lahan sawah diusahakan dalam keadaan kering.
Herbisida disemprotkan ke singgang atau gulma yang tumbuh. Herbisida yang
digunakan harus layak lingkungan, penyemprotannyapun harus tepat dosis dan
tepat waktu. Setelah semuanya mati, sawah digenangi selama 5-7 hari dan
tanaman mati tersebut dibiarkan di permukaan lahan sebagai mulsa. Bibit padi
dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak
karena telah digenangi terlebih dahulu, dan dapat juga benih ditebarkan secara
langsung (tabela) atau ditabur dalam alur yang sudah disediakan (ReTRo, 2013).
Menurut saya, pengolahan tanah yang lebih baik untuk tanaman padi adalah
dengan sistem olah tanah (OT). Hal ini disebabkan karena tanaman padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya.
Tanaman padi memerlukan pengolahan tanah yang sempurna muali dari
pembersihan, pembajakan hingga penggaruan. Tanah yang digunakan untuk
penanaman harus gembur dan tergenang air aga lebih mudah dalam melakukan

penancapan bibit. Pengolahan lahan tanpa olah kurang baik bagi pertumbuhan
bibit padi itu sendiri sebab tidak adanya pembajakan dan penggaruan
memungkinkan masih adanya pathogen dalam tanah. Sebelum bibit padi di tanam,
dapat ditambahkan BO (Bahan organik) sebagai upaya peningkatan kesuburan
tanah.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.

Terdapat dua macam cara pengolahan tanah yaitu secara tradisional dan
modern. Pengolahan dengan cara tradisional menggunakan cangkul, sabit dan
sebagainya. Sedangkan cara pengolahan tanah modern menggunakan hand
traktor. Cara pengolahan tanah dengan traktor itu sendiri terdapat 2 tipe yaitu
Macam-macam tipe arah gerakan traktor pada saat mengolah tanah yaitu, tipe
arah gerakan yang pertama, traktor dijalankan dimulai dari sudut (sudut kiri
atau kanan) petak sawah. Lalu traktor berjalan mengitari petakan atau
berjalan dengan arah melingkar (sesuai bentuk lahan atau petakan). Arah
gerakan traktor tersebut terakhir akan berhenti atau selesai ditengah petakan.
Cara penggunaan yang kedua yaitu traktor dijalankan dimulai dari sudut kiri
petak sawah. Lalu traktor berjalan ke arah atas lalu kembali lagi ke arah
bawah dengan dilakukan secara berulang-ulang. Hingga traktor berjalan
sampai petakan berakhir pada sudut kanan petakan.

2.

Tahapan pengolahan tanah sawah terdiri dari pengolahan tanah untuk
pesemaian dan untuk pertanaman padi. Pada praktikum kali ini menggunakan
pengolahan lahan basah sehingga memiliki tahap-tahapan sebagai berikut :
(1) Pembersihan lahan,

(2) Perbaikan

saluran dan

galengan,

(3)

Pencangkulan, (4) Pembajakan, dan (5) Penggaruan.
5.2 Saran
Pada saat praktikum berlangsung hendaknya diatur per giliran praktikan
agar semua praktikan bisa tau cara penggunaan traktor. Selain itu, proses
pembajakan dan pencangkulan juga harus lebih diawasi agar produktivitas padi
optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Fahmuddin., A. Adimiharja, S. Hardjowigeno, A.M. Fagi, dan W. Hartatik.
2004. Tanah sawah dan Pengelolaannya. Bogor : Balai Penelitian Tanah.
Al-hadi, Budi., Y. Yunus, dan M. Ikhdam. 2012. Analisis Sifat Fisika Tanah Akibat
Lintasan dan Bajak Traktor Roda Empat. Manajemen Sumberdaya Lahan,
1(1): 43-53.
Arsyad, Sitanala., dan E. Rustiadi. 2008. Penyelamatan tanah, air, dan
lingkungan. Bogor : Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.
Bokings, Devi Lorensia., I.N. Sunarta, dan I.W. Narka. 2013. Karakteristik
Terasering Lahan Sawah dan Pengelolaannya di Subak Jatiluwih,
Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Agroekoteknologi Tropika, 2(3):
175-183.
Intara, Yazid Ilmi., A. Sapei, Erizal, N. Sembiring, dan M.B.H. Djoefrie. 2011.
Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah dan Cara Pemberian Air Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.). embryo, 8(1): 32-39.
Maryani, N. Dewi., N. Suparta, dan AP.IG. Setiawan. 2014. Adopsi Inovasi PTT
pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di
Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Manajemen Agribisnis, 2(2): 84102.
Nasution, Fadli Heriadi., J. Ginting, dan B. Siagian. 2013. Tanggap Pertumbuhan
dan Produksi Padi Gogo Varietas Situ Bagendit Terhadap Pengolahan Tanah
dan Frekuensi Penyiangan yang Berbeda. Online agroekoteknologi, 1(2):
24-36.
Oktalaseva, weria., Hermansah, N.E. Putri. 2013. Karakteristik kesuburan tanah
dan potensi hara dari bahan organic sisa panenpadi sawah pada
beberapalokasi di sumatera barat. Repository Unand. Program studi
agroekoteknologi fakultas pertanian universitas andalas.
Purwono., dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 jenis tanaman pangan unggul.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Pustaka pertanian. 2014. Perlakuan pengolahan tanah. http://hkti.org/perlakuanpengolahan-tanah.html. diakses pada tanggal 2 April 2015.
Saridevi, Gusti Agung Ayu Ratih., I.W.D. Atmaja, dan I.M. Mega. 2013.
Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di

Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol. Agroekoteknologi Tropika, 2(4):
214-223.
Tufaila, M., dan S. Alam. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan untuk
Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten
Konawe Utara. Agriplus, 24(2): 184-194.

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PENGARUH CLIENT IMPORTANCE DAN AUDIT TENURE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

4 86 21

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Modal Kerja Dan Leverage Keuangan Tehadap Profitabilitas (Penelitian Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di BEI)

10 68 1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

Oksidasi Baja Karbon Rendah AISI 1020 Pada Temperatur 700 °C Yang Dilapisi Aluminium Dengan Metode Celup Panas (Hot Dipping)

3 33 84